Wanita tua itu terus menunjuk-nunjuk ke arah perkebunan kelapa, air matanya deras mengalir. Namun tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
"Gila.?" Ujar salah satu orang
--------
"Pasti dia sedang duduk di teras sambil melamun lagi." Batinku saat berjalan pulang
Dia yang ku maksud adalah Onyah puja, begitu kami memanggil nya. Dia adalah janda kaya di desa kami.
Setiap hari aku melewati rumahnya, Onyah puja selalu terlihat melakukan aktivitas yang sama. Duduk di teras sambil melamun. Entah apa yang ia pikirkan. Tapi mungkin ia terlalu kesepian karena tak punya siapapun yang bisa di ajak mengobrol. Rumahnya cukup besar dan mewah.
Meskipun desain nya lumayan kuno. Dia tak punya suami atau pun anak, ia juga tinggal sendirian di rumah tersebut. Karena semua orang yang bekerja di rumahnya akan pulang saat menjelang malam.
"Selamat sore Onyah." Sapa ku sembari melemparkan senyum lebar
"Esah. Sini mampir dulu. Ada yang mau ku titipkan padamu." Panggil Onyah puja seraya melambai kan tangan kearah ku
"Ayo, masuk ke dalam dulu." Ajaknya saat aku sudah sampai di dekatnya
Aku mengangguk, tanda menyetujui ajakan nya. Dengan perlahan aku mengikuti nya masuk kedalam rumah.
Saat sampai di ruang tengah, hidungku mencium bau Gaharu yang di bakar. Bau nya harum memenuhi ruangan.
"Esah baru tau kalau Onyah suka wewangian gaharu." Kataku sambil tersenyum
"Bukan hanya bau nya yang harum. Tapi kalau di bakar menjelang maghrib juga bisa mengundang malaikat keluarga kita yang sudah tiada." Ujar Onyah Puja
Deg, perasaan ku mendadak tidak enak setelah mendengar perkataan Onyah puja tadi.
"Sebentar ya, aku ke dapur dulu." Katanya lagi
Aku hanya bisa mengangguk, lalu duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut sambil menunggu Onyah Puja keluar.
Namun baru beberapa saat duduk, aku sudah mendengar suara anak2 kecil yang sedang bermain di ruangan lain. Dengan langkah tertahan, aku mencoba mendekati ruangan yang berada di lorong lain rumah itu.
Saat aku sudah berada beberapa langkah di dekat pintu. Tiba2 pintu terbuka dan keluarlah 3 orang anak kecil berusia 4-5 tahunan. Berlarian ke ruangan lain nya.
Dan bersamaan dengan itu,
"Esah.. Kamu sedang apa.?" Panggil Onyah puja
Mulutku serasa terkunci, tak mampu menjawab pertanyaan nya. Untungnya Onyah puja langsung mengalihkan pembicaraan dan menyerahkan beberapa biji kelapa muda padaku.
"Kebun kelapaku baru panen. Ini sisa penjualan. Ambilah. Bawa pulang untuk di bikin minuman." Kata Onyah puja sambil tersenyum, inilah yang aku suka dari Onyah puja. Wajahnya begitu bersahaja dan anggun, senyumnya juga sangat khas, manis sangat manis.
Membuat aku selalu berpikir kalau Onyah puja ini adalah perempuan yang sangat cantik pada saat dia muda dulu.
"Esah. Kenapa.?" Tanya Onyah puja masih dengan bibir tersenyum
"A. Em. Mm. Onyah. Cucu2 Onyah baru datang ya.?" Tanyaku sedikit gagap
"Cucu.? (Sambil tertawa) Aku ini mandul. Tidak punya anak, Esah." Jawabnya yang membuat senyum di bibirku seketika menghilang
Tak ingin berlarut2 dalam rasa penasaran, aku bergegas langsung pamit pada Onyah untuk pulang. Karena lamat2 sudah terdengar adzan magrib dari musholla kecil di dekat rumahku
Di sepanjang jalan aku berlari dengan membawa beban beberapa buah kelapa di karung. Namun saat aku melewati kebun kelapa milik Onyah Puja. Seketika karung berisi itu bergerak2, membuat jantungku berpacu dengan sangat hebat.
