Sejak pertama aku menginjakkan kaki ku di desa itu, perasaan was2 takut selalu membayangiku. Terlebih lagi setelah ku Lihat hamparan makam anak kecil dan bayi2 tak jauh dari ujung desa tersebut.
Benarkah yang dikatakan Dira, kalau anak2 itu di tumbalkan.?
----------------
Hari sudah sangat larut ketika aku ( aku di sini maksudnya Si Narasumber ) tiba di salah satu terminal bus. Malam itu udara sangat dingin, suasana di sekitar terminal juga sudah sangat sepi.
Aku duduk di bangku panjang di terminal itu, helaan nafasku berbaur dengan deru angin yang mulai berisik di sekitarku. Ku coba membuka tas, untuk mengambil selembar sarung agar udara dingin malam itu tidak terlalu menyiksaku.
Mata ini rasanya sudah sangat mengantuk, tapi aku tak berani untuk tidur, takut jika ada orang2 jahat yang mengambil barang2ku.
Dari kejauhan aku melihat seseorang berjalan terpincang2 sambil menenteng sesuatu.
Apa mungkin itu orang yang datang untuk bekerja di terminal, atau hanya sekedar orang mabuk.?
Tiba2 aku teringat cerita temanku, Dira.
----
"Yakin kamu.?" Tanya Dira pada Samudra yang tengah membereskan kameranya
"Ya, aku rasa kuburan yang ada di desamu itu bagus untuk
Di dokumentasikan." Jawab Sam
Dira menghela nafas panjang, wajahnya nampak tidak setuju dengan jawaban Sam.
"Butuh waktu berhari2 agar kau bisa sampai ke desa itu Sam. Menurutku kesana bukanlah hal yang benar. Di terminal TI, kau harus menunggu sampai pagi baru bisa lanjut
Ke desa pertama, syukur2 kalau kau tiba di sana subuh, tapi kalau kau tiba di sana malam atau sore, kau terpaksa harus menunggu sampai pagi berikutnya untuk turun ke desa pertama."kata Dira
"Memangnya kenapa harus pagi.?
Bukankah sore juga masih terang."tanya Sam
"Tidak akan ada orang yang mau mengantarmu Sam. Jalanan ke desa pertama itu sangat sulit di lewati. Apalagi di terminal itu, kalau sudah malam hari tidak akan ada orang di sana. Karena dulu pernah ada cerita kalau penjaga terminal
Tewas di bunuh oleh orang yang tidak dikenal. Dan semua uang dan barang berharga lain nya di ambil habis." Jawab Dira
"Tapi aku penasaran Dir, dan jika aku berhasil mendokumentasikan kuburan2 anak2 kecil itu, kemungkinan aku bisa jadi orang terkenal.
Wajahku akan terpampang di koran2 lokal. Apalagi kalau aku bisa menguak semua cerita asli dari sana aku yakin, pasti akan banyak produser2 yang mau memfilmkan perjalanan ku."ujar Samudra dengan wajah yang sangat cerah
Dira menggeleng,
"Aku tidak setuju kau kesana. Aku yang dari kecil di bawa pindah dari sana saja sudah tidak ingin menginjak kan kakiku ke desa jahanam itu lagi.!" Bentak Dira
"Kau terlalu tinggi menghayal Sam, tidak akan ada orang luar yang percaya dengan ceritamu." Lanjut Dira
"Jika memang nanti tak ada yang tertarik dengan apa yang ku dapat dari desa itu, aku tidak mengapa gagal, tapi setidak nya aku pernah berusaha.!" Balas Samudra membentak
"Aku menyesal menceritakan semuanya padamu Sam.!!!!" Teriak Dira lalu melangkah pergi meninggalkan samudra
------
Kilas ingatanku sebelum pergi melintas diingatan.
Sesaat aku kembali melihat ke seseorang yang tadi ku lihat berjalan kearah ku, deg deg.. Jantungku
Seketika berdegup tak karuan, orang yang ku lihat tadi sudah tidak ada di sana. Apakah ini hanya Delusi.?
Aku mencoba memukul2 kepalaku, untuk segera menyadarkan diri ini dari ketakutan.
