OM RASTH Profile picture
Apr 14, 2021 179 tweets 23 min read Read on X
ANYIR 2
R I N D A T I

#bacahorror
#bacahoror

Seiring terungkapnya sedikit demi sedikit fakta tentang sosok Rindati, yakni mahluk yang di sebut orang2 'Kuntilanak' itu. Rihat mulai di teror oleh sesuatu. Namun yang aneh nya sesuatu itu bukanlah sosok Image
Kuntilanak / Rindati. Tapi merupakan mahluk lain yang berwujud tinggi kurus dan mempunyai lidah yang sangat panjang. Ada apa gerangan di balik kematian wanita malang itu.?

---------
Berbulan2 telah berlalu, Kesehatan Tuti mulai membaik. Perlahan2 ia sudah mulai bisa berdamai
Dengan trauma nya akan sosok Rindati yang pernah hampir membuatnya kehilangan nyawa.

"Ma, aku titip Hanis sama tuti ya. Aku mau ke kampung. Ada sedikit keperluan. Sehabis isya insyaallah aku sudah pulang." Pamit Rihat
"Sekalian saja kalau begitu hat, belikan uma obat sakit pinggang ya. Pinggang dan kaki uma sudah mulai sakit2an." Pesan ibu mertuanya

"Iya ma. Nanti aku belikan."

Ibu mertuanya yang tengah menggendong Hanis menatap Rihat yang sudah mulai berjalan meninggalkan halaman mes.
"Tut. Sebentar lagi paman sayur akan datang. Uma ke depan sana sebentar ya." Kata si uma pada tuti yang tengah menanak nasi

"Iya ma."

Setelah nasi matang, tuti melanjutkan pekerjaan rumahnya dengan mencuci baju2 'tilasan' suaminya. Saat memeriksa kantong baju terakhir
Rihat, Tuti menemukam secarik kertas. Namun karena sudah terendam air, tulisan yang ada di dalam kertas tersebut sudah menyatu dan tak terbaca.

"Ah, mungkin cuma catatan biasa." Batin tuti
Setelah semua pekerjaan nya selesai, tuti duduk2 di teras depan mes menunggu si uma dan Hanis pulang.

Tetapi ada sebuah mobil pick up yang singgah tepat di halaman sebelah mes. Di ikuti dengan singgah nya sebuah sepeda motor di belakangnya.
Dari dalam pick up keluar ibu dan seorang anaknya yang mungkin berusia 6 tahunan.
Si lelaki yang membawa motor, berjalan ke arah mes sebelah yang bernomor 37.
Melihat si lelaki yang memiliki kunci mes tersebut, tuti beranggapan bahwa mereka adalah keluarga penyadap yang
Baru, dan akan menempati mes di sebelah mereka yang kosong tersebut.

Saat bertemu pandang tuti melemparkan senyum pada anak kecil itu, si anak membalasnya seraya melambaikan tangan.
Si ibu juga nampaknya sangat Ramah karena langsung menyapa Tuti.

"Sepi sekali ya kawasan mes perkebunan karet di sini." Ujar nya sambil tersenyum kearah Tuti

"Iya. Kalau siang begini, yang ramai biasanya di depan sana. Itupun kalau sedang menunggu paman sayur." Jawab Tuti
"Oh di sana itu, iya aku melihat banyak ibu2 duduk2 di sana. Kamu tidak pergi kesana.?"

"Tidak."

"Aku Rita, ini suamiku Yadi. Dan ini putri kami Riya." Kata si wanita sembari memperkenalkan diri

"Aku Tuti."

"Semoga kita bisa jadi teman ya Tut. Aku masuk dulu. Mau bersih2."
Tuti tersenyum.
Dari kejauhan ia melihat ibunya yang tengah menggendong Hanis berjalan pulang.

"Ada orang baru yang menempati mes sebelah ya."

"Iya, ma." Sahut Tuti seraya mengambil Hanis dari gendongan sang ibu yang juga menenteng plastik berisi sayur mayur
Singkatnya, malam pun tiba. Selepas isya, Rihat pulang sembari menenteng makanan.
Ada sate, dan soto.

"Astaga, nak. Berani sekali kau membawa makanan2 seperti ini melewati kebun karet itu. Apa sudah di batawaran / batengaan (biasanya di ucapkan dengan kalimat seperti ini
Banjar : Lamun handak datu ambil ja, asal jangan menganggu wan maumpati. (Kalau mau ambil saja. Asal jangan menganggu dan mengikuti)
Dayak : tuh akan ketuh (ini bagian untuk kalian, sambil melempar sedikit makanan yang di bawa.) ( untuk anak kalimantan yang sering
Bepergian kehutan atau beli makanan dan melewati tempat2 angker. Pasti pada tau kan..

"Sudah ma. Sudah jangan khawatir." Jawab Rihat sembari tersenyum
"Hanis sudah tidur.?"tanya Rihat

"Iya. Baru saja." Jawab tuti

"Ya sudah, uma jaga Hanis dulu ya. Kalian makan lah duluan."

"Tidak usah ma. Tadi sudah ku taruh yasin dan cermin di atas kelambu. Lebih baik kita makan bersama saja." Ujar Tuti

"Iya, ma. Masa makan
Harus gantian. Kaya orang lagi musuhan aja."canda Rihat

Saat makan terdengar suara2 dari sebelah mes.

"Itu."

"Itu tetangga baru kita, mereka baru saja pindahan tadi siang. Orangnya ramah sekali." Potong Tuti
"Ooh. Sepertinya ada anak kecil juga ya.?"

"Iya. Sekeluarga mereka. Barang2 nya saja banyak sekali."

"Baguslah, jadi tuti dan uma tidak takut lagi kalau semisal aku pulangnya larut malam." Ucap Rihat
"Memangnya harus pulang larut malam. Ku lihat teman2 mu sore sudah pada pulang."

"Namanya kan kerja tut." Ujar si uma

"Sebenarnya, aku ada sesuatu yang harus ku cari tau tut."

"Sesuatu apa itu.?"

"Nanti ku beritahu kalau sudah waktunya." Jawab Rihat seraya memakan makanan nya
Malam semakin larut, suara2 serangga malam mulai terdengar memenuhi kebun karet.

Rihat masih duduk di luar kelambu, ia terus saja menatap secarik kertas di tangan nya.
Hingga menarik perhatian dari Istrinya.

"Apa itu.?" Tanya tuti yang sedang menyusui anaknya

"Tidak, bukan apa2. Kamu belum tidur.?"