Perlahan2 ku beranikan diri untuk membuka ikatan karung nya, dan setelah sedikit demi sedikit terbuka. Blllaaaarr..
Beberapa kepala menggelinding di dekat kakiku. Membuat aku berteriak sekencang2nya.
Dan parahnya saat aku berlari, kaki malah tersandung akar kelapa, hingga membuat aku terjatuh dan kepalaku membentur sebuah batu, lalu semuanya menjadi gelap.
Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah dengan di kelilingi oleh ibu, ayah dan adik2ku.
"Syukurlah lukanya tidak terlalu parah." Ujar Ayahku
Saat aku mengerutkan kening, ada rasa perih di sana.
Aku mencoba mengingat2 kejadian tadi lagi, dan seketika dadaku menjadi sesak.
"Ta, tadi, tadi aku.."
"Sstt. Jangan di pikirkan, tadi kau di temukan pak sodikin di pinggir kebun kelapa milik Onyah. Mereka pun langsung membawa mu kemari." Potong ayahku
"Ini minum dulu air kelapa mudanya. Biar tubuh mu lebih enakan." Ujar ibuku menyodorkan sebiji kelapa yang sudah di kupas atasnya
Aku langsung histeris melihat buah kelapa tersebut.
"Tidaakkk... Itu kepala. Kepala!!" Teriakku ketakutan
"Kepala apa Aisyah.? Ini buah kelapa. nyiur. Bukan kepala." Kata Ibuku meyakinkan
"Bukan, itu kepala. Tadi dia mengejarku hingga aku jatuh!! Jauhkan dariku. Buang jauh2!!" Ujarku sambil menangis keras
--------
1 tahun berlalu.
Cerita beralih ke 5 orang pemuda yang sepertinya baru saja tiba di desa tersebut.
Mereka nampak sangat senang dan menikmati suasana desa yang masih nyaman dan jauh dari keramaian.
Senda gurau terjadi diantara mereka. Saling dorong dan tertawa.
"Permisi pak. Rumah nenek puja di mana ya.?" Tanya salah satu di antara pemuda tersebut
"Maksud kalian Onyah puja.?" Tanya si bapak2 memastikan lagi apa yang di tanyakan oleh si pemuda
"Iya."
"Sudah dekat. Kalian lurus saja. Nanti di sana ada rumah besar satu2nya. Itulah rumah milik Onyah."
"Oke pak. Terima kasih ya." Kata mereka sebelum melanjutkan perjalanan
Si bapak itu hanya diam tanpa menjawab ucapan dari para pemuda.
Singkatnya mereka semua pun akhirnya sampai di halaman rumah besar bergaya kuno tersebut.
"Wow. Ini beneran rumah nenekmu.?" Tanya salah satu pemuda
"Kemungkinan iya. Untuk memastikan nya, lebih baik kita masuk saja yuk."
Pintu rumah sedikit terbuka, dan di meja kecil yang ada di teras rumahnya ada segelas teh yang masih hangat.
"Permisi.. Permisi.."
Setelah memanggil beberapa lama, akhirnya sosok Onyah Puja keluar.
"Iya. Kalian mau cari siapa ya.?" Ujarnya seraya menyipitkan kedua matanya
"Saya Ihsan anaknya bu Wilda. Cucu dari kakek Jamal. Sepupunya nenek puja. Mm. Apa benar di sini rumah nenek puja.?" Jawab salah satu pemuda yang berkulit coklat dan berwajah tampan itu
Onyah Puja terlihat mengerutkan kening, ia seolah mencoba mengingat2.
Hingga akhirnya ia tertawa dan memeluk erat si pemuda.
"Oh tuhan. Cucuku Sudah besar ya sekarang. Ingat dulu terakhir ketemu kan sekitar 15 tahun yang lalu ya." Ucap Onyah
"Masih kecil, masih suka nangis. Sekarang sudah sebesar ini." Lanjutnya lagi
Ihsan tersenyum senang mendapatkan sambutan yang sebegitu hangat oleh Nenek Puja.
