OM RASTH Profile picture
Jun 15, 2021 341 tweets >60 min read Read on X
TUMBAL JANIN

#bacahorror
#bacahoror
#omrasth

Thread ini diangkat dari kisah nyata.

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Pesugihan, bukan hal yang baru lagi untuk kita dengar.
Setiap daerah dan sudut bumi dimana kita berpijak ini om rasa sudah pasti pernah mendengar istilah pesugihan.
Atau bahkan mungkin ada salah satu kerabat kita yang pernah melakukan pesugihan? Entahlah. Yang pasti pesugihan itu terdengar menyenangkan, namun ada kenyataan kelam dan dosa yang selalu menyertai pelaku pesugihan tersebut, salah satunya harus rela menyerahkan nyawa anak istri
Ataupun kerabatnya demi harta dan tahta kekayaan dunia.

Oke. Kali ini om rasth mau ceritain kisah yang pernah di alami oleh seseorang yang tidak ingin di sebutkan namanya.

Cerita kita mulai....
2011 pulau kalimantan. (Nama daerah nya sengaja om tutupi karena sangat terlalu sensitif untuk sebagian orang🙏).

Seorang gadis muda duduk di sebuah taman di tengah kota.
Matanya menatap lalu lalang berbagai macam kendaraan dan mobil di jalan yang tak jauh dari tempat
Ia duduk. Karena taman tersebut sangat dekat dengan jalan raya.

Ia mengalihkan pandangan nya ke bangku panjang di depan nya, dan di sana nampak sepasang kekasih sedang asyik berkasih mesra tanpa mempedulikan orang2 yang menatap mereka dengan rasa iri.
Tiba2 jalanan menjadi sangat macet. Beberapa pengendara kendaraan bermotor berlarian meninggalkan motor mereka di jalanan. Dan terdengar juga suara teriakan dari petugas penjaga jalan yang berteriak : "LARIIII...!!!"
Gadis muda yang sedari tadi duduk di taman tersebut mengedarkan pandangan nya ke jalan, dan rupanya di sana diantara barisan mobil2 dan motor yang terpaksa berhenti, ada 2 orang yang sedang berkelahi dengan membawa senjata tajam.

Tidak hanya berkelahi, keduanya juga merusak
Dan mengancam para pengguna jalan lain dengan senjata mereka.

Tanpa sengaja mata gadis itu dan salah satu orang yang berkelahi tersebut saling menatap. Cepat2 si gadis mengalihkan pandangan nya dan bersembunyi ditempat yang ia rasa aman.
Untungnya, tidak berapa lama kemudian, iring2an ambulance dan mobil polisi datang ketempat tersebut.

Kedua orang yang berkelahi itu di bawa menggunakan ambulance yang berbeda. Dan setelah itu, satu orang polisi membantu petugas jalanan untuk mengatur kembali lalu lintas
Yang sempat macet oleh ulah dua orang tadi.

Saat jalanan sudah mulai lengang, beberapa orang membawa air dan sikat besar untuk membersihkan darah yang berceceran di aspal.
Si gadis yang sedari tadi melihat semuanya dari persembunyian nya merasa lemas ketika melihat darah.
Meski begitu, ia mencoba untuk berjalan pergi meninggalkan taman kota untuk pulang ke rumahnya.
Singkat nya, si gadis keluar dari dalam taksi. Ia memberikan beberapa uang logamnya untuk sang sopir.

Kakinya berjalan memasuki jalanan sepi yang di hiasi dengan rimbunan pohon bambu.
Sekitar 5 menit berjalan, ia akhirnya sampai di sebuah rumah bercat warna hijau muda
Dengan beberapa pohon cabe yang berbuah ranum di depan nya.

Terlihat seorang wanita berusia 35 tahunan sedang 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘪 beras (membersihkan beras dengan nyiru, untuk memisahkan beras dari dedak).
"Dapat kerjaan nya Rin?" Tanya Wanita itu dengan mata yang tetap fokus memilah antah yang ada di beras nya. (Antah itu sebutan untuk beeas yang masih berbentuk padi, yang kadang ada beberapa yang tak ikut tergiling saat di pisahkan/dibersihkan oleh mesin penggilingan padi.)
Gadis yang di panggil Rin itu menghela nafas panjang,

"Belum ma, yang mau ku isi kemarin posisinya ternyata sudah keduluan orang." Jawab si gadis dengan nada lesu
"Sabar ya Rin, mungkin itu belum rejeki mu. Jangan putus semangat, mama yakin kamu akan dapat pekerjaan yang kau mau." Kata wanita yang rupanya adalah ibu dari si gadis
Rina tersenyum, kegelisahan nya sedikit hilang setelah mendengar perkataan sang ibu.

"Mama mau masak apa hari ini ma?" Tanya Rina

"Gangan asam, nanti tolong belikan terasi di warung ya Rin."
"Iya ma, aku mandi dulu ya."

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Rina langsung keluar rumah dan memakai sendal swalow nya lalu berjalan menuju ke warung.

Wussshhh.. Angin dingin meniup tubuhnya, seketika merinding yang ia rasa.
Beberapa anak kecil terlihat sedang memainkan layang2 mereka di pinggir sungai.

Salah satu anak laki2 itu menebarkan senyuman kearah Rina.

"Kak Rin, dapat salam dari kak Ardi." Ujarnya dengan sangat nyaring, membuat pipi Rina memerah menahan malu
Ardi adalah kakak kelasnya di SMP dulu. Dan sudah dua tahun terakhir ini pemuda itu mengirimkan pesan2 cinta melalui anak2 yang membuat Rina sedikit jengkel.
"Cuiiittt... Ciye ciye yang dapat salam dari Ardi.." Ujar seseorang seraya menyenggol bahu Rina, dan ketika ia menoleh orang itu ternyata adalah Ambar sahabatnya
"Ah, aku lagi pusing Am. Gak ada waktu mikirin salam2 gak jelas dari Ardi." Balas Rina

"Ihh.. Kok gitu.? Kan Ardi itu orang nya Ganteng, baik, anak bos getah lagi."

"Percuma ganteng kalau kelakuan nya masih bocah gitu."
"Mmm.. Gimana tadi Rin? Sudah dapat kerjanya?"

"Belum."

Hening..

Sesampainya di warung milik bu salam, Rina langsung membeli terasi yang disuruh ibunya tadi.

Di sana juga ada seorang pria tampan dengan kumis tipis di atas bibirnya yang sedang membeli rokok.
Rina terpana melihat laki2 itu.

Plaakk.. Tepukan di bahunya seketika membuat Rina tersadar.

"Kenapa Rin?"

"Itu tadi siapa Am?" Ujarnya balik bertanya

"Oh itu, duda kaya Rin. Istrinya meninggal saat masih hamil beberapa bulan gitu." Jawab Aam berbisik
"Ohh."

"Naksir ya?" Tanya Ambar

Rina menghela nafas, ia nampak gemas dengan sahabatnya tersebut. Sebuah cubitan mendarat di lengan Ambar yang seketika membuat nya meringis.
Lalu keduanya tertawa sambil terus berjalan.

Rina melewati jalanan yang di penuhi pohon2 bambu dekat rumahnya itu. Semilir angin menyapu lembut dedaunan yang berserakan di tanah, dan beberapa daun melayang jatuh di sekitar Rina.
Cepat2 ia melangkah menjauhi area tersebut yang kata orang adalah tempat yang di huni dan dijaga oleh mereka yang tak terlihat.
Sesampainya di rumah, Rina langsung membantu ibunya untuk memotong timun serta kacang yang baru saja di petik dari kebun kecil milik ibunya.
"Rin, nanti tolong jaga rumah dan adikmu ya. Abah dan mama mau ke rumah nenek untuk malam ini. Seperti nya besok pagi baru bisa pulang." Kata ibunya yang baru saja selesai membersihkan kepala ikan patin
"Iya ma." Jawab Rina singkat

Saat keduanya sedang asyik di dapur untuk menyiapkan makan malam, Ayah dan adik laki2 Rina pulang. Adik laki2 nya itu langsung di marahi oleh ibu mereka karena pulang terlalu sore.
Rina tersenyum2 puas melihat adik nakalnya tersebut di jewer oleh ibunya.

"Rin, tolong ambilkan handuk dan sabun." Ujar ayahnya dari arah luar rumah

Rina bergegas mengambil apa yang di disuruh oleh sang ayah.
Lalu membawanya ke luar rumah.
Laki2 berusia 45 tahunan itu terlihat sedang menangkap anak2 ayam yang akan di bawa oleh induknya untuk tidur di atas pohon.

"Ini bah."

"Iya, terima kasih ya. taruh saja dulu disitu." Kata ayahnya sembari memasukkan anak2 ayam kedalam kandang yang berada di bawah rumah
Setelah semuanya siap, mereka pun makan dengan sangat lahap sambil bercerita tentang kejadian yang masing2 mereka alami sepanjang hari.
"Mulai ada lagi ya kejadian bunuh2an begitu. Padahal rasanya sudah cukup lama tidak ada kejadian lagi." Ujar ayahnya

"Semakin rusak saja moral2 anak muda jaman sekarang." Celetuk ibunya
"Kalau kau melihat lagi kejadian2 seperti itu, baiknya langsung pergi saja Rin. Abah takut kau akan jadi korban salah sasaran dari senjata2 yang mereka bawa. Aduh.. Abah tak sanggup membayangkan nya."
"Hmm.. Cuma kak Rin aja yang di kasih peringatan." Ujar adiknya

"Siapa bilang cuma Kak Rina.? Kamu juga harus pergi kalau melihat kejadian2 perkelahian begitu Ris. Jangan di tonton." Potong ibunya
Setelah selesai makan, Rina dan juga adiknya membereskan piring bekas makan mereka. Riski yang baru berusia 10 tahun itu sudah terbiasa membantu kakaknya untuk mencuci dll.
Terkadang ia juga ikut memasak. Di rumah itu tak ada perbedaan antara laki2 dan perempuan.
Mereka berdua di didik dan di samakan juga mereka harus saling membantu satu sama lain dalam hal pekerjaan.

"Mama sama abah mau kemana?" Tanya Riski

"Mau kerumah nenek, besok pagi baru pulang." Sahut Rina menjawab pertanyaan dari adiknya
"Aku ikut ya ma." Rengek Riski

"Ish.. Sudah gede masih mau ikut2 sama orang tua. Dasar buntut." Ledek Rina

Alhasil gara2 panas akan ledekan saudari nya Riski langsung masuk kedalam kamar dan membiarkan orang tuanya pergi.
--
Rina sudah berkali2 berusaha memejamkan matanya, namun kejadian di dekat taman itu masih terngiang2 di ingatan nya. Tatapan salah satu orang yang berkelahi tersebut mampu membuat bulu kuduk Rina berdiri.
"Kak.. Kak Rina sudah tidur?" Panggil seseorang dari luar kamarnya

Rina beranjak bangun dari tempat tidur lalu perlahan berjalan menuju kearah pintu.
Krieett...

