OM RASTH Profile picture
Apr 10, 2021 β€’ 149 tweets β€’ 20 min read β€’ Read on X
π™°π™½πšˆπ™Έπš
MES 36 KEBUN KARET

#bacahorror
#bacahoror
#omrasth140217

( gambar hanya ilustrasi ) Image
Perkebunan karet itu sangat besar dan luas. Pohon2nya masih sangat bagus. Dan terlihat banyak orang yang sedang menyadap karet dari pohon ke pohon.
Tidak jauh dari wilayah perkebunan, ada jejeran Mes untuk tempat tinggal para pekerja di perkebunan itu bersama keluarganya.
Dan di sebuah kamar mes bernomor 36, nampak sebuah keluarga kecil, ada ayah mertua, ibu mertua dan anak serta suaminya yang juga ikut tinggal bersama di mes tersebut.

Sebelum berangkat menyadap karet, si suami yang bernama Rihat terlebih dulu mencium perut sang istri
Yang tengah hamil tua.

"Jangan terlalu capek ya. Jaga si ini." Kata Rihat seraya mengelus perut istrinya

"Iya, pasti. Ya sudah gih, kamu berangkat." Balas istrinya sembari tersenyum
Si suami berangkat dengan berjalan kaki bersama dengan ayah mertuanya.
Kebahagiaan keluarga kecil itu nampak sangat sempurna. Seorang istri yang cantik dan selalu setia menemani suaminya walau dalam keadaan apapun. Dan hingga akhirnya bisa menjadi seperti sekarang ini.
Di halaman mes itu berdiri tegak sebuah pohon besar dengan akar2 yang bergelantungan.

Entah apa alasan orang2 membiarkan pohon menyeramkan itu tetap tumbuh di wilayah mes.
Matahari sudah mulai meninggi, dan setelah sholat dzuhur. Tuti mendengar suara burung elang yang berbunyi sangat nyaring mengelilingi kawasan mes.

"Ada apa ya ma.? Kok elang itu berputar2 di atas sana." Tanya Tuti seraya menunjuk ke atas langit melalui jendela
"Itu pertanda akan ada yang meninggal. Kalau tidak hari ini, ya besok atau lusa." Jawab si uma sambil terus melipat baju2 milik ia dan suaminya.

"Ah, uma. Menakut2i saja."

"Bukan nya menakut2i. Tapi kepercayaan akan suara elang yang berbunyi berkali2 adalah pertanda
Kematian. Bukan hanya uma yang tau. Tapi semua orang disini juga tau. Uma pernah buktikan, sehari saat kakekmu sebelum meninggal, terdengar suara elang seperti ini juga. Tapi elangnya terbang berputar di atas rumah. Suaranya kalau di dengarkan menyayat sekali."ujar si uma
"Iya juga ya ma. Suaranya seperti sedih sekali. Aku jadi merinding." Ujar Tuti

"Ma, aku mau ke rumah nini Tia ya ma. Soalnya Perutku kadang2 terasa sakit." Pamit Tuti

"Jangan lupa bawa kadut yang uma bikinkan itu ya. Dan ingat pulangnya jangan lewat pukul 4 sore." Pesan si uma
Tuti mengangguk, lalu mengambil kadutnya yang terletak di atas lemari kayu dan menyelipkan di tali celana dalam nya dengan menggunakan cucuk baju.

"Jangan lupa bawa gunting. Biar setan tidak ada yang berani menganggu."

"Iya ma. Tuti pamit dulu ya."
Sepeninggal Tuti, si uma mulai mencium bau2 Ganyir / Anyir, bau2 nya tubuh mayat yang sudah mulai membusuk.

Bau itu tidak menghilang sampai jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Karena keasyikan memasak dan di ikuti rasa takut akan bau Anyir yang ia cium selama berjam2 itu.
Alhasil ia lupa akan anaknya, Tuti yang sedang hamil tua dan tidak berada di rumah.

Setelah mematikan api bekas nya memasak tadi, si uma langsung berjalan keluar rumah dengan tergesa untuk menjemput Tuti yang lupa waktu.
Setiba nya di rumah nini Tia, ia melihat Tuti yang asyik mengobrol bersama Sunti cucu nini Tia yang juga sedang hamil tua pada saat itu.

"Tuti, ayo pulang tut. Sudah hampir gelap. Pamali wanita yang sedang hamil keluyuran hampir maghrib." Panggil ibunya dari depan pintu
Setelah pamit pada Sunti dan nini Tia, kedua nya pun pulang dengan langkah tergesa.

"Ma, jalan nya jangan cepat2. Sakit perutku." Ujar Tuti

"Makanya, kalau jalan itu ingat waktu. Kan tadi sudah uma bilang. Kalau jangan sampai melebihi jam 4 sore.!" Balas si uma seraya menarik
Tangan Tuti agar berjalan lebih cepat lagi.