"Oh iya. Nenek sampai lupa. Temanmu yang berlima ini belum di kenalkan pada nenek. Sini, kenalan dulu." Ujar Onyah puja
"Kami. Kami cuma berlima nek, Ihsan, kiki, Rifa, Dayu, sama Deden." Kata Ihsan pelan
"Ohh. (Nenek tertawa) maaf, maaf, maklumlah akhir2 ini mata nenek sudah mulai rabun. Di makan usia."
Namun setelah berkata seperti itu, Onyah puja langsung masuk kedalam rumah.
Ihsan tak menaruh curiga sedikitpun dengan gelagat sang nenek.
( Yang berminat sama akar bajakah untuk obat. Dan minyak2 asli kalimantan, bisa Langsung DM atau WA om Rasth- 0856 5403 7262
Om punya beberapa minyak, buat pagar diri, membersihkan tempat usaha dll. Pelaris usaha, dan untuk memikat lawan jenis.)
Ia beranggapan kalau itu adalah hal yang wajar di rasakan oleh lansia.
Saat mereka ikut masuk kedalam rumah, merasa seperti ada sesuatu yang berbeda di rumah itu. Entah apa.
"Nek. Maaf, kami kan sebenarnya mengerjakan tugas dari sekolah. Bolehkah jika kami menginap di rumah nenek beberapa hari.?" Tanya Ihsan mendekati nenek Puja yang sedang duduk di kursinya
Wajahnya tiba2 ceria lagi, beliau langsung mengangguk senang. Lalu mengantar para pemuda itu ke kamarnya masing2.
"Juuuumm. Jumiii." Panggil Onyah puja
Seorang wanita berusia 30 tahunan berjalan ke arah nya.
"Masak yang enak untuk cucu2ku yang baru datang ini ya jum
Ini uang. Untuk beli ayam. Kamu belikan ayam 2 ekor." Ujar Onyah Puja seraya memberikan lembaran uang pada Jumi
Tanpa banyak bicara, jumi langsung berjalan pergi keluar rumah untuk membeli ayam.
Sementara di kamar yang di tempati oleh masing2 pemuda. Mereka membereskan barang bawaan nya dan sejenak beristirahat.
Saat terlelap, Kiki merasa ada nafas hangat yang berhembus di telinganya.
Namun saat ia terbangun, tak ada siapa2 di sana. Hanya ia dan beberapa patung kecil yang ada di atas meja.
Ia menarik nafas panjang, namun ia tiba2 saja menghirup bau busuk yang menyengat.
Berada di sekitar nya. Yang ia ingat, bahwa bau busuk seperti itu adalah tanda2 adanya sosok yang tak kasat mata di sekitar nya.
Mengingat hal itu, kiki langsung berlari keluar kamar. Dan ternyata teman2 nya sedang berkumpul di ruangan lain bersama onyah puja.
Ia lalu ikut bergabung, mencoba untuk melupakan apa yang baru saja ia alami.
---
Malam hari, rumah besar itu nampak sedikit ramai karena kedatangan 5 pemuda tersebut.
Mereka tertawa dan bercanda, hingga larut malam.
Saat kelimanya sudah mulai mengantuk, mereka pun masuk ke kamar yang sudah di sediakan.
Kiki melangkah perlahan, ia nampak ragu saat akan masuk ke dalam. Dan wusshhh angin dingin kembali menerpa tengkuknya.
Membuatnya merinding seketika.
Ia menoleh kiri dan kanan, namun saat akan masuk kedalam kamar. Terdengar suara Onyah puja memanggilnya.
Awalnya kiki nampak ragu untuk mendekat, namun karena di rasanya sosok itu adalah Onyah puja yang asli, ia pun langsung mendekat.
"Ada apa nek.?"