Beberapa saat kemudian, aku kembali tenang.
"Itu hanya orang gila. Hanya Orang gila." Gumamku mencoba menghilangkan ketakutan
Aku kembali menoleh kiri dan kanan, berharap ada seseorang yang bisa di ajak mengobrol. Namun terminal itu begitu sepi. Hanya dengungan nyamuk dan jangkrik yang terus bernyanyi di sekitar tanaman.
Aku mengeluarkan sebilah rokokku, namun saat sebatang rokok sudah ku selipkan di bibir, ternyata Koreknya hilang entah dimana.
Aku mendengus kesal kala itu. Berpacu dengan ketakutan, aku mengambil Alkitab yang kubawa di dalam tas. Ku peluk Alkitab itu berharap
Delusi ku menghilang. Akan tetapi suara2 tawa di kejauhan tiba2 saja terdengar, riuh gelak tawa itu membuatku hampir menangis.
Sekitar pukul 4 dini hari, orang2 yang bertugas di terminal mulai datang, di iringi oleh para pedagang di terminal itu.
Aku tersenyum tipis, Akhirnya setelah sekian lama menunggu dengan dipacu ketakutan tadi, aku bisa bernafas lega sekarang.
"Mau kemana.? Kok sudah ada disini subuh2 begini.?" Tanya seorang penjaga terminal
"Mau ke desa S pak." Jawabku singkat sambil tersenyum
Lelaki berusia 40 tahunan itu mengerutkan keningnya,
"Memangnya tujuanmu kesana untuk apa.?" Tanya penjaga terminal
"Em, sebenarnya, sebenarnya saya ingin ke desa D pak. Ada yang harus saya cari tau di desa itu." Jawabku terbata2
"Begini, bukan nya saya melarang, tapi kalau tujuanmu hanya sekedar bermain2, lebih urungkan niatmu itu. Warga desa itu sangat sensitif dengan orang2 baru.
Kau pasti akan di usir sebelum kau sampai ke sana."ujar si penjaga terminal
"Maaf pak, bukan nya saya tidak percaya. Tapi, saya rasa warga desa itu tidak seburuk yang bapak katakan." Jawab Samudra
"Itu terserah kamu, kalau mau lanjut ya silahkan. Saya memberi tahu apa yang
Saya tahu, tidak kurang dan tidak lebih."
"Satu hal lagi, Ini Kalimantan, kepercayaan orang2 disini bukan untuk di permainkan.!" Ujar si penjaga terminal sembari berjalan menjauhi samudra
Saat pagi telah tiba, Samudra mencari2 warung nasi di sekitar terminal, perutnya sudah sangat lapar saat itu.
"Bu, pesan Nasinya seporsi, sama teh hangat ya." Kata Samudra memesan makanan saat berada di salah satu warung nasi
Sam meletakkan tasnya dengan sangat hati2 di atas bangku, di sebelahnya.
Seorang laki2 berambut gondrong acak2an, duduk tak jauh darinya. Lelaki itu nampak memperhatikan gerak gerik Sam. Sam yang sadar di perhatikan, langsung melemparkan senyum dan mengangguk ramah.
"Mau kemana.?" Tanya lelaki itu yang dari logat suaranya bukanlah berasal dari pulau kalimantan
"Mau ke Desa D." Jawab Sam singkat
"Sama siapa.?" Tanya lelaki itu lagi
"Sendirian ka. Mm. Om. Eh mas e." Jawab Sam gelagapan
Jawaban Sam malah mengundang gelak tawa si lelaki gondrong.
"Saya ini asli kalimantan. Cuma sudah 15 tahun di jawa. Oh iya. Kenalkan aku Ipul, nama lengkapnya muhammad saiful hadi wijaya." Ujar si lelaki gondrong
"Saya Samudra."
"Anak mana.?" Tanya Ipul
"Berau ka, eh mas." Jawab Sam
"Wah, jauh sekali dari kaltim kesini. Memangnya mau cari apa di desa D.?" Ujar Ipul nampak terkejut saat mengetahui Sam dari mana
"Mau menguak cerita misteri di sana kak, em mas."
