Seorang filsuf bernama Zeno pada awal abad ke-3 SM mencetuskan sebuah ilmu filsafat bernama Stoisisme atau Stoa. Salah satu poin yang diterapkan dalam gaya hidup stoik adalah "Dikotomi Kendali".
Meskipun udah ribuan tahun lalu, masih bisa diterapin sampai sekarang loh! Lanjut~
Dikotomi kendali ini membuat pembagian yang jelas antara :
[1] hal yang _bisa_ kita kendalikan
dan
[2] hal yang _tidak bisa_ kita kendalikan.
[1] Hal yang dapat kita kendalikan
Hal yang dpat kita kendalikan adalah hal-hal yang berasal dari dalam kita, sesuatu yang menurutku 'built-in' di pikiran. perasaan, dan tindakan kita.
Misalnya : opini, pendapat, kreativitas, keinginan, tujuan, respon terhadap orang lain.
[2] Hal yang tidak dapat kita kendalikan.
Hal-hal selain yg di dalam diri kita, tidak dapat kita kendalikan.
Hal ini termasuk kekayaan & kesehatan kita, opini dan tindakan orang lain (terhadap kita ataupun bukan), kondisi saat kita lahir, & semua yg diluar diri kita.
"Wah, berarti sedikit banget dong yang bisa kita kendalikan? Gimana atuh berkehidupan?"
Memang banyakkk banget yang gabisa kita kendalikan dalam hidup ini...
Eits, tetapi banyak juga kok, hal-hal yang [bisa kita usahakan], bisa kita tingkatkan kemungkinan tercapainya! ><
Walau ttep gak bisa sepenuhnya kita kendalikan.
Jadi, bisa dibilang gak cuma 2 banget, tapi ada 3 jenis kendali, atau trikotomi kendali.
Beberapa hal bisa kita usahakan itu misalnya apa aja sih?
Lanjut yaa biar gak kepenuhannn
Contohnya kesehatan dan usia kita hidup, memang kita nggak bisa kendalikan kan.
Tetapi, kita bisa mengusahakan hidup lebih sehat (dan mungkin , lebih panjang umur) dengan menjaga pola makan dan jenis makanan, olahraga teratur, medical check up rutin (misalnya).
Contoh lain: Ujian Masuk Kampus [UTBK, dll]
Kita ga bisa ngatur kan saingan kita lebih jago atau nggak dari kita, pertanyaan" yang keluar apa, apa yang terjadi di ruangannya nanti, dll.
Tetapi kita bisa lakukan yang memang bisa kita usahakan. Nextt
Ya nyiapin materi dengan mantap, melengkapi semua persyaratan ujian, atur strategi belajar dan jadwal, ngealokasiin waktu dengan lebih baik, bimbel, berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, dll.
Ini ada sedikit ilustrasi untuk diko/trikotomi kendali saat ngikutin lombaa versiku.
Pernah dengar quote 'Do the best and let God do the rest' ?
Menurutku ini ada benarnya loh.
Saking banyak hal yang gak bisa kita kendaliin, banyak faktor X.
Jadi ya, kalo misalnya emg kita gak hoki, pdhl udh usaha mati-matian, bisa jadi 'gagal' juga di akhirnya..
Menurutku, dengan memahami Dikotomi Kendali ini, manfaat buat kitanya :
1. Lebih fokus sama apa yang bisa kita kendalikan dan usahakan, dibandingkan yang tidak. 2. Lebih gak 'baper' kalo gagal, karena udah aware sama kemungkinan" yg gak terkendali. 3. Kelola emosi yg lebih baik.
Jadi, sekian dulu #DoodleThread hari ini! Semoga bermanfaat buat temen-temen dan selamat ketemu hari Senin besok stlh liburan dan hari raya :")
Sumber dari materi ini, aku ambil dari buku Filosofi Teras karya om Piring @newsplatter. (baca awal 2020, smpe skrg masih ngena bund!!
bisa direpost di ig lhoo btw (link di atas), aku secara berkala update doodle seputar kesehatan mental dkk di ig dan twitter hoho (pls kindly support me if you want🤩🤣)
Haii! Sudah Senin pagi nih! Buat temen" yang mungkin sekarang lagi merasa lesu, mager, dan perasaan gak nyaman lainnya di hari Senin ini, juga boleh dicek informasi terkait Monday Blues, di link ini yaa 😍
Haloo! Kali ini aku mau bahas soal 👉Invisible Disability
Semakin ke sini, semakin sadar bahwa banyak 'derita' yg trnyt disimpan seseorang, sulit utk dijelaskan, ditambah 'nggak kelihatan'.
Tulisan ini tertrigger dri ketubiran bbrpa wktu lalu di medsos.
Jujur lupa detailnya, tapi tentang oknum yang "ngeviralin" seseorang yang kelihatannya baik-baik aja, tapi duduk di kursi prioritas saat transportasi umum lagi rame.
Ternyata, orang tersebut punya autoimun...
yaitu Multiple Sclerosis yang membuat seseorang sangat mudah lelah dan kaku otot"nya. (sc : nhs.uk/conditions/mul…)
Turns out, ada istilah "Invisible Disability" atau Disabilitas tak terlihat, yang mana nyata membatasi kehidupan seseorang walau sulit dilihat tandanya dari luar.
Siapa diantara temen" yang masih suka merasa bingung harus merespon apa ketika ada temen yg curhat? Takut memperburuk kondisi, salah respon, ikutan baper bahkan kemelunjakan (?).
Salah satunya dalam bentuk perbandingan yang tidak sehat dengan anak lainnya, baik saudara kandung maupun anak tetangga.
"Anakmu pinter ya mbak juara terus, gak kyk anakku"
"Kakaknya cakep, kok adiknya nggak"
dan lain sebagainya.
Anak belum dapat menyadari bahwa hal ini nggak "apple-to-apple".
Mereka akan beranggapan kalo dirinya harus sebagus anak orang lain, tapi dia gapernah bsa, Hal ini jusru malah membuatnya lupa utk berfokus pada kemampuannya..
*ps bahkan anak udh gede pun gak nyaman digituin dah.
maap gabisa bacain satu satu reply dan qrt :") tapi makasihh bnyk yg udh berbagi cerita dan perspektifny, dan aku harap buat tmen" yang sedang berjuang melewati burnout / lelah apapun itu, kalian hebat dan kuat, keep fightin! this too shall pass
Pernahkah kamu merasa gugup, cemas atau sedih tiba" karena hal yg tidak menyenangkan di masa lalu? Merasa tertekan akibat suatu beban yang terasa sulit dihadapi?
Lalu, bagaimana meringankannya?
Mungkin, teknik "Grounding" ini bisa kamu lakukan.
Ingatan masa lalu dapat hadir secara tak terduga. Hal yang buat kita trauma, kecemasan akan sesuatu yg membayangi dan ... tidak pasti, sedikit banyak bisa membuat kita merasa nggak nyaman.
Rasanya ingin kembali ke masa lalu dan memperbaikinya..
Tapi.....
Sebenarnya, yang kita bener-bener miliki dan bisa kendalikan, ya hanya diri kita saat ini saja.
Mungkin belum terlepas, tetapi kita tetap perlu melanjutkan hidup kita.
Tapi, gimana cara meringankannya?
Salah satu caranya adalah melalui teknik "Grounding".