"Mereka mau kamu. Kamu pegang ini. Simpan. Jangan pernah di lepaskan pada tubuhmu." Ujar Onyah puja terdengar aneh
"Maksud nenek mereka siapa.? Aku tidak mengerti apa yang nenek maksud."
"Ssssttt.. Jangan pernah keluar rumah! Apalagi ke kebun itu!." Ujar Onyah semakin aneh
Kiki menarik nafas berat, ia mulai takut berada di rumah itu. Tanpa berkata apa2 ia langsung berlari masuk kedalam kamar.
Di kamar, ia sangat susah sekali untuk memejamkan mata. Karena kata2 Onyah puja selalu terngiang2 di telinganya. Membuat perasaan nya jadi tak enak setiap kali teringat itu.
Tok. Tok. Tok
Suara ketukan pintu kamarnya membuat kiki kaget.
Ketukan itu berjumlah ganjil, hanya 3 kali saja.
Jantung semakin tak karuan.
Dari arah luar jendela, terdengar suara seseorang yang sedang memotong2 sesuatu yang keras.
Dengan tangan gemetar, kiki mencoba melihat melalui celah jendela.
Terlihat sesosok perempuan berdaster putih dengan cora bunga2 hitam. Sedang mengupas kelapa. Namun saat mata kiki lebih lama memperhatikan buah kelapa tersebut tiba2 berubah menjadi kepalanya sendiri.
Di iringi dengan si perempuan itu menatap kearah jendelanya, seakan2 tau kalau ada seseorang yang sedang memperhatikan kegiatan nya dari balik jendela.
Kiki berjalan mundur, jantung berdegup sangat kencang. Nafas nya berat terdengar. Perlahan2 tangan nya membuka pintu. Dan setelah pintu terbuka ia langsung berlari kearah kamar ihsan.
"San. Buka san.."
Krieet.
"Ada apa ki.? Malam2 begini kok teriak2."
"Anu san. Ada hantu. Perempuan berdaster putih lusuh bermotif bunga2 hitam. Ia memotong2 kepala san. Aku takut."
"Ah. Pasti Kamu mimpi itu. Mana ada hantu pakai daster motif bunga2. Hayalan kau saja itu ki."
"Aku serius san. Dari tadi aku belum tidur."
"Ya sudah. Mana tunjukan aku mau lihat hantu yang memakai daster bunga2 itu." Ujar Ihsan sambil tertawa
Saat mereka berdua berada di dalam kamar dan ihsan membuka jendela tersebut. Anehnya tidak ada siapa2 di sana.
"Nah, mana?" Tanya Ihsan
Kiki langsung menceritakan apa yang ia alami sejak pertama menginjakkan kaki di rumah itu pada ihsan. Namun sepertinya ihsan
Tidak sedikitpun mempercayai perkataan kiki.
"Sudah malam ki, mending kamu tidur. Biar besok bisa survey tempatnya pagi2." Ujar Ihsan mengakhiri pembicaraan
"Boleh aku tidur di kamarmu saja san.? Di lantai juga tidak apa2. Disini sendirian aku merasa tidak nyaman."
"Ah. Kau kan sudah besar. Lagi pula teman2 yang lain juga nyaman2 aja tidur di sini. Sudah ki, jangan terlaku memikirkan hal2 yang tidak masuk akal."
Kiki menghela nafas mendengar penolakan dari Ihsan.
Malam semakin larut, suara burung buak terdengar menggema di sekitar halaman rumah. Pertanda bahwa akan ada seseorang yang akan meninggal.
Keesokan harinya. Mereka bangun dengan wajah yang ceria. Makanan lezat sudah tersedia.
Ikan Haruan goreng dan telur bebek goreng serta sambal bawang juga sepiring nasi hangat dengan cepat berpindah ke perut mereka.
"Paling masih tidur nek. Soalnya tadi malam dia seperti ketakutan sendiri." Jawab Ihsan sambil tertawa
"Jum, coba panggilkan anak itu. Kasian dia belum sarapan." Ujar Onyah Puja
Beberapa saat kemudian, Jumi datang setelah di suruh memanggil Kiki.
