“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
HR. Bukhari
Menurut Imam Al-Ghazali Rahimahullah : dan juga ulama lainnya:
Sebagaimana disebut dalam I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257,
Cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama dari bulan Ramadan:
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر
فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين
أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين
أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين
أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة
1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad / Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29
2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa / Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25
5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata:
“Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah melesat dengan jadwal atau qaedah tersebut."
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah.
Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang telah menemui Lailatul Qadar.
Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin;
juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188;
Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257;
Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304;
as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258
juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.
Wallahualam
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Al-Alim al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani (kelahiran Tanara, Serang, Banten tahun 1813 M dan wafat di Mekkah tahun 1897 M), dalam kitabnya yang berjudul ats-Tsamaru al-Yani’ah fi Riyadh al-Badi’ah menjelaskan:
“Barangsiapa yang menulis nama-nama rasul dan meletakkannya dirumah atau membacanya atau membawanya dengan mengagungkan mereka, memuliakan keberadaan mereka, menghormati kenabian mereka, berharap dari keinginan mereka yang tinggi dan beristighatsah dengan ruh-ruh mereka yang suci
maka akan dimudahkan oleh Allah Swt. segala urusan di dunia dan akhirat. Dan akan dibukakan pintu-pintu kebaikan dan diturunkan rahmat, keberkahan serta menolak segala kejelekan.
Mengungkap Sisi-Sisi Kehidupan Rasulullah Untuk Kita Jadikan Contoh dan Suri Tauladan
Suami Yang Romantis
Ditengah kesibukan yang luar biasa dan beban amanah yang teramat berat, sebagai suami, beliau masih menyempatkan diri untuk pacu lari dengan isterinya; Sayyidah Aisyah ra.
Tak ada istilah malu, apalagi gengsi.
عن عائشة أنها كانت مع النبي صلى الله عليه وسلم في سفر، قالت : فسابقته فسبقته على رجلي، فلما حملت اللحم سابقته فسبقني، فقال: هذه بتلك السبقة
Aisyah ra menceritakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan bersama Nabi Saw. “Aku lomba lari dengannya. Aku pun menang. Tapi ketika aku sudah berbadan, dan aku kembali lomba lari dengannya, aku pun kalah. Ia pun bersabda,: “Satu sama.”
❤️
Yang meriwayatkan sifat-sifat fisik Rasulullah ﷺ secara detil itu semua adalah sahabat-sahabat yang di masa kecilnya sudah dekat dengan beliau.
Seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Hindun bin Abi Halah ra (putra Sayyidah Khadijah dari Abi Halah) yang keduanya diasuh Nabi SAW sejak kecil, Anas bin Malik ra yang menjadi pelayan beliau sejak masih umur 10 tahun,
Abdullah bin Abbas ra yang saat Nabi wafat usianya masih sekitar 12 tahun, Abi Thufail yang lahir pada tahun perang Uhud, dan lainnya. Kenapa demikian?, karena yang memiliki keberanian untuk memandangi setiap inci dari fisik Rasulullah adalah anak-anak kecil.