"Kak, mas, kak, mas. Risih aku. Panggil saja aku ipul, lagian aku belum pernah nikah sama kakakmu." Ujar Ipul dengan nada bercanda
"Ini makanan nya.." Ujar si ibu pemilik warung memotong pembicaraan mereka berdua
"Terima kasih."
"Eh, coba jelaskan lebih detail, memangnya cerita misteri apa yang mau kau kuak di sana.? Hantu selendang.? Hantu Janji.? Atau apa.?" Ujar ipul kembali bertanya
"Pesugihan, yang menumbalkan bayi2 baru lahir." Bisik Sam sambil mengunyah nasinya
"Apa.?? Masa ada cerita seperti itu.?!" Tanya Ipul hampir tersedak kopinya
"Ssstttt...." Ujar Sam seraya menutup mulutnya
"Mungkin aku terlalu lama di rantau, jadi tidak tahu menahu tentang cerita itu. Kapan kau berangkat.? Apa aku boleh ikut.? Kebetulan aku punya pick up."kata ipul sambil tersenyum
Samudra mengerjab2kan matanya,
"bagaimana ya, masalahnya mmm.. Aku tidak enak untuk mengatakan nya."
"Katakan saja, ada apa.? Kau tau, aku juga sangat penasaran dengan kebenaran ceritamu itu."
"Aku, emm. Kita itu berbeda."
"Haha. Bicara apa kau ini. Sudah jelas kita berbeda, berbeda dari segi usia, wajah dan bentuk tubuh. Jawab saja, jangan bertele2, apa aku boleh ikut.?"
"Agamamu dan agamaku berbeda. Aku takut jika kau berteman denganku aku akan merusak
Imanmu."
"Astaga, kau ini. Dasar bocah gemblung. Apa di sekolah kau tidak di ajari toleransi.? Perbedaan itu hal yang wajar, berteman dengan siapapun tidak masalah." Ujar Ipul seraya menepuk pundak sam
Samudra mengurut2 tenggorokan nya, karena tanpa sengaja ia menelan tulang ikan peda, karena tepukan keras dari ipul.
"Ini minum dulu." Ujar ipul sembari memberikan air putih pada sam
"Bagaimana.? Apa aku boleh ikut.?" Tanya Ipul lagi
"Iya, kalau kau mau, mengapa tidak." Jawab Sam sambil tersenyum, rasa sakit di tenggorokan nya masih terasa. Lalu ipul mengambil nasi dari piring Sam dan menggumpal2kan nya setelah nasinya berbentuk bulat, ipul menyuruh Sam langsung meneguk nasinya tanpa di kunyah,
Agar tulang ikan yang menyangkut di tenggorokan sam melekat pada nasi.
Dan benar saja, rasa sakit akibat 'katulangan' tulang ikan peda tadi sudah hilang.
"Terima kasih ya." Ucap Sam
Setelah makan, dan membeli beberapa bungkus indomie, mereka berdua pun pergi.
"Ini pick up ku."
"Tunggu, kamu yakin tau jalan menuju desa itu.?"
"Iya, sebenarnya itu bukan desa. Lagi pula dulu tempat itu tidak termasuk ke dalam daftar desa yang ada di kabupaten ini."
"Loh, kalau bukan desa apa namanya.?"
"Di sana memang banyak orang yang tinggal, tapi tidak sebanyak desa sungguhan. Orang2nya pada pindah ke desa2 yang lebih maju."
"Ya sudahlah, dari pada aku rugi. Lebih baik kita langsung saja ke sana."
Perjalanan di mulai..
Samudra akhirnya bisa tidur meski kadang2 kepalanya harus terbentur2 karena jalan yang rusak.
----
Menjelang malam, mereka berdua sampai di desa pertama.
"Kita tidur di dalam sini saja dan makan apa yang kita punya, tidak usah keluar." Ujar Ipul
"Kenapa.?" Tanya sam
"Katanya desa ini sebagian warganya punya minyak racun, makanya jangan membeli apapun di sini." Jawab Ipul
( minyak racun di sini, bukan berarti di masukkan ke dalam makanan, tapi biasanya di oleskan ke mangkuk, gelas atau makanan nya langsung. Sebelum itu minyak racun
Nya di taruh di bagian telinga kiri. Dan kalau mau ambil minyak nya dari telinga itu, biasanya menggunakan jari manis kiri. Lalu dioleskan ke makanan atau mangkuk, gelas siapa yang mau di tuju.)
