FGD di LEMHANNAS tentang Membangun Wawasan Kebangsaan
Senang sekali mendapat kesempatan untuk jadi pembahas, shg saya bisa share analisis DE ttg gimana gen YZ bicara ttg topik ini.
Tak bisa pake jargon "saya Pancasila".
Musti relevan, aktual, jelas "what is it for me"-nya.
Saya share di sini, buat diskursus bersama.
Saya ambil definisi wawasan kebangsaan dari materi Dr. @fristian_h sebelumnya. Tentang cara pandang seseorang atau kelompok yg mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Di dalamnya ada konsensus dasar bangsa, salah satunya Pancasila.
VOLUME "PANCASILA"
Dari 27 Sep 2020 - 27 April 2021, data Drone Emprit memperlihatkan percakapan yang cukup tinggi di media sosial terkait keyword "Pancasila".
Di Twitter sendiri ada 1 juta lebih mention. Di FB, IG, YouTube, dan berita online juga cukup tinggi.
TREN ISU “PANCASILA”: SANGAT POLITIS
Setiap akhir September dan awal Oktober, topik Pancasila selalu tinggi, terkait dengan isu G20S PKI dan hari Kesaktian Pancasila.
Khusus tahun Okt-Nov 2020, volume tinggi, karena ada kampanye digital terkait BPIP.
Dan setelah itu, tren selalu ada puncak2 di tanggal2 tertentu, terkait peristiwa yang dihubungkan dg Pancasila oleh netizen.
Misal, 31 Des 2020 terkait pembubaran FPI; 24 Jan 2021 soal jilbab wajib buat siswi non muslim; 17 April 2021 soal Pancasila dihapus dari pelajaran, dll.
Kalau dilihat isi narasinya, percakapan tentang Pancasila itu cenderung politis, antara yang pro pemerintah dan yang kontra atau kritis thd pemerintah.
Pancasila selalu dihubungkan dengan situasi saat itu, dimana keadaan berlawanan dg sila2 Pancasila: kebebasan beragama,
Pancasila masih cukup sentral dalam pembahasan, namun tidak dalam konteks untuk "mengutamakan kepentingan negara dan bangsa" spd dalam definisi wawasan kebangsaan. Tpi sebagai kritik.
TOP NARASI: DOMINAN KRITIK
Narasi yang paling banyak diretweet dominan berupa kritik pada pemerintah dimana kebijakan banyak yang dianggap tidak sesuai dengan nilai Pancasila.
Ada juga kritik kepada sesama netizen, yg dianggap hanya berhenti dengan jargon "saya Pancasila".
TOP INFLUENCERS: KOMPETISI PRO-KONTRA
Mereka yang mendapat interaksi paling tinggi (retweet dan reply) tampaknya cukup seimbang antara yang pro dan kontra pemerintah.
Ini memperlihatkan kuatnya polarisasi dalam percakapan tentang Pancasila.
Hampir semua tagar terkait Pancasila dalam periode analisis ini, adalah tagar dukungan terhadap BPIP. Artinya akun dari kalangan yg kritis thd pemerintah tidak menggunakan tagar dalam percakapannya, hanya akun yang pro pemerintah yang pakai.
Adanya tagar menggambarkan adanya program kampanye, agar muncul trending di Twitter, sehingga bisa dilihat oleh lebih banyak user.
Mereka yang kontra dan tidak menggunakan tagar, kemungkinan lebih spontan dalam penyebutan Pancasila, sesuai dg kritik mereka yang muncul kapanpun.
SNA: BANYAK KALANGAN TERLIBAT
Dalam periode analisis, tampak ada dua cluster besar pro-kontra, dan sub-sub cluster kecil yang menyebar. Artinya, percakapan tentang Pancasila bukan hanya oleh dua kalangan pro-kontra pemerintah saja, tetapi juga oleh mereka yang di luar itu.
Dari dua cluster, yang terbesar adalah dari akun yang pro pemerintah. Yang menarik, di dalamnya ada sub-cluster yang begitu padat, aktif, dan banyak akun2 dalam jaringan tertutup yang mendapat engagement tinggi. Sub cluster ini ternyata yang mengangkat tagar terkait BPIP.
Cluster satunya lagi, dari kalangan kontra pemerintah. Ada banyak akun top influencers yang selama ini memang selalu mendapat engagement tinggi. Kritikan mereka terhadap kondisi dan kebijakan yang kadang dihubungkan dengan Pancasila, mendapat sambutan tinggi.
SNA TOPIK OKTOBER 2020: KAMPANYE BPIP
Analisis SNA TOPIK khusus bulan ini memperlihatkan hanya cluster pro pemerintah yang menggunakan tagar, terutama terkait BPIP. Dan itu dilakukan oleh sub-cluster yang cenderung berinteraksi secara tertutup, di antara mereka saja.