Seiring dengan sampainya mereka berdua di rumah. Terdengar adzan dari mushola yang berada di ujung jalan.
Pertanda malam sudah kembali bertahta.
"Aduh aduh ma. Pintu kok tidak di kunci. Kalau ada maling gimana." Semprot si abah saat keduanya sudah memasuki rumah

Tak ingin memperpanjang masalah, ibunya Tuti langsung pergi ke dapur dan menyiapkan makanan untuk anak, menantu dan suaminya.
Saat suara2 binatang malam beradu dengan rintik hujan, dari arah kamar orang tuanya, Terdengar suara teriakan histeris.
Saat Tuti dan suaminya pergi mengecek, ternyata si abah sudah terbaring di lantai, dengan masih memakai baju dan kopiah serta sarung.
"Abah kenapa ma.??" Isak Tuti

"Uma tidak tau tut. Saat uma bangun mau ke wc, abahmu sudah tidak bergerak dalam keadaan sujud. Saat uma coba bangunkan ternyata abahmu sudah seperti ini.." Jawab si uma tak kalah sedihnya
"Innalillahi. Abah sudah meninggal." Ucap Rihat

Pecahlah tangis ibu dan anak perempuan nya itu. Karena memang, sama sekali tak ada tanda2 sakit apapun pada si abah. Sebelum ia meninggal.
Keesokan harinya, setelah acara pemakaman. Si uma terus saja melamun duduk di dekat jendela. Seolah tak ada lagi semangat nya untuk hidup saat itu.

Air mata terus membanjiri kedua pipinya.
Keadaan si uma sampai berhari2 seperti itu. Tidak mau makan dan minum,
Meskipun sudah di bujuk oleh tuti, rihat ataupun nini tia.

Sampai suatu malam, sekitar pukul 2 dini hari. Teriakan tuti membangunkan suami dan juga ibunya.
Ternyata Tuti sudah waktunya untuk melahirkan. Si Rihat cepat2 berlari keluar rumah untuk menjemput nini tia.

"Ni.. Nii.. Assalamualaikum nii.. Ini saya Rihat. Suaminya Tuti. Istri saya mau melahirkan Ni.." Teriak Rihat dari luar rumah
Kaki dan tangan nya nampak keringatan, dan saat nini tia keluar, Rihat langsung menarik nya untuk segera berjalan menuju kearah mes yang ia tinggali..

"Sebentar, aku ambil barang2 ku terlebih dahulu." Ujar nini Tia seraya menarik tangan nya dari tarikan Rihat.
Lalu mereka berdua pun berjalan dengan sangat cepat ke mes. Di jalan tiba2 tercium oleh keduanya bau Ganyir. Bau yang sama ketika ayahnya Tuti mau meninggal.
"Jangan di tegur. Cepatlah berjalan." Ujar Nini Tia seraya menepuk pundak Rihat

Sesampainya di mes bernomor 36 itu, Mereka langsung masuk kedalam rumah. Di dalam terlihat Tuti dan ibunya yang tengah menangis sambil memijit2 kaki Tuti.
"Tetuban nya sudah pecah. Ayo bantu nini. Kau dorong perut istrimu dari situ." Ujar Nini tia sesaat setelah mengecek keadaan Tuti

"Satu, dua, tiga. Dorong perlahan2 kalau sedang humi tahan dulu."
"Sedikit lagi. Hajan terus Cu. Lagi, lgi, kepalanya sudah keluar. Ayo dorong. Hajan lagi." Ujar nini Tia

"Alhamdulillah. Anakmu sudah lahir. Laki2." Ujar Nini Tia

"Tanganmu jangan di lepas dari peut istrimu, tahan dulu seperti itu. Agar tambuni nya tidak naik."
Kata nini tia yang sembari membersihkan darah dari bagian hidung si bayi.

Dan setelah tambuni (ari-ari) sebesar piring itu keluar. Nini Tia langsung meletakkan abu hangat di upih, lalu menyuruh Rihat untuk memindahkan istrinya keatas upih yang sudah di beri abu hangat tersebut.
"Ini supaya tidak pendarahan saat naik ka'aliran." Ujar nini Tia menjelaskan

"Ini tambuni anakmu, nanti tanam beserta daun sawang. Kasih garam, secarik kertas, pensil dan juga bambu kecil yang di potong terbalik. Biar tambuni anakmu tidak di ambil mahluk halus." Ujar nini tia
Rihat langsung menyediakan seperti apa yang disuruh oleh nini tia. Namun karena pada saat itu ia tidak menemukan bambu, akhirnya ia menggantinya dengan selang bekas pakai.
Lalu mengubur tambuni anaknya di halaman belakang mes.
Bau Ganyir sangat menusuk hidung kala ia baru saja selesai mengubur tambuni anaknya.
Dengan tergesa2 ia langsung berlari masuk ke rumah.

"Sudah di tanam tambuninya.?"

"Sudah ni, sudah."

"Kalau begitu, langsung saja. Adzani dulu anakmu ini."
Keesokan harinya, ibunya Tuti terlihat lebih baik dari hari2 sebelumnya. Sudh sedari pagi ia bergelut di dapur untuk memasak nasi dan juga mencari sayur kelakai untuk sayur makan Tuti.

Sementara suaminya Tuti sudah berangkat kerja setelah memandikan istrinya tadi pagi.
"Tuti.! Mau kemana kamu.?!
Wanita sehabis melahirkan itu jangan banyak gerak, sobekan nya masih belum sembuh. Nanti kalau kamu terlalu banyak gerak, malah susah sembuh lukanya." Tegur ibunya saat melihat Tuti yang baru saja akan berdiri
Dan setelah mendengar teguran ibunya itu pun, Tuti akhirnya mengurungkan niatnya.