Mereka tidur dengan sangat nyenyak di dalam pick up.
Adzan subuh dari salah satu mushola di desa itu membangunkan keduanya.
"Kau tunggu aku di sini jangan kemana2. Aku mau sholat dulu." Pesan Ipul setelah mereka berdua baru saja selesai mandi
Sambil menunggu Ipul selesai sholat, Sam membuka2 lembaran alkitabnya.
"Kita langsung berangkat saja ya." Suara ipul langsung membuat kaget Sam
"Oh, astaga. Maaf, aku menganggumu ya." Ucap Ipul
"Tidak, tidak apa2. Iya sebaiknya kita langsung berangkat saja." Kata Sam tersenyum,
Satu jam perjalanan, mereka kembali memasuki jalanan yang sisi kanan dan kirinya hanya hutan.
Samudra terlihat sangat menikmati pemandangan yang ada.
"Kau sudah lama pulang dari jawa.?" Tanya sam
Membuka percakapan
"Tidak juga, baru 2 minggu. Aku kerja di sana sam. Nanti 2 minggu lagi aku akan kembali berangkat. Kalau kamu.?"
"Aku, aku juga kerja paruh waktu."
"Ohh."
Ciiiittttt....
Bruuukk..
"Aduuuhh..!" Jerit Samudra karena kepalanya terbentur kaca
Ipul keluar untuk memeriksa orang yang berbaring di jalanan itu.
Dan saat keduanya keluar, mereka di serang oleh beberapa orang yang ternyata itu adalah komplotan begal.
"Sialan.!" Umpat Ipul
Brakk...
Hiyaaaa....
Ipul berhasil melepaskan dirinya dari pegangan para begal.
Mereka berkelahi di jalanan yang sepi tersebut, tidak hanya Ipul, Sam juga ternyata pintar bela diri.
Tidak berapa lama, akhirnya mereka bisa di kalahkan oleh keduanya, meski kini wajah sam dan ipul nampak babak belur.
"Sialan, coba saja tadi ku tabrak."
Perjalanan di lanjutkan,
---------------
Singkat cerita, mereka akhirnya tiba di jalanan yang sudah tertutup oleh uru ( rumput liar )
Dan semak belukar. Dan tidak jauh dari situ ada sebatang pohon yang lumayan besar menghalangi.
"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan perjalanan menggunakan mobil. Kalau kamu mau meneruskan terpaksa harus jalan kaki." Ujar ipul
Setelah membereskan barang bawaan,
Akhirnya mau tak mau, mereka berdua harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Langkah demi langkah mereka terus maju.
Hingga berjam2 mereka berjalan, mereka menemukan sungai yang membentang.
"Di seberang itu adalah desa D yang kamu maksud. Tapi kita harus melewati sungai ini dulu." Ujar Ipul
"Dan sungai ini kelihatan nya sedang sampurak ( naik airnya )." Lanjut ipul
"Dira tidak bilang kalau akan melewati sungai terlebih dahulu." Gumam sam
"Kita menginap di sini saja malam ini. Besok baru lanjut nyebrang. Semoga saja masih ada warga yang tinggal disana, biar kita bisa meminjam sampan nya untuk menyeberang." Ujar ipul
Suara burung hantu bersahut2an terdengar, kunang2 beterbangan, dan suara jangkrik di balik rerumputan beradu nyaring.
Malam itu suasana nya sangat tenang hingga saat tengah malam tiba, saat salah satu mereka sudah tidur, Sam mendengar suara tawa cekikikan yang sangat dekat.
Sam membangunkan ipul, karena ia takut dengan suara itu.
Saat Sam akan menanyakan sesuatu, Ipul langsung menutup mulut Sam dan menggeleng.
Perlahan2 suara tawa itu mulai terdengar menjauh, wajah ipul seketika berubah panik, berbeda dengan Sam yang menghela nafas lega.