"Anak kita masih menyusu."

"Ya sudah, aku ke luar dulu ya."
Tuti tak menjawab dan hanya menghela nafas, ia kadang merasa aneh dengan sikap yang di tunjukan suaminya itu akhir2 ini. Kadang melamun, kadang juga sedih. Entahlah ada apa sebenarnya.
Dari luar rumah terdengar suara beberapa orng yang sedang bercakap2.

Tuti mengira itu adalah suara suaminya dan suara si tetangga baru mereka.
lalu ia memutuskan untuk tidur.
"Dia. Dia. Pergiiiii..." Racauan suaminya yang mengigau membuat tuti terbangun

"Bangun, hey.. Rihat. Rihat. Dengar.. Hey.. Bangunn."

Rihat terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Nafasnya nampak terengah2.
"Kamu mimpi apa.?" Tanya Tuti

Rihat masih mengatur nafasnya yang berantakan. Susah sekali rasanya untuk jujur pada istrinya. Ia sangat takut kalau dengan menceritakan semuanya malah akan membuat tuti kembali jatuh sakit karena mengingat tentang mahluk itu.
"Bukan apa2. Ayo tidur lagi. Aku mau minum ke dapur dulu." Jawab Rihat akhirnya

Tuti menghela nafas panjang.
Lagi2 suaminya bertingkah aneh.
Apa yang sedang Rihat sembunyikan dariku. Batin Tuti
----
"Cerita ini sudah lama sekali. Rindati adalah gadis yang periang dan lugu. Parasnya sangat amat cantik. Dengan lesung pipit di kedua belah pipinya. Senyumnya begitu manis.
Suaranya yang merdu jika sedang bersenandung.
Dia mempunyai seorang adik, yang kala itu
Berusia kurang dari satu tahun. Dia sering bermain dengan anak2 kecil di bawah pohon tua yang sekarang berada di dekat mes kalian itu.
Di sana dulu ada bekas tali ayunan yang di buat untuk Rinda bermain bersama anak2 desa lain nya.
Kehidupan Rindati sangat sempurna jika di lihat dari luar. Namun di dalam nya terdapat luka lebar yang menganga. Ya, luka itu tercipta dari perselingkuhan ayahnya dengan seorang perempuan.
Perempuan itu datang ke rumah keluarga Rindati. Hidup di tengah2 keluarga kecil itu, hingga akhirnya di ikuti oleh anak tiri si ayahnya tersebut. Lalu mereka semua tinggal serumah bersama. Awalnya terlihat baik2 saja. Sampai suatu ketika, kejadian memilukan terjadi
Rindati di perkaos oleh saudara tirinya. Tidak hanya sampai di situ, Rindati di gilir hingga mati. ( sembari menghela nafas ). Sejak saat itu hilang sudah keceriaan Rindati. Gadis cantik dan manis itu hilang bagai di telan bumi. Tak pernah ada lagi terlihat bermain
Bersama teman2 nya. Beberapa tahun kemudian, barulah semuanya terungkap. Bahwa Rindati sudah mati. Dan mayatnya di makam kan tepat di bawah pohon besar tersebut. Tak ada warga yang berani menggali makamnya. Karena warga di minta untuk tutup mulut
Jika tidak ingin bernasib sama. Dan karena pada saat itu mereka adalah orang2 yang berada, maka mau tak mau kami harus ikut merahasiakan kejadian tersebut. Hingga sampailah waktunya, ketika arwah Rindati datang. Membuat satu persatu bayi2 di sini sakit dan meninggal.
Sampai banyak warga yang pindah ke desa lain saat mereka tengah hamil. Karena takut kalau jika anaknya lahir akan menjadi korban keganasan Arwah nya Rindati." Cerita kakek Ilman
Cerita itu terus saja terngiang2 di telinga Rihat, hingga tanpa sengaja mata pahat nya patah karena ternyata yang ia pahat adalah batang dalam pohon karet yang sangat keras.
"Akh. Patah." Gumam Rihat

Karena tak punya pahat pengganti, akhirnya Rihat mencari2 teman nya untuk di mintai pinjam pahat cadangan mereka.

Berjarak tak jauh dari nya ada Yadi yang juga tengah mulai menurih.
"Boleh aku pinjam pahatmu.? Punyaku patah keduanya." Ujar Rihat

"Boleh, ini pakai saja." Kata Yadi seraya menyerahkan pahat cadangan nya
"Terima kasih ya, nanti kalau sudah sampai mes akan ku kembalikan."

"Pakai saja. Aku belum membutuhkan pahat itu."

"Sekali lagi, terima kasih ya."

"Iya, sama2."

Selesai menyadap karet, mereka pulang bersama. Sekitar pukul 3 sore mereka sudah sampai di mes. Karena Yadi
Memanglah berangkat menggunakan motornya.

"Ini pahatmu. Aku mau ke kampung juga hari ini untuk membeli pahat yang baru. Terima kasih atas pinjaman nya ya." Ucap Rihat saat mengembalikan pahat milik tetangga barunya tersebut
"Kau mau ke kampung.? Boleh aku ikut.? Soalnya aku mau membeli rokok. Kemarin saat pindah, lupa." Ujar Yadi

Rihat terdiam sebentar, lalu menyetujui untuk Yadi ikut.

"Ya sudah kalau begitu, aku makan dan siap2 terlebih dulu ya." Lanjutnya
Di dalam rumah, terlihat Tuti yang sedang duduk melipat pakaian.

"Mau kemana.?"

"Mau beli pahat ke kampung. Pahatku patah."

"Pulang jangan malam2." Pesan tuti

"Sekalian belikan kue kering, buat camilan nya hanis."
Rihat mengangguk, lalu bergegas ke dapur untuk mandi dan makan.
Selesai mandi dan berpakaian, ia ke dapur. Sepiring nasi hangat serta tumis kangkung dan juga ikan patin goreng.
"Mau pirik lumbuk (sambal) juga hat.?" Tanya ibu mertuanya seraya meletakkan sedikit sambal yang hanya terbuat dari cabe mentah dan bawang mentah yang di ulek dengan sedikit garam

"Terima Kasih ma."

Rihat lalu makan dengan sangat lahap.
Ibu mertuanya juga membuatkan segelas teh untuk Rihat. Namun Rihat hanya meminum separuh gelas saja. Karena terdengar suara Yadi dari arah luar.