"Ma, tolong Ambilkan Kadutnya Tuti di lemari itu ma." Pinta Tuti
Menjelang sore hari, Nini Tia datang untuk memberikan sebuah gelang sawan untuk anaknya Tuti.

"Konon, sawan itu ada hantunya. Jadi saat gelang ini bergemerincing, hantu sawan itu akan takut. Jadi jangan di lepaskan pada anakmu."

"Dan jangan tidurkan anakmu sewaktu senja.
Kalau anakmu tidur sewaktu senja sampai habis maghrib, usahakan peluk tubuhnya. Karena anak dalam 40 hari itu masih sangat rentan terhadap gangguan mahluk halus.
Oh ya satu lagi. Jangan lupa, taruh cermin di atas kepala anakmu. Biar hantu2 yang berusaha menganggu, akan ketakutan
Saat mereka melihat wujudnya sendiri." Pesan nini tia

"Kalau begitu aku pulang dulu ya Tut. Mari.."

Matahari mulai condong, pertanda sebentar lagi akan gelap.
Namun sedari Nini tia pulang tadi, anaknya Tuti menangis terus menerus, diiringi dengan bau2 Ganyir yang pekat.
Entah dari mana sumbernya mereka pun tidak tau.

Tangisan bayi itu dari senja sampai sehabis isya. Bahkan suaranya sudah hampir tidak terdengar lagi.
Karena saking lamanya menangis.

Tuti dan ibunya di buat panik dan khawatir. Untung nya, saat Rihat pulang. Bayinya langsung berhenti menangis. Dan mau di tidurkan.
"Anakmu menangis terus Hat. Kata orang, tidak baik anak bayi begini menangis lama2, itu pertanda buruk untuk orang2 di sekitarnya."ujar si uma

" Ah, uma selalu bilang begitu. Mungkin Anakku menangis ya karena haus. Atau masuk angin." Bantah Tuti tak setuju
"Tapi tadi uma pegang, ubun2 nya tidak berlobak. Itu berarti anakmu tidak apa2. Tidak masuk angin. Tapi dia sedang merasakan sesuatu."

"Sudah ah ma. Tuti risih dengar uma berbicara seperti itu." Ujar Tuti
"Mm.. Jangan bersitegang begitu. Tidak baik. Yang pentingkan sekarang dia sudah tidak menangis lagi." Kata Rihat menengahi
Tepat tengah malam, bau2 Ganyir semakin pekat tercium. Udara saat itu juga sangat dingin menusuk sampai ke tulang. Dan suara2 burung gagak terdengar sampai kedalam rumah. Suaranya kadang2 terdengar begitu dekat dan kadang2 menjauh.
Rihat bangun dari tempat tidurnya, dan melihat istrinya sedang menyusui anak mereka di sampingnya.

"Belum tidur.?" Tanya Rihat

"Belum bisa. Anak kita selalu terkejut2 kalau aku memejamkan mata."

"Aku makan dulu ya. Nanti aku gantikan menidurkan si kecil." Ujar Rihat
Ya, kebiasaan lama rihat, mulai muncul lagi. Dia bisa tiba2 lapar di tengah malam seperti itu.

Di dapur, Rihat mengambil sepotong ikan patin, dan sesendok sambal terasi.
Lalu menuangkan air panas ke nasinya. Lalu mulai makan. Namun lagi2 bau Ganyir tercium. Bahkan karena saking pekatnya bau Ganyir itu, Rihat sampai tersedak. Dan muntah.

Baunya tepat berada di halaman belakang. Rihat yang penasaran itupun langsung mengintip melalui
Lubang kecil di dapur tersebut. Dan tanpa sengaja matanya menangkap sebuah bayangan hitam yang sedang mengobrak abrik tanah.
Namun karena tidak yakin dengan apa yang ia lihat, Rihat mengucek2 matanya, lalu mulai mengintip lagi. Tak terduga dari arah lubang yang sama
Muncul sebuah mata putih pucat yang juga tengah menatapnya. Rihat terlonjak kaget dan berteriak. Membuat istrinya yang berada di kamar ikut kaget.
Rihat berlari sampai kakinya terantuk pintu dan berdarah.
Nafasnya tak beraturan. Namun ia enggan untuk memberitahu Tuti, tentang apa yang baru saja ia lihat.
"Kenapa.? Kok teriak2.?" Tanya Tuti

"Anu, itu. Mm. Tidak ada apa2. Sini ku gantikan menidurkan anak kita." Jawab Rihat terdengar gugup

"Yakin gak apa2.?"

Rihat tersenyum, lalu meraih tubuh anaknya dan menidurkan nya sambil berjalan.
"Jangan menidurkan nya sambil berjalan. Nanti anakmu nagih. Tidak akan bisa tidur kalau tidak digendong sambil jalan. Kalau sudah begitu, mau makan dan buang air pun susah." Ujar si uma yang tiba2 saja sudah berada di ambang pintu kamar
"Jangan lupa itu kelambu di runtuh ( dipasang )." Lanjut uma sebelum pergi

Terdengar suara kelenteng2 dari arah dapur yang kemungkinan uma sedang membuat kopi.
"Aku tidur sebentar ya. Nanti kalau dia mau menyusu. Bangunkan saja aku."