"Kamarnya kosong, Onyah."
Onyah puja mengerutkan kening,
"Sudah nek, jangan khawatir. Palingan dia jalan2."
Onyah puja beranjak dari duduknya, ia berjalan tergesa ke arah kamar kiki.
Di dalam kamar itu, ia menemukan benda yang tadi malam sempat ia berikan sudah tergeletak di lantai.
Ia menangis sambil memegangi erat benda tersebut.
Membuat Ihsan dan teman2nya merasa heran.
Lalu Onyah berjalan keluar, ia membisikkan sesuatu pada jumi. Dan jumi langsung bergegas menuju keluar rumah menemui tukang kebun yang tengah memotong rumput di halaman.
"Ada apa nek.?" Tanya Ihsan
Tak ada jawaban dari pertanyaan yang di ajukan oleh Ihsan.
Keempat pemuda itu saling bertatapan. Mereka mulai curiga jika ada sesuatu yang telah terjadi.
"Nek. Ada apa sebenarnya.?" Tanya Ihsan lagi
"Temanmu di bawa mereka." Ujar Onyah Puja seperti menyembunyikan sesuatu
"Mereka?" Belum selesai pertanyaan itu, tiba2 si tukang kebun masuk ke dalam rumah untuk mengambil semacam sesajen dari dapur. Lalu kembali berjalan keluar dengan tergesa.
Ihsan dan ketiga temannya langsung mengikuti kemana si tukang kebun akan pergi. Walau mereka sempat di usir dan di suruh kembali ke rumah, tapi ketiganya tetap melangkah mengikuti.
Si tukang kebun menaruh sesajen itu di depan jalan memasuki kebun kelapa yang sepertinya tidaklah begitu besar.
"Ucapkan salam dan permisi sebelum masuk kedalam." Pesan tukang kebun dengan nada suara dingin
Mau tak mau membuat keempat pemuda tersebut harus mengikuti setiap perkataan tukang kebun itu. Satu persatu mereka masuk ke dalam area kebun kelapa.
Baru beberapa langkah saja sudah terasa hawa yang sangat berbeda. Padahal pada saat itu masih pagi.
Tiba2 ada sebuah kelapa yang sudah tua jatuh begitu saja ke tanah, Rifa menghela nafas panjang sambil mengelus dadanya. Karena memang jatuhnya kelapa itu hanya berjarak kurang
Lebih 5 jari darinya.
"Tempat ini kalau di lihat oleh mata manusia memanglah sangat sempit. Tapi sebenarnya tempat ini adalah perkampungan dari mereka yang terlihat."
Mendengar perkataan tukang kebun, Ihsan dan ketiga teman nya saling pandang dan berjalan sambil
Berpegangan tangan.
Cukup lama mereka berputar2 di kebun tersebut. Banyak sekali buah2 kelapa yang jatuh dan di biarkan begitu saja di sana.
Dengan membacakan sesuatu yang terdengar cukup aneh di telinga para pemuda, tukang kebun itu terus mengelilingi sebuah pohon
Mangga yang anehnya berada di daerah sana. Banyak sekali akar2 kecil menjuntai dari pohon mangga itu. Dan untuk beberapa saat kemudian tulang kebun memukul2 pohon tersebut dengan lidi yang diambil dari daun kelapa kering.
dari sisi yang lain, terlihat tubuh kiki yang sudah memucat dan kaku. Duduk tersandar di pohon tersebut.
Para pemuda nampak kaget, bingung juga ketakutan melihat pemandangan tak biasa itu.
Berbeda halnya dengan expresi tukang kebun, ia begitu tenang.
"Teman kalian sudah kehilangan nyawanya. Lebih baik sekarang kita bawa mayatnya ke rumah untuk segera di bersihkan."
Tubuh Ihsan gemetar, ia merasa sangat bersalah karena tadi malam menolak kiki untuk ikut tidur di kamarnya. Dan tak menyangka kalau malam itu adalah malam terakhirnya melihat kiki dalam keadaan bernyawa.