"Kak, aku takut. Boleh aku tidur di kamar kak rin?" Kata adiknya yang berdiri sambil memegang guling

Rina mengangkat bahunya dan membuka pintu sedikit lebih lebar lagi, ia membiarkan adiknya untuk masuk kedalam.
Lalu mereka berdua mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur milik Rina. Tak lama kemudian mereka pun mulai terlelap.

Suara ayam jantan berkokok sangat nyaring dari atas pohon mangga yang berada di samping rumah Rina.
"Ris. Riski.. Bangun, kamu sekolah kan hari ini?"

Dengan malas2an Riski mulai bangun karena terus di ganggu oleh Rina.

Setelah adiknya bangun dan bersiap mandi, Rina pergi ke dapur. Mengupas bawang dan 2 biji telur ayam.
Bau harum tercium, telur goreng dan sepiring nasi sisa yang sudah di hangatkan tersedia di atas piring. Lalu kedua kakak beradik itupun makan dengan sangat lahap.
"Oh iya kak, kemarin aku lupa. Ini surat di kasih kak Ardi katanya di suruh ngasih ke kakak." Kata Riski

Dengan wajah kurang suka, Rina mengambil surat itu. Lalu menyimpan nya di bawah piring makan.

"Jangan lupa di balas ya kak. Hehe.." Goda adiknya
Rina mencibir, lalu setelah adiknya pergi ia pun langsung membersihkan rumah, mencuci piring, dan pakaian. Tak lupa juga ia menaburkan dedak untuk makanan ayam2 nya.

Setelah semua pekerjaan rumah beres, Rina langsung teringat dengan surat yang di berikan adiknya tadi,
Jari jemari lentik nya yang indah, mulai merobek amplop surat tersebut.
Dan perlahan2 ia mulai membaca isinya.

Ternyata surat itu berisi puisi cinta dari Ardi.

Sembari menghela nafas nafas panjang, Rina membiarkan surat itu begitu saja di atas lantai.
Ia mengambil buku novel nya, lalu duduk di teras depan rumah. Halaman demi halaman ia baca. Hingga tidak berapa lama kemudian, ayah dan ibunya pun kembali, membawa sekeranjang penuh buah rambutan dan 5 biji durian
Yang di ikat dengan tali rapia.

Mata Rina berbinar2 melihat oleh2 yang di bawa orang tuanya.

"Rin tolong belikan kelapa di warungnya bu salam ya." Ujar ibunya

"Durian nya mu dibikin kolak ma?" Tanya Rina

"Iya." Jawab ibunya Singkat sembari mengeluarkan uang 5000an
Dari dompetnya

Rina mengambil uang tersebut lalu beranjak dari duduknya, sebelum pergi ia mengambil beberapa biji rambutan dari keranjang yang di bawa ayahnya.
Rina melangkah dengan riang, sesekali ia bernyanyi. Sesampainya di warung bu salam, Rina kembali bertemu dengan laki2 yang kemarin ia lihat.

Laki2 tampan berkumis tipis tersebut melemparkan senyum pada Rina, yang secara tanpa sadar juga membalas senyum si laki2 itu.
"Berapa biji Rin?" Tanya bu salam

"Sebiji aja." Jawab Rina

Setelah membayar kelapa tersebut, Rina pun langsung pergi dari sana.

Dan si lelaki menatap lekat kearah Rina yang terus berjalan.
-----------
Seminggu kemudian, Rina kembali mendapatkan tawaran pekerjaan dari salah satu teman nya. Dan hari itu ia sudah bersiap2 untuk pergi mendatangi tempat yang sedang membuka lowongan pekerjaan.
Entah karena saking semangatnya, Saat menyeberang jalan Rina tertabrak oleh sebuah sepeda motor yang melaju kearahnya.

Seketika penglihatan Rina menjadi gelap.

-----
4 Hari berlalu, Rina perlahan2 mulai membuka matanya.

Di samping tempat tidurnya terlihat seorang laki2 tampan
Yang sedang terlelap.

Rasa pusing di kepalanya masih ia rasakan, bahkan untuk beberapa kemudian ia tersadar jika kakinya sangat sulit untuk di gerakkan dan jiga menjadi sangat sakit.
( Maaf om mau nawarin adakah yang minat dengan akar2 untuk kejantanan pria, mengobati sakit pinggang akibat kerja berat ataupun yang seharian duduk di depan komputer. Dan om juga mau nawarin bajakah untuk obat kanker, stroke dll.
Selain itu om juga punya minyak2 asli kalimantan
Ada perkasih, saluang mudik, minyak rejeki, raja penunduk, raja pemikat, 3khasiat dan 7bidadari. Dengan beragam macam khasiat. Kalau berminat bisa hubungi om melalui DM atau WA : 0856 5403 7262. Terima kasih)

"Ma." Panggilnya pelan

Dan tiba2 lelaki yang berada di dekatnya itu
Terbangun.

"Syukurlah kau sudah sadar." Katanya sembri beranjak dari tempat duduk nya

Ia membangunkan orang tua Rina untuk memberitahukan bahwa Rina sudah siuman.
Ibunya Rina nampak senang melihat anak perempuan nya itu sudah bangun.

"Kakiku masih ada kan ma?" Tanya Rina serak

"Kakimu tidak kenapa2 nak, hanya mengalami sedikit luka. Nanti juga akan pulih." Jawab ibunya
Rina sedikit lega mendengar perkataan ibunya.

---------
Seminggu telah berlalu, keadaan Rina mulai perlahan2 membaik, dan lelaki tampan itulah yang selalu menemaninya.

"Maafkan aku yang di hari itu sudah menabrakmu. Aku benar2 menyesal sudah menabrakmu." Ucapnya
Rina tersenyum mencoba ikhlas meski agak sedikit kesal, dan marah.
Namun ketulusan laki2 itu membuat Rina perlahan2 mengangguk.
"Iya, tidak apa2. Tidak ada yang perlu di salahkan dan disesali." Jawab Rina

"Setiap hari kau menemaniku, memangnya kau tak punya kesibukan lain?" Tanya Rina
"Aku bekerja hanya 2 jam perhari. Jadi aku punya banyak waktu untuk menemanimu." Jawabnya

"Lalu kekasihmu?"

"Haha. Aku tidak punya kekasih. Sedangkan Istriku baru beberapa bulan yang lalu meninggal."
"Meninggal?" Tanya Rina

"Ya. Meninggal saat usia kandungan nya masih beberapa bulan." Jawab si lelaki nampak sedih
"Maaf." Ucap Rina

Lelaki itu tersenyum, sepintas wajahnya sangat mirip dengan aktor korea Lee min ho.
Wajahnya tampan dan senyumnya yang manis mampu membuat Rina terpaku dengan mata yang tak berkedip.
"Hey, kenapa?" Tanya nya

"Aa. Mm.." Rina gugup tak bisa menjawab sepatah katapun dan akhirnya hanya bisa menggeleng pelan dengan wajah menunduk
"Kau lapar? Kita beli bubur ayam di sana yuk." Kata si lelaki yang bernama Irham tersebut

Rina tersenyum kecut. Sebenarnya ia tidak menyukai bubur ayam. Dan saat itu ia hanya ingin makan bakso. Tapi rasanya ia tak enak untuk menolak ajakan Irham.
Dua mangkok bubur ayam hangat di hidangkan dengan dua piring kecil kerupuk.

Lama sekali Rina terdiam menatap bubur itu. Ia menghela nafas nya,

Sementara Irham sudah menghabiskan separuh mangkok buburnya.

"Rin, kau kenapa?" Tanya Irham

"Aku, mm." Jawab Rina gelagapan
Ia menggigit bibir bawahnya

Irham lalu mengambil mangkok tersebut dan mulai mengaduknya ia menyuapi Rina dengan lembut.

Bahkan ia membuat seolah2 sendok berisi bubur ayam itu seperti pesawat yang siap mendarat kedalam mulut Rina. Rina sedikit malu dengan perlakuan laki2 itu
Dalam hatinya ia terus berkata.

"Jangan sampai aku jatuh cinta, jangan sampai. Dia memperlakukan aku begini hanya karena rasa bersalahnya telah menabrak ku." Batin Rina
Beberapa pasangan muda mudi yang juga sedang menyantap bubur ayam di dekat mereka terlihat berbisik2 sambil tersenyum2.

"Aku sudah kenyang." Ucap Rina

"Sedikit lagi. Biar kau cepat sehat. Dan aku janji kalau kau sudah bisa jalan kembali, aku akan mengajakmu jalan2
Mengelilingi kota ini." Kata Irham sembari menyuapi Rina, dan mau tak mau terpaksa Rina harus menelan makanan nya

Setelah selesai makan, Irham membelikan Rina sebotol minuman lalu kembali mengajaknya berjalan2 di sekitaran taman.
-------
2 bulan telah berlalu, kedekatan antara Irham dan Rina semakin terlihat. Namun begitu Rina masih bisa untuk mengontrol perasaan nya terhadap Irham.

Hari itu, Irham datang membawa dua ekor ayam dan rempah2 masakan ke rumah Rina.
Ia juga membelikan beberapa lembar baju untuk Riski dan orang tua Rina.

"Rin, bagaimana kakimu?" Tanya Irham sembari duduk di dekat wanita cantik itu

"Masih sedikit sakit jika berjalan." Jawab Rina

"Kita kerumah sakit yuk, kita periksakan kakimu sekalian beli obat di apotik."
"Tapi aku sedang membantu ibuku memasak."

"Pergilah Rin, biar Riski yang bantu mama masak." Sahut ibunya

Rina menghela nafas panjang, ia berusaha bangun dari duduk nya untuk mengganti baju kedalam kamarnya.
Irham dengan penuh perhatian nya membantu Rina berdiri. Ia bahkn tak segan2 untuk mengantar Rina masuk sampai kedalam kamarnya.

"Rin, aku tunggu di luar ya." Kata Irham
Rina mengangguk, lalu setelah laki2 tersebut keluar. Rina langsung menutup pintu kamarnya.

Beberapa saat kemudian, ia pun keluar dan berpamitan pada orang tuanya.
Irham membantu Rina untuk duduk di atas motornya. Setelah itu ia juga memakaikan helm untuk Rina.

"Rin pegangan yang kuat ya." Kata Irham sebelum mereka berangkat
Perasaan Rina rasanya semakin tak karuan saat motor sudah mulai melaju dan ia disuruh memeluk lelaki itu dari belakang.

Beberapa orang yang sedang duduk2 di warung kopi desa nya menatap lekat kearah mereka.
Rina sedikit malu, namun ada perasaan bangga juga di hatinya. Terlebih ketika mereka berpapasan dengan teman2 perempuan Rina yang tercengang melihat mereka.
Singkat nya setelah dari rumah sakit, Irham mengajak Rina untuk jalan2 berkeliling kota yang ada di salah satu pulau kalimantan.

