Diosetta Profile picture
Jul 29, 2021 58 tweets 10 min read Read on X
Yang sudah kalian tunggu-tunggu , sebuah persembahan untuk kalian..

Gending Alas Mayit Part 7 - Pagelaran Tengah Wengi

@bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann @ceritaht @qwertyping
jangan lupa bantu retweet dan dengerin di podcast @bagihorror ya.. Image
Suara alunan gamelan yang mendayu-dayu terdengar dengan sangat indah , tetesan air yang jatuh ke sendang membuat suara itu menjadi terlalu nyaman untuk didengar. Namun sayangnya suara ini berasal dari demit-demit di alas mayit.
Indahnya suara gamelan itu memancing seluruh penghuni alas mayit untuk berkumpul di tempat ini, mulai dari pocong, makhluk raksasa bertubuh besar, hingga mayat-mayat dengan tubuh yang tak berbentuk menyaksikan kami dari seluruh penjuru hutan, seolah menyaksikan suatu pertunjukan.
Aku dan Cahyo sudah bersiap untuk menyerang kedua manusia penyebab semua kutukan ini , Pak Kades dan Aswangga.
Namun.. serangan kami terhenti oleh sebuah kekuatan yang berwarna hitam pekat , dan itu muncul dari Aswangga yang menghadang kami.
“ Hei Aswangga, Untuk apa kamu menjual dirimu pada setan-setan laknat itu” Tanyaku yang masih berharap Aswangga masih bisa diselamatkan.
“ Untuk apa? Kekayaan , kekuatan, dan hidup abadi.. tentu saja untuk itu semua” Ucapnya sambil tertawa meledeku.
“Saat ini tidak ada satupun dari kalian yang bisa mengalahkanku…” Lanjutnya.
Aku heran, mengapa Aswangga menjadi percaya diri seperti itu.
“Danan.. lihat! bukanya itu anak buah Aswangga” Ucap Cahyo sambil menunjuk pada setumpukan mayat yang dipersembahkan di sebuah candi.
“Edan kowe… anak buahmu sendiri kamu jadiin tumbal?” Cahyo merasa emosi dengan perbuatan Aswangga.
“Itu salah kalian! Kalau kalian tidak mengacau.. aku tidak perlu menumbalkan mereka untuk mendapatkan kekuatan ini” Aswangga memamerkan dirinya yang diselimuti kekuatan hitam.
“Hadapi aku.. akan kuhabisi kalian satu persatu.. “
Suara gamelan mengiringi mulainya serangan Aswangga kepada kami .
Sebuah pukulan mengarah kepada Cahyo dan membuatnya terpental .
Aku mencabut keris milikku dan menusukan pada Aswangga, namun tak sedikitpun ujung keris itu masuk kedalam tubuhnya yang malah dibalas sebuah tendangan yang melemparkanku tak jauh dari tempat Cahyo tersungkur.
“Kamu mengorbankan nyawa anak buahmu Cuma untuk kekuatan seperti ini?” tantang Cahyo sambil membersikan darah yang menetes dari mulutnya.
“Udah Cahyo.. kamu istirahat dulu aja, Aswangga biar aku yang hadapi” Ucapku pada Cahyo.
“Nggak Danan, aku butuh pemanasan…” Cahyo merapalkan sebuah mantra , merubah kedua tanganya menjadi lengan kera raksasa dan segera menerjang Aswangga.
“Sombong sekali kalian! “ Pukulan Aswangga yang diselimuti kekuatan hitam beradu dengan lengan kera milik Cahyo,
namun kali ini Aswangga yang terpental.
Sekali lagi Aswangga mencoba menyerang Cahyo namun dibuatnya terpental lagi.
Untuk adu ilmu fisik Cahyo memang sangat bisa diandalkan. Hampir semua serangan Aswangga dibuat terpental Cahyo.
“Brengsek , Tidak mungkin kekuatanku kalah.. “ ucapnya yang disusul dengan pukulan berikutnya dari Cahyo.
“ Menyerah saja! Kekuatanmu itu tak mungkin bisa untuk mengalahkan kami” Ucap Cahyo memperingkatkan Aswangga.
“ Ga usah sombong kalian… Sudah berapa tumbal yang kalian berikan untuk kekuatan itu? Aku akan memberi lebih” Ucap Aswangga sambil menoleh kepada Pak Kades yang melihatnya dari belakang.