Mayat kiki di angkat dan di bawa pulang.
Onyah puja sudah menunggu di teras rumahnya.
"Ada apa ini nek.? Apakah ini merupakan kerjaan nenek?!!" Cecar Ihsan
"Sudah, Onyah tidak tau menahu soal ini. Kita juga tidak tau akan terjadi hal seperti ini kan." Ujar jumi angkat bicara tak terima majikan nya di tuduh seperti itu oleh Ihsan
"Betul kata kakek! Nenek audah bersekutu dengan setan. Pesugihan!!!"
Onyah puja tak bisa berkata2 ia menangis sampai2 bahunya bergetar.
"Kalian itu sangat tidak sopan!! Tidak baik berbicara seperti itu dengan orang tua." Tegur tukang kebun
"Tadi malam kiki juga mengatakan kalau nenek memberikan nya sesuatu dan bertingkah sangat aneh. Juga tidak lama setelah menerima benda itu kiki mulai merasakan hal2
Ganjil. Apa kalian masih bisa mengelak, kalau semua ini bukan ulah dari pesugihan?!"
"Benda ini adalah jimat. Penangkal dari gangguan2 mereka. Karena sedari awal kalian datang, aku sudah melihat sosok lain. Sosok yang sangat dekat dengan teman kalian itu. Makanya
Aku memberikan jimat ini untuknya. Agar mereka tidak dapat menyentuhnya."
Ihsan sangat terpukul, begitu juga dengan teman2nya.
"Bagaimana caranya aku mengatakan tentang kematian kiki pada kedua orang tuanya.?" Kata Ihsan terisak
"Kita katakan kalau.."
"Katakan yang sejujurnya. Jangan berbohong." Potong Onyah puja
"Berbicara memang gampang. Tapi pasti kami yang akan terkena imbasnya."
"Aku akan ikut mengantarkan jenazah anak ini kepada kelurganya. Aku akan menjelaskan semuanya."
"Jujur tidak akan membuat mereka memaafkan kita."
"Setidaknya dengan mengatakan sebuah ke jujuran kita akan terlepas dari bayang2 rasa bersalah."
"Ya, aku setuju dengan Nenekmu"
Sebelum di bawa untuk di antarkan ke keluarganya, mayat kiki terlebih dahulu di awetkan dengan bahan2 alami yang berupa daun.
Daun khusus yang biasanya di gunakan untuk mengawetkan mayat bagi yang non muslim, karena proses pemakaman biasanya sampai menjelang 3 harian baru
Bisa di makamkan.
Kalau sekarangkan bisa pakai formalin (tapi lumayan mahal), tapi sebagian masih menggunakan daun (lupa namanya) itu untuk mengawetkan mayat.
Singkatnya. Saat mayat kiki sudah sampai pada keluarganya. Mereka nampak sangat marah. Dan mencoba menuntut juga menyalahkan teman2 kiki.
Namun untungnya semua bisa di atasi oleh Onyah puja. Beliau menyerahkan sebagian hartanya untuk di sumbangkan pada keluarga
Kiki.
"Semua ini terjadi bukan karena kemauan kami. Saya benar2 menyesal karena sudah lengah dalam mengawasi anak2 ini." Ucap Onyah puja dengan air mata yang berlinang, tangan keriputnya bergetar
"Semuanya sudah terjadi. Doakan saja semoga cucuku tenang di alam sana."
------------
Sepulangnya, Onyah puja terlihat semakin sering melamun dan menangis tanpa sebab.
Ia juga jadi sering sakit2an.
Seperti halnya hari itu, Esah dan ibunya juga beberapa orang warga sedang berkumpul di rumah Onyah puja. Untuk menjenguk beliau yang sedang sakit.
"Onyah. Jangan terlalu banyak pikiran." Kata Esah seraya memegang tangan onyah
"Aku kecewa dengan diriku sendiri esah."
Mereka semua saling tatap.
Hingga menjelang malam, satu oersatu dari mereka mulai pulang kerumah masing. Dan tinggal lah Onyah puja seorang diri.