Rina sangat senang, perasaan hati nya saat itu bagaikan bunga yang bermekaran di musim semi.
"Rin, kita makan di sana yuk." Ajak Irham sembari menunjuk ke arah warung lalapan yang ada diseberang jalan

"Tapi aku.." Ucapan Rina terhenti, matanya menatap lekat kearah mobil2 dan motor yang lalu lalang tanpa henti
Irham tersenyum, seolah tau apa yang sedang dipikirkan gadis itu, ia lalu menggendong Rina dan berjalan menyeberangi jalan

Membuat beberapa pengendara tersenyum2 menyaksikan keduanya.
Setelah sampai di warung makan tersebut, Irham memilih sebuah meja yang menghadap kearah jalan.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Irham lembut

"Terserah kau saja." Jawab Rina yang tak banyak mau itu
Irham lalu berjalan kearah gadis penjaga warung makan, ia memesan dua porsi lalapan burung dan dua gelas jeruk.

Beberapa gadis di sana tak henti2 nya berbisik2 dan menatap Irham dengan bibir yang tersenyum.
"Mereka sepertinya menyukaimu." Bisik Rina

Irham tertawa, lalu menatap mata Rina dalam2.

"Kau sendiri bagaimana?" Tanya Irham

Rina tersipu, ia memalingkan wajahnya dari Irham.

"Entahlah. Ku rasa hanya orang gila yang tak menyukaimu. Kau orang nya baik dan.."
"Tampan kan?" Potong Irham seraya tertawa tergelak setelahnya

Beberapa saat kemudian, makanan yang tadi di pesan Irham sudah terhidang di meja.
Selesai makan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan.

"Kau suka novel?" Tanya Irham

"Ya, aku suka." Jawab Rina singkat

Motor itu membawa keduanya kesebuah toko buku di pinggiran jalan. Irham lalu membantu Rina untuk turun dari motor.
"Kau suka novel apa?" Tanya Irham

Dengan malu2 Rina menjawab pelan.

"Cinta."

Irham tersenyum lalu mulai memilih2 buku2 novel di sana.
Ia membeli cukup banyak buku. Dan memberikan nya pada Rina.

"Kau serius ini semua untukku?"

Irham tersenyum sambil mengangguk.

Menjelang Isya, kedua nya barulah sampai di rumah Rina.
Wajah Rina sedikit pucat, takut kalau2 kena marah ayahnya.

Tapi ternyata tidak, Irham langsung meminta maaf pada kedua orang tua Rina karena sudah membawa anak gadis mereka berjalan2 hingga malam.
"Mau makan dulu Ham"

"Tidak usah paman, Aku langsung pulang saja." Jawab Irham

Sepulang nya Irham, Rina langsung bergegas mandi lalu masuk kedalam kamarnya.
"Kak." Panggil Riski

"Kenapa?"

"Kak Ardi bilang kalau.."

"Riski, tolong jangan bahas masalah Ardi dulu. Kakak ngantuk. Mau tidur." Potong Rina

Riski menghela nafas, lalu keluar dari dalam kamar kakak perempuan nya.
Rina tersenyum, sembari membayangkan wajah tampan Irham. Ia sangat berharap bisa menjadi kekasih laki2 itu. Namun Entahlah. Apakah itu mungkin? Batin nya
Suara jangkrik dan kodok saling bersahutan bersama teman2 nya, Bermain diantara rerumputan dan pohon. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan terhanyut kealam mimpi
Perlahan2 mata Rina mulai terpejam. Angan nya mulai menghilang berganti dengan mimpi indah sepanjang malam nya.
Pagi2 sekali ibunya membangunkan Rina. Rina nampak malas2an untuk membuka matanya, ia merasa enggan untuk bangun dari mimpi indahnya.
"Rin, ayuk bangun. Gadis jangan kebiasaan bangun siang rin." Ujar ibunya yang seakan tak rela jika anak gadisnya bangun kesiangan

Rina beranjak dari tempati tidur, mengikat rambutnya lalu berjalan pelan kearah dapur. Ia mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelahnya Rin mulai membantu ibunya menyiapkan sarapan.

"Irham membeli ayam sebanyak ini, tapi dia sendiri tidak ikut makan disini." Ujar ibunya
"Yes! Kita makan ayam lagi." Kata Riski yang baru saja selesai mandi, bibirnya nampak biru menahan dingin nya air sungai di pagi hari
Beberapa saat kemudian, sepanci nasi panas yang masih mengepulkan asap di sajikan dengan sepiring sayur jantung pisang juga ayam goreng dan satu cobek sambal.
Mereka berempat pun makan dengan sangat lahap, bahkan Riski sampai beberapa kali menambah.

"Kak, kemarin aku di kasih kak Ardi uang. 20.000 ribu." Ujar adiknya sembari menutup mulut ketika sadar ibunya sedang menatap lekat kearahnya

"Oh, berarti hari ini
Tidak ada uang jajan untukmu."kata ibunya dengan cepat

"Tapi kan ma, uang nya sudah habis, kemarin aku belikan gado2 nya bu Nur sama teman2." Rengek Riski
"Uang segitu banyak kau belanjakan gado2 dengan teman2mu. Ckck." Gumam ayahnya

"Kak, balas surat kak ardi ya. Biar aku yang ngasih ke kak Ardi." Ucap Adiknya

"Huh, buat apa? Biar kau di kasih uang lagi? Trus kau pergunakan untuk mentraktir teman2mu itu? Secara tidak langsung
Kau sudah menjual aku demi uang Ris!"bentak Rina mencubit kesal lengan adiknya

"Sudah, jangan berkelahi. Cepat habiskan makanan kalian." Tegur ayahnya yang baru saja menyelesaikan makan nya
"Kamu taruh di situ saja piringnya Rin, gak usah di cuci. Biar nanti mama yang cuci."

Selesai makan, Rina pun duduk2 santai di luar rumah nya sambil berjemur di bawah matahari pagi yang sudah mulai bersinar tersebut, di tangan nya ada sebuah buku novel pemberian Irham.
"Rin, mama ke pasar dulu ya." Pamit ibunya setelah beberapa saat kemudian

"Iya ma."

Halaman demi halaman ia baca. karena terlalu asyik membaca, sampai2 ia tak menyadari kedatangan Ardi Di sana.
"Assalamualaikum. Rin." Ucapnya pelan, namun cukup mengagetkan Gadis itu

"Eh, kau. Sedang apa kau disini?" Alih2 menjawab salam dari Ardi, Rina malah langsung melancarkan pertanyaan pada pemuda tampan tersebut
"A, ak. Aku. Mau mengantar ini, mm. Maksudku ini titipan dari ibuku. Untuk ibumu." Jawab Ardi terbata2 lantas memberikan sesuatu berbungkus plastik yang cukup besar
"Oh. Sampaikan terima kasih kami pada orang tuamu." Kata Rina

"Bagaimana keadaanmu Rin? Apa kaki mu masih sakit?" Tanya Ardi

Rina menggeleng, lalu percakapan keduanya pun mulai terdengar akrab.
Hingga beberapa saat kemudian, suara motor Irham memasuki halaman rumah Rina.
Ia menatap lekat kearah Ardi, nampak sekali tatapan itu menyiratkan ketidak sukaan nya pada pemuda yang berada di dekat Rina tersebut.
"Rin, aku mau mengajakmu jalan2. Bisa kita pergi??" Ujar Irham tanpa mempedulikan Ardi yang berada di dekat Gadis itu

"Mm. Maaf Ham, tapi ibuku sedang pergi ke pasar. Aku harus beliau pulang terlebih dahulu." Jawab Rina pelan
"Oh oke. Aku akan menunggu." Kata Irham sembari duduk di tengah2 Ardi dan Rina

"Kalau begitu, aku pamit pulang dulu ya Rin. Assalamualaikum." Ucap Ardi beranjak dari duduknya
"Waalaikumsalam. Maaf ya Di."

Ardi menoleh dan tersenyum. Lesung pipitnya menambah manis senyum pemuda tampan itu.
"Rin, aku ingin jujur padamu, sejak awal pertemuan kita di warung itu aku sudah tertarik padamu, aku sangat ingin kau menjadi istriku. Aku harap kau mau menerima aku menjadi suamimu." Kata Irham seraya menatap Mata Rina dalam2
Rina terdiam seribu bahasa, ia tak menyangka jika Irham yang menjadi laki2 pujaan hatinya tersebut juga memiliki perasaan yang sama dengan nya.

Untuk beberapa saat ia tak bisa berkata2, hingga beberapa saat kemudian Rina berkata.
"Bila kau serius dengan perkataan mu bicarakanlah pada orang tuaku."

Irham tersenyum, ia mengangguk dan langsung menyanggupinya.

Singkat cerita, pesta pernikahan Irham dan Rina pun di di adakan. Jalanan menuju ke rumah Rina di hias dengan janur kuning. Beberapa
Macam bunga di taburkan di sekitar pelaminan.
Rina bagaikan seorang putri yang cantik duduk di samping pangeran yang begitu tampan. Bibir kedua pengantin tersebut tak henti2nya mengembangkan senyum bahagia.
Setelah 3 hari tinggal di rumah Rina, Irham pun mengajak istri nya untuk tinggal di rumah miliknya sendiri.
Alasan nya agar tidak selalu merepotkan orang tua Rina.
Selayak istri, Rina pun mengikuti ajakan suaminya tersebut tanpa ragu sedikitpun.

----
Rumah itu kecil, namun sangat rapi dan berkesan mewah.
Ada 3 kamar di rumah itu.
Dan salah satunya adalah kamar mereka berdua.
"Kamar yang terkunci ini jangan sekali2 kau masuk kesana ya." Kata Irham

"Kenapa?"

"Di sana itu ada beberapa barang berharga peninggalan ibuku." Jawab Irham singkat
2 bulan telah berlalu, akhir2 ini Rina nampak sakit. Ia sering mual2 dan wajahnya juga pucat. Bahkan saat melihat beberapa makanan2 tertentu ia akan langsung muntah.

"Jauhkan bawang itu. Baunya membuat Perutku mual." Ujar Rina saat Irham mengupas bawang merah
Untuk memasak nasi goreng pagi itu

"Loh. Bukan nya kamu sangat suka bawang."

"Iya tapi sekarang tidak lagi."

"Nanti kita kerumah sakit ya. Aku takut kau kenapa2."

Uweeeekkkk... Uhukk.. Rina muntah lagi
------------
Ternyata Rina memang benar2 hamil, janin yang ia kandung baru berusia sekitar 2 minggi lebih.
Tentu kabar baik itu sangat membuat kedua orang tua Rina bahagia karena akan dalam beberapa bulan lagi mereka akan resmi menjadi kakek dan nenek.
Namun begitu, Rina mulai mengalami hal2 ganjil di rumah suaminya tersebut. Seperti sering mendengar suara cakaran di dinding, makanan yang langsung basi jika di bawa masuk kedalam rumah. Ataupun suara2 tangisan anak kecil di setiap tengah malam.
Puncaknya ialah ketika Rina di tinggal keluar kota oleh Irham, dari menjelang maghrib terdengar suara seseorang bersenandung pilu dari dalam kamar yang terkunci. Dan sekitar pukul 12 malam, ia mendengar suara langkah yang di seret dan cekikikan seperti ringkikan kuda
Suara2 itu membuat Rina terjaga sepanjang malam. Sudh beberapa kali ia keluar dari kamarnya untuk memastikan ada apa diluar sana, namun nyatanya tak siapapun di rumah itu selain dirinya sendiri.
Perut nya tiba2 mual lagi, lalu muntah. Segumpal rambut di penuhi lendir berada di antara muntahan nya. Jantung Rina berpacu dengan sangat cepat. Ia takut, takut jika terjadi apa2 pada janin nya yang masih sangat muda itu.
Namun untuk beberapa saat kemudian Rina kembali tenang, ia berjalan kearah kamar mandi untuk mengambil lap. Dan ketika ia kembali ke kamar guna membersihkan muntahan nya, Rina kembali kebingungan karena ternyata tak ada gumpalan rambut berlendir yang sebelum nya
Ia lihat tadi, disana hanya ada cairan liur nya saja.

