(Semua nama tokoh salam cerita ini di samarkan, kecuali nama tempatnya.)
Ini Cerita dari seseorang yang tidak ingin di sebutkan namanya, Cerita ini bermula pada tahun 2017 lalu. Masih cukup segar untuk di dengar.
Murung Raya, Oktober 2017.
Kala itu Nafiz masih duduk di sekolah dasar kelas 6. Ia adalah anak periang yang di besarkan oleh
Orang tua tunggal. Kedua orang tuanya bercerai sejak ia masih bayi. Dan kini ia hanya tinggal bersama ibunya yang bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah rumah makan di dekat sebuah perusahaan tambang.
"Apiiissss... Itah bahayau yu. ( kita jalan2 mencari sesuatu bisa cari sayur atau buah di hutan )." Panggil Icok teman sekolahnya
"Umakuh hindai buli lagiye wa. ( ibuku belum pulang wa/kawan.)" Ujar Nafiz setelah membukakan pintu rumah untuk teman2nya
"Mate tah, hindai buli beh lagiye. Maka uluh rami jadiye tulakan nah. (Mati kita, belum pulang juga. Padahal orang2 sudah ramai berangkat.)" Ujar Difa
"Kakueh kih, umakuh je bagawi. ( mau gimana lagi, ibuku kan kerja.)" Jawab Nafiz
"Iki helu araye tulakan lah pis. Mikeh dada bis hindai. ( kalau begitu kami berangkat duluan ya pis, takutnya tidak ada bus lagi.)"ujar Icok seraya mengajak 5 orang teman nya yang lain untuk pergi
Nafiz hanya bisa menghela nafas, saat melihat teman2nya pergi.
Lalu ia kembali masuk ke dalam rumah, untuk memasak nasi, agar jika nanti ibunya pulang, ibunya bisa langsung makan.
Nafiz tau beban yang ibunya tanggung sangat berat, mulai dari membiayainya sedari bayi, berusaha memenuhi semua kebutuhannya. Dan masih harus membayar hutang piutang judi yang di tinggalkan oleh ayahnya Nafiz.
Apalagi kerjaan ibunya yang sebagai pelayan rumah makan itu, menjadikan ibunya bahan gosip oleh warga desa. Mereka bahkan tak segan2 mengatakan ibunya nafiz melacur saat Nafiz lewat.
Tiba2 dari arah seberang rumahnya terdengar suara perkelahian antar mulut dari beberapa orang.
Nafiz segera mengurangi kayu bakarnya agar nasi yang ia tanak tidak gosong, saat di tinggal.
Nafiz mengintip dari balik pintunya yang berlubang, ternyata itu percekcokan antara Cu Iwang dan Cu Siti.
Dua orang yang terkenal ratunya gosip di kampung itu.
"Ada apa ya.?" Gumam Nafiz seraya mengeluarkan separuh tubuhnya melalui jendela kecil di dekat pintu
"Dasar Asu, bauy, kambe anakum jikau nah. Manihi anakkuh jida maku batanggung jawab sidin ganan petak jikau.!! (Dasar anjing, babi, hantu anakmu itu. Menghamili anakku tidak mau bertanggung jawab beliau, jin tanah itu.!!)" Bentak Cu Iwang yang terdengar sangat amat marah
"Oooiii... Anak ayum te je palacur, jidada tame pang uti te lamun pukiye jikau jida bingap2. (Ini kata2 kasar dan jorok sekali, sengaja gak om terjemahin, karena sangat kasar.)" Balas cu siti membentak plus dengan sumpah serapah nya
"Asuuuuu...!!! Bauuuuyyyy.. Tambuk, budu bisa jahanam nyamam kau lah bangsattt..!!! (Anjing, babi, goblok, bodoh jahanam sekali mulutmu itu bangsatt..!!)" Teriak cu iwang tak terima anaknya dihina sedemikian rupa oleh cu siti
Dan para tetangga2 yang ada disana hanya bisa menonton tanpa bisa berbuat apa2.
Jambak2an rambut dan saling cakar pun tak dapat di elakan lagi.
Orang2 yang tadi bergerombol hanya bisa melerai dengan mulut,
"Jadi beh te."
"Jadi jadi beh. Pahawen hining uluh. (Sudah sudah, bikin malu kelihatan orang.)"
Suami keduanya pun nampak sangat kewalahan memisahkan perkelahian tersebut,
"Duhup kih ketuh te nah, pada je kuciak2 beh.! (Bantu dong, kalian itu dari pada teriak2 saja.!)" Ujar suami Cu iwang
Setelah mendengar ujaran suami cu iwang, orang2 yang tadinya hanya menonton, langsung membantu untuk memisahkan kedua perempuan itu.