Keesokan harinya. Saat orang2 sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Terlihat seorang wanita tua yang berjalan tergopoh2 mendekati beberapa orang petani wanita tua tersebut menarik salah satu orang dan membawanya ke dekat kebun di ikuti oleh yang lain nya.
Sambil menangis si wanita tua menunjuk2 kearah dalam kebun kelapa.
"Ada apa.?"
Si wanita tua terus menunjuk2 kearah kebun kelapa, sementara air matanya semakin deras mengalir.
"Kau mau kelapa.?"
Dengan cepat si wanita tua menggeleng, danbtngan nya masih tetap menunjuk
Kearah kebun.
"Gila ini orang dul."
"Gila.?"
Lalu orang2 meninggalkan nya, saat slah sagu orang kembali menatap kebelakang. Terlihat si wanita tua masih menatap lekat ke arah kebun kelapa.
Sementara itu, Di rumahnya Onyah puja. Jumi baru saja selesai memasak dan bermaksud untuk memberi makan Onyah. Namun saat di cek ke dalam kamarnya, beliau tak ada di kamarnya.
Sampai sore hari tetap tak ada tanda2 Onyah kembali kerumah. Bahkan sampai keesokan harinya. Barulah setelah sehari semalaman tak ada tanda2 kepulangan Onyah puja. Jumi mulai mencari ke orang2 barangkali ada yang melihat Onyah puja.
Namun jawaban orang2 semuanya sama. Tak ada satupun di antara mereka yang melihat Onyah.
Hingga 3 hari kemudian, saat beberapa orang melewati kebun kelapa, tercium aroma busuk yang menyengat dari dalam perkebunan.
Membuat orang2 curiga ada yang tidak beres di sana.
Dan setelah ijin, juga di kepalai tukang kebun Onyah, mereka masuk ke area kebun.
Bau busuk semakin menyengat.
Dan tak butuh waktu lama untuk menemukan sumber bau tersebut. Orang2 di buat ketakutan saat melihat pemandangan
Mengerikan di depan matanya. Bahkan bebeeapa orang muntah sejadi2nya.
Tubuh Onyah puja di temukan di kebun kelapa itu dalam keadaan sudah memburuk setelah 3 hari lebih menghilang.
Tak ada yang tau pasti apa penyebab kematian beliau.
Dan kenapa beliau bisa berada di kebun tersebut.
Namun yang sangat mengejutkan adalah ketika 3 hari selepas pemakaman. Ihsan yang baru tiba di desa itu. Masuk ke dalam kamar neneknya. Dn menemukan 3 buku catatan neneknya.
Dua buku menceritakan tentang semua hal yang ia alami bahkan menuliskan betapa bahagian ia ketika kedatangan Ihsan yang memanggilnya nenek.
Seluruh kekayaan nya pun di serahkan untuk Ihsan. Yang membuat Ihsan menangis sejadi2nya.
Dan saat membaca buku ke tiga. Tertulis bahwa dulu, Onyah puja memiliki seorang suami yang keduanya begitu bahagia. Namun sayang harapan pernikahan mereka yang indah harus
Hancur ketika sudah memasuki tahun ke 10 setelah menikah Onyah puja tak kunjung hamil. Dan saat diperiksakan ke orang yang mengerti, katanya Onyah puja Mandul.
Suaminya Onyah puja mulai uring2an.
Sering ketahuan main perempuan bahkan tanpa memikirkan rasa kasian pada Onyah puja laki2 itu membawa perempuan yang hamil anak suaminya tersebut ke rumah mereka. Tinggal bersama disana.
Dan setiap hari Onyah di perlakukan layaknya pembantu dalam mengurusi istri muda suaminya tersebut. Namun begitu, Onyah tetap terlihat tegar dan bahagia. Menyembunyikan semua sedihnya dalam keramah tamahan dan senyum.
Bahkan saat si istri muda melahirkan, Onyah puja lah yang
Mengasuh kedua anak tiri suaminya, hasil pernikahan si istri baru dengan suaminya yang dulu.