"Iya. Kamu pasti capek sekali, tidur saja mumpung si kecil masih lelap."

Keadaan benar2 hening malam itu, bahkan suara jangkrik yang sering berada di sekitar mes pun tidak terdengar.
Lamat terdengar suara seseorang tengah bersenandung kecil.

"Siapa yang bernyanyi malam2 begini.?" Batin Rihat seraya meletakkan anaknya di di atas tempat tidur. Lalu ia sendiri berjalan kearah jendela. Membukanya sedikit dan wuussshh.. Angin dari arah luar menempur ke dalam
Membawa bau Ganyir yang masih tercium pekat.

Bergegas Rihat menutup kembali jendela, namun saat ia menoleh ke belakang. Nampak seorang perempuan dengan rambut yang panjang menjulur sampai ke lantai.
"Aaaaaaa....!!" Teriak Rihat sembari menutup matanya

Teriakan nya membangunkan Tuti, ia mengucek2 matanya yang masih terasa berat.

"Kenapa.?" Tanya Tuti

"Ada, ada perempuan dengan rambut yang sangat panjang berada di sini!" Ujar Rihat
"Kamu berhayal barangkali. Tidak ada siapa2 di sini." Kata tuti seraya bangun dan hendak menggendong anaknya

Namun ternyata bayinya sudah tidak ada.

Dan bersamaan dengan itu, terdengar suara tangisan anak mereka dari arah dapur.
"Ya allah.. Kamu tinggalin anak kita di dapur..?!! Orang tua macam apa kamu ini hah.?!!" Ujar Tuti berusaha bangun dari tempat tidur, tetapi Rihat terlebih dahulu berlari ke asal suara. Dan menemukan anaknya berada di lantai dapur dengan keadaan ubun2 yang basah.
Bibirnya membiru karena menangis.

Marahnya Tuti awet sampai keesokan harinya, ia sama sekali tidak menyapa suaminya sedikitpun.
Ia masih menganggap Rihat adalah sosok ayah yang sangat teledor, yang dengan sengaja dan tidak bersalah, tega meninggalkan anak mereka di dapur.
Hari itu, Perlahan2 Tuti sudah mulai turun dari tempat tidur dan mandi sendiri. Meski saat ia berdiri tubuhnya langsung terasa sempoyongan.
Dan seperti yang di katakan ibunya, tuti terpaksa harus memakai babat pengganti kalau ingin mandi. Agar tidak sempoyongan kalau jalan.
"Makan dulu tut, ini ada sayur bayam sama ikan lais. Biar air susumu tidak kering." Ujar ibunya saat melihat tuti yang berjalan melewati pintu dapur

"Hanis kok di tinggal sendiri di kamar ma.?"

"Tadi dia masih tidur tut, di atas tempat tidur juga sudah uma letakkan cermin.
Lebih baik kamu makan dulu. Nanti Hanis biar uma yang jaga. Kamu pasti capek kan semalaman menyusui dan begadang."

Tuti pun duduk perlahan, lalu mulai makan.
Ia masih tidak bisa sembarang makan, karena masih dalam kurun 40 hari. Kalau orang kalimantan bilangnya
Nanti terkena 'kalalah' (sakit). Dan tidak hanya itu, makan makanan sembarangan juga berakibat tidak baik pada si kecil. Makanya Tuti harus makan yang seadanya dulu selama 40 hari.
Saat sedang makan, dan ibunya juga sudah ke kamar untuk menemani anaknya. Tuti mendengar suara senandung seorang perempuan.

"Tuyang diyapan..." Sepenggal lirik yang terdengar cukup jelas di telinga Tuti
"Siapa yang punya anak kecil ya.?" Gumam tuti bertanya2
Karena memang seingat nya, mes 37 dan 38 39 itu kosong.
Karena Para karwayan yang menghuni mes 37 dan 39 lebih memilih tinggal di perkampungan yang berjarak 10km dari perkebunan. Sementara penghuni mes 38
Sudah berhenti kerja setelah istrinya meninggal karena suatu penyakit.

Setelah selesai makan, Tuti masuk ke dalam kamar.

"Ma. Mes di sebelah ada yang menempati ya.?" Tanya Tuti

Si uma mengerutkan keningnya.

"Maksudmu..?" Ujar si uma balik bertanya
"Itu tadi aku asa mendengar suara orang nyanyi. Sepertinya sedang menidurkan anaknya."

"Masa tut.? Perasaan, uma bolak balik jemur cucian tadi, tidak lihat adanya tetangga baru. Kamu salah dengar mungkin tut."
Tuti terdiam, ia nampak tidak percaya, jika yang ia dengar tadi hanyalah sebuah hayalan nya saja.

"Ma. Kalau kita sering mencium bau Ganyir itu, pertanda apa ya ma.?" Tanya tuti pelan
"Kata nenekmu dulu, itu pertanda kalau ada hantu di sekitar kita. Tapi, ah sudah lah tut. Jangan terlalu di pikirkan. Bisa saja kan itu bau tambuni anakmu yang sudah mulai mengalami pembusukan."
"Memangnya di kuburkan di mana tambuni hanis ma.?"

"Itu di belakang mes. Sepertinya."