Saya sampaikan, sosialisasi wawasan kebangsaan di media sosial mendatang, kalau pendekatannya menggunakan tagar, jargon, dan oleh jaringan akun tertutup seperti ini, maka tampak jelas kalau narasinya hanya akan bergema dalam ruang tertutup (echo chamber).
Guyonan saya tadi, "Pak kalau campaignnya 'ngerumpi' seperti ini, jangan dibayar ya pak." Hahaha. Joke aja.
SNA 1 BULAN TERAKHIR: DOMINAN KONTRA
Sebagai perbandingan, peta percakapan saat tidak ada kampanye BPIP, misal sebulan terakhir, memperlihatkan adanya dua cluster. Terbesar adalah cluster kontra. Ini terkait dengan isu terbaru, misal hilangnya Pancasila dalam pelajaran sekolah.
Dan itu kemudian dilawan oleh subcluster yang mengangkat tagar #PancasilaMapelWajib. Dari peta tampak bahwa sub cluster fungsinya mengangkat tagar meski tidak berinteraksi langsung dengan cluster kontra yang membuat kritik.
ANALISIS BOT: DOMINAN HUMAN
Dalam keseluruhan periode analisis, percakapan cenderung dilakukan secara natural. Namun jumlah bot atau cyborg juga cukup besar, yang cukup untuk mengangkat topik percakapan yang kurang diminati publik.
DEMOGRAFI: USIA TUA SANGAT AKTIF
Topik Pancasila ternyata sangat diminati oleh akun2 dari gen X (dewasa, tua). Dari top narasi di atas tampak kalau banyak yang berupa kritik.
Pada saat yg sama, gen YZ juga sangat tinggi. Ini memungkinkan transmisi narasi negatif dari X ke YZ.
INSTAGRAM
Narasi di Instagram ini agak berbeda dengan di Twitter. Kalau di Twitter didominasi oleh dua cluster pro-kontra, di IG banyak oleh akun2 individual, mahasiswa, dan pergerakan dari gen YZ. Narasinya cenderung kritis, menggunakan tagar #Pancasila di dalamnya.
TOP HASHTAGS
Tagar di IG cukup beragam. Dari mahasiswa yang menolak omnibuslaw, hijrah, buruh, dll. Meski demikian, tagar gerkait BPIP cukup banyak.
Jadi, kalau di Twitter tim medsos (buzzer) bisa mengangkat tagar dan trending, tapi tidak di IG yg jadi dunia gen YZ.
TOP INFLUENCERS: BERAGAM
Akun2 yg paling besar mendapatkan like (engagement) di IG terkait Pancasila ternyata cukup beragam. Dari aktivis, millennial, mahasiswa, keislaman, pro pemerintah, dll. Tidak seperti di Twitter yang polaritasnya cenderung biner.
K-POPERS
Saya tampilkan juga bagaimana peta K-POPERS yang pola jaringannya menyebar "friends-of-a-friend".
Kpopers drawn closer by bonds of friendship, loyalty, solidarity and trust, and rewarded by a powerful sense of belonging and collective identity.
KESIMPULAN
Narasi:
- Percakapan tentang Pancasila didominasi oleh nuansa politis, antara yang pro dan kontra pemerintah.
- Kritik dari kalangan kontra pemerintah menyangkut Pancasila biasanya dihubungkan dengan ketidakadilan yang muncul dalam isu-isu besar yang sedang hangat.
- Kampanye menggunakan tagar terkait BPIP sangat masif dilakukan oleh cluster pro pemerintah.
Aktor:
- Narasi terpopuler didominasi oleh aktor yang cenderung kontra atau kritis kepada pemerintah, dan lebih natural (tidak banyak mengangkat tagar).
- Narasi dari pemerintah, cenderung dilakukan oleh aktor dari kalangan buzzer, terlihat dari masif dan terorganisasikannya tagar terkait Pancasila, khususnya saat ada kampanye atau sosialisasi narasi tertentu.
- Secara demografi, generasi X (tua) cukup aktif membahas topik Pancasila, demikian juga dengan gen Y&Z. Akibatnya, kritik gen X terkait Pancasila bisa terdifusi ke kalangan gen Y&Z.
Peta polarisasi:
- Terdapat dua cluster netizen pro-kontra di Twitter yang kadang sama besar, dan sering cluster kontra lebih besar untuk narasi berupa kritik.
- Kondisi ini tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia, karena percakapan tentang Pancasila bukannya menyatukan bangsa, tapi memangun dan memperlebar polarisasi.
STRATEGI
Narasi:
- Narasi dari pemerintah masih fokus pada tujuan dari sisi pemerintah (misal dukungan thd BPIP), belum dari sisi publik khususnya gen Y&Z.
- Akibatnya aspek “What is it for me” bagi publik belum terasa.
- Agar wawasan kebangsaan sampai dan diterima oleh publik (gen YZ), perlu narasi yang fokus pada perhatian mereka; misal: bgmn sebagai anak bangsa bersama pemerintah menciptakan kehidupan yang harmonis, keadilan, kesetaraan, kesejahteraan, dan isu universal (mis climate change).
