Jika kamu merasa suaramu di media sosial tak bermakna untuk Palestina, kamu salah.
Bayangkan ketika seorang pejuang di sana lelah, lalu ia berniat mundur dan menyerah; tapi ia melihat di gawai dan berita lokalnya bahwa dunia Islam mendukung perjuangannya. Itulah napas barunya!
Hashtag, tweet, caption, story Instagram; meskipun kita bukan influencer dengan berjuta followers, tapi jika kita lakukan bersama-sama ia akan jadi gelombang yang membuat dunia sadar dari sihir media zionis.
Perasaanmu bahwa suaramu tak akan didengar, adalah harapan musuh.
Salah satu fakta nyata zionis adalah anggaran besar mereka untuk media. Selain untuk menutup yang terjadi di Palestina, mereka ingin perjuangan bebaskan Al Aqsha hilang dari pikiran bangsa Arab serta Umat Islam.
Dan diammu, pesimismu, punya saham buat keberhasilan mereka.
Namun perhatikan apa yang kamu bagikan. Konfirmasi lebih dulu sebelum kamu sebarkan.
Suarakan dengan ilmu, perhatikan referensi, sumber gambar dan video yang kamu bagi. Jangan blunder.
Fokus pada edukasi yang produktif; bukan debat kusir apalagi menyebar hoax. Berizzahlah.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Hari ini 3 Maret 2020, hari di antara hari-hari yang Allah anugerahkan buat kita. Tapi kalau melihat lembar akhir Surat Al Hasyr, jadi teringat bahwa kita perlu lihat sejarah untuk mengelaborasi masa depan.
3 Maret 96 tahun lalu adalah hari resmi jatuhnya Negara Utsmaniyah.
Negara yang kata catatan sejarah pernah memiliki kuasa di 3 benua. Luas wilayahnya lebih luas 3 kali dari apa yang pernah ditaklukkan oleh Alexander The Great. Sebesar dan semegah itu bisa runtuh.
Di masanya, Utsmaniyah ini menjadi benteng sosial politik bagi Dunia Islam.
Negara berusia 625 tahun itu sejak awal menjadikan Islam sebagai napas perjuangannya. Sepertinya mereka memahami betul apa kata Negarawan Abbasiyah Abdullah bin Mu'tazz, "negara yang dikuatkan agama akan bertahan. Agama yang dikuatkan negara akan kokoh."