Selepas ashar, Hanis bayi mulai kembali menangis. Suara Tangisan nya sampai parau.
Membuat tuti juga ikut menangis.

Ibunya Tuti menaruh beberapa mangkuk air di depan pintu. Dan juga membuat tanda silang serta garis lurus dari kapur dan kunyit di bawah pintu dan jendela.
Si uma juga menaruh hitam arang di pertengahan antara kedua alis nya Hanis.
Anehnya, tangisan Hanis berangsur2 berhenti.

"Kalau anak bayi seperti ini menangis setelah ashar sampai maghrib, itu tandanya dia diganggu oleh sesuatu. Makanya di kasih arang seperti ini
Agar dia tidak melihat sosok2 penganggu itu lagi. Karena mata batin nya masih terbuka sangat lebar."ujar ibunya Tuti

"Kalau kamu capek tut, uma bisa tidur di sini menggantikan mu menjaga hanis. Biar Rihat tidak terganggu tidurnya. Kasian, dia juga capek seharian menurih."
"Kalau uma mau, alhamdulillah. Tuti tidak keberatan. Malah tuti khawatir kalau abahnya ikut jagain Hanis. Soalnya tadi malam dia meninggalkan hanis di dapur ma. Hanis sampai nangis kejer." Ujar Tuti
"Dapur.? Memangnya kenapa bisa sampai kedapur.?"

"Tuti juga tidak tau. Bangun2 pas mau gendong Hanis. Ternyata hanis tidak ada. Dan suara tangisan nya dari arah dapur ma."

"Aduh. Bahaya kalau tiap malam seperti itu tut. Ya sudah. Uma mau membereskan kelambu terlebih dulu.
Memindahkan nya kemari. Biar nanti malam uma tidur di sini."

"Ma, terima kasih ya ma."

"Iya. Dulu nenekmu juga seperti ini sewaktu kamu masih bayi."
Malam itu, Ibunya tuti tidur di dalam kamar tersebut bersama tuti dan anaknya. Namun sampai menjelang tengah malam, Rihat tak kunjung pulang. Membuat tuti menjadi khawatir.
"Ma. Ma." Panggil tuti, namun sepertinya si uma sudah tertidur sangat lelap.

Akhirnya Tuti meninggalkan bayinya bersama si nenek. Tuti berniat ingin menyusul Rihat yang tidak kunjung pulang.
Dengan berbekal senter yang kadang2 mati sendiri. Tuti menyusuri jalanan sepi kebun karet di tengah malam itu.
Hawa tidak enak, menyusup sampai ke tulang saat ia melewati pohon besar itu.
( Yang berminat sama akar bajakah untuk obat. Dan minyak2 asli kalimantan, bisa Langsung DM atau WA om Rasth- 0856 5403 7262

Om punya beberapa minyak, buat pagar diri, membersihkan tempat usaha dll. Pelaris usaha, dan untuk memikat lawan jenis.) Image
Tuti mempercepat langkanya. Namun senter yang ia bawa tiba2 mati.

"Aakhh..!!"
Duk duk duuk.
Akhirnya setelah di pukul2 senter nya pun kembali menyala.
Tuti terus berjalan menyusuri jalanan sepi di tengah perkebunan karet.
Tiba2 cahaya senter yang ia arahkan ke depan, menangkap sesosok perempuan berambut panjang hingga ke tanah. Perempuan itu berdiri mematung di depan jalan sana.
Membuat Tuti seketika menghentikan langkahnya. Ia menggenggam erat kadut yang berada di balik bajunya.

"Siapapun kamu, tolong jangan menganggu ku." Gumam Tuti seraya membalikkan arah langkahnya
Ia tak berani untuk meneruskan langkah menyusul suaminya yang kemungkinan ada di pos jaga yang masih berjarak 2km dari tempatnya berdiri saat itu.
Saat bau Ganyir kembali menyeruak, tuti langsung memutuskan untuk berlari, ia tak lagi menghiraukan keadaan nya yang masih baru beberapa hari melahirkan, serta masih dalam tahap pemulihan.
Ia merasa ada sesuatu yang sepertinya merosot keluar dari jalan kelahiran miliknya. Tapi rasa takut akan sosok yang ia lihat tadi lebih terasa daripada rasa takut akan 'batumbung' (rahim yang menjulur keluar).
Tuti terlalu fokus berlari, hingga ia tidak menyadari kalau sosok hantu perempuan berambut panjang itu sudah berdiri tepat di hadapan nya..

"Aaaaaaaa...." Teriak tuti terjatuh
Dan untungnya, suara teriakan tuti itu di dengar oleh suami dan beberapa teman nya yang baru saja pulang.

Mereka berlari kearah suara, dan melihat cahaya senter yang sudah mengarah ke atas.
Saat senter milik teman nya Rihat di arahkan ke sosok tubuh yang terbaring di tanah tersebut, sontak Rihat langsung mengenalinya.
"Ya allah. Kenapa istriku bisa sampai kemari!" Ujar Rihat seraya berlari menghampiri tubuh istrinya

"Lihat, ada ceceran darah disini. Lebih baik kita bawa istrimu pulang." Ujar salah satu teman rihat yang menyenter seonggok darah kental yang berada di tanah
Singkatnya, mereka mengantar Rihat dan istrinya sampai ke rumah.