"Mau kemana hat.? Kok terburu2." Tanya ibu mertuanya
"Mau beli pahat ma, ke kampung."

"Memang ada yang jual pahat selain pasar.?"

"Ada ma."

"Oh. Ya sudah. Pamit istrimu sama anakmu dulu sana. Hati2 di jalan ya nak." Kata mertuanya lagi
"Iya ma."

Setelah makan, ia pun masuk sebentar ke dalam kamar, mengambil dompet dan uang nya.

"Aku pergi dulu ya tut. Cuma kue kering kah yang di beli. Kamu tidak mau pesan apa2.?"

"Kalau untukku, terserah kamu saja mau belikan apa."
Rihat mengangguk, setelahnya langsung keluar.

"Hallo om.." Sapa Riya yang sedang berada di gendongan ayahnya

"Hallo Riya." Balas Rihat

"Abah dan om mau kemana.?"

"Mau ke kampung. Riya mau di belikan makanan apa.?" Tanya Ayahnya
"Kalau boleh, Riya nya mau mainan rumah2an bah." Ucap polos anak itu

"Kalau mainan tidak ada yang jual ya kan om Rihat." Ujar Yadi memberi kode agar mengiyakan

"Iya. Karena di kampung jarang sekali ada yang jual mainan nak." Ucap Rihat
Setelah berpamitan, keduanya pun berangkat menaiki motor milik Yadi.

Di sepanjang jalan keduanya mengobrol. Hingga tak terasa jarak yang berkilo2 meter pun audah terlalui dengan cepat.
Mereka mulai memasuki kawasan perkampungan.

"Belok kiri yad."

"Nah disitu, itu warung yang terbesar dan terlengkap di sini." Tunjuk Rihat

Preepp peett peettt.. Motor milik Yadi di parkirkan tepat di depan warung.
Lalu mereka berdua turun.

"Yang ini berapa.?"

"Itu 35 ribu. Kalau yang di bawahnya itu 25 ribu."

Rihat mengambil kedua pahat tersebut,

"Aku ambil dua. Sama kue kering dan mie instan 5 bungkus."
Selesai membeli apa yang menjadi tujuan keduanya pun keluar dari warung.

"Emm. Kamu pulang saja duluan. Aku nanti sehabis magrib."

"Loh. Kenapa.? Nanti ku temani. Mau kemana. Arahin saja. Nanti ku antar. Tidak enak masa perginya sama2 pulang nya sendiri2." Tolak Yadi
"Sebenarnya. Aku mau ke rumah kakek ilman. Mau bertanya kelanjutan kisah hidup Rindati."

Yadi mengerutkan keningnya.

"Kamu, jangan bilang kamu berselingkuh." Ujar Yadi

"Ah. Yang benar saja kamu ini. Mana ada aku berselingkuh. Rindati itu sudah meninggal berpuluh2
Tahun yang lalu. Arwah nya pernah hampir membunuh istri dan juga anakku." Kata Rihat, tanpa ia sadari si bapak2 pemilik warung

"Hantu.? Wah aku jadi penasaran. Aku ikut ya." Ujar Yadi

Rihat terdiam,

"Tapi Jangan kasih tau istriku ya yad. Nanti dia sakit."
"Aman. Rahasia mu tak akan bocor."

Keduanya lalu berangkat ke rumah kakek Ilman sesuai yang di arahkan oleh Rihat.

"Selamat sore." Sapa Rihat pada seorang kakek2 yang tengah minum kopi
"Oh. Rihat. Mari masuk."

Setelah berbasa basi serta mengenalkan Yadi pada kakek Ilman, Rihat mulai menanyakan perihal lanjutan cerita dari kisah Rindati.
"Tidak ada yang tau, kenapa Rindati menjadikan anak2 sebagai korban nya. Lalu adik dan ibunya kemana saat Rindati di perlakukan dengan sangat keji seperti itu oleh saudara tirinya? Pasti kau bertanya seperti itu kan. Mereka melakukan hal itu tepat saat senja kuning
Dan saat Rindati berada di jalanan untuk pulang. Ibunya menjadi gila karena hilang nya Rindati. Ia menanyakan kepada setiap orang. Namun tak ada satupun dari warga yang mau memberitahukan kebenaran nya. Bahkan sampai ibunya mati karena sakit, ia tak tau penyebab Rindati
Menghilang."cerita si kakek sembari menghela nafas di ujung ceritanya

"Bangsat.! Laki2 seperti itu harusnya di potong kem****n nya.!" Umpat Yadi
"Mungkin sebab itu pula lah, Rindati ingin membalaskan dendam nya dengan membunuh satu persatu anak2. Agar orang tuanya tau betapa siksa nya kehilangan anak yang mereka cintai sama halnya yang di rasakan oleh ibu Rindati dulu "
Saat mereka sedang asyik bercerita tiba2 datang seorang kakek2, yang Rihat pun tidak tau siapa orang tersebut.
Namun anehnya kakek ilman nampak menunduk dan serba salah saat si kakek asing itu datang.
"Ku dengar kalian asyik sekali mengobrol. Memangnya tentang apa.?" Tanya si kakek yang baru datang, dengan senyum tipis di bibirnya

"Tentang, Ri.."

"Bukan tentang apa2. Mereka kemari hanya bercerita masalah sadapan getah."

"Oh iya. Kalian berdua bukan nya tadi mau pulang.?"
Tanya kakek ilman setengah mengusir, matanya sayu dan menatap lekat kepada Rihat. Seolah2 memberi isyarat kalau mereka harus cepat2 pergi dari sana.

"Oh. I. Iy. Iya. Ya sudah kalau begitu kami berdua pamit permisi pulang dulu ya. Nanti kapan2 kami kemari lagi." Ujar Rihat
Seraya menarik tangan yadi untuk segera keluar

Sesampainya di luar rumah, Rihat langsung menyuruh Yadi untuk segera menghidupkan mesin motornya.

Saat mereka sudah berada di atas motor, sekali lagi Rihat melihat ke arah kakek ilman yang
Berdiri bersebelahan dengan
Si kakek yang baru datang. Wajahnya menunjukan lalau dia sedang tidak baik2 saja pada saat itu.
Entah apa yang terjadi, semoga saja kakek ilman tidak dalam bahaya. Semoga saja ini hanya perasaan ku saja. Batin Rihat.
"Hat, kau merasa aneh tak.? Orang tua itu seperti bukan orang baik2." Ujar Yadi

"Ah, masa sih." Sahut Rihat, lalu keheningan pun tercipta. Jujur dalam hatinya, Rihat juga merasakan hal yang sama tentang si lelaki tua tadi.
Sekitar 2km sebelum mes, motor Yadi mendadak mati. Entah apa penyebabnya.