Ia duduk di ujung kasur, memikirkan apa yang baru saja ia alami. Apakah itu nyata atau hanya sekedar halusinasi.
Keesokan harinya ketika suaminya pulang, Rina menceritakan semua yang ia alami di rumah tersebut.
Namun Irham hanya tertawa mendengar cerita istrinya.
"Kau sedang hamil sayang, itu hanya halusinasimu. Beberapa ibu hamil terkadang mengalami hal yang sama seperti apa yang kau alami sekarang. Jadi, jangan terlalu dipikirkan. Tenangkan pikiran mu. Dan jangan berpikir macam2." Ucap Irham sembari mengecup kening istrinya
Akhir2 ini, Rina sering sekali melihat Irham masuk kedalam kamar yang terkunci tersebut. Rina bahkan beberapa kali melihat Irham membawa berbagai macam buah2an seperti pisang mahuli, telur ayam, ayam jago berbulu merah dan beberapa macam benda2 aneh lain nya.
----
Malam itu Rina sangat mengantuk sekali, ia tertidur di atas kasurnya dengan pintu kamar yang terbuka.

Pelan2 ia merasakan ada sesuatu yang basah menyentuh kakinya hingga mencapai separuh kaki.
Perlahan2 Rina membuka matanya namun ia merasa tubuhnya sangat lemas dan berat
Untuk di gerakkan.

Rina yang saat itu hanya memakai Daster, merasa beberapa sentuhan mengangkat dasternya.
Tangan itu berbulu dan mempunyai kuku yang panjang.
Saat Rina mencoba melihat ke bawah ia melihat sesuatu yang sangat mengerikan, mahluk dengan rambut panjang setengah beruban dan wajah tirus yang keriput tengah menyeringai menatapnya sembari mempermainkan jari2 dengan kuku panjang di sekitar paha.
Rina ingin berteriak, namun suaranya bahkan tak mau keluar sedikitpun.

"Rina. Rina. Rina." Ucapnya berulang2 memanggil namanya sendiri
Dan beberapa saat kemudian, Rina terbangun dengan nafas terengah dan keringat yang mengucur.

Di sampingnya terlihat Irham sedang tersenyum menatapnya. Tangan suaminya tepat berada di mana
Mahluk yang ia lihat di antara bangun dan tidurnya tadi.

"Ada apa sayang?" Tanya Irham lembut

"Aku, aku bermimpi buruk." Jawab Rina
2 hari telah berlalu, sampai hari itu Rina masih terus memikirkan tentang apa yang ia alami antara bangun dan tidurnya tersebut.

Hingga tanpa ia sadari, darah mengalir perlahan dari bali dasternya.
"Astaga. Kau berdarah Rin!" Ujar Irham segera melepaskan barang2 bayi yang baru saja ia beli

Dan seketika, perut Rina menjadi sangat amat sakit.

"Aduuhhh!! Sakiit sekali.." Rintihnya
Dengan cepat Irham membawa istrinya itu masuk kedalam kamar dan membaringkan nya di tempat tidur.

Lalu beberapa saat kemudian seorang wanita berambut panjang masuk keruangan tersebut. Ia mengurut pelan perut Rina.
Dan anehnya setiap sentuhan wanita itu terasa begitu sangat menyakitkan menembus kedalam perut Rina.

Lalu semuanya menjadi gelap. Rina tak sadarkan diri.
Dan saat Rina terbangun, di sana sudah terlihat ada kedua orang tuanya dan seorang bidan.

Ibunya meneteskan air mata ketika Rina memanggilnya pelan.

"Apa yang terjadi ma? Janinku baik2 saja kan??"
"Yang sabar ya Rin." Ucap sang ibu tak mampu membendung isak tangis kesedihan karena kehilangan cucu pertamanya

Seolah tau arah pembicaraan ibunya, Rina menangis sesenggukan.
Rasanya sangat sakit, kehilangan anak yang bahkan belum sempat terlahir ke dunia. Belum sempat ia peluk dan cium.

"Sabar nak. Sabar." Kata Ayahnya

Wajah Irham juga terlihat sedih, ia nampak terpukul dengan semua yang telah menimpa istrinya.
"Yang sabar Ham." Ujar ayah mertuanya sembari merangkul bahu Irham

"Saya sudah menanti anak itu bah." Ucap Irham Lirih semakin menambah sesak Rina yang mendengarnya
-------------
Singkat cerita, setelah keguguran, Rina tak pernah lagi merasakan hal2 ganjil di rumah itu. Semuanya kembali terasa normal.
Hari itu, sebuah mobil yang cukup mewah terparkir di halaman rumah mereka. Beberapa orang mengetuk pintu rumah Irham dan Rina. Saat pintu terbuka Irham tersenyum menyambut kedatangan orang2 tersebut.
Mereka nampak berbincang2. Setelah orang2 itu pergi. Rina menanyakan tentang mereka pada Suaminya.

"Mereka mengantar mobil kita sayang. Itu mobil kita. Kita punya mobil sekarang." Jawab Irham dengan bibir tersenyum
Lanjut besok ya ponakan2. Om ada kesibukan akhir2 ini. Semoga kalian gak bosan nunggu terus. Soalnya ini cerita masih panjang.
Rina ikut tersenyum, sambil memeluk suaminya ia berkata,

"Alhamdulillah."

"Kita jalan2 yuk. Sudah lama kan kita tidak pernah jalan2 lagi," Ajak Irham sembari memeluk istrinya
-------------
Beberapa bulan setelah keguguran, Rina kembali merasakan hal2 aneh yang terjadi di sekitarnya.
malam itu, Ia mendengar suara orang mengobrol di kamar ketiga yang terkunci.
Rina perlahan2 berjalan kearah pintu. Namun yang membuatnya kaget sekaligus bingung adalah pintu kamarnya di kunci dari luar.

Rina mulai menggedor2 pintu dengan keras.

Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki seseorang yang tergesa2. Saat pintu terbuka Rina melihat
Suaminya sedang berdiri dengan rambut acak2an dan tak memakai baju.

"Kenapa kau mengunciku?!! Mana bajumu?!! Apa Kau sedang selingkuh?!!" Bentak Rina dengan nafas turun naik
"Pikiran mu terlalu jauh sayang. Mana mungkin aku berbuat seperti itu. Aku sedang memperbaiki pipa air kita di dapur. Karena aku tak ingin kau terganggu makanya pintu kamar ku kunci. Maaf jika itu membuatmu marah." Jawab Irham Lembut
Rina berjalan kearah dapur, dan saat ia melewati kamar ketiga Rina melirik kearah pintu yang nyatanya masih terkunci.

Sesampainya di dapur Rina melihat memang benar ada beberapa pipa dan peralatan lain nya tergeletak di lantai.
Ia menghela nafas lega, ternyata suaminya berkata benar. Rina langsung merasa bersalah telah menuduh Irham macam2.

"Tapi kenapa harus malam2 begini memperbaiki pipa itu?" Tanya Rina

"Karena besok aku ingin mengajak permaisuri ku ini untuk jalan2 ke pasar lalu mampir kerumah
Mertuaku tercinta."jawab Irham seraya memeluk istrinya, ia juga mengecup kening Rina dengan lembut

Rina tersenyum, balas memeluk suaminya.

---------

Keesokan harinya Irham membelikan apapun yang diinginkan istrinya.
Ia juga membelikan beberapa macam oleh2 untuk kedua orang tua Rina dan adiknya.

Kedatangan keduanya di sambut hangat oleh ibunya Rina,

"Mana motor kalian Rin? Kok gak di bawa kesini?" Tanya ibunya

Rina tersenyum lebar.

"Menantu mama sekarang sudah punya
Mobil ma. Karena tidak bisa masuk kesini jadi di parkirkan di depan jalan sana."

"Ohh. Alhamdulillah. Mama ikut senang mendengarnya." Ucap ibunya tersenyum
"Oh iya ma. Bagaimana kalau nanti kita liburan sekeluarga? Kita keluar kota." Ujar Irham

"Wah bagaimana ya ham, mama mau, mau sekali. Tapi peliharaan2 mama dan abah disini siapa yang akan ngasih makan kalau kami tidak ada. Kalau kalian mau liburan, pergilah.
Atau kau bisa ajak Riski Rin."kata Ibunya

"Bisa di atur itu ma. Nanti kalau kami jadi pergi pasti akan mampir kesini menjemput Riski." Ujar Irham tersenyum
Tiba2 Rina merasa perutnya sangat mual, beberapa kali ia ke luar untuk muntah namun tak ada apapun yang ia muntahkan.

"Sepertinya kamu hamil Rin." Tegur ibunya

"Hah? Hamil." Ucap Irham dengan wajah tak percaya sekaligus senang
Rina tertegun, apakah benar kalau ia hamil lagi?

"aku bahkan lupa kalau sudah terlambat haid." Gumam Rina

Irham tersenyum senang, ia mengelus2 perut Rina dengan lembut.

"Tapi, aku tidak muntah saat mencium bau bawang ma. Saat hamil yang pertama kemarin kan aku
Tidak suka mencium bau bawang. Apa iya aku hamil.?" Ujar Rina nampak Ragu

"Ngidam itu beda2 Rin. Mama juga dulu waktu hamil kamu tidak suka makan mie instan bahkan mencium bau nya saja mama sudah muntah. Tapi hamil adikmu, mama jadi doyan makan mie instan setiap hari."
"Oh iya. Kalian berdua sudah makan? Ini beli daging kok banyak sekali Ham?"

"Kebetulan kami belum makan ma, rencana nya memang mu makan disini. Itu pun kalau di bolehkan." Jawab Irham setengah bergurau
"Ah. Kamu ini ham. Oh iya bisa mama minta tolong?"

"Bisa ma. Apa itu?"

"Tolong belikan kelapa dan gula merah di warung ya."

"Baik. Kalau begitu aku jalan dulu. Oh iya ma Berapa biji kelapa dan gula nya?"

"Sebiji saja cukup ham. Kalau gula merah nya sebelah saja."
Sepeninggal Irham, Rina mulai menceritakan tentang hal2 aneh yang ia alami di rumah suaminya itu.

"Mungkin itu penunggu di rumah Kalian Rin. Dan memang wanita yang sedang hamil itu sangat rentan dengan gangguan2 mahluk gaib.
Apalagi saat itu kamu hamil anak pertama."

Rina menghela nafas.

"Sejujurnya aku mulai takut tinggal di rumah itu ma. Apalagi ada.." Ucapan nya terhenti
"Ada apa Rin?"