"Ayo, bereskan barang2 mu, kita pergi dari sini sekarang juga.!" Bisik ipul
"Kenapa har.." Belum selesai pertanyaan nya, ipul sudah terlebih dulu memasukkan peralatan2 nya ke dalam tas
Mereka berjalan mengendap2, menyusuri pinggiran sungai, hingga kehulu.
Di sana mereka hanya duduk terdiam sambil menunggu pagi tiba. Namun belum lagi pagi, suara tawa tadi kembali terdengar.
"Aku, mau ambil wudhu dulu. Mau sholat tahajud." Ujar ipul
"Aku boleh ikut." Ujar Sam yang juga ketakutan
"Silahkan kalau kau memang mau. tapi aku tidak punya sajadah lebih." Jawab ipul
Setelah selesai berwudhu, ipul meletakkan sajadahnya , entah sudah benar apa tidak arah kiblatnya pada saat itu. Yang pasti dalam pikirannya saat itu
Ia ingin cepat2 mengusir rasa takutnya.
Saat ipul sudah mulai khusyuk dengan sholatnya, Sam celingukan kiri dan kanan lalu menunduk dan mengikuti gerakan2 sholat yang dilakukan oleh Ipul.
Setelah selesai sholat, Ipul melanjutkan dengan mengaji. Namun tidak berapa lama setelah surah pertama di baca senter yang digunakan ipul untuk membantunya menerangi alquran nya, malah secara tiba2 mati mendadak. Di ikuti gemuruh angin yang seperti menandakan hendak turun hujan
"Kenapa.?" Tanya Sam cemas
"Shadaqallahul adzim.."
"Sepertinya ada yang tidak suka aku mengaji di sini. Mungkin mereka terganggu." Jawab Ipul seraya meraba2 tasnya
Dan setelah alquran nya dimasukkan kedalam tas, senter yang tadinya tidak mau menyala, akhirnya kembali menyala, meskipun masih blap blip tidak karuan.
Mereka berdua terdiam, duduk menunggu pagi.
Tak ada seorangpun diantara mereka berdua yang tertidur, dan akhirnya pagi yang di tunggu2 pun sudah mengusir gelap.
Perut keduanya juga audah terasa lapar, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencari buah2an di sekitar. Karena pada saat itu hutan masih sangat lebat, jadi mereka sangat mudah mencari buah2an.
Ada banyak sekali buah Layung, dan mereka pagi itu memakan buah hasil temuannya dengan sangat lahap.
Namun karena kebanyakan memakan buahnya Sam mulai merasakan pusing di kepalanya.
"Kepalaku pusing." Ujar Samudra
"Kau kebanyakan makan layungnya sam. Bawa minum air, nanti juga sembuh sendiri." Kata ipul menenangkan Teman barunya itu
Mendengar perkataan ipul, samudra meminum air sungai dengan jumlah yang sangat banyak.
"Bukan minum air sebegitu banyak juga sam. Maksudku minumnya yang sewajarnya saja." Tegur Ipul
"Kelihatan nya tidak ada seorangpun yang ada di sekitar sini sam. Terpaksa kita harus berenang untuk mencapai seberang sungai." Ujar Ipul
Tapi karena keadaan sam yang sudah terlalu mabuk akibat kebanyakan buah layung, akhirnya ipul terpaksa harus membuat Rakit dari
Gadang pohon pisang bangkaran ( pisang hutan ).
Setelah jadi, dia meletakkan tas miliknya dan milik sam, ke atas rakit. Sam juga disuruh nya untuk naik keatas rakit, sementara ipul lah yang akan menarik rakit itu untuk sampai ke seberang sungai.
Saat ia sudah berada di dalam air, tangan nya terus berpegangan pada rakit dan mencoba mendorongnya ke seberang sungai, dengan penuh perjuangan, akhirnya ia berhasil sampai ke seberang sungai. Nafas nya ngos2an.
"Sam, sam. Kita sudah sampai di seberang." Ujar ipul
Hampir pukul 3 sore, barulah samudra sadar dari mabuk buahnya.
Tubuhnya nampak sangat lemas, karena terlalu banyak muntah.
Tapi untungnya rasa pening di kepalanya sudah agak menghilang.
Jadi mereka bisa melanjutkan naik keatas menuju desa.