"Kenapa yad.? Habis bensin.?" Tanya Rihat

"Aku rasa tidak Hat. Sebelum berangkat tadi, sudah ku isi terlebih dulu."
Yadi berusaha memperbaiki motornya, namun karena tidak adanya penerangan. Alhasil ia tak bisa melihat apa2.

"Ku rasa aku tidak bisa memperbaikinya. Kau tak keberatan kalau kita jalan kaki saja.?"

"Sama sekali tidak Yad. Ayo mari ku bantu mendorong."
Cahaya bulan samar2 menerangi langkah mereka di tengah perkebunan karet.

"Mengapa perasaanku tak enak ya Hat.?"

"Sama, perasaanku juga tidak enak." Ujar Rihat seraya ikut mendorong motor Yadi, keduanya melangkah begitu tergesa2
Hingga tak berapa lama, dari depan jalanan keduanya melihat sebuah bayangan yang sangat tinggi.

( om mau permisi bentar🙏.
Yang berminat sama akar bajakah untuk obat. Dan minyak2 asli kalimantan, bisa Langsung DM atau WA om Rasth- 0856 5403 7262

Om punya beberapa minyak,
Buat pagar diri, membersihkan tempat usaha dll. Pelaris usaha, dan untuk memikat lawan jenis. )

"Hat.."

"Aku juga lihat yad."

Mereka berdua diam di tempat tak berani melanjutkan langkahnya.
Saat sosok bertubuh tinggi tersebut menghilang barulah mereka berdua bisa menghela nafas sedikit. Dan kembali mempercepat langkahnya.

"Di depan sana tanjakan. Kita lari dari sini saja Hat. Kau siapkan.? Satu. Dua. Tiga..!!"

" Satu. Dua. Tiiggaa..!!"

Dan tak terasa, mungkin
Juga karena dikejar rasa was2 dan takut. Perjalanan keduanya pun sudah hampir sampai. Ujung mes yang dekat mushola dan gereja sudah terlihat.

"Alhamdulillah kita sudah hampir sampai yad."

Saat keduanya melalui pohon besar yang menjadi kediaman Hantu Rindati.
Mereka berdua di kagetkan dengan suara teriakan.

Yang membuat motor Yadi jatuh karena ditinggal lari begitu saja.

Nafas mereka tersengal,

"Kau dengar.?" Tanya Rihat yang langsung membuat Yadi mengangguk
"Motormu. Yad."

"Biarlah disitu. Aku takut."

"Ada apa ini.?" Tanya ibu mertuanya Rihat yang ternyata belum tidur

"Suara ma. Suara itu."

"Suara apa.? Suara siapa.? Kenapa larut malam sekali pulang nya hat. Itu anakmu dari tadi menangis terus, baru saja tangisan nya berhenti."
"Maaf ma. Motor milik yadi mati tadi di tengah jalan."

"Iya, bu. Maaf." Sahut Yadi

"Iya tidak apa2. Lalu sampai kapan kalian berdua mau berdiri di depan situ.??"

"Kita mau ambil motor yadi di dekat pohon itu ma. Tadi jatuh karena tidak sengaja kami mendengar suara teriakan
Motornya kami tinggal begitu saja."

Ibu mertuanya hanya bisa geleng2 kepala seraya masuk kedalam rumah.

------------

"Rihat, kau rasa mahluk yang tinggi itu tadi malam, apa tujuan nya menampakan diri pada kita.?" Tanya Yadi, saat mereka berjalan menuju ke kebun karet
"Mungkin itu hanya mahluk halus yang tinggal di sekitar perkebunan karet hat."

Setelah sampai di blok kebun yang sama, keduanya berpisah. Dan memulai pekerjaan nya sendiri2.
Baru sekitar 50an batang yang berhasil di sadap oleh Rihat, tiba2 matanya jadi berkunang2. Kepalanya pening dan juga sakit seperti di tusuk2 oleh sesuatu.
Membuatnya langsung duduk beristirahat di bawah pohon sambil meminum air putih yang ia bawa dari mes.
Namun bukan nya membaik, penglihatan rihat justru bertambah buruk. Hingga ketika sampai puncaknya, Rihat jatuh pingsan dengan botol yang masih terbuka dan airnya tumpah membasahi tanah.
Saat ia tersadar, Rihat sudah berada di pos jaga dekat tempat penyetoran karet.

"Rihat. Kau kenapa.?" Tanya teman2 nya silih ganti
Rihat melihat ke sekelilingnya. Dan masih antara nyata dan tidak, ia melihat sosok mahluk tinggi itu lagi. Lalu Rihat kembali tak sadarkan diri.

Rihat di antar pulang oleh beberapa teman2 nya termasuk yadi.
Sesampainya di rumah, istri dan mertuanya kaget dan sedih melihat keadaan Rihat.

"Ya Allah. Menantuku kenapa."

"Dia hanya pingsan bu, mungkin kelelahan." Kata Yadi menenangkan
Dalam ketidak sadaran nya, Rihat meracau aneh.

"Gali. Gali. Lepaskan. Kain itu." Racau Rihat

"Kain.?" Gumam Yadi
Yadi teringat akan cerita dari si kakek dan juga cerita Rihat tentang pohon besar di dekat mes. Di pohon itu memang ada kain panjang yang di lilitkan pada pohon tersebut.
"Apa jangan2 kain di pohon itu ya.?" Gumam Yadi

Namun yadi tak berani untuk mengambil tindakan sejauh itu. Ia takut kalau kain tersebut di lepaskan, anaknya akan ikut jadi korban.
Tiba2 Rihat batuk darah kental berlendir. Yadi meringis melihatnya.
Antara jijik dan kasian.

"Rihat!."

"Lepaskan AKUUUUU...!!!" teriak Rihat nyaring
"Kau bukan Rihat.! Kau Rindati.!" Ujar Yadi menunjuk ke arah Teman nya itu

Tangan nya terasa terbakar saat di sentuh oleh Rihat.

Perlahan awan mendung mulai berkumpul di atas lahan perkebunan karet.
Rintik hujan mulai berlomba membasahi bumi.

