Hendrajit: Mochtar Kusumaatmadja, Sang Diplomat dan Ilmuwan Pejuang Dalam Perang Nirmiliter Melawan Kaum Penjajah

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute dan Wartawan Senior

alyud.blogspot.com/2021/06/hendra…
Hendrajit: Mendengar Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja wafat Senin kemarin, sebetulnya tak terlampau mengejutkan, krn saya termasuk yg maklum betul dlm beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan beliau cukup parah. Begitupun, ada kekosongan yg saya rasakan berpulangya sosok satu ini.
Seperti juga menteri luar negeri pendahulunya, Adam Malik, Pak Mochtar yang menjadi menlu kedua RI di era Pak Harto, merupakan sosok transisi dari era politik luar negeri Sukarno yang frontal dan gegap gempita menuju era politik luar negeri yang lebih kalem dan tenang.
Namun di tangan Bung Adam Malik dan Pak Mochtar, politik luar negeri RI bebas dan aktif di era Bung Karno dan Pak Harto, sejatinya tetap pro aktif dan agresif menghadapi kekuasan-kekuatan asing.
Yang lebih penting lagi, dan ini belum sepenuhnya dipahami oleh para pakar hubungan internasional maupun politik luar negeri RI, sosok Mochtar Kusumaatmadja, secara harfiah memang betul-betul jembatan antara masa pemerintahan Sukarno dan Suharto.
Apa jembatan penghubung kedua pemeritahan tersebut? Tiada lain adalah Deklarasi Juanda.
Nah, kl sdh menyangkut yg namanya Deklarasi Djuanda, mk kita harus ingat, bhw sosok penggagas dan dinamo starter dr Deklarasi Djuanda ad Wk Perdana Menteri III merangkap menteri veteran, Bung Chairul Saleh.
Adapun Pak Mocthar merupakan sang juru mudi alias supirnya nggak sangat terampil sekaligus tahu betul peta jalan.
Chairul Saleh seorang nasionalis tulen yang memandang Muhammad Yamin, Tan Malaka dan Sukarno sebagai mentor-mentor politik dan aktivitas pergerakan, pada 1957 dalam keadaan gusar dan resah, sehingga siapa saja di dekatnya pasti kena damprat habis-habisan.
Pasalnya, Bung Chairul merasa jengkel karena Panitia Rancangan UU Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim yang dibentuk PM Ali Sastroamidjojo pada 1956, ternyata belum menunjukkan hasil kerjanya sama sekali.
Tapi buat marah-marah langsung ke Pak Ali Sastro jelas nggak mungkin, biar gimanapun Pak Ali ini jauh lebih senior dan punya jam terbang jauh lebih lama sebagai kaum pergerakan.
Padahal panitia tersebut dibentuk untuk mewujudkan suatu tujuan strategis yang sungguh serius adanya: menciptakan UU Laut Teritorial baru untuk menggantikan Territorial Zee en Maritiem Kringen Ordonantie yang diterapkan sejak masa kolonial.
Dan Pak Mochtar, selain masih keluarga dekat isteri Chairul Saleh, namun eksponen pemuda yang memainkan peran sentral dalam mendesak percepatan proklamasi kemderdekaan Indonesia pada Agustus 1945 itu,
sangat paham betul bakat-bakat terpendam pakar hukum Universitas Padjajaran tersebut. Sehingga sewaktu pemerintahan Ali Sastro membentuk panitia itu, dengan tak ayal Chairul Saleh memerintahkan Mochtar didudukkan sebagai salah satu anggota panitia tersebut.
Maka bisa dibayangkan betapa apesnya Pak Mochtar saat pada 1957 berpapasan dengan Uda Chairul, kontan kena damprat.
“Hey Mochtar, mana ini, hasil panitia belum ada? Lambat betul kerjanya kalian ini” semprot Chairul berapi-api, dikutip Mochtar dalam testimoni berjudul “Sekelumit Pengalaman Bersama Bung Chairul Saleh”, dimuat di "Chairul Saleh Tokoh Kontroversial".
Rupanya kinerja pemerintahan Ali Sastro I maupun ke-II memang sepertinya tidak bisa diandalkan entah kenapa. Untungnya, sewaktu pemerintahan beralih ke kabinet yang dipimpin Insinyur Djuanda, panitia ini tetap dipertahankan. Dan Mochtar, juga masih tetap didalamnya.
Bisa dibayangkan seorang Chairul Saleh yang tak kalah revolusioner dan nasionalistisnya dibanding Sukarno, bukan saja prihatin, bahkan meradang.
Kebetulan Mochtar yang selain jauh lebih muda dan bertampang akademisi itu, jadi sansak kemarahan Chairul Saleh yang sama seperti Mochtar kelak, sama-sama beristirikan orang Minang.