"Ada salah satu kamar yang Irham tak mengijinkan aku masuk ke sana. Katanya di sana ada beberapa barang peninggalan ibunya yang tidak boleh di sentuh karena dia takut barangnya akan rusak."
"Kalau barang2 itu adalah benda2 berisi, kemungkinan isinya itu yang mengganggumu Rin. Tapi entah lah. Yang penting kamu harus bersyarat. Nanti mama carikan jariangau merah. Untuk penangkal2 mahluk gaib pengganggu wanita hamil."
"Assalamualaikum.." Ucap Riski yang baru pulang sekolah

"Waalaikumsalam. Gimana sekolah nya ki?"

"Eh. Kak Rina. Bawa makanan gak kak?" Ujar Riski seraya berlari masuk kedalam rumah
Rina tersenyum melihat kelakuan adiknya tersebut.

"Besok aku libur kak. Sudah lama aku ingin bermalam di rumah kakak. Tapi gak ada waktunya." Kata Riski
"Boleh gak kak aku ikut kerumah kak Rina sampai hari liburan ku selesai. Soalnya disini aku kaya anak tiri kak, di suruh2 mulu sama mama."

"Hush. Ngomong apa sih kamu ris." Tegur ibunya
"Ya kak. Boleh ya." Rengek Riski yang membuat Rina akhirnya mau tak mau harus mengangguk

"Yeayyy..."

"Tapi janji jangan nakal ya Ris."

Riski mengangguk cepat setelahnya berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengemasi baju2 yang akan ia bawa.
Sehabis isya, Mereka baru sampai ke rumah.
Riski nampak senang saat masuk kedalam rumah kakak ipar nya tersebut.

"Kamu tidur sendiri gakpapa kan ris?" Tanya Irham

"Iya kak. Dirumah juga aku tidur sendiri." Jawab Nya singkat
Irham menyuruh Riski untuk tidur di dalam kamar yang berada di samping kamar yang terkunci itu.

Saat berada di dalam kamar itu, Riski langsung melompat2 di atas kasur yang ia sebut dengan 'kasur orang kaya' (spring bed) tersebut.
Setelah merasa lelah, Riski mulai berbaring dengan senyuman lebar.

Perlahan2 matanya mulai mengantuk, hingga akhirnya ia pun tertidur.
Saat tengah malam, Riski mendengar suara2 yang cukup membuatnya terganggu dari kamar sebelah.

Berfikir itu adalah kakaknya, Riski pun menutup kedua telinganya menggunakan bantal lalu kemudian melanjutkan kembali tidurnya.
Kret cresss. Suara cakaran dari dinding penghalang antara kamarnya dengan kamar sebelah membuat Riski agak sedikit kesal.

Lalu Riski bangun dan balas memukul2 dinding tersebut.
Beberapa saat kemudian hening.
Keesokan harinya, saat mereka sedang sarapan bersama Riski mengeluhkan apa yang terjadi tadi malam. Dan ia masih menganggap tadi malam itu adalah ulah dari kakak nya.
"Kak, malam2 jangan usil ya."

"Hah? Usil? Siapa yang usil?" Tanya Rina

"Itu yang cakar2 dinding kamar sebelah ulah kakak kan? Mau nakut2in aku kan?"

"Ish, siapa juga yang mau cakar dinding apalagi di malam hari. Nih lihat. Kuku ku pendek dan bersih jadi mana mungkin aku
Yang mencakar2 Dinding."

Riski tertawa sinis.

"Aku gak percaya." Ujarnya kemudian

"Sudah2 ah. Kenapa kalian berdua ribut sih. Bisa aja kan itu suara tikus."
"Oh iya sayang malam ini aku gak pulang ya. Soalnya ada kerjaan di luar kota." Ujar Irham sembari menyentuh pipi Rina

"Iya, kamu hati2 dijalan ya. Jangan ngebut2."
"Siap ratuku. Hamba akan mematuhi semua titah ratu." Kata Irham sembari mencium tangan Rina yang seketika membuat Riski mencibirkan bibirnya
Siang hari berlalu dengan cepat, malam pun tiba.

"Ris, tidur sama kakak yuk." Ajak Rina

"Ih, kan kakak sudah gede. Sudah punya suami. Masa tidur masih minta di temani. Malu gak tuh sama umur." Celoteh Riski
Rina merengut mendengar perkataan adiknya, sambil geleng2 kepala ia pun berlalu meninggalkan sang adik yang masih menonton tv.

Di dalam kamar, Rina tak bisa tidur, entah kenapa sejak sore tadi perasaan sangat tidak nyaman.
Halaman demi halaman novel ia buka. Dan mulai memfokuskan pikiran nya pada setiap tulisan di buku tersebut.

Malam semakin larut, suasana pun juga semakin hening.

Braakkk.. Suara benda jatuh di luar jendela mengagetkan Rina.
Ia terdiam sejenak sembari menatap jendela yang terkunci. Suasana sangat sepi sehingga suara itu tadi sangat jelas untuk ia dengar.

Rina mencoba menarik nafas perlahan, lalu kembali mengalihkan pandangan nya ke buku novel yang ia pegang. Akan tetapi saat ia melihat
Tangan nya, nampak sebuah gumpalan darah seperti janin yang sudah mulai berbentuk berada di tangan nya.

"Aaaaaaa....!!!" Teriak Rina histeris,
segera ia melemparkan janin yang berada di tangan nya kelantai
Kemudian menutup kedua matanya dengan bantal

"Jangan, ganggu aku! Aku tidak mengganggu kalian!" Isak Rina gemetar ketakutan

"Kak. kakak kenapa?" Tanya suara dari balik pintu kamar

Tok tok

Mendengar suara adiknya, Rina segera melepaskan bantal dari wajahnya. Ia berlari kearah
Pintu kamar dan langsung membuka kuncinya.

"Kenapa kak?"

"Ta . tadi.. Tidak apa2. Aku hanya merasa sedikit sakit kepala." Jawab Rina sekena nya, ia enggan untuk memberitahukan pada sang adik
Rina menghela nafas, ia menjadi sedikit tenang saat itu.

Namun dari arah dapur muncul sosok Riski yang sedang membawa segelas teh panas dan sepiring nasi yang membuat Rina terperanjat.
"Ris. Riski kau, sejak kapan kau berada di dapur?!"

"Aku tadi ke WC kak, sakit perut gara2 kebanyakan makan kue. Tapi setelah balik dari wc aku merasa lapar lagi. Makanya aku bikin teh untuk kuah nasi ku." Jawab Riski seraya berjalan
Rina kebingungan, beberapa kali ia mengusap2 wajahnya berharap kalau semua itu hanyalah hayalan nya saja.

"Kak Rina kenapa gak tidur.?" Tanya Riski
"Ris, kakak mau kau jujur. Tadi kamu kan yang mengetuk pintu kamar kakak?"

Riski menatap Rina sambil menggeleng.

"Kan sudah ku bilang tadi. Aku ke wc. Lagian mana mungkin aku berani mengetuk2 pintu kamar kak Rina." Jawab Riski polos
Rina mulai merasa pusing, detak jantungnya kembali tak beraturan.

"Memang nya kenapa kak? Coba ceritakan sama aku." Kata Riski
Rina ragu untuk menceritakan semuanya,

"Kamu janji gak akan ketawa kalau kakak cerita?"

"Iya. Kak aku janji."

Rina duduk dan mulai bercerita, malam itu Riski menjadi pendengar yang sangat baik bagi Rina.
Ia mengelus2 pundak Rina,

"Aku akan cari tau semuanya kak. Aku janji. Aku rasa pasti ada yang gak beres disini. Mungkin dari kamar itu. Soalnya saat ke wc aku tadi juga merasa ada yang aneh. Pokoknya hawa rumah kak Irham ini sangat berbeda dengan rumah kita kak." Kata Riski
Selesai berkata seperti itu Tiba2 Riski terbatuk beberapa kali.

Uhuukkk... Semua makanan yang sudah ia makan keluar semuanya.
Tubuh anak itu seketika terkulai lemas setelahnya.
"Riski. Riski." Ujar Rina memanggil nama adiknya sembari mengangkat kepalanya

Rina sangat takut dan panik, tubuh Riski juga menjadi sangat dingin.

"Ya tuhan.. Kau kenapa Riski??!!" Isak Rina sambil mengusap2 tubuh adiknya agar tetap hangat
Hampir 20 menit Rina duduk diam sambil memangku adiknya yang masih terkulai lemas tersebut, namun sang adik tak kunjung sadarkan diri.

Perlahan2 dalam Kebingungan nya, Rina teringat kejadian sewaktu SMP dulu, ada salah satu murid yang pingsan saat upacara.
Pelan2 ia letakkan kepala adiknya di kursi. Lalu kemudian ia berlari kearah kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih dan juga selimut.
Dengan tangan gemetar Rina mengoleskan minyak kayu putih itu ke hidung sang adik, lalu mulai menyelimutinya.

Beberapa saat kemudian Riski mulai siuman, wajahnya pucat dan tatapan nya juga aneh.
"Pergiii.!!" Teriak Riski dengan wajah ketakutan melihat ke arah Rina

"Riski.! Kau kenapa? Ini aku Rina. Kakakmu!"

"Dia di belakang kak Rina.!"

"Apa? Siapa? Riski. Riski sadar ki. Sadar. Cuma kita berdua yang ada di rumah ini ki.!"
"Aku mau pulang. Pulaaang." Isak Riski ketakutan, suaranya bergetar yang menandakan kalau saat itu Riski sedang tak bergurau
Rina menelan ludahnya yang terasa kelu, ia juga merasakan rasa takut itu. Namun sebisa mungkin ia mencoba untuk tenang agar Riski juga bisa tenang.
Semalaman Rina dan Riski tak tidur sekejap pun. Mereka saling berpelukan, duduk diam tak berbicara sepatah katapun.

Hingga menjelang pagi, barulah Riski bisa tertidur dan Rina membersihkan semua bekas muntah adiknya tadi malam,
Pukul 9 pagi, Setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Rina berbaring sebentar di kamarnya, namun baru saja ia memejamkan matanya. Tiba2 perut Rina terasa ada sebuah tangan yang mencengkram erat perutnya.
Membuat Rina seketika membuka mata. Namun matanya tak melihat siapapun di sana. Tapi perutnya masih terasa di cengkram.

Rina sedikit menekan perutnya yang sakit. Dan Entah apa itu Rina merasakan perutnya membentuk benjolan keras sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Rasanya jika di tekan sangat sakit.

"Uuhh.. Aduh. Ya Tuhan. Aduh sakit sekali."

"Risskiii.." Teriak nya tertahan memanggil sang adik
Pintu kamarnya tiba2 tertutup dengan sendirinya. Sangat jelas Rina melihat Sesosok perempuan yang sama dengan yang dulu pernah ia lihat diantara bangun dan tidurnya.
Sosom itu menyeringai menatap Rina. Perlaha 2 ia mendekat, dan mendekat.
Mulut Rina Seraya terkunci melihat sosok tersebut. Ia tak bisa berkata2 tubuhnya juga tiba2 menjadi kaku.