Seiring suara gemuruh angin, terdengar suara teriakan melengking dari mes sebelah yang merupakan tempat tinggal baru keluarga Yadi.
Yadi yang menyadari ada sesuatu tak beres terjadi, langsung berlari keluar. Namun pintu mes nya terkunci. Sementara angin dan hujan bergemuruh.
Berkali2 Yadi mencoba mendobrak pintunya. Namun nihil. Pintu itu lebih kuat dari apa yang ia bayangkan.

Ia mengambil batu dan berusaha memecah paksa kaca jendela tersebut. Dan praaaangg.

Seiring dengan pecah nya kaca, pintu mes pun terbuka.
Dengan nafas terengah dan dada yang berdebar, Yadi masuk ke dalam rumah.

Terlihat istri dan juga anaknya sudah terluka dan terbaring di lantai.
Tangisnya pecah begitu saja. Teriakan kesal, marah dan sedih campur aduk terdengar.

Untungnya luka yang di alami oleh kedua orang tercintanya itu tidak terlalu parah dan hanya membuat torehan kecil saja.
Setelah istrinya sadar, ia bercerita bahwa ada seseorang yang menyerupai Rihat ingin mencoba melukai ia dan anaknya.

"Tidak mungkin. Saat kau berteriak tadi. Aku melihat sendiri kalau rihat masih terbaring lemah. Ini pasti ulah ri.. Sudah lah. Jangan di pikirkan
Yang pasti ini semua bukan ulah Rihat."ujar Yadi tak ingin memberitahu istrinya tentang apa yang ada di pikiran nya

Di sebelah, Rihat sudah sadar. Dan masih di beri makan juga minum oleh istrinya.
"Ak. Aku melihat sosok yang lain." Kata Rihat terbata

"Sstt.. Jangan bahas itu dulu. Kau masih bekum sehat." Potong istrinya

"Di mana Hanis.?"

"Dia bersama uma."
"Perasaanku selalu terasa tak nyaman tut. Aku merasa seperti ada yang sedang mengawasi kita."

"Kain itu masih ada di pohon kah.?" Lanjut Rihat

"Masih ada. Memangnya ada apa.?"

"Aku takut dia kembali." Jawab Rihat
"Kau tadi meracau. Kau menyebut gali dan kain. Apa kau ingat.?" Tanya Tutu

Rihat menggeleng.

"Rihat!. Kau pasti tak akan percaya dengan apa yang anak dan istriku alami. Mereka melihatmu hendak melukai istri dan anakku. Padahal aku sendiri berada di sini bersamamu dan istrimu."
Ujar Yadi yang baru saja masuk ke dalam

Tuti mengerutkan keningnya,

"Suamiku tak kemana2." Sahut tuti

"Maka dari itu aku rasa ada sesuatu yang menyerupai kamu hat. Yang bahkan mungkin juga bisa menyerupai aku, istrimu atau siapapun. Yang akan membuat kita berselisih."
Rihat terdiam, dada nya naik turun. Tak mungkin rasanya ini ulah Rindati.

"Apa jangan2 ada.."

"Ada yang mengirimkan sesuatu hal yang gaib pada kita. Aku tidak tau siapa. Yang pasti jika di biarkan ini akan membuat kita dalam bahaya."
"Aku harus ke rumah kek Ilman." Lanjut Yadi

"Aku ikut."

"Jangan!. Kau masih lemah. Biar aku saja yang pergi. Sementara aku pergi. Ku titipkan anak dan istriku pada kalian. Bila ada apa2. ( yadi menarik nafas ), ku mohon jangan biarkan istri dan anakku mengalami hal yang buruk."
Ucap Yadi

"Aku akan segera kembali." Lanjut Yadi seraya bergegas keluar

Tidak berapa lama terdengar suara anak dan istri Yadi yang memasuki rumah.
Tuti dan Dan istrinya Yadi saling tatap tanpa suara.

Di mata keduanya nampak berjuta pertanyaan.

"Bawa anakmu isirahat di sini dulu nak." Ujar ibunya Tuti menyuruh keduanya untuk beristirahat di dalam kamarnya.
Saat keduanya masuk ke dalam kamar ibu nya. Tuti mulai bertanya pada suaminya.

"Ada apa sebenarnya.? Kenapa gelagatmu akhir2 ini berbeda sekali?!. Anak kita pun tak pernah lagi kau ajak bermain. Pulang selalu larut malam
Memang nya apa yang sedang kau sembunyikan?!"tanya Tuti bertubi2

"Jika ku katakan. Apa kau akan percaya.? Bukan hanya ketidak percayaanmu tapi aku juga takut jika ku ceritakan semuanya akan membuatmu ingat dengan hantu itu lagi tut."
"Hantu.? Jadi kau masih berusaha mencari tahu tentang setan itu? Aku mulai paham sekarang!.
Kau cari tahu tentang hantu itu, kau ajak juga si yadi. Dan sekarang hantu itu kembali mengincar kita! Aku anakmu, dan juga keluarga yadi! Aku tidak tau lagi harus berbicara apa
Padamu! Yang pasti akibat dari rasa penasaran mu itu bisa membunuh kami.!!" Ujar Tuti emosi

"Kau. Kau gila!!! Kau tak pernah memikirkan terlebih dahulu dampak dari apa yang akan kau buat.!! Besok aku akan pergi dari sini.! Silahkan kau nikmati gangguan2 hantu2 itu.!!"
Malam sudah mulai beranjak. Yadi berlari kencang menuju ke arah mes.

Tok..tok..tok

"Bagaimana.?" Tanya Rihat saat membuka pintu

"Kakek Ilman sudah meninggal. Tepat beberapa jam setelah kita pulang dari rumahnya itu." Jawab Yadi dengan wajah pucat pasi, tangan dan kakinya
Gemetar ketakutan.

Rihat terduduk lemas. Ia tak menyangka kakek ilman meninggal. Padahal sewaktu malam itu beliau masih sangat sehat.

Keadaan semakin menegangkan ketika terdengar kabar bahwa anaknya Sunti meninggal. Ada apa ini.? Apa yang terjadi sekarang.?
"Meninggal kenapa.?" Tanya Rihat dan yadi bersamaan

"Menurut penjelasan Suaminya Sunti, sebelum meninggal anak mereka menangis tak henti sampai akhirnya kejang2. Jari2 tangan dan kakinya juga membiru seketika." Kata lelaki yang menggunakan sarung kotak2 tersebut
"Ya sudah, lebih baik ayuk kita ke rumah nya." Ajak nya

"Sebentar." Ujar Rihat seraya masuk menemui istrinya

"Aku ikut membantu di rumah sunti ya tut."