Kameranya mulai di nyalakan, di awalan video ia memperkenalkan Ipul dan juga dirinya sendiri.
Samudra tertegun, jantungnya berdegup tak stabil saat melihat banyak sekali makam2 kecil di sana. Makam2 itu tak bernama, nisan nya pun hanya terbuat dari balokan.
"Ini, ini yang di makam yang di ceritakan dira." Gumam sam
"Konon menurut cerita, dulu desa ini hampir semua warganya mempunyai ilmu hitam yang menyesatkan, dan anak2 mereka di jadikan tumbah, entah itu untuk pesugihan atauun yang lain nya." Ujar Samudra
"Masa sih.? aku tidak tau cerita itu ya.?" Kata ipul
Lalu setelah beberapa saat mengelilingi dan merekam makam2 tersebut, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke arah desa.
Dan ternyata yang di katakan Ipul memang benar, kalau tempat itu bukanlah desa sungguhan. Rumah2 yang ada di sana juga sudah banyak yang kosong. Bahkan beberapa diantara nya sudah rata dengan tanah.
Setelah mengelilingi tempat tersebut, mereka menemukan sebuah rumah yang di huni oleh seorang kakek tua. Kakek tua itu tidak bisa berbahasa indonesia. Ipul dan sam sempat kewalahan dalam mengartikan perkataan si kakek.
"Tolong tanyakan kenapa banyak kuburan anak kecil di pemakaman itu pul." Ujar Sam sembari masih memegangi kameranya
"Katanya itu kuburan anak2 kecil di desa ini. Yang dulu terserang penyakit muntahber. Satu persatu anak2 di desa meninggal karena terserang penyakit tersebut."
"Beliau bilang, kalau ada salah seorang warga di sini juga yang membawa penyakit itu dari desa besar, dan akhirnya menular ke semua warga, terutama anak2. Mereka yang tidak mengetahui obat2an luar, hanya bisa menunggu dan menyaksikan anak2 mereka terserang sakit." Lanjut Ipul
"Tanyakan juga apa itu ada hubungan nya sama tumbal.?" Tanya sam lagi
Saat ipul menanyakan seperti apa yang disuruh oleh sam, raut wajah si kakek nampak berubah
"Katanya orang2 memang meyakini seperti itu. Karena orang2 itu dulunya lupa melakukan ritual sesembahan untuk mahluk di air."ujar Ipul menerjemahkan perkataan si kakek
"Lalu. Lalu.?"
"Ah, aku rasa itu memang penyakit sam, masuk akal kalau muntahber memakan banyak korban anak2, karena mereka memang sensitif lagi pula orang2 disini tidak tahu menahu soal obat." Potong Ipul
"Tolong tanyakan lagi, pul."
"Kata nya mahluk air itu buaya penunggu sungai. Setahun sekali akan selalu ada korban tenggelam di aliran sungai ini. Dan untuk penggantinya dia menginginkan sesembahan."
"Lalu apa hubungan nya dengan muntahber.?" Tanya sam lagi
"Karena mereka lupa melakukan ritual sesembahan, mungkin itu penyebabnya."
"Aku rasa tidak masuk akal. Ah kau pasti menyalahkan arti kata2 kakek itu kan.?!"
Saat keduanya asyik berdebat, tiba2 kepala sam di lempari dengan sebilah kayu.
Saat ia melihat ke sekelilingnya, ternyata tak jauh dari mereka ada 2 orang bapak2 membawa senapan. Karena pikiran mereka berdua sudah kemana2, akhirnya mereka berlari menuju kearah sungai.
Mengetahui 2 bapak2 tadi masih mengejar mereka, akhirnya tanpa pikir panjang ipul dan sam langsung terjun ke air dan segera menyeberang. Dengan susah payah dan meski sedikit terbawa ke hilir, mereka berdua berhasil sampai di tempat awal mereka menyeberang tadi.
"Kameraku basah semua. Begitupun alkitab ku." Keluh sam
"Sama, bon hutangku di jawa juga basah dan sobek2 senter juga basah dan tidak bisa digunakan." Sahut ipul
Sam merasa menyesal sudah nekat datang ke tempat itu, ia juga mengutuk habis2an kepda 2 bapak2 tadi yang sempat mengejar mereka tanpa tau apa maksudnya.