Setelah berhasil di jauhkan satu sama lain, nampak jelas sekali wajah keduanya sudah penuh luka cakaran, rambut cu siti pun nampak
Gundul dan berdarah di bagian depan karena ditarik paksa oleh cu iwang tadi.
"Kareh ikau jahanam ai.!!!" Teriak cu iwang saat di tarik paksa untuk pulang oleh suaminya
Nafas cu siti nampak ngos2an. Ia masuk ke dalam rumah dan langsung berteriak2 mengamuk memarahi anaknya.
Nafiz yang menyaksikan semuanya dari jendela kecil rumahnya itu pun hanya bisa menghela nafas.
Tidak berapa lama, saat ibunya Nafiz pulang, banyak sekali orang2 di depan rumah cu siti yang berkumpul.
Kepala desa dan RT juga nampak berada di sana.
( Untuk selanjutnya, om akan menggunakan bahasa imdonesia. )
"Kenapa ma..?" Tanya Nafiz pada ibunya
"Anak cu siti
Sedang di tanyai. Nampak nya anak itu sudah membuat masalah yang memalukan. Mama harap kau tidak mencontoh yang seperti itu fiz."jawab ibunya
"Oh, ya. Kau sudah memasak.?" Tanya ibunya
Nagiz mengangguk sambil tersenyum.
"Bagus, karena tadi mama, di kasih punggung ayam
Untuk kita makan malam ini."lanjut ibunya seraya menyerahkan seplastik hitam punggung ayam pada Nafiz untuk di goreng
Setelah semuanya siap, Nafiz nampak sangat lahap sekali makan punggung ayam goreng dan nasi hangat yang setengah gosong.
1 minggu berlalu...
Saat itu, Nafiz baru saja pulang dari rumah Nursam untuk mengerjakan tugas kelompoknya.
Saat melewati rumah Cu siti, Ia sangat terkejut saat mendengar cu siti berteriak2 kesakitan.
Banyak juga orang2 yang sudah berkumpul di rumah beliau. Entah apa yang terjadi. Dan ketika Nafiz melihat sendal ibunya berada di luar rumah cu siti. Tanpa pikir panjang, Nafiz pun langsung melepas sendalnya dan masuk ke dalam rumah.
Saat berada di dalam rumah, ia terbelalak
Menatap tubuh cu siti yang nampak bagian perutnya membesar seperti orang hamil tua.
Ia bahkan tidak mau memakai baju atau selimut,
"Gatal, gatal." Teriaknya
"Jangan di sentuh, sakiiiitttt..!!" Teriak cu siti lagi
Dan tiba2 setelah di beri air putih, cu siti muntah2, bau muntahan nya busuk sekali. Padahal hanya air yang ia muntahkan.
Wuueeekkk.. Ujar Nafiz tak tahan dengan baunya
"Astaga, apis..!!" Gumam ibunya saat mengetahui Nafiz sudah berada di dalam rumah itu
Ia baru sadar dengan keberadaan nafiz lantaran tadi ikut membantu membuatkan makanan untuk Cu siti.
Ibunya langsung menarik tangan Nafiz untuk segera keluar.
"Maa.."
"Maaa. Cu siti kenapa.?" Tanya Nafiz saat sudah berada di depan rumahnya
"Beliau sakit, kamu jangan kesana lagi pis." Jawab ibunya seraya membuka pintu rumah
"Memangnya sakit apa ma.?" Tanya nafiz lagi
"Ish, jangan banyak tanya lah pis. Memangnya mama mu ini dokter yang serba tau penyakit orang." Ketus ibunya
"Masuk rumah, ganti baju terus makan, dan kerjakan tugas sekolah mu. Jangan ikut2 ke rumah cu siti lagi." Ujar ibunya sebelum pergi ke rumah cu siti lagi
Malam harinya, Nafiz masih duduk di depan rumahnya, menunggu kepulangan ibunya dari rumah cu siti.
Banyak sekali orang2 berada di rumah itu, sampai kehalaman rumahnya.
Di sana juga nampak ada icok, teman Nafiz.
Nafiz yang penasaran, langsung menutup pintu rumah dan bergegas
Berlari ke arah rumah cu siti.
"Hai, cok." Sapa Nafiz
"Eh, kamu pis." Balas icok
Raungan2 dari cu siti terdengar mengerikan,
Sepertinya cu siti teramat sangat kesakitan.