Tuti diam tak menjawab, ia duduk membelakangi suaminya.
"Tuti. Permasalahan itu. Aku benar2 minta maaf. Aku memang bodoh. Aku berjanji tak akan membiarkan mahluk itu membahayakan kalian." Ucap Rihat

"Tak usah kau berjanji. Buktikan saja omongan mu itu." Ketus Tuti
Sebelum pergi, Rihat terlebih dahulu menaruh cermin dan yasin di atas kelambu. Untuk jaga2, siapa tau mahluk itu juga mengincar anaknya.

"Aku sudah ijin. Ayo kita berangkat." Ujar Rihat

Mereka berjalan bersama2 menuju ke rumah Sunti yang juga merupakan rumahnya alm Nini tia.
"Kau kenapa Yad.?" Tanya Rihat yang melihat gelagat aneh pada Yadi

"Tidak. Tidak apa2." Jawabnya gugup

"Yang benar kau tidak apa2.? Kau berkeringat dingin yad."
"Suara itu. Suara itu. Kau dengar rihat?!!"

"Su. Suara.? Su suara apa.?" Ujar Rihat balik bertanya, karena memang ia tidak mendengar suara apapun yang ganjil.
Sesampainya di rumah sunti, orang2 sudah bersiap2 untuk membawa jenazah bayi yang meninggal tersebut ke desa. Karena jarak yang lumayan jauh dari perkebunan ke desa. Makanya terpaksa jenazah di bawa ke desa dengan berjalan kaki di malam itu agar besok pagi bisa langsung di makam
Kan.
Sunti terlihat terus2an menangis di sepanjang jalan menuju desa.

Angin kencang berhembus, di iringi dedaunan yang gugur berjatuhan. Menimpa orang2 pengantar jenazah.
"Seram sekali malam ini." Bisik salah satu teman nya Rihat

"Maklumlah, baru pertama kali nya kita mengiring jenazah subuh2 begini." Sahut yang lain nya
"Ssttt.. Tak baik begitu."

Hening.. Langkah kaki di percepat ketika cahaya2 lampu pelita yang menjadi penerangan dari desa mulai terlihat.
Saat sampai di rumah yang akan di gunakan untuk mengurus jenazah, orang2 yang tadi mengantar satu persatu mulai berpamitan.
Saat akan keluar rumah, Rihat bertemu pandang dengan si lelaki tua yang kemarin malam sempat bertemu di rumahnya Kakek Ilman.
Saat akan menyapa, tangan Rihat di tarik oleh salah satu teman nya.

"Kau pulang sekarang kan.?" Tanya nya pada rihat

"Ya. Tadi aku juga sudah bilang pada suaminya Sunti." Jawab Rihat
Lalu saat ia bermaksud kembali ke tempat si lelaki tua, Ternyata sudah tidak ada siapa2 lagi di sana.

------------

Selesai pulang menyadap karet, Rihat duduk di depan teras mesnya. Matanya menatap lurus ke depan.

Sementara itu, Yadi dan juga anak istrinya pergi jalan2
Entah kemana.

"Kamu mau makan.?" Tanya tuti, sepertinya mereka berdua sudah berbaikan

"Nanti saja tut. Uma mana.?"

"Ada di dalam. Bersama hanis."

"Duduk sebentar sini."

Setelah istrinya duduk di sebelahnya, Rihat mulai menceritakan cerita yang pernah di ceritakan
Oleh kakek ilman sebelum meninggal dan sampai pada saat malam itu ia dan Yadi yang bertemu dengan si lelaki tua.

"Menurutmu apa kematian kakek Ilman ada hubungan nya dengan orang tua tu.?" Tanya Rihat mengakhiri ceritanya
"Kalau menurutku, mungkin saja iya. Atau bisa juga meninggal nya kakek ilman karena sesuatu penyakit yang kita tidak ketahui."

Rihat menarik nafas panjang.

"Aku yakin yang mahluk yang mengganggu itu bukan Rindati. Tapi mahluk lain. Karena bagaimana pun juga kuntilanak
Tu sudah tak bisa keluar untuk mengganggu." Ujar Rihat

"Lalu mahluk apa.? Seumur hidupku. Mahluk halus yang paling jahat, yang pernah ku temui adalah kuntilanak itu, tidak ada yang lain."
"Apa kau tidak kasian mendengat cerita itu tut.?" Tanya Rihat

"Tidak. Lagi pula buat apa dia balas dendam pada anak2 kecil. Kalau aku yang jadi hantu. Aku akan bunuh orang2 yang sudah jahat padaku. Bukan melampiaskan nya pada anak2.!"
Sekali lagi, Rihat menarik nafas panjang sebelum ia masuk ke dalam rumah. Udara malam itu sangat dingin menusuk sampai ke dalam tulang.
"Dingin sekali ya." Ujar Rihat

"ini yang di sebut angin nya orang mati. Pertanda sebentar lagi akan terjadi kematian di daerah sini."

"Ah. Uma." Ujar tuti
"Mes sebelah kosong. Kemana teman mu itu hat.?" Tanya si uma

"Tidak tau ma, tadi katanya jalan2. Tapi sampai sekarang belum pulang tuh."
"Semoga semuanya baik2 saja." Gumam si uma

Rihat sedikit was2 karena perkataan mertuanya itu. Yang biasanya memang jarang sekali meleset.
Sebentar2 ia membuka pintu dan melihat keluar rumah.
Namun tak ada tanda2 kedatangan Yadi beserta anak istrinya.

Hingga pada saat Rihat juga istrinya sudah terlelap tidur, terdengar teriakan memanggil2 nama rihat dan suara pintu yang di pukul2 dengan tergesa.
Rihat mengucek2 matanya, lalu beranjak dari tempat tidurnya.

Setelah pintu terbuka, Yadi langsung menerobos masuk ke dalam mes dengan keadaan basah kuyup.
"Kamu kenapa yad.? Mana anak dan istrimu.?" Tanya Rihat

"Aku. Aku. Tidak tau." Jawab yadi gemetar

Rihat mengerutkan keningnya.

"Loh. Bukan nya tadi sore jalan2 sama kamu ya.?"