Alhasil, mereka berdua terus berjalan, mencari arah jalan mobil pick up milik ipul berada.
Gelap semakin membatasi penglihatan keduanya.
Beberapa kali mereka hampir jatuh karena tersandung akar2 pohon. Namun meaki begitu keduanya enggan untuk bermalam. Karena menurut ipul
Lebih aman jika mereka terus berjalan.
Singkat cerita. Dengan langkah yang sudah letih. Akhirnya mereka berdua berhasil sampai ke tempat pick up ipul terparkir.
Untuk beberapa saat saja mereka pun melesat menjauhi tempat tersebut.
Di tengah perjalanan, barulah ipul menceritakan semuanya pada sam.
"Kau tau suara ketawa itu.? Itu suara hantu beranak atau yang dalam bahasa indonesianya Kuntilanak. Jika suaranya terdengar dekat, artinya mereka jauh dari kita. Tapi kalau suaranya jauh, itu berarti mereka sangat dekat dengan kita. Makanya saat suaranya jauh tadi
Malam, aku melarangmu untuk menegur ataupun menanyakan nya. Karena kalau di sebut, mereka pasti akan langsung datang." Ujar Ipul
"Cantik kah mereka itu pul.? Lalu kalau mereka datang bagaimana.?"tanya sam
"Kata orang, wajah mereka itu sangat cantik tiada tanding jika berubah jadi manusia. Dulu pernah ada ceritanya orang yang menikah dengan hantu itu. Akhirnya laki2 nya di bunuh oleh si hantu karena berniat beristri lagi. Dan kalau mereka mendatangimu saat di hutan.
Itu telurmu yang akan di ambil oleh mereka. Hiiyy.. Membayangkan nya saja aku sudah ngilu sam.!" Ujar ipul
"Ah, itu sih laki2 nya yang goblok, sudah punya istri cantik, hantu lagi, malah mau main2 sama perempuan lain."
Mendengar perkataan sam, ipul langsung memukul kepalanya dengan botol bekas air minum.
-------------------------
Ipul mengantarkan Samudra sampai masuk ke dalam bus,
"Hati2 ya sam, sampai jumpa. Jangan lupakan perjalanan kita ya. Sama itu, saat kau mabuk buah layung." Ujar
Ipul sambil tertawa
Samudra pun ikut tertawa, lalu saat penumoang mulai bernaikan, ia menyerahkan alamat rumahnya yang ia tulis di kertas rokok pada ipul.
"Ini alamatku, simpan ya. Nanti kalau ada waktu, main2 ke kaltim." Ujar Sam
"Iya pasti. Doakan saja semoga tahun depan aku jadi triliunder biar bisa keliling dunia mengajakmu." Canda Ipul seraya menjabat tangan Samudra, lalu berjalan keluar bus
Saat bus sudah akan jalan, Samudra membuka kacanya, dan memanggil ipul.
"Pull.. Kamu salah, yang benar itu milliarder..." Teriaknya sambil melambaikan tangan pada ipul
Bus semakin menjauh, ia melihat ipul yang masih berdiri dan melambaikan tangannya, hingga bus itu keluar terminal.
Sam menyapu air matanya, ia sangat terharu.
Setengah jam di perjalanan, sam merasa agak bosan, ia mulai membuka makanan2 yang di belinya tadi, dan juga membaca
Koran yang ada di kantong belakang kursi bus.
Di halaman pertama ada berita berita lokal yang memberitakan tentang maling yang ktangkap dll.
Sampai pada halaman berikutnya, sam terpernjat saat melihat sebuah berita penemuan mayat tenggelam dengan ciri2 yang sama persis
Dengan Ipul. Jantungnya mulai berdetak tak karuan. Bingung, takut, dan merasa tidak percaya campuraduk jadi satu.
Apa benar, itu ipul.? Seorang teman baru yang dengan sukarela menemaninya mencari desa aneh itu.??
“Capati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)” ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya
Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..
(Gambar hanya ilustrasi)
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.
Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____
2018..
Kalimantan selatan.
Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.
Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.
Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.