"Ada apa dengan tuti.??!!" Tanya ibunya panik

"Kami menemukan nya di.."

"Tidak ada apa2 ma. Tolong jagakan Hanis ya ma." Potong Rihat
"Bisa tolong panggilkan nini Tia??"

Tanpa menjawab, salah satu teman nya Rihat langsung berlari keluar untuk menjemput nini tia.
"Kamu kenapa.? Apa yang kamu cari sampai bisa seperti ini." Ucap Rihat gemetaran

"Memangnya tuti kenapa bisa sampai seperti ini hat.? Apa dia tadi menyusulmu.?"

"Aku tidak tau ma. Kami menemukan nya, sudah seperti ini." Isak rihat tertahan
Setengah jam kemudian, barulah nini tia datang.
Karena ternyata Sunti baru saja melahirkan.

Tuti yang sudah sadar, terus menangis dengan tubuh yang gemetar.
Ia juga bahkan tak mamou bersuara.

"Babat nya naik. Dia ini pasti habis berlari." Ujar nini tia
Keesokan harinya, tuti masih gemetar ketakutan. Badan nya panas/demam.
Setelah perutnya di urut, barulah ketahuan kalau rahimnya sudah keluar.

Nini tia berusaha untuk menaikkan kembali posisi rahimnya. Dan setelah hampir setengah jam, rahimnya hanya bisa di naikkan sedikit.
"Ada apa sebenarnya tuti.? Coba ceritakan pada nini."

"Pe. Per. Perem. Perempuan itu. Sangat menakutkan." Ucap tuti terbata2
"Perempuan.?"

"I. Iy. Iya."

"Rindati." Gumam nini tia

"Apa ni.?" Tanya Rihat

"Ah, tidak, bukan apa2." Ujar nini tia gelagapan
"Rihat. Saat kamu menanam tambuni anakmu itu apa kau sudah melakukan semua yang aku katakan.?" Tanya Nini tia

Rihat terdiam, cukup lama ia tak menjawab pertanyaan nini tia. Hingga akhirnya Nini tia lebih memilih untuk mencari kuburan tambuni itu di belakang mes.
"Rihattt...!! Rihattt!!!" Teriak nya

Rihat bergegas menyusul nini tia ke belakang mes.

"Dasar bodoh. Kenapa tidak ada bambu.? Kemana bambu dan daun sawang yang kusuruh malam itu.? Kenapa kau tidak menuruti perkataan ku bodoh?!!
Sekarang anak dan istrimu dalam bahaya!!!"
Bentak nini tia

"Bambu nya tidak ada. Begitu juga dengan daun sawangnya." Jawab Rihat

"Kenapa tidak kau cari terlebih dahulu sebelum menanam nya bodoh?!!"
"Maaf ni, tapi malam itu aku benar2 tidak tau harus berbuat apa. Karena itu adalah momen pertama dalam hidupku melihat anakku."
"Sekarang cepat cari sawang dan bambu. Gantung di depan pintu dan jendela.! Biar mahluk itu tidak bisa masuk kedalam rumah." Ujar nini tia
Tanpa berani menjawab, Rihat langsung bergegas mengambil parangnya. Lalu pergi mencari Sawang dan bambu seperi yang di suruh oleh nini tia.

Sementara di dalam mes. Tuti mulai menunjukan perubahan sikap. Wajahnya nampak lebih pucat dan terus menatap anaknya tanpa berkedip
Dalam waktu yang sangat lama.

"Tuti. Kau tidak apa2.?" Tanya nini tia yang sudah curiga akan perubahan sikap Tuti

"Buatkan ayunan untuk anak ku." Ujar Tuti

"Apa.?
Bukankah anakmu belum genap 40 hari. Dan juga belum 'bapalas', sebelum itu tidak boleh di ayun."
"Kemarikan anakku." Pinta Tuti

Ibunya langsung menyerahkan bayi tersebut pada tuti.

"Kur kur ayam Sambilu di dadanya..
Ayam putih ayam habang ngiuk2 mancari mamanya." Tuti mulai menyanyikan lagu dengan nada yang sendu
"Tuti. Kadutmu dimana.?" Tanya nini tia

"Aku tidak tau." Jawab tuti singkat, seakan tak suka bila di ajak mengobrol

Nini tia menatap tuti, matanya seketika terbelalak ketika melihat sebuah tanda di kaki perempuan itu. Bercak darah berwarna hitam.
Nini tia, seketika mengerti.

"Tut. Tuti. Boleh nini pegang anakmu dulu.?"

"JANGAN SENTUH ANAKKU..!!!!" teriak tuti

Nini tia tercekat, benar dugaan nya. Kalau tuti saat itu sedang di rasuki.
Ia langsung bergegas keluar kamar, dan menemui ibunya tuti di dapur.

"Dia bukan tuti." Bisik nini tia yang langsung membuat ibunya Tuti menjatuhkan sendok sayurnya kelantai
"Ssstthh.. Jangan keras2.!"

"Lalu apa yang harus kita lakukan.? Apa tuti akan baik2 saja.? ADuh, aku khawatir sekali dengan tuti." Ujar ibunya mulai panik
"Aku akan berusaha mengulur waktu. Mahluk itu tidak akan keluar rumah di waktu siang begini. Nah kau carilah menantumu. Bantu dia mengumpulkan sawang dan bambu runcing." Ujar nini tia
Tanpa banyak tanya, ibunya Tuti langsung pergi melewati pintu belakang dengan pisau kecil di tangan nya.