Yadi mengangguk, namun nampaknya ia tak mau mengatakan sejujurnya apa yang telah terjadi.
Rihat menghela nafas berat,

"Istri dan anakmu dimana.?! Kenapa kau kemari seorang diri.? Apa yang sudah terjadi hah.?" Ujar Rihat sedikit emosi
"Di jalan tadi, istriku bersikap aneh. Dia melukaiku. Aku rasa dia sudah kerasukan. Dia membawa anak kami pergi. Aku tidak berani mengejarnya Rihatt!!"
"Astaga. Jadi kau biarkan anak kalian di bawa begitu saja?! Ya tuhan. Sekarang juga ayo kita kesana. Kita cari anakmu sampai dapat." Ujar Rihat

"Ta. Tapi."

"Ssttt.. Tidak ada tapi2an. Aku pernah di posisi ini yad. Kau tau.!"
Rihat lalu berjalan ke arah kamar mertuanya. Untuk berpamitan.

"Ma, aku keluar sebentar. Tolong temani hanis dan tuti di kamar ya ma."

"Memangnya kamu mau kemana hat? Malam2 begini."

"Sebentar saja ma." Jawab nya lalu pergi
"Ayoo..!!" Ajak Rihat pada Yadi seraya menarik tangan teman nya tersebut

Mereka berjalan di bawah gelapnya malam, di temani suara2 binatang malam yang bersahutan di pepohonan. Dari kejauhan mata Rihat menangkap sebuah bayangan hitam yang berdiri di tengah jalan.
"Di mana tempat terakhir istrimu tadi yad.?" Tanya Rihat pada yadi yang berjalan di belakangnya

"Di depan sana." Tunjuk yadi

Lamat2 terdengar suara nyanyian yang biasanya di gunakan untuk menidurkan anak2 di desa.
"Itu, itu seperti suara istriku hat."

Mereka berdua memasuki area pohon2 karet. Mencari asal suara tersebut. Dan tidak berapa lama, senter yang dipegang oleh Rihat di arahkan ke sekeliling. Terlihat di bawah sebuah pohon istri dan anaknya Yadi sedang duduk dengan
Wajah yang pucat.

Saat yadi dan rihat mendekat, istrinya Yadi berteriak sangat nyaring kearah mereka.

Dengan perasaan yang campur aduk antara takut dan berani. Rihat langsung memegangi tangan istrinya Yadi.
"Pegangi kakinya yad!!"

"Siapa kau hah.?!!"

"Rindatti."

"Bukan. Kau bukan dia. Aku yakin kau bukan dia!!" Teriak Rihat
Istrinya Yadi juga ikut berteriak tak kalah nyaring. Hingga membuat binatang2 malam menjadi senyap.

"Tampar pipi nya yadi.!!"

Plaaakkk..

Dan sesaat kemudian tubuh Wanita itu terkulai lemah.
"Angkat dan bawa pulang. Biar aku yang menggendong anakmu." Ujar Rihat

Tanpa mereka ketahui kalau di dalam mes nya. Tuti yang sedang minum air di dapur di buat pingsan setelah melihat penampakan sosok kurus tinggi yang tepat berdiri di belakangnya.
Membuat ibu nya khawatir dan ketakutan. Di luar kelambu, terlihat bayangan2 aneh yang berjalan kesana kemari. Namun tak ada satupun yang berani masuk kedalam kelambu.
Anaknya tuti yang masih kecil tersebut seakan menyadari kalau ia dan neneknya sudah di kepung oleh mahluk2 alam lain itu langsung menangis sangat nyaring.
Atap2 mes, terdengar seperti di injak2.
Namun entah mahluk apa yang berada di sana.

Ibunya Tuti terus berdzikir sambil memeluk erat cucunya.
Tangisan hanis masih terus terdengar, bahkan semakin keras.

"Rihaattt!! Sepertinya kita salah jalan." Ujar Yadi dengan nafas ngos2an
Rihat melihat ke sekelilingnya. Semuanya nampak sama.
Dan memang benar mereka sudah berjalan berputar mengelilingi pepohonan karet, namun tak kunjung menemukan jalan yang mengarah ke mes.
Rihat menarik nafas panjang.

Sambil membaca doa2 yang ia ingat dan hafal, Rihat berjalan maju dengan penuh keyakinan.
Tidak berapa lama kemudian akhirnya mereka sampai di tepi jalan yang akan membawa mereka pulang.
Namun baru beberapa langkah saja mereka berjalan. Terlihat sebuah sosok tinggi yang berjalan kearah mereka.

"Rihat!!"

"Tenang. Jangan takut. Berdoa lah."

Yadi dan Rihat berdoa sesuai dengan apa yang pernah mereka pelajari.
Beberapa doa pendek yang biasanya di pakai sebelum masuk ke wc atau pun sesudah berwudhu ia baca dengan penuh keyakinan.
Andai jika tidak sedang berada di posisi tersebut, mungkin doa2 pendek yang di baca Yadi itu akan membuat geli perut dan telinga orang yang mendengarnya. Namun mereka tak ada yang mempedulikan itu semua. Yang terpikirkan hanyalah keselamatan.
Dan untungnya mereka saat berlari sambil menggendong istri dan anak yadi itu bertemu dengan beberapa orang yang sedang berjaga.

Mereka langsung di tolong dan di antarkan ke rumah.
Namun pintu rumah terkunci. Di dalam juga terdengar suara2 teriakan serta tangisan dari ibunya Tuti.

"Ampuun tut. Jangan tut.." Teriak ibunya

Yang membuat Rihat seketika melotot, ia tau, sedang terjadi sesuatu yang tidak di inginkan di dalam.
Dengan sekuat tenaga Rihat di bantu beberapa orang yang tadi menolong mereka, untuk membuka paksa pintu mes.

Berkali2 percobaan selalu gagal, seperti ada sesuatu yang sangat kuat menahan pintu tersebut.
Hingga di percobaan kesekian kalinya, pintu pun dapat terbuka.

Ibunya Tuti di temukan sudah dalam keadaan kritis dengan masih memeluk erat cucunya. Darah ada di mana2. Sementara tuti juga tergeletak penuh darah di lantai dengan linggis di tangan nya.
Rihat tak bisa membendung air matanya lagi. Ia tak menyangka kalau semua ini akan terjadi lagi pada keluarganya.
"Aaaaaaaa......." Teriak rihat patah

Beberapa orang yang tadi menolong mereka, mencoba mengambil Anaknya Rihat dari pelukan sang nenek.
Dan untung nya meski terluka di bagian tangan, bayi itu masih hidup.

Rihat berjalan keluar rumah, ia menuju pohon besar. Rihat melepaskan kain yang melilit pohon tersebut.