"Orang2 pada ngapain cok,?" Tanya nafiz
"Loh, gimana sih, kamu kan dekat rumah cu siti, masa tidak tau, kalau cu siti sakit separah itu."
"Bukan nya tidak tau, tapi maksudku sekarang ini orang2 lagi ngapain.?"
"Ohh. Mereka sedang 'batatamba' (berobat). Manatamba cu siti.
Itu kamu liat amang dungkai. Badewa itu pis."ujar Icok
Nafiz, mengangguk2.
Yang ia tau, biasanya kalau sudah Badewa, pasti sakitnya parah. Tapi memang seperti yang nafiz lihat tadi siang, cu siti nampak sangat parah sakitnya.
"Ada lubang di perutku..!! Ada lubang di perutku..!!" Erang cu siti
Orang2 yang berada di dalam dan luar rumah nampak saling berpandangan satu sama lain, bagi yang menyaksikan nya sendiri mereka di buat bingung dengan perkataan cu siti. Sementara mereka yang
Tidak melihat secara langsung keadaan cu siti, menjadi penasaran.
Beberapa orang saling dorong untuk melihat.
Namun ketika terdengar bunyi kreett kreett, pertanda amang dungkai sudah di rasuki,
"Mulai jadi lang iye batuyang.!! (Itu dia sudah mulai berayun..!!(" Ujar salah satu warga
Mereka pun semakin antusias mengikuti pengobatan cu siti.
Setelah sekian lama, amang dungkai jatuh tersungkur. Mulutnya mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.
Orang2 yang awalnya pada berkumpul, kini malah mulai menjauh.
"Saya tidak sanggup." Ujar Amang Dungkai sebelum pergi
Orang2 pulang mengikuti amang dungkai. Sementara Nafiz dan Icok masih berada di luar rumah cu siti.
"Aku tidur di rumahmu ya pis." Ujar Icok yang tentu langsung di setujui oleh Nafiz
Saat ibunya Nafiz akan keluar rumah cu siti, Icok dan Nafiz langsung bergegas lari menuju ke rumah nafiz.
"Kenapa ma.?" Tanya Nafiz saat ibunya sudah berada di dalam rumah
"Loh, ada icok." Tegur ibunya nafiz sambil tersenyum
"Dia mau nginap ma. Bolehkan.?"
"Tentu saja." Jawab ibunya Nafiz
"Oh iya, cil. Kenapa mang dungkai tadi pulang.? Apa penyakitnya cu siti parah sekali.?" Tanya icok
Ibunya nafiz terdengar menghela nafas,
"Iya, katanya di kirimi sesuatu oleh orang yang tidak suka sama cu siti."
"Semacam santet cil.?"
"Iya, semacam itu. Yang mengirim tidak bisa di lihat oleh amang dungkai. Katanya dukun yang ngirim penyakit itu sangat kuat."
"Ngeri sekali ya cil. Semoga saja cu siti bisa sembuh."
---------------------
Keesokan Harinya, Kabar buruk datang dari keluarga cu siti. Anak lelakinya yang sempat di sebut menghamili anaknya cu iwang meninggal dunia.
Separuh bagian tubuhnya membiru,
Dan di temukan sudah dalam keadaan mayatnya kaku, ( biasanya kan tubuh mayat akan mengeras dengan sendirinya. Kalau ponakan ada yang tau sebutannya bisa di tuliskan di komentar. Om gak tau penyebutan dalam bahasa indonesianya. )
Matanya serta mulutnya terbuka, bagian tangan kiri melipat dan menggenggam di atas dada.
Sementara bagian tangan kanan nya masih memegang sebuah buku. Kaki nya tertekuk seperti orang yang sedang menahan sakit.
Setelah mayatnya dimandikan biru di tubuhnya pun sama sekali tidak menghilang.
Beberapa orang yang bertugas mengkafani di buat kewalahan untuk membetulkan bagian tangan mulut dan kakinya, sampai2 harus diikat agar tidak kembali pada keadaan seperti awal mayatnya di temukan.
Nafiz dan Icok diam2 masuk kedalam kamar anak cu siti yang meninggal itu, mereka berdua berlagak seolah2 seperti detektif, menyelidiki kematian pemuda tersebut.
Mereka menemukan sebuah buku di bawah kasur, yang berisikan catatan2 kehidupan milik almarhum.
Di sana mereka berdua juga menemukan sebuah halaman dengan selembar foto telanjang milik anaknya cu iwang.