Aktor:
- Penggunaan buzzer dan bot untuk mengangkat narasi dengan rangkaian tagar-tagar agar trending di media sosial terbukti hanya bergema di dalam sub-cluster mereka saja; narasi tidak terdifusi ke target publik.
Cara ini tidak akan efektif untuk membangun wawasan kebangsaan, malah sebaliknya sering menimbulkan polarisasi.
- Hindari penggunaan buzzer dan bot, dan buat program yang langsung melibatkan gen Y&Z yang mengajak mereka untuk berpikir, mengusulkan, dan bersama pemerintah mewujudkan gagasan dalam Pancasila secara aktual.
- Upayakan agar gen Y&Z itu sendiri yang aktif membicarakan wawasan kebangsaan mereka melalui isu-isu aktual di media sosial (Twitter, Facebook, Instagram, YouTube, TikTok).
CLOSING
Demikian sedikit sharing terkait bagaimana narasi wawasan kebangsaan, case study pilar Pancasila, dipercakapkan saat ini di media sosial. Dan bgmn generasi YZ yang mayoritas, perlu pendekatan yang "tidak old school" (spt "saya Pancasila"), tp dengan narasi yg aktual.
Late post, ini acara tadi pagi, yg bentrok dg Lemhannas.
IOS lahir tahun 2015. Hingga sekarang sudah 6 tahun. Alhamdulillah, sejak awal dapat dukungan full dari kepala Perpusnas, senior pustakawan, relawan, dan 2,846 perpustakaan.
Saya share sebagian presentasi saya tadi ke sini.
Indonesia OneSearch atau IOS adalah sebuah pintu pencarian tunggal untuk semua koleksi publik dari perpustakaan mitra di seluruh Indonesia.
Ide awal dibuat tepat 29 April 2015, lalu diluncurkan Maret 2015. Bersamaan dengan penobatan mbak @NajwaShihab sebagai duta baca Perpustakaan Nasional RI.
HILANGNYA NAMA KH. HASYIM ASYARI DARI KAMUS SEJARAH INDONESIA
Analisis Drone Emprit
Saya merasa perlu untuk membuat analisis percakapan tentang isu ini, karena dari data DE ada hal yang penting untuk jadi pelajaran bersama.
>>
KONTEKS
Ramai diberitakan di media juga dalam percakapan netizen tentang hilangnya nama pendiri @nahdlatululama KH Hasyim Asyari dari Kamus Sejarah Indonesia terbitan @Kemdikbud_RI.
Isu muncul 19 April 2021, dan pada hari yang sama sudah ada klarifikasi dari Kemdikbud.
PERTANYAAN
Kita ingin tahu bagaimana awal mula munculnya isu ini, dan bagaimana peta percakapan publik di media sosial Twitter.
DE menggunakan kata kunci: Kamus Sejarah
Periode analisis 19-20 April 2021. Sebenarnya data sampai 21 April, tetapi kita hanya ingin tahu awalan sj.
Ada yang menarik dari isu JPZ ini, dimana media cenderung lebih aktif mengangkat isu ini, baik di media online, TV, maupun YouTube, dibandingkan dengan reaksi netizen.
>>
Drone Emprit mengangkat isu ini untuk dianalisis, agar kita melihat bagaimana media punya peran yang sangat besar dalam mengamplifikasi isu kontroversial, dan publik bisa terbawa.
Harapannya, publik tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tak perlu viral seperti ini.
KONTEKS
Seorang YouTuber bernama Jozeph Paul Zhang banyak membuat konten yang berisi provokasi dan serangan kepada banyak pihak, tidak hanya kepada agama Islam saja.
Pihak yang diserang a.l.: gereja, pendeta, Menteri Agama, MUI, serta Al Quran, Nabi Muhammad, dan Islam.
Badai siklon seharusnya bisa diprediksi dan mitigasi sebelumnya bisa dilakukan agar tidak banyak korban. Seperti yang sering kita lihat di Jepang, US, dll.
Tapi mengapa kita seperti terkejut baru tahu setelah kejadian? Awal terjadi pun sepi?
>>
BERITA PERINGATAN BMKG, 3 APRIL 2021, JAM 11
Peringatan pertama dari @infoBMKG dikeluarkan pada tanggal ini. Dideteksi ada 2 bibit Siklon Tropis, yg kemudian diberi nama Siklon Seroja.
Rilis BMKG dimuat oleh media, seperti @detikcom, Radar Bogor, Solopos, dll.
TERTUTUP OLEH BERITA PERNIKAHAN ATTA-AUREL (AA)
Dari grafik tren berita online untuk topik "Siklon" vs "Jokowi AND (pernikahan, atta, aurel, nikah)" yang bikin heboh, tampak tren Siklon mulai naik setelah jam 12 tanggal 3 April. Namun kalah oleh berita pernikahan AA.