Mungkin Chairul yang sejak pemuda pikirannya jahil dan suka bikin hal-hal yang di luar pakem, sengaja memancing obrolan dengan Mochtar yang secara tersirat menggugah rasa nasionalisme Mochtar yang terpaku pada pakem ilmu hukum dan keilmuan.
Namun agenda tersembunyi obrolan itu sebenarnya, mau memerintahkan Mochtar ambil alih tanggungjawab kerja panitia itu ke tangan si pemuda berkaca mata tebal dan kumis tipis ini seorang. Maka mulailah pembicaraan yang bersejarah itu.
"Mochtar, ini kapal perang Belanda kok mondar-mandir saja di Laut Jawa. Ini Laut Jawa apa tidak bisa dijadikan laut pedalaman?” kata Chairul bertanya.
Sudah diduga Uda Chairul, jawaban Mochtar pasti konvensional dan sok ilmiah meski pakar hukum laut. "Wah ya nggak bisa dong, bagaimana mungkin," jawab Mochtar.
Nah di sini Uda Chairul kayaknya pura-pura marah tapi sebenarnya sedang menanamkan watak nasionalisme dan sikap revolusioner pada diri Mochtar.
Berkata Chairul Saleh: “Pokoknya bikin supaya bisa. Jangan bilang tidak bisa !” Mohtar pun sebagai anak muda kontan merasa diremehkan kepancing egonya dengan tak ayal menjawab: “Wah, ini bertentangan dengan hukum internasional.”
Chairul pun yang semula mungkin cuma mau menggugah rasa nasionalisme dan sikap revolusioner, jadi keluar juga ego eksponen pejuang pemuda 12 tahun sebelum percakakapan ini berlangsung.
“Kamu ini masih muda ngomongnya kayak apa, tidak revolusioner. Kalau dulu waktu proklamasi kita mendengarkan orang-orang yang terlalu yuridis macam kau ini, pasti proklamasi juga tidak jadi. Kamu harus merubah cara berpikir. Pokoknya mesti bisa !”, tegas Chairul.
Saat menyimak kata-kata Chairul Saleh yang jauh lebih tua dari dirinya ini, pakar hukum laut kita ini yang usianya masih berumur 28 tahun itu, tersengat dan merasa mendapat pencerahan.
Sehingga tanpa Mochtar sadari saat itu, ketika akhirnya alumni Fakultas Hukum UNPAD dan Universitas Chicago ini menyerah dan patuh pada perintah Chairul Saleh,
maka praktis wewenang Panitia Rancangan UU Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim yang dibentuk PM Ali Sastroamidjojo pada 1956, secara teknis sudah dialihkan ke pundak satu orang, dialah Mochtar Kusumaatmadja.
Maka Mochtar kepalanya pening lagi. Karena begitu menyatakan iya dan sanggup, sebenarnya belum tahu harus bagaimana. "Baiklah Uda, tapi tolong ya mintakan izin cuti dua minggu kepada bos langsung saya," kata Mochtar.
Pendek cerita, Permintaan itu dikabulkan Chairul dengan memerintahkan Usman, atasan Mochtar, agar mengeluarkan surat cuti. Urusan administrasi beres. Mulailah kerja intelektual yang luarbiasa dan bersejarah.
Seperti cerita Mochtar sendiri kepada saya dan beberapa mahasiswa yang waktu 1980an aktif di Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS):
“Jadi bulan Oktober itu saya ambil verlop (cuti) 2 minggu beristirahat di Bandung untuk siapkan konsep, yg menjadikan semua perairan (laut) antar-pulau2 Indonesia menjadi perairan pedalaman. Demikian lahirnya Konsepsi Nusantara dalam hukum laut itu,” tutur Pak Mochtar.
Singkat cerita, dasar memang tokoh satu ini otaknya bukan saja brilyan tapi obrolan dengan Uda Chairul ini juga tertantang untuk membuktikan kemampuan intuitifnya untuk menjadikan ilmu hukum untuk mengubah keadaan yang revolusioner,
bukannya alat untuk memaklumi keadaan, akhirnya kerja Mochtar selesai sudah.
Nah di sini, cerita menarik dari Mochtar sangat berharga untuk memahami jiwa revolusioner dari apa yang kelak dinamakan Deklarasi Djuanda. Berkata Mochtar:
"Setelah diselesaikan, konsep itu dibahas dlm rapat kabinet pd 13 Desember 1957 di kantor PM Djuanda di Pejambon (kini Gedung Kemlu). Agenda rapat sebetulnya membahas RUU yg dibuat panitia INTERDEP, panitia yg dibentuk pemerintah untuk mempersiapkan RUU tt wil maritim.
“Tetapi ada juga RUU tidak resmi dari Menteri Veteran, di mana saya menjadi penasihat sekaligus pembuat konsepnya. Sebetulnya bukan RUU tetapi deklarasi tentang konsepsi Negara Kepulauan Indonesia,” tulis Mochtar dalam buku kenang-kenangan mengenai Chairul Saleh.
Ketika akan memasuki ruang rapat, Mochtar dicegat Chairul yang langsung memberondong dengan beberapa pertanyaan.
“Mochtar, ini yang mau diukur dari pangkal laut teritorial lebarnya berapa?”