Setetes air mata menetes dari sudut mata Rina ketika tangan berkuku panjang sosok itu sudah menggerayangi perutnya.
Rasanya sangat sakit, namun entah kenapa mulut nya tak bisa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Sosok perempuan itu memijit2 perutku semakin lama perutku semakin sakit dan bertambah sakit. Aku juga bisa merasakan kuku2 panjang itu mengorek2 kem*l*an ku. Rasanya sangat sangat
Sakit. Luar biasa sakit. Rasa sakit yang tak akan pernah bisa aku lupakan sampai akhir hayatku nanti." Cerita Rina di kala siang hari itu, disaat hujan mamandang(hujan panas), bulu2an di sekujur tubuh om Rasth terasa merinding begitu mendengar cerita nya
Air mata nya deras mengalir, menahan sakit dan rasa takutnya.

"Kak Rinaaaa.. Kak Rinaaa.." Panggil suara Riski lamat2 terdengar sebelum Rina benar2 pingsan tak sadarkan diri
5 hari lebih ia terbaring di rumah sakit, dengan keadaan yang benar2 buruk. Miss v nya Robek menembus anus. Membuat para dokter yang menanganinya kebingungan. Karena jika hanya keguguran biasa, lukanya tak akan separah itu.
Tapi juga tak di temukan tanda2 kekerasan dll.

Rina sudah siuman namun masih syok dengan kejadian yang menimpanya.
Sudah 2 kali berturut2 ia keguguran dengan cara yng sangat aneh dan tidak masuk akal.
Apakah ini semua ini wajar? Tidak. Ini tidak wajar. Batin Rina, air matanya kembali merembes.
Irham masih setia duduk di dekat istrinya, mengelus lembut pipi sang istri.

"Aku tidak mau pulang kerumah itu lagi. Rumah itu ada hantunya. Aku takut." Ucap Rina

"Sayang, tidak ada hantu. Kamu hanya capek, dan itu yang membuatmu berhalusinasi. Tapi aku tidk akan
Memaksamu untuk pulang ke rumah itu lagi sayang, kita bisa tinggal sementara di rumah orang tuamu sampai rumah kita itu laku terjual dan bisa membeli rumah baru lagi." Kata Irham
Rina merasa sedikit tenang mendengar perkataan suaminya.

2 minggu telah berlalu, tubuh Rina terlihat semakin kurus dan pucat. Ia sering terlihat duduk melamun di teras rumahnya. Bahkan kini ia tak pernah lagi melakukan hal2 yang ia sukai seperti membaca novel ataupun
Berkelahi dengan adiknya.

"Kak. Kak rina punya waktu gak? Kak Ardi mau bicara sesuatu sama kakak." Kata Riski yang saat itu baru saja pulang sekolah
Rina mengangguk pelan, namun dengan expresi wajah yang masih datar.

Riski lalu menaruh tas nya di dekat Rina dan setelah itu ia berlari pergi.
Kira2 sekitar 10 menitan Riski kembali lagi namun kali ini bersama dengan Ardi.
Tatapan Ardi begitu sendu,

"Assalamualaikum Rina." Ucapnya

Rina hanya menoleh sesaat lalu kembali menatap kearah ayam2 yang sedang makan.
Ia duduk di potongan kayu yang tak jauh dari Rina.

"Rin, apa kau sudah tau kalau laki2 yang jadi suamimu Itu sebenarnya sudah punya istri?" Tanya Ardi pelan takut akan membuat Rina marah
"Ya aku sudah tau. Dia duda, istrinya sudah meninggal." Jawab Rina

"Dia sudah punya 4 istri sebelumnya, dan 3 diantara nya sudah meninggal. Ada yang sakit setelah keguguran, lalu 2 lain nya meninggal saat sedang hamil.
Sementara istri pertamanya masih ada sampai sekarang. Dan ini foto suamimu bersama istri tuanya, ku ambil dari 3 hari yang lalu." Kata Ardi seraya memperlihatkan foto di hp nya
Rina meraih hp Ardi, matanya nampak berkaca2 setelah melihat suaminya yang sepenuhnya ia percayai ternyata sudah punya istri.

"Maaf rin, aku tidak bermaksud membuatmu menangis ataupun sedih. Tapi aku harus memberitahukan semua yang aku tahu padamu. Agar kau tau siapa
Laki2 yang menjadi suamimu itu."ucap Ardi sembari mengambil kembali hpnya lalu beranjak berdiri, dengan langkah gontai ia tinggalkan Rina yang masih menangis itu di sana
Riski terdiam, ia tak tau apa yang harus ia lakukan saat itu.

Malam harinya saat Irham pulang, Rina mencecarnya dengan banyak pertanyaan, juga bentakan dan tangisan.
"Aku tidak menyangka kau akan tega padaku!!" Teriak Rina

"Ohh. Aku tau kenapa kau selalu ingin anak, kau pasti ingin membawa anakku pada istrimu itu kan? Dan setelah nya kau meninggalkan aku,?!"
"Rina! Kau dapat berita seperti itu darimana hah?! Mendengar berita itu jangan asal telan! Sebagai orang tuamu, aku malu dengan kelakuan mu itu. Tak pernah aku mengajarkan mu untuk berani membentak suami.!" Bentak ayahnya Rina
"Sudah bah, biarkan saja. Mungkin pikiran Rina sekarang sedang kacau. Aku tidak apa2." Kata Irham pelan

Rina menangis sejadi2nya, pelan2 Riski meraih tangan kakaknya itu untuk mengajaknya masuk kedalam kamar.
"Sabar ya kak." Ucapnya

Pagi itu, saat Rina sudah bangun dari tidurnya. Ia tak melihat adanya Irham di rumah itu.

"Suamimu tadi malam pamit pergi, katanya ada urusan pekerjaan." Ujar ibunya saat melihat Rina ke dapur
"Dia pembohong ma. Dia masih punya istri saat menikah denganku."

"Kata siapa Rin.? Dan apa kamu yakin kalau ala yang kamu katakan itu benar? Ada bukti nya gak?"
"Kata Ardi, dia juga memperlihatkan foto Irham dengan istrinya sedang mesra2an." Jawab Rina

"Ardi? Darimana dia tau tentang semua itu?"

"Aku tidak memaksa mama untuk percaya, yang pasti aku mulai ragu dengan ketulusan Irham padaku. Apalagi kata Ardi ketiga istrinya sebelum aku
Semuanya meninggal saat hamil ataupun setelah keguguran. Dan hal yang sama terjadi juga padaku. Aku mulai berpikir kalau selama ini Irham hanya ingin anak dariku untuk ia bawa pada istrinya."
"Astaga. Jauh sekali pikiran mu itu Rin. Kalau Irham memang hanya ingin anak darimu mana mungkin dia merawat dn menjagamu setelah kau dua kali keguguran. Sudah ah Rin, jangan mudah termakan omongan orang,"
2 minggu setelah kejadian itu, hubungan Rina dan Irham mulai sedikit membaik. Namun kini Rina memutuskan untuk tidak ingin hamil dulu.

--------
Seperti biasa sebelum tidur Rina tak lupa meminum pil KB nya, dan tak sengaja Di lihat oleh Irham.
"Kamu minum obat KB ini untuk apa Rin??" Tegur Irham seraya merampas obat KB di tangan Rina

"Aku baru saja keguguran. Baru saja. Aku tidak ingin kejadian yang sama terjadi lagi. Maka dari itu aku tidak mau hamil terlebih dahulu."
"Astaga. Sudah 2 bulan berlalu setelah kau keguguran Rin. Aku tidak ingin selamanya hidup kita hanya berdua, aku ingin anak. Ingin anak!"bentak Irham
Itu adalah kali pertama Irham membentaknya

"Tapi aki takut!! Ku harap kau tak lupa dengan kata2 dokter waktu itu!"

"Persetan dengan mereka!. Yang pasti mulai saat ini aku tidak ingin lagi kau meminum obat2an penunda kehamilan seperti ini.!" Bentak Irham
Wajahnya memerah karena amarah.

Rina terdiam dan menunduk, ia bingung, ragu dan takut.

----
"Rin." Panggil Ardi saat Rina tengah membeli telur bebek di warung

"Ya."

"Bisakah kau ikut bersamaku sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu."
Entah karena apa, Akhirnya Rina setuju untuk ikut bersama Ardi.

"Pelan2 ya Di, jahitan ku kadang2 masih sakit." Ujar Rina saat sudah berada di atas motor milik Ardi
Pemuda itu membawa Rina dengan sangat hati2.
Singkat cerita, Akhirnya mereka sampai di rumah milik Irham. Di depan rumah itu mobil milik suaminya terparkir.

"Loh. Kenapa dia ada disini? Bukan nya rumah ini sudah dijual." Gumam Rina dengan dada berdegup kencang
Ardi menarik lengan Rina kearah pintu rumah.
Ardi menggedor2 pintu tersebut dengan penuh emosi.

Saat pintu terbuka, terlihat seorang wanita cantik berusia 30 tahunan berdiri di pintu.

"Siapa sayang??" Ujar suara laki2 dari dalam rumah
Mendengar suara laki2 itu Dada Rina terlihat turun naik, wajahnya terlihat tegang menahan tangis dan amarahnya.

Rina Mendorong tubuh perempuan ia lalu ia masuk kedalam, diikuti Ardi yang berjalan di belakangnya.
Tulisan om dah mulai typo, gara2 ikut emosi sama alur ceritanya.

Perempuan tadi berusaha mencegah Rina untuk masuk lebih jauh kedalam rumah.

Namun Ardi menghalanginya dengan cepat.

Rina berteriak histeris meluapkan semua amarah nya pada Irham yang sedang duduk di atas kursi
"Bangsaattt.. Bajingaann..!!! Sialan kau Irham!!" Teriak Rina

Namun Irham terlihat santai2 saja menghadapi Rina.

"Lalu kau mau apa hah? Salah sendiri kau tak mau lagi untuk hamil." Ujarnya membuat Rina begitu emosi
"Oh jadi ini orang nya yang sudah memberitahukan padamu tentang aku? Huh." Kata Irham tersenyum sinis sembari menatap Ardi
"Aku minta cerai. CERAIII!!!" teriak Rina seraya menarik tangan Ardi untuk keluar dari rumah itu

Sepanjang jalan, Rina menangis dan menangis. Ia tak menyangka hubungan nya dengan Irham laki2 yang sangat ia cintai itu akan berakhir seperti ini.
Ardi memberhentikan motornya di sebuah warung makan yang sepertinya baru saja buka.

"Aku mau pulang Di." Isak Rina

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan keadaan seperti ini Rin.
Ucap Ardi sembari mengelus2 kepala Rina, berusaha membuat Rina kembali tenang.

"Aku bodoh. Telah percaya dengan bajingan sialan itu. Aku bodoh." Isak Rina menutupi wajahnya
"Kamu tidak salah Rin, semua yang sudah terjadi jangan di sesali. Maaf jika aku lancang telah menyelidiki suamimu. Kau tau rin, Setelah kau menikah aku selalu menanyakan kabarmu pada Riski. Dia juga yang menceritakan tentang apa yang terjadi padamu. Setelah aku tau dari
Riski tentang keadaanmu, aku langsung berusaha mencari tau siapa itu Irham. Dan dimana dia tinggal. Tentu nya penyelidikan itu tidak ku lakukan sendirian melainkan di temani oleh beberapa teman2 ku. Sampai akhirnya sedikit demi sedikit semuanya terungkap. Dan sekarang kau
Percayakan?"

