Thread by @budimandjatmiko

Salah satu akar konflik sosial di kalangan orang dewasa adalah mereka memelihara ketidaktahuan & kemelekatan (fanatisme) masa kanak2nya tapi tak merawat rasa ingin tahu dari masa itu...

Saat kecil di desaku, aku main ke rumah sahabatku. Saat ke rumahnya kulihat gambar seseorang membawa kambing kecil, kulihat kemudian patung orang itu dipaku kedua tangannya ke sebuah tiang, dgn rasa penasaran aku tanya, "Apa dia dihukum krn mencuri kambing?"

"Apa arti tulisan 'INRI' di kayu itu?". Orang tuanya yg mendengar lantas njawab, "Dia disalib karena orang itu mau menyelamatkan domba...".
Aku cuma mbatin "Oh dia dihukum orang jahat karena berbuat baik". Tak semua orang suka kita berbuat baik

Temanku lantas lantas njawab, "INRI itu maksudnya "Raja Orang Yahudi'. Itu untuk ngeledek orang itu"...
Aku cuma berreaksi "Ooooohhhh..."

Untuk pak Yohanes Eny, bu Lubersih, mbak Rahen, Endot (Fortunatus Luny Rahendro) & Ita..terimakasih sudah mengajariku manfaatnya mencari tahu sejak TK.
Bertanya lantas jd senjata andalanku untuk semua hal...

Juga saat kecil aku main ke rumah bu likku bareng ibuku. Di rumahnya ada patung emas orang yg sedang bersila dgn lidi2 berasap di sekelilingnya. Kutanya pd bu likku. Tp yg njawab ibuku, "Itu
Pangeran Sidharta, anak raja".

Dan bu likku menimpali, "Dia meninggalkan istananya & jd pertapa di hutan krn dia mau mencari tahu kenapa orang bisa sakit, tua & mati. Dia jd Buddha karena gak mau enak2an di istana karena kalau tua, sakit & mati, istananya jd sia2".

Terimakasih utk bu likku & beberapa adik ibuku yg lain yg njelasin ttg Buddha saat aku TK.
Bahwa kini sebagian jd seagama dgn ibuku (yg Muslim), itu cara mereka mencari jawaban atas rasa ingin tahunya.
Terimakasih sdh mengajariku tak lelah mencari jawaban

Bertanya2 dan mencari jawaban atas pertanyaan2 masa kecil (menurutku) adalah cara menjalani hidup dengan riang gembira...