“Dua belas mil,” jawab Mochtar.
“Kenapa tidak 17 ? Sebab 17 adalah angka keramat,” kata Chairul yang tak dihiraukan Mochtar. Mungkin dipikirnya, kenapa pula Uda Chairul yang anak Minang tulen ini tiba-tiba jadi senang klenik dan tahayul.
Konsepsi laut itu akhirnya diadopsi pemerintah. Hari itu juga PM Djuanda mendeklarasikan konsep yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Djuanda itu.
Indonesia mulai saat itu menyatakan seluruh perairan yang mengelilingi atau menghubungkan pulau-pulaunya sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan berada di bawah kedaulatan Indonesia alias perairan nasional.
Seluruh kekayaan yang ada di dasar laut dan tanah di bawahnya milik Indonesia.
Munculnya Deklarasi betul-betul sebuah karya anak bangsa yang nasionalistis dan revolusioner, dan hebatnya lagi, justru melalui sarana produk hukum dan mengguncang dunia internasional. Tanpa satu pelurupun diletuskan.
Buktinya? Beberapa negara ada yang segera mengirim surat penentangan, di antaranya nota protes diplomatik itu berasal dari Amerika Serikat (30 Desember 1957), Ingris (3 Januari 1958), Australia (3 Januari 1958), Belanda (3 Januari 1958), Prancis (8 Januari 1958),
dan Selandia Baru (11 Januari 1958),” tulis Eko A. Meinarno, Adhityawarman Menaldi, dan Prayogo Triono dalam “Andai PM Djuanda Masih Hidup: Studi Persepsi Wilayah NKRI”,
dimuat dalam Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat dalam Kawasan Terluar, Terdepan, dan Tertinggal.
Tentu saja meski Mochtar berperan besar namun di belakang layar sebagai konseptornya Chairul Saleh, tak urung sempat gusar juga dibuatnya. Mochar yang lagi kalang-kabut kontan menemui Uda Chairul seraya menunjukkan berita sebuah koran.
Chairul justru merespon santai. “Ooo mereka protes? Kalau negara-negara besar imperialis itu protes, itu artinya kita di jalan yang benar.”
Benar. Deklarasi Djuanda sbg karya revolusioer di bidang hukum memang strategis. Deklarasi Djuanda menjadi landasan Indonesia memperjuangkan perairan nasionalnya baik di Konferensi Hukum Laut PBB pertama di Jenewa, Februari 1958, maupun forum2 internasional setelahnya.
“Pada waktu itu saya selalu dijadikan ketua Delegasi Perjuangan untuk mendapatkan pengakuan itu,” tutur Mochtar mengenang kejadian itu.
Makanya kalau orang sekarang meributkan yang namanya UNCLOS, ngerti nggak sejarah pembuatannya? Nah ini sekelumit cerita mengenang jasa-jasa Pak Mochtar.
UU tentang Perairan Indonesia yang kemudian menjadi UU No.4/Prp juga dibuat berdasarkan Deklarasi Djuanda. Jauh setelah Chairul tiada, perjuangan Indonesia mendapatkan pengakuan internasional atas laut teritorialnya akhirnya membuahkan hasil
dengan ditandatanganinya United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) oleh 159 negara pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Uruguay.
Untungnya dan bagusnya ahlak dari manusia hebat macam Pak Mochtar ini, bukan orang seperti kacang lupa kulitnya. Beliau menyadari betul bahwa Uda Chairul adalah seorang mentor.
Sehebat apapun pak Mochtar kelak, menjadi menteri kehakiman dan dua kali jadi menlu di era pemerintahan Suharto, Pak Mochtar menyadari bahwa sumber inspirasi dan penggagas Deklrasi Djuanda adalah Chairul Saleh.
“Jadi saya merasa beruntung mendapatkan tantangan dan dorongan dari Uda Chairul, dari permulaan tdk adanya sampai tercipta dan berhasil diterimanya Wawasan Nusantara sekaligus diterimanya konsepsi baru ini di Konvensi Internasional tt Hukum Laut di Montego Bay itu,” kata Mochtar.
Hendrajit: Luar biasa Pak Mochtar. Semoga Allah memberi tempat yang terbaik dan termulia di SisinYa.
Satu saat memang perlu diskusi lebih dalam ihwal peran TNI dalam Perjuangan Bangsa. Menjadi bagian integral dari perjuangan bangsa, TNI jelas nyata adanya. Tapi TNI berpolitik kita harus cermat dan hati2, karena ini isu yang kontroversial.
Kedua, kalaupun dipahami sebagai TNI yang berpolitik, mahzab siapa yang dipakai. Pak Dirman, Pak Nas atau Pak Harto.
Adiaksa: Mantap ini...Sekilas sy pilih Mahzab Jend.Besar Soedirman 🙏🏼☕😀☕🙏🏼