Nini tia keluar rumah, dan memetik beberapa tangkai bunga melati juga menangkap seekor ayam lalu membunuh ayam tersebut dan mengeluarkan isi perutnya. Menyajikan nya di dalam
Piring putih, serta sejari darah ayam didalam gelas. Dan membawanya ke kamar Tuti.

Di dalam kamar, tuti terlihat mengelus2 wajah bayinya. Bau Ganyir tercium dari tempat tidur tuti.

"Tu. Tut. Tuti, nini. Nini bawakan ini untukmu, siapa. Siapa tau. Siapa tau kamu lapar."
"Letakkan saja di situ Santia." Ucap Tuti masih terus membelai2 anaknya

Nini tia gemetaran, langsung meletakkan bunga melati bakah tanain manuk (jeroan ayam) dan sejari darah ayam, di lantai. Lalu bergegas keluar kamar.
Di dapur, sesekali ia mendongak kan kepalanya di pintu, berharap Rihat dan ibunya tuti segera datang. Namun berjam2 ia menunggu tak ada tanda2 kepulangan kedua nya.
Lagi2 terdengar suara nyanyian dari dalam kamar, namun kali ini suaranya terdengar lebih dingin dan menakutkan.

Singkatnya, matahari mulai tenggelam. Pertanda malam akan segera tiba.

Dari kejauhan, Rihat sudah pulang membawa banyak potongan2 bambu runcing dan juga daun sawang
Yang dia dapatkan dari kampung.

"Kemana saja kau ini rihat. Sudah hampir malam begini baru pulang.!!" Bentak nini tia

"Aku mencari sawang dan bambu ini di kampung. Bayangkan saja bagaimana caranya aku bisa secepat kilat pulang pergi dari sini ke kampung, dan dari kampung kesini
."ujar Rihat setengah emosi

"Kita terlambat.! Mahluk itu sudah berada di sini. Di dalam mes ini.!"

"Hah.?!"

"Sudah. Jangan banyak tanya. Sekarang pasang bambu itu mengelilingi pohon besar di situ. Di pohon itulah mahluk tersebut bersarang. Jadi jika mau pasang bambu
Di sana. Dia tidak akan bisa pulang.!"

"Mahluk. Mahluk apa yang nini maksud ini.?" Tanya rihat

"KUNTILANAK. (HANTU BARANAK)" bisik nini tia
Mendengar nama itu, Rihat langsung bergegas menuju ke pohon besar. Satu persatu bambu runcing ia tancapkan di tanah.

Namun seiring dengan itu terdengar teriakan Tuti dari dalam kamar.
Nini tia melihat tubuh tuti yang seperti 3 jari berada di atas lantai seperti melayang.

Ia mundur hingga terpojok ke dinding.

"Kau menolak lupa denganku santia.?!" Ujar tuti seraya menatap nini tia dengan kepala yang seperti kaku
"Mereka tidak salah terhadapmu Rindati. Mereka bahkan tidak tau siapa kamu. Jangan sama ratakan manusia2 yang sudah membuat mu seperti ini dengan yang tidak bersalah!"

Tuti berteriak, suaranya memekakkan telinga.
Lalu melukai bagian wajah nini tia sampai ke dada
Dengan kuku2nya yang hitam dan panjang.

Darah menyembur dari luka tersebut, membuat nini tia seketika tumbang.

"Jangan, jangan kau ganggu merrka. Uhukk.."

Sementara itu, gelapnya malam sudah mulai pekat. Rihat di kagetkan dengan kedatangan istrinya
Yang sambil menggendong anak mereka.

"Bambu itu tidak akan membantu. Kau jangan percaya pada nini tia. Aku sudah tidak apa2." Kata Tuti
"Syukurlah kalau begitu. Sudah malam yuk kita masuk. Kan katamu tidak boleh membawa anak saat maghrib2 seperti ini." Ajak Rihat
"Kau duluan. Aku akan menyusulmu di belakang."

Rihat yang tidak curiga sedikit pun pada gerak gerik istrinya langsung berjalan mendahului tuti.
Sesampainya di depan pintu, barulah Rihat sadar kalau Tuti tidak ada di belakang nya.
"Tuti.. Tuti.." Panggil Rihat

Tong..tong.. Suara sesuatu

"Astaga. Nini.! Ya allah. Kenapa bisa begini?!" Ujar Rihat berusaha menolong nini tia yang sudah sangat lemah
"Rind. Rinda. Ti. Membawa istri dan anakmu.!" Ucap nini tia terbata2 karena sambil menahan sakit

Nafas Rihat turun naik, ia tidak tau pasti siapa orang punya nama Rindati. Tapi yang pasti tadi ia sama sekali tidak melihat adanya orng lain di dekat istrinya.
Apa mungkin itu nama dari sosok kuntilanak yang di katakan oleh nini tia tadi.

Dengan berat hati, terpaksa Rihat berlari keluar mes. Ia mengetuk satu persatu pintu mes yang berisi beberapa orang penyadap karet. Namun tak ada satu pun yang membukakan pintu.
Hingga saat ia sudah hampir putus asa berkeliling dan berteriak2 di perkebunan karet itu. Dari kejauhan terlihat beberapa orang yang sedang berjalan kaki. Senter milik mereka di arahkan kesana kemari.