Tulisan itu membenarkan perbuatan almarhum tentang menghamili anak cu iwang.
Icok dan Nafiz saling pandang, dan saat ada suara langkah yang hendak masuk kedalam kamar itu, mereka berdua bergegas melompat keluar melalui jendela dengan membawa buku serta foto yang mereka temukan.
Sementara cu siti, hanya bisa menangis sampai suaranya tidak keluar lagi.
Ia sangat2 sedih dengan keadaan kelurganya saat itu.
Perutnya yang semakin membesar terlihat sekali urat2 di bagian perutnya. Nanah2 juga terlihat seperti lambakan biji2an di bagian perutnya.
-----
Malam itu, Nafiz menyerahkan buku almarhum anak cu siti pada ibunya.
"Astaga, tega sekali dia berbuat seperti itu." Gumam ibunya Nafiz tidak menyangka
"Apis rasa, semua yang terjadi pada keluarga cu siti ada hubungan nya dengan cu iwang. Malam itu, mereka berkelahi ma, saling sumpah menyumpahi." Ucap Nafiz
( Om mau ngiklan bentar, kali aja ada yang minat sama minyak2 asli kalimantan, om ada beberapa, ada minyak rejeki, saluang mudik, raja pemikat, raja penunduk, pengasihan 3khasiat, dan 7bidadari.
Akar2an untuk kejantanan pria om juga ada, bajakah untuk obat kanker juga ada.
Kalau ponakan berminat bisa langsung Hubungi melalui WA- 0856 5403 7262
Terima kasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏)
"Bukunya kita bakar saja pis. Takutnya nanti kalau kita simpan, kita terlibat dalam permasalahan ini." Ujar ibunya seraya berjalan kearah tungku api yang masih menyala
Ia memasukkan buku beserta foto temuan Nafiz dan Icok kedalam api hingga hangus menjadi abu.
------
2 minggu kemudian, mulut cu siti sudah tak bisa mengantup lagi, kepada setiap orang yang datang, ia mencoba menangkap tangan orang2 dan mengarahkan ke lehernya.
Seperti ada yang ingin ia katakan, namun suaranya tak bisa keluar sedikitpun.
Tubuhnya sudah sangat kurus, bagaikan tulang yang hanya di balut kulit. Sementara bagian perutnya masih tetap membesar melebihi baskom.
Sudah 2 hari terakhir ini, cu siti sudah tidak bisa makan dan minum, makanan dan minuman selalu keluar ketika di masukkan kedalam mulut. Sepertinya sudah tidak ada harapan hidup.
Dan benar saja, malam harinya Cu Siti meninggal.
Raut wajahnya nampak bahagia, karena memang ia takkan lagi merasakan sakitnya penyakit tersebut.
Namun, kejadian mengerikan sekaligus menjijikan di alami oleh mereka yang memandikan jenazah. Karena nanah keluar terus menerus dari bagian kemalu*an serta duburnya.
1 jam sudah, nanah masih saja terus keluar sedikit demi sedikit.
Orang2 yang memandikan mayat, terpaksa harus menekan perut cu siti agar nanah segera habis keluar. Supaya jenazah bisa segera di mandikan.
Dan setelah nanahnya sudah berhenti keluar, perut cu siti yang tadinya sangat besar dan kencang, menjadi kempes.
Nanah yang berhasil terkumpul tidak kurang dari satu baskom hitam. Sungguh sangat mengerikan.
Dan pada saat proses pengkafanan, mereka di buat berkali2 harus mengganti kain kafan, karena nanah2 itu masih keluar.
Namun karena sudah beberapa kali di ganti, dan juga mencari kain kafan nya yang cukup susah, akhirnya Cu siti di makamkan dengan keadaan
Kain kafan yang masih kotor karena nanah.
3 hari setelahnya, suara agung terdengar berbunyi 3 kali. ( agung yang di bunyikan 3 kali dalam agama kaharingan adalah pertanda kematian seseorang. )
Rupanya, Anak cu iwang meninggal. Kata orang2, matinya bunuh diri.
Tapi kemungkinan ada kaitan nya dengan kabar kehamilan nya waktu itu. Entahlah.
----SELESAI----
Saweran dan dukungan dari ponakan2 sangat om harapkan.. seikhlasnya saja karena cuma untuk buah tangan atau pun uang bensin saat menemui narasumber kita. Saweran seikhlasnya.
“Capati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)” ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya
Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..
(Gambar hanya ilustrasi)
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.
Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____
2018..
Kalimantan selatan.
Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.
Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.
Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.