Akan tetapi siapa yang bisa menebak hati seseorang. 5 tahun semenjak melahirkan Istri muda suaminya itu meninggal.
Setelah sebelumnya batuk bertahun2 hingga kehilangan suara.
Di buku itu juga di tuliskan, kalau setiap makanan yang dia suguhkan untuk istri muda dan juga anak2nya sudah ia campuri dengan kikiran gangsa. Racun olahan yang terbuat dari 41 macam bahan.
Yang mampu membuat target menderita selama bertahun2 menjelang kematian nya.
Dan setelah kematian istri dan anaknya, si suami menjadi sakit2an.
Hingga akhirnya meninggal.
Dan rasa sesal Onyah puja kemudian muncul setelah kematian suaminya. Ia menyesal sangat2 menyesal dengan apa yang pernah ia lakukan bahkan pada anak2 kecil yang tidak bersalah.
Itulah yang membuat Onyah puja menjadi sering melamun dan bersedih.
Arwah2 anak2 dan madunya itu masih menghantui di rumah tersebut, yang merupakan tempat terakhir mereka saat kematiannya.
Dan itu juga yang menjadikan Jumi takut untuk tinggal di sana. Karena seringnya ada penampakan2 menakutkan.
Dan di lembar terakhir. Onyah punya juga menuliskan tentang kampung gaib yang berada di kebun kelapa tersebut.
Mereka yang berada di sana memaksa Onyah puja harus selalu memberikan sesajen agar mereka yang di kebun itu tidak menganggunya.
Namun karena sudah sangat tua, membuat Onyah puja sering lupa akan sesajen yang harus ia berikan. Mungkin itu sebabnya kiki menjadi korban
Karena ia sangat lemah di banding teman2 nya. Hingga hal itulah yang membuatnya di jadikan target oleh mereka yang tak kasat mata.
Tapi karena mayat kiki di temukan sebelum membusuk, makanya Onyah puja lah yang akhirnya menjadi korban. Pikir Ihsan. Namun matanya kembali terbelalak saat melihat tulisan lain nya.
'Setelah aku mati, semoga saja tak akan ada lagi korban2 lain nya.' Armila puja.
Deg.
"Jadi, apa jangan2 nenek mati bunuh diri. Menyerahkan jiwanya untuk mengabdi di kampung itu." Batin nya
"Selamat sore Ihsan."
"I, iya."
"Saya pamit, saya mau berhenti kerja disini." Ucap jumi
Ihsan menghela nafas, lalu tersenyum menatap jumi.
Ia juga mengambil uang untuk di berikan pada jumi sebagai gaji terakhirnya.
"Terima kasih sudah melayani dan menemani nenek ya." Kata Ihsan
Setelah jumi pergi, Ihsan mulai merasakan adanya hal2 ganjil di dekatnya. Mulai dari terciumnya bau2 busuk. Dan hembusan nafas. Serta suara tawa anak2 kecil yangvterdengar menggema.
"Aku minta maaf atas perbuatan nenek kepada kalian. Ku harap kalian bisa berdamai dengan semua masalalu kehidupan kalian." Ucap Ihsan sebelum mengunci pintu rumah.
Saat hendak pergi, ia berpapasan dengan Esah. Gadis itu tersenyum menatap Ihsan.
Ihsan pun membalas senyuman nya. Ia sudah tau apa yang pernah terjadi menimpa gadis itu sebelumnya, tentang kejadian esah yang hampur gila setelah mengalami gangguan dari penunggu kebun kelapa.
__Selesa__
Sebelumnya om ucapkan terima kasih untuk para ponakan yang sudah ikhlas memberikan dukungan berupa pulsa dan uang, saweran kalian sngat membantu om untuk beli bensin dll. Sekali lagi om ucapkan terima kasihππππ
Buat yang mau donasi pulsa ini nomornya : 0856 5403 7262
βCapati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)β ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya
Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..
(Gambar hanya ilustrasi)
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.
Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____
2018..
Kalimantan selatan.
Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.
Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.
Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.