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Alvin Yudistira

Alvin Yudistira Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @alvinyudistira

9 Jun
Hendrajit: Saya kira kembali ke UUD 1945 bukan langkah taktis, justru strategis. Seringkali terperangkap pada dekrit atau makar, itu ekses dari cara pandang bahwa kembali ke uud 45 itu taktis. Image
Terlalu sibuk menghajar keabsahan 1 Juni 1945, sehingga lupa bahwa 18 Agustus 1945 itu itu UUD 1945 merupakan kekuatan rahasia rakyat atau Bung Karno bilang Emanansi Krachten. Kenapa? Karena dikawal Pancasila 1 Juni 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sehingga mengembalikan UUD 1945 itu masalah strategis. Karena dengan begitu, bukan saja Pancasila, tapi ruh Proklamasi 17 Agustus masuk sebagai ruh dan jiwa bangsa, kembali menegara.
Read 4 tweets
7 Jun
Aku hanya bisa menjawab, "India kucintai sebelum aku pergi. Sekarang debu India telah menjadi suci bagiku, udaranya sekarang bagiku suci; sekarang tanah suci, tempat ziarah, Tirtha."
#SwamiVivekananda
vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/pidato…
disini juga kita harus memahami kesulitan yang timbul antara kita dan orang Inggris sebagian besar disebabkan ketidaktahuan itu; kita tidak mengenal mereka, mereka tidak mengenal kita.
#SwamiVivekananda
vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/pidato…
Sayangnya, bagi pikiran Barat, spiritualitas, bahkan moralitas, secara kekal terhubung dengan kemakmuran duniawi;
#SwamiVivekananda
vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/pidato…
Read 54 tweets
6 Jun
Mas Hendrajit: Mindset kita harus spt para bapak bangsa dulu. Berjuang dlm skala nasional, namun melek perkembangan konstelasi global.