Rina membenamkan wajahnya di dada Ardi, bahunya berguncang. Tangisan nya semakin menjadi.

Ardi diam, memeluk Rina pun ia tidak. Pemuda itu membiarkan Rina menangis meluapkan semua rasa sedihnya.
Beberapa orang yang duduk di dekat mereka nampak sesekali melirik.

"Rin, minum dulu. Setelah kau tenang. Aku akan mengantar mu pulang." Ucap Ardi pelan
Segelas teh hangat ia sodorkan untuk Rina.
Rina meminumnya pelan, matanya sembab dan masih sedikit berair.

Ardi mendengarkan semua cerita Rina, sampai Wanita itu kembali tenang.

Ardi membawa Rina pulang, namun ternyata di rumahnya sudah ada Irham dan Orang tua Rina.
Ayah nya Rina nampak sangat marah melihat Ardi dan Rina.

"Dasar berandalan! Apa maksudmu membawa anak ku hah??!!! Apa kau tak tau kalau Rina sudah bersuami?! Dan kau Rina, kelakuanmu itu membuatku malu!" Bentak Ayah Rina
"Maaf mang, tapi.."

Plaaaakkkk.... Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Ardi

"Tidak usah beralasan!! Nyata2 Kau sudah membawa istri orang. dasar tak tau malu.!"
Setelah berkata seperti itu, Ayah Rina langsung menarik tangan Rina untuk masuk kedalam rumah.

Irham mendekati Ardi yang akan segera pergi,

"Kau boleh memenangkan kepercayaan Rina. Tapi perlu kau ingat. Aku masih sah suaminya. Dan aku mendapatkan kepercayaan
Penuh dari orang tuanya. Aku tau kau menyukai Rina kan? Huh, jangan kau pikir aku akan menceraikan nya begitu saja."ujar Irham

Tanpa membalas perkataan Irham, Ardi langsung pergi meninggalkan halaman Rina.
Di tengah jalan, Ardi bertemu dengan Ambar. Gadis itu segera memanggil Ardi.

"Kenapa Am?"

"Kau dari rumah Rina?"

Ardi mengangguk,

"Kau tau tidak? Aku baru saja mendengar cerita dari orang2 saat tadi di tempat nya bu salam." Ujar Aam
"Mana aku tau, kau cerita saja belum."

"Duda yang sekarang menikah sama Rina itu. Katanya melakukan pesugihan. Makanya anak nya selalu meninggal, kalau gak meninggal pasti keguguran. Dan setelah ku pikir2 memang iya karena Rina sudah 2 kali ini keguguran.
Dan yang terakhir itu kan anu nya sama robek. Hii..." Ujar Aam sembari menggosok2 lengan nya

Ardi terdiam.

"Ah, belum tentu itu benar. Kau kan tau sendiri gosip2 ibu2." Kata Ardi akhirnya

"Ya Allah. Gak percaya buktikan aja sendiri kebenaran nya. Di rumah nya itu
Pasti ada satu kamar yang gak bisa di buka. Dan gak diperbolehkan untuk siapapun masuk kesana. Kata orang2 pesugihan itu tumbalnya janin atau bayi yang masih di kandungan."ujar Aam, ia memelankan suaranya ketika mengatakan kalimat yang terakhir
Setelah itu Ardi langsung pulang kerumahnya. Namun perkataan Aam masih terngiang2 di telinganya.

"Halo. Din, temani aku ke rumah suaminya Rina. Kita bobol rumahnya." Kata Ardi sedikit berbisik di tlp
"Hah? Membobol? Ah mau maling ya? Gak, gak. Gak mau." Jawab Udin dari seberang tlp

Ardi meyakinkan teman2 nya hingga akhirnya mereka mau membantunya.
Malam itu Ardi pamit pada orang tuanya untuk pergi bersama dengan teman2 nya.
Ia melaju di jalanan, menuju tempat yang telah ia janjikan.
Terlihat di jalanan yang sepi tersebut 2 buah motor milik teman2 nya ada disana. Mereka menunggu Ardi.

"Yakin kau Di mau bobol rumah orang? Kalau ada yang liat dan kita bakal di teriaki maling atau rampok. Urusan nya bisa panjang kemana2." Ujar Udin
"Aku yakin. Makanya agar tidak ketahuan orang, aku butuh bantuan kalian." Jawab Ardi

Ardi mendahului keempat temannya yang berboncengan. Ia melaju di jalanan yang gelap dan sepi.
Beberapa sat kemudian, akhirnya. Mereka pun sampai di halaman rumah Irham. Rumah itu nampaknya sedang kosong.

Udin mengeluarkan beberapa peralatan untuk merusak kunci rumah dan menyerahkan nya pada Ardi.
Setelah pintu berhasil terbuka, Ardi, Udin dan satu teman mereka yang lain juga ikut masuk ke dalam rumah. Sementara dua yang lain nya berjaga2 di jalanan.
"Coba buka dan periksa kamar2 yang ada di rumah ini Din. Aku akan mulai dari ujung sana." Ujar Ardi

Udin dan teman nya mencoba membuka kamar yang dulu di tempati Rina dan Irham. Sementara Ardi berjalan masuk sedikit lebih jauh.
Hingga ia tiba di depan pintu kamar yang terkunci sangat rapat. Hidung nya mencium aroma2 aneh dari dalam. Kamar itu begitu menarik perhatian Ardi.

Sementara itu, Udin duduk di ujung kasur seraya menyulut rokoknya. Namun beberapa kali ia menghidupkan koreknya selalu mati tiba2
Seperti ditiup oleh sesuatu.

"Din, kau dengar itu." Ujar teman nya yang sedari tadi melihat2 isi kamar tersebut
Akan tetapi ketika ia melihat Udin, ternyata Udin sudah menyeringai dengan wajah yang sangat datar.

"Udin!! Jangan berulah! Tidak lucu tau!" Tegur teman nya

Namun Udin tetap diam, ia terus menyeringai sambil menatap pintu dengan rokok yang masih terselip di tangan nya.
Plaakk.. Udin di tampar dengan sangat keras oleh teman nya yang mulai ketakutan

Udin berdiri, dan langsung mencekik leher teman nya itu. Hingga wajahnya mulai memerah.

Untungnya pemuda tersebut berhasil menendang biji milik Udin lalu saat cekikan nya terlepas ia
Berlari menjauh.

Krieett.. Pintu terbuka.
Di kamar itu ada sebuah tempat tidur usang dengan kasur tipis yang berjamur. Di samping nya ada sebuah meja kecil yang diatasnya ada sisir dengan rambut belang putih dan hitam yang masih menempel.
Lalu di atas meja bundar setinggi lutut di sudut kamar ada beberapa toples berisi uang. Saat Ardi memegang satu persatu toples tersebut tiba2 terdengar suara kreyot2 dari Ranjang. Seperti ada sesuatu yang bangkit dari sana.
Tapi Ardi menoleh, ia tak melihat apapun berada disana.
Udara di dalam sana semakin panas terasa.

Ardi mulai bersholawat untuk mengusir rasa takut nya yang tiba2 saja muncul.
Hawa panas dan dingin terasa saling bertabrakan, ketika Ardi mulai melantunkan Sholawat.

Tiba2 dari arah luar rumah terdengar beberapa kali sura klakson. Mendengar itu, Ardi langsung bergegas keluar dari kamar tersebut. Namun saat ia akan keluar. Matanya tak sengaja
Melihat sesajen di bawah ranjang. Ardi berjongkok dan sangat kaget melihat sosok kepala yang menyeringai berada di atas nyiru itu.

"Astagfirullah."
Bertepatan dengan itu, pintu kamar ditutup oleh seseorang dari luar.

Ardi berusaha membuka pintunya, namun pintu sepertinya masih di tahan oleh seseorang.
"Udinn!! Jangan bercanda din!!" Ujar Ardi geram dengan kelakuan teman nya itu

Lampu mati tiba2.
Dari arah belakang terdengar suara seseorang yang sedang menyanyi, lagu itu sama sekali tak pernah Ardi dengar sebelumnya.
Ardi menutup matanya, ia berusaha melawan rasa takutnya. Sambil terus ia membaca doa2 yang ia bisa.

Suara itu semakin terdengar mendekat, saat itu Ardi langsung mengeluarkan hp nya. Dengan maksud menelpon teman2nya yang lain.
Namun karena tangan nya yang gemetar hp nya jatuh kelantai dan pecah,

"Allahuakbar.. Allahuakbar." Gumam nya dalam ketakutan
Lalu beberapa saat kemudian terdengar suara teman2nya yang menangkap Udin.

Lalu pintu pun berhasil terbuka.

Ardi keluar dengan wajah yang sudah pucat.

"Udin kenapa?"

"Sepertinya kerasukan Di.! Ayo kita bawa dia keluar. Sebelum ada orang yang benar2 curiga dengan kita."
Mereka menyeret Udin yang masih mengamuk untuk segera keluar.

Ardi menutup kembali pintu tersebut.

"Gimana kita pulang kalau begini.?"

Ardi menghela nafas panjang, pikiran nya benar2 kalut saat itu.
Ia benar2 tak menyangka akan menempatkan teman2 nya dalam keadaan sekacau saat itu.

Seorang bapak2 yang kebetulan lewat di sana langsung berhenti ketika melihat Ardi dan teman2 nya berada disitu.
"Kenapa.?"

"Teman kami seperti orang kerasukan pak." Jawab salah satu diantara mereka

"Waduh. Kenapa bisa sampai kerasukan.
Ya sudah ayo kita bawa ke rumah haji Dulah"

Ardi dan teman2 nya saling bertatapan, lalu mengangguk.
Mereka pun membawa Udin mengikuti si bapak tadi. Mereka memasuki sebuah gang sempit yang kiri dan kanan nya ada rumah2 orang.
Di sebuah rumah bercat putih bapak itu berhenti, kemudian ia melepaskan sandalnya lalu naik ke pelataran rumah dan mulai mengetuk2 pintu.
"Assalamualaikum."

Beberapa saat kemudian pintu di buka kan oleh seorang gadis cantik berkerudung coklat.

"Waalaikumsalam." Jawabnya

"Haji nya ada?"

"Ada didalam. Silahkan masuk." Kata si gadis dengan suara yang sangat halus dan lembut
Mereka membawa Udin yang masih seperti orang kesurupan masuk kedalam rumah.

Ckckckckck....

"Panas.. Panas.." Teriak Udin
Ketika sudah berhadapan dengan haji Dulah yang sedang berdzikir.