Rihat yang melihat itu oun langsung berlari
Kearah orang2 tersebut. Dan setelah dekat, ternyata orang2 yang datang itu merupakan ibu mertuanya bersama beberapa warga lain nya.
"Nini. Nini tia. Dia terluka parah." Ujar Rihat gugup

"Kamu temani ibu ini di rumah. Biar kami yang pergi mencari mereka." Ujar bapak2 berusia 50 tahunan itu pada seorang pemuda
Tanpa bicara sedikitpun, ibu mertuanya Rihat berjalan kearah mes. Sementara Rihat di minta untuk mengikuti si lelaki tua bersama 2 orang lain nya.
"Dimana anak dan istri saya sebenarnya pak.?" Tanya Rihat

"Mereka ada disini. Hanya berbeda sedikit ruang dengan kita."

Rihat mengerutkan keningnya.

3 orang tersebut mulai memasangkan berbagai tulisan di kain putih dan di lilitkan pada pohon besar itu.
"Bismillah..."

"Rindati. Aku tau itu kau. Cepat kembalikan perempuan dan anaknya itu kemari. Atau kalau tidak rumahmu akan ku hancurkan.!!"

"Hihihihihi...." Suara tawa misterius terdengar lamat2
Merasa di permainkan, si lelaki tua langsung membacakan sesuatu. Cipratan api mulai terlihat.

"Aku sedang tidak bergurau Rindati..!
Lekas kembalikan ibu dan anak itu kemari."

Suara raungan terdengar, raungan, tangisan menjadi satu.

Dan saat api sudah akan di sulut,
Terdengar suara tangisan bayi.

"Jemput istri dan anakmu. Cepat..!!"

Rihat bergegas masuk kearea pohon, dan menemukan istri juga anaknya yang tengah terbaring lemas di tanah.
Di bantu satu orang tadi, Rihat berhasil membawa anak dan istrinya keluar dari area pohon besar.
Air matanya seketika terjatuh saat sudah berada di dekat mes.

"Selagi kau berada di sini, jangan pernah lepaskan kain putih di pohon besar itu. Jika tidak mahluk tersebut akan kembali menganggu keluargamu."
"Siapa Rindati.?" Tanya Rihat

"Dulu perkebunan karet ini adalah sebuah perkampungan, yang kemudian perkampungan itu di pindah karena adanya pembukaan lahan karet. Karena tanah2 di sekeliling desa sudah merupakan
Milik perusahaan karet, makanya desa itu di pindah, ke desa yang sekarang kami tinggali. Dulu di desa ini ada seorang gadis cantik, sangat sangat cantik. Bernama Rindati."

"Rihaaatt.. Nini tia sudah meninggal.!!" Teriak ibu mertuanya terisak
---
Si lelaki paruh baya dan beberapa oemuda yang bersamanya ikut membantu dalam penguburan jenazah nini tia. Mereka berada disana sampai malam hari. Dan setelah itu barulah mereka pulang.
Keadaan tuti masih trauma dengan kejadian2 yang ia alami, ia masih terlihat melamun dan tak mau menyusui anaknya.
Sehingga mengharuskan anaknya terpaksa di berikan air tanakan nasi.

Dibalik kejadian yang mereka alami itu tidak hanya membuat luka trauma pada tuti.
Tapi juga mamou membuat Rihat selalu ingat kepada tuhan. Dan tak pernah telat beribadah.
Namun kadang2 ia juga memikirkan tentang asal usul Rindati, mahluk jahat yang sudah menganggu keluarganya.
Ia begitu sangat ingin tau. Tetapi dengan keadaan anak dan istrinya yang masih belum cukup baik. Membuat Rihat mengurungkan niat nya untuk mencari tau tentang Siapa Rindati...

---SELESAI---

Bisakah Rihat membuka cerita kelam di balik sebuah nama, Rindati.?
Setelah ini akan ada cerita keduanya.
Jadi jangan lupa follow dan aktifkan notifikasinya ya ponakan2.

Kalau ponakan2 mau Donasi melalui bank - Ini nomor rek-450301013682538
Bank BRI-
Atas nama- Rudisugara

Kalau mau nyawer pulsa ini nomornya - 0856 5403 7262

Dan bisa juga
Mengklik link ini -> saweria.co/donate/Omrasth…

Sebelumnya om ucapkan terima kasih banyakπŸ™πŸ™
Dan juga om ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan nya.

β€’ β€’ β€’

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
γ€€

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 153 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 22
PELET CELANA DALAM

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhorror
#kisahnyata

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Eh sum, bujurankah rumah kosong dihiga wadah ikam tu ada yang mandiami sudah?
(Eh sum, betulkah rumah kosong didekat rumahmu itu sudah ada yang menempati?)" tanya yayah pada isum yang pada saat itu mereka sedang berada
Disebuah rumah yang akan mengadakan acara pernikahan

"Iih pinanya, pang rami kamarian urang bahangkut parabut kasitu. (Sepertinya iya, karena kemarin ramai orang mengangkut barang kerumah itu." jawab isum
Read 149 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(