Jadi punya bahan buat menyusun konfigurasi dan formasi yg sesuai strategi perang kita.

8:31 PM, 6/6/2021
Mas Hendrajit: Belajarlah dr Jenderal Vo Nguyen Giap waktu mengusir prancis dan amerika. Sebuah contoh kasus keberhasilan mematahkan mitos dan tahtlyul, bahwa asing tak bisa dikalahkan

8:33 PM, 6/6/2021

> en.wikipedia.org/wiki/V%C3%B5_N…
Hendrajit: Paham Geopolitik: Jenderal Vo Nguyen Giap Berhasil Mengusir Prancis dan AS Dari Bumi Vietnam facebook.com/story.php?stor… via Adiaksa
Read 6 tweets
3 Jun
Kehidupannya memiliki hakikat sama dengan jiwa, tanpa awal dan tanpa akhir, abadi; dan kita anak-anak negara seperti itu.

Karya Lengkap Swami Vivekananda
Volume 3: Ceramah dari Colombo ke Almora:
Masa Depan India vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/masa-d…
Karenanya, lihat ke belakang, sejauh Anda bisa, minum air mancur abadi yang ada di belakang, dan setelah itu, lihat ke depan, maju ke depan dan buat India lebih cerah, lebih besar, jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

#SwamiVivekananda
vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/masa-d…
Nenek moyang kita hebat. Pertama kita harus mengingatnya. Kita harus mempelajari elemen keberadaan kita, darah mengalir di pembuluh darah kita; kita harus percaya darah itu dan apa yang dilakukannya di masa lalu;
#SwamiVivekananda
vivekananda-id.blogspot.com/2021/06/masa-d…
Read 110 tweets
1 Jun
dokterzul@zulkifli @dokterzul:
Slh satu pembodohan publik ad meributkan hari lahir Pancasila bkn mempermasalahkan penghianatan terhadap Pancasila pada UUD'45 palsu, karena pilpres dan pilkada langsung jelas bertentangan dengan sila ke 4.

#TolakUUD45Palsu
Agus Kodri @AgusKodri2: #Pancasila pd tgl 1 Juni 1945 ditetapkan sbg #DasarIndonesiaMerdeka.
Maka kami ingatkan kpd seluruh B Ind, bhw Pancasila tdk lahir 1 Juni, mk jk tdk diperingati sbg Dasar Indonesia Merdeka, akan terus kita koreksi kita evaluasi...

Bagus Taruno Legowo: MENJADINYA PANCA SILA
Menjadi nya Panca Sila itu melalui proses. Bukan sekali jadi.
Terminologi hari lahir sbnrnya jg bermasalah, dan perlu pelurusan istilah. Sebab jika disebut hari lahir, itu berarti sebelumnya belum lahir, ... facebook.com/bete.legowo/po…
Read 24 tweets
1 Jun
Sdh Bu @YunainiOyik, tadi sy sdh hrmt bngkk dlm @LaNyallaMM1, sdh sjd sykr di hdpan beliau all out sesuai Bapak Bangsa, @dokterzul nanya plong? Sdh. Ga smp 1/2jam.
Komitmen full dl sbg bodyguard @TungDW, @prabowo, @aguskodri2, Pak Bintang, & Pak Nyalla, sy siap mati dulu. 🙏🇮🇩
"We do not need to know "how" or "where" but there is one question that we should all ask whenever we start something: "What am I doing this for?" -Paulo Coelho @paulocoelho
Read 6 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(