"Urang panas panas. Ampiiiiihhhh!!!" Teriak Udin

Secara refleks haji Dulah langsung menampar Udin, dan tiba2 Udin langsung tak sadarkan diri.
"Dia tidak apa2." Kata Haji Dulah

Lalu untuk sesaat kemudian Gadis cantik nan manis yang tadi membukakan pintu, keluar lagi sembari membawa beberapa gelas teh.
"Silahkan di minum kak." Ujar gadis itu

"Memang nya kalian habis ngapain jadi sampai begini teman nya?" Tanya Haji Dulah
Ardi menatap satu2 teman2 nya, memberikan kode kepada mereka agar tak ada yang menceritakan.

"Kami dari rumah yang di sana itu pak. Kata teman saya ini, orang yang punya rumah itu melakukan pesugihan dengan tumbal janin. Dan teman dari si Ardi ini adalah
Istri dari orang yang terduga melakukan pesugihan tersebut pak. Makanya kami kesini untuk menyelidiki kebenaran berita itu. Eh tidak taunya ini kesurupan." Jawab salah seorang teman Ardi
"Pesugihan?"

"Iya pak.." Ardi menceritakan semua yang ia alami di rumah Irham tadi

"Aku bahkan baru tau kalau ada orang sini yang melakukan pesugihan seperti itu. Siapa dia?"

"Mungkin Irham pak. Mereka ini ketemu saya tidak jauh dari rumahnya Irham."
"Ohh.. rupanya dia. Kalau memang benar, Dia dulu pernah kesini mau melamar anakku si Nisa. Tapi Nisa tidak mau, karena waktu itu masih sekolah." Kata haji Dulah

"Pantas ya, istrinya yang dulu2 itu meninggal saat sedang hamil." Gumam si bapak
Perlahan2 Udin siuman.

"Lalu apa ada cara supaya teman saya itu bisa lepas dari laki2 tersebut pak?" Tanya Ardi

"Kalau untuk itu maaf, aku tidak tau." Jawab haji Dulah

"Tap tapi. Tadi bapak mengusir setan yng merasuki teman saya."

"Aku tidak mengusirnya, dia berteriak
Dan membuatku kaget. Lalu Tanganku secara tidak kusadari lantas menamparnya. Aku bahkan tidak tau caranya mengusir setan. Tidak pernah belajar kearah seperti itu." Haji Dulah menjelaskan

Ardi mengerjab2kan matanya,

"Aku hanya merupakan
Salah satu diantara orang2 yang beruntung bisa menginjakkan kaki ke tanah suci. Tapi bukan berarti aku bisa mengusir setan. Ku rasa ada sedikit kesalahpahaman diantara kita." Lanjut haji Dulah

Ardi sekarang mengerti maksud haji Dulah.
Kemudian ia menghela nafas panjang.
Matanya melirik kearah Udin yang sudah jauh lebih baik.

"Baiklah kalau begitu, pak. Terima kasih untuk semuanya. Mohon maaf kami sudah mengganggu bapak malam2 begini." Ucap Ardi
"Ya, tidak masalah. Sungguh aku sama sekali tidak merasa terganggu. Mampirlah kemari kapan2. Aku akan sangat senang jika kalian kesini lagi." Jawab Haji Dulah tersenyum
----
2 hari setelah malam itu.
Irham begitu sangat marah dengan Ardi. Saat ia bertemu dengan Ardi, Ia langsung memukulinya.

Wajah Ardi berdarah, untung nya teman2 Ardi datang tepat pada waktunya dan berhasil melerai perkelahian mereka berdua.
Udin dan Arfan memegangi tubuh Irham seraya berkata,

"Balas dia Di.! Hajar!"

Ardi menggeleng,

"Aku tidak mau berkelahi." Jawab Ardi seraya menyapu darah yang masih terus keluar dari hidung nya
"Lepaskan saja." Lanjut Ardi sebelum pergi dari tempat itu dengan mengendarai motornya
-------
Sementara itu, Rina selalu mendapat kiriman amplop berisi uang dari Ardi guna untuk suntik KB. Karena ia sendiri tak pernah lagi di berikan uang oleh Irham ataupun orang tuanya.
Mereka lebih percaya Irham ketimbang anak mereka sendiri.

"Kak, ini dari kak Ardi." Bisik Riski sembari menyerahkan amplop yang ia taruh di dalam celananya
Tak terasa sudah 6 bulan berlalu semenjak kejadian itu, dan sudah selama itu pula Ardi terus memberi uang untuk Rina.

"Kenapa kau tak juga hamil? Kau sudah berhenti minum pil KB itu kan?!" Tanya Irham di suatu malam
"Apa kau lihat aku masih meminum kb?" Ujar Rina balik bertanya

Tanpa berkata2 lagi, Irham langsung keluar kamar. Watak asli lelaki itu benar2 buruk.
---------
Hari itu Riski pulang dengan wajah yang sendu.
Ia mendekati Rina yang sedang menjemur pakaian basah.

"Kak. Kak Rina tau tidak, minggu depan kak Ardi menikah." Ucap Riski pelan
Deg.. Rina terdiam. Tangan nya masih memegang cucian yang akan ia jemur.

"Menikah?" Gumamnya dengan suara bergetar

Riski mengangguk meski Rina tak melihatnya.
"Kakak tidak di undang?"

"Tidak." Jawab Rina dengan air mata yang sudah mulai menetes di pipinya

Rina benar2 tak mengira jika Ardi akan menikah dalam waktu dekat ini. Lalu apa artinya kebaikan Ardi selama ini? Apakah dia tidak lagi mencintaiku? Atau apa jangan2 dia memang
Tak pernah mencintaiku? Beberapa pertanyaan bergelut di benak nya. Rina benar2 merasa sangat kehilangan orang baik satu2nya yang percaya dengan setiap perkataan Rina dalam keadaan yang sesulit itu.
"Kak. Kakak sedih karena kak Ardi akan menikah?" Tanya Riski seraya duduk di sebelah kakaknya

"Aku sudah bersedih jauh sebelum Ardi akan menikah. Sudah lah Ris. Jangan membahas masalah itu dulu. Besok aku akan kembali mencari pekerjaan. Aku harus bisa membiayai hidupku sendiri."
"Kalau bisa aku akan pindah dari rumah ini." Ujar Rina membuat Riski sedih

"Jangan pindah kak." Ucapnya setengah menahan tangis

"Aku sudah merasa tidak ada harganya di rumah ini Ris. Kau tau sendiri abah dan mama seperti apa memperlakukan aku kan?"
"Aku pun gak nyangka mereka akan memperlakukan kak Rina seperti itu. Ini semua salah kak Irham. Dia yang sudah menghasut abah dan mama. Aku akan mencoba mengatakan semuanya dengan mereka nanti kak. Tapi ku mohon kakak jangan pergi."
Rina menghela nafas panjang, ia tatap wajah polos adiknya. Lalu meraih anak laki2 tersebut kedalam pelukan nya.

"Makasih ya Ris. Kamu sudah percaya sama kakak." Ucap Rina seraya mencium kepala adiknya
----
Deru sepeda motor terdengar singgah di halaman. Lalu terlihat Irham berjalan memasuki rumah.

"Mana orang tuamu?" Tanya Irham dengan ketus
"Belum pulang." Jawab Rina

Irham duduk menunggu sambil memainkan hp nya. Tidak lama kemudian ia menelpon seseorang yang di panggil sayang. Rina yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas. Sesak rasanya
Mendengar suami sendiri menelpon wanita lain dengan panggilan sayang di depan mata.
Saat kedua orang tua Rina datang, mereka menyapa Irham dengan hangat.
Namun tanpa basa basi Irham langsung mengutarakan maksud dan tujuan nya datang ke situ.

"Maaf, sebelumnya pak, bu. Saya datang kemari ingin menyampaikan kalau saya sudah mentalak 3, Rina anak kalian mulai dari malam ini juga."ujar Irham
Ayah Rina nampak syok mendengar keinginan Irham.

"Baik. Kalau memang itu yang kau inginkan." Jawab ayah Rina dengan nada yang menahan emosi
Rina lega, namun juga sedih.

"Aku akan secepatnya mengurus semuanya." Ujar Irham seraya memberikan sebuah surat tanah berukuran 10x20m pada Rina
Lalu ia pergi meninggalkan halaman rumah tersebut.

Rina menatap kepergian Irham, separuh hatinya terasa sangat hancur.
"Apakah ini nyata? Oh tuhan, kenapa perasaan ku seperti ini." Batin Rina menjerit

-------
Hari2 telah berlalu. Rina semakin terpuruk dengan keadaan. Jalan hidupnya yang semula indah, kini hancur berantakan.
"Rina. Ikut ke acara nikahan nya Ardi yuk." Kata Aam yang hari itu menemui Rina di rumahnya

"Aku malas Am." Jawab Rina singkat
"Kenapa Rin?"

"Gak kenapa2. Aku hanya malas kemana2. Apalagi besok aku akan pergi untuk mulai menata kembali masa depanku."

"Menata maksud mu apa?"

"Aku akan kerja. Mungkin lebih tepatnya membangun usaha dari hasil tanah yang ku jual."
Aam tersenyum,

"Semoga berhasil ya Rin. Usahamu lancar dan kamu bisa bahagia lagi kaya dulu."

Rina tersenyum, sambil mengangguk.
--------
2 bulan telah berlalu..
Kini Rina tinggal di sebuah Ruko di perkotaan, ia membuat toko kue dan makanan, menjalani pekerjaan nya dengan tekun setiap harinya.
Banyak laki2 yang mendekatinya, namun Rina sepertinya sudah enggan menjalin hubungan percintaan dengan para lelaki. Ia lebih memilih untuk sendiri dan berusaha untuk mencapai mimpinya.
Sedangkan Ardi, kini sudah bahagia dengan istrinya.

Sementara Irham, sudah tak pernah kelihatan lagi. Ada yang mengatakan kalau laki2 itu sudah pindah, namun entah kemana tak ada yang mengetahui nya.
Ia pergi setelah orang2 sudah mengetahui tentang apa yang ia lakukan.
Sampai sekarang rumahnya masih ada dan dibiarkan kosong begitu saja. Tak ada berani untuk menempati rumah itu. Konon katanya
Rumah itu sudah di kuasai oleh mahluk jahat. Yang kadang2 menampakan diri antara jam 2 atau 3 subuh.

----SELESAI----
Bagi yang mau berdonasi di tunggu saweran nya..

Donasi pulsa bisa di nomor ini : 0856 5403 7262
Donasi melalui saweria klik link ini : saweria.co/donate/Omrasth…
Untuk yang sudah berdonasi, om ucapkan terima kasih yang sebesar2nya. Semoga kalian selalu di limpahkan rejekinya dan terhindar dari segala macam penyakit. Aamiin🤲

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 75 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 22
PELET CELANA DALAM

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhorror
#kisahnyata

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Eh sum, bujurankah rumah kosong dihiga wadah ikam tu ada yang mandiami sudah?
(Eh sum, betulkah rumah kosong didekat rumahmu itu sudah ada yang menempati?)" tanya yayah pada isum yang pada saat itu mereka sedang berada
Disebuah rumah yang akan mengadakan acara pernikahan

"Iih pinanya, pang rami kamarian urang bahangkut parabut kasitu. (Sepertinya iya, karena kemarin ramai orang mengangkut barang kerumah itu." jawab isum
Read 149 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(