"Aku perintahkan kau balaskan dendamku RINDATI!!" ujar Rihat di penuhi dengan emosi
Angin berhembus sangat kencang, menjatuhkan ranting2 pohon tua. Gemerisik daun yang tertiup angin menambah seram suasana.

Tuti terbatuk. Ia kaget melihat tangan nya yang sudah di penuhi dengan darah.

"A. A. Ada. Ada apa ini?!" Tanya Tuti terbata
Uhuuukkk... Tiba2 ia kembali terbatuk dan memuntahkan begitu banyak darah.

Atap2 mes berjatuhan ketanah. Membuat beberapa orang yang berada di sana saling tatap dan mendekat.
Dan tidak lama setelah itu, tuti kembali tak sadarkan diri.

Rihat terus mengikuti bayangan perempuan itu yang mengarah ke desa.
Di matanya terpancar amarah yang begitu besar. Dendamnya kini bersatu dengan dendam kesumat milik Rindati.

Perjalanan ke desa tersebut terasa begitu cepat.
Saat Rihat mengikuti Sosok Rindati ke sebuah rumah yang berada di ujung desa, Ia melihat si lelaki tua.
Braaaakkkk.... Rihat terpental saat akan masuk ke dalam rumah itu.
Rindati menatapnya tajam dan berteriak begitu mengerikan. Rihat mundur, karena ia tau. Arwah itu sangat jahat dan tak mungkin bisa ia perintah.
Pintu tertutup. Suasana mendadak senyap. Rintik hujan mulai turun sedikit demi sedikit.

"Rihaatt!!" Panggil Yadi yang menyusulnya menggunakan sepeda
"Dari mana kau tau aku disini.?!"

"Sudah, jangan tanyakan itu dulu. Mertuamu meninggal. Istrimu sekarat dan anakmu terluka. Lebih baik kau ikut aku ke perkebunan. Kita harus secepatnya membawa mereka keluar dari wilayah itu." Ujar Yadi seraya menarik tangan Rihat
"Mertuaku sudah meninggal.? Istriku sekarat.?" Tanya Rihat gemetar

Rihat berlari pulang, di ikuti yadi yang mengayuh sepedanya.

Mereka melewati perkebunan, namun waktu sepertinya sangat lambat. Terasa begitu lama jarak yang mereka tempuh untuk sampai ke mes.
-------
Isak tangis Rihat tak berhenti, melihat jasad mertuanya yang sudah terbujur, ia benar2 sangat kehilangan. Karena ia tak lagi menganggap mertuanya sebagai orang lain/orang tua dari istrinya, tapi sebagai pengganti orang tuanya yang sekarang entah di mana keberadaan nya.
"Hanis, tuti." Ucapnya gemetar

---------
Ibu mertua Rihat, telah selesai di makamkan. Sementara Tuti masih terbaring lemah tak sadarkan diri.

Sedangkan anaknya, kini di jaga oleh Istrinya yadi.
Hari hari berlalu, keadaan tuti semakin membaik, namun ia masih tak mau berbicara sedikitpun.

Alih2 berbicara, Tuti malah tertawa2 sampai menangis dan meraung2 tak karuan.
Anaknya pun tak lagi ia hiraukan.
Tuti menjadi gila setelah semua peristiwa mengerikan yang telah terjadi padanya juga keluarganya.
Namun begitu rihat masih tetap setia mengurus Tuti dan anaknya, tak pernah sekalipun ia mengeluh.
Sampai di mana saat ia dan sahabatnya Yadi akan berpisah, karena mereka sudah berhenti bekerja di sana.
------SELESAI------

Saweran seikhlasnya buat Hari raya hehe....

Kalau ponakan mau nyawer pulsa di nomor ini saja: 0856 5403 7262

Atau kalau mau lewat bank Ini nomor rek-450301013682538
Bank BRI-
Atas nama- Rudisugara

Atau ini -> saweria.co/donate/Omrasth…
Terimakasih🙏🙏🙏🙏
Maaf ya buat yang masih penasaran. Tapi setelah kejadian malam itu tak ada yang tau siapa si kakek misterius. Karena yang tau detailnya adalah almarhum kakek Ilman. Namun kuat dugaan kalau beliau adalah salah satu pelaku pembunuhan Rindati.
Setelah kejadian itu juga
Yadi atau pun Rihat berusaha keras agar cerita pilu keluarganya tidak menyebar di wilayah itu. Mereka menutup mulut rapat2.
mereka juga bukan asli penduduk yang berasal dari wilayah tersebut Begitupun juga dengan teman2 kerja Rihat yang pernah beberapa kali menolong mereka
Semuanya adalah perantauan yang terkumpul di sana.
Dan semenjak kejadian malam itu juga, arwah Rindati sudah tak pernah muncul untuk mengganggu. Meskipun kadang2 masih suka terdengar suara2 nya yang tengah bersenandung.
Kalau untuk Yadi kenapa bisa tau kalau Rihat berada di rumah tersebut. Ia tak pernah mengatakan apapun bahkan sampai saat mereka berpisah, Untuk pulang ke daerah mereka masing2.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 8
KUNTONG

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#threadhorror
#bacahorror
#santet
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Februari 2004.

Suara air keran yang tak dimatikan dari arah kamar mandi membuat halene yang baru saja pulang menjadi geram,

"Mematikan keran air setelah digunakan itu apa harus diajari juga??!!" Teriak halene
Setelah meletakkan tasnya dengan kasar diatas meja, ia langsung berjalan kearah kamar mandi yang terlihat sudah banjir, air meleber sampai keluar melalui celah dibawah pintu. Padahal kamar mandi dirumah itu
Read 162 tweets
Dec 23, 2023
TUMBAL

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#threadhorror
#bacahorror
#ceritamistis

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Halo ponakan2, pembaca setia cerita2 om rasth. Semoga kalian tidak bosan dengan cerita2 yang om rasth tulis ya. Semoga kalian sehat selalu dilancarkan urusan dan juga rejekinya, dimana pun kalian berada. Aamiin.

------

"Yang ini kan?" Tanya seorang pemuda menunjuk
Kearah setumpuk karung beras itu

"Iya yang itu." Jawab seorang bapak2 yang sebagian rambutnya sudah mulai memutih

Nopen segera mengangkat satu persatu karung2 beras tersebut, berharap pekerjaannya itu bisa segera selesai, agar ia bisa cepat mendapatkan upahnya.
Read 164 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(