Wajah Cahyo terlihat emosi, sekali lagi pukulan diarahkan pada Aswangga dan membuatnya tersungkur di tanah.
“ Tumbal? Seenaknya kamu bicara! mbok pikir aku mau menggunakan cara biadab itu” Ucap Cahyo sambil menghampiri Aswangga dan mulai memukulinya lagi.
“Kamu tidak tahu berapa ribu hari puasa yang dilakukan oleh Danan…
Kamu tidak tahu berapa ayat suci yang dihafalkan dan dilantunkan Pak Sardi…
Kamu tidak tahu berapa banyak yang sudah ditolong oleh mereka hingga Yang mahakuasa menitipkan kekuatan ini pada kami untuk menolong orang yang lebih banyak lagi”
Cahyo berusaha menyadarkan Aswangga. Namun sebelum mendaratkan pukulannya lagi,
Pak Kades melompat dan bersiap menyerang Cahyo yang membuatnya memilih mundur.
“ Cukup Aswangga.. kamu belum bisa mengalahkan mereka”Ucap Pak Kades.
“Terus kita harus bagaimana?” Tanyanya dengan suara yang lemah karena efek dari serangan Cahyo yang bertubi-tubi.
“ Kita selesaikan perjanjian kita, kamu sudah mendapat kekayaan dan kekuatan, sekarang akan kuberikan kau kehidupan abadi” Ucap Pak Kades yang menghampiri Aswangga.
Sebuah pasak kayu dikeluarkan oleh Pak Kades, ujungnya diukir dengan tajam dan diarahkan kepada Aswangga.
“ Pak Kades.. untuk apa pasak itu?” Tanya Aswangga yang mulai merasa takut.
“ Tubuh kakek-kakek ini sudah sangat lemah , aku butuh tubuh yang lebih muda untuk bisa mendampingi dia dan menghabisi cecunguk itu..” Ucap Pak Kades.
“ Maksud Pak Kades apa? Bukanya Pak Kades berjanji akan memberikan hidup abadi?!” Tanyanya dengan putus asa.
“ Tubuhmu akan hidup abadi bersama rohku di dalamnya” Ucap Pak Kades yang segera menusukkan pasak ke jantung Aswangga yang tak bisa melawan.
Aswangga meronta kesakitan , ia merayap di tanah dan menggapaikan tanganya kepada kami.
“To… long “ suara rintih keluar dari mulutnya yang disusul dengan darah hitam yang bermuncratan.
Suara gong terdengar dipukul berkali kali seolah menandakan mulainya peperangan.
Setan wanita berbaju kebaya melayang menghampiri Pak Kades dan menarik roh keluar dari tubuh kakek tua itu.
Sesosok makhluk berwujud manusia dengan pakaian kerajaan keluar dari tubuh Pak Kades dan segera merasuki tubuh Aswangga yang masih tertancap pasak di jantungnya.
Suara gamelan berbunya semakin cepat, di tengah-tengah sendang terlihat roh Laksmi yang mulai menari .
“ Mas Danan… suara ini… “ Ucap Pak Sardi.
“Benar pak, ini gending alas mayit… “ ucapku sambil mengeluarkan tabuh waturingin.
Sebenarnya , aku penasaran dengan gong besar di tengah sendang. Suara gong yang terdengar oleh kami bukan berasal dari gong itu. Sampai akhirnya aku tersadar bahwa gong itu berdiri diatas sebuah batu yang menyerupai akar pohon.
“ Cahyo… apa batu yang dibawah gong itu yang dimaksud mbah rusman?” aku berbisik pada Cahyo.
Cahyo memperhatikan apa yang aku maksud.
“oo.. Pantes aja ga keliatan, air hitam itu menutupi keberadaan waturingin itu” ucap Cahyo.
Mengerti dengan yang kumaksud , kami berdua segera berlari menerjang kearah sendang banyu ireng. Namun sebuah serangan menghentikan kami berdua.
Itu Aswangga lagi…
Kali ini berbeda , pasak di jantungnya sudah menghilang namun wajahnya berubah menjadi mengerikan dengan kulit wajah yang terlihat melepuh . Demit wanita itu memakaikan pusaka yang dikalungkan di dadanya dan memberikan sebuah tombak untuk Aswangga.
“ Tidak mungkin…. Aswangga… “ Pak Sardi tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Aswangga tertawa dengan suara yang menyeramkan “Aswangga..? Bukan… Aku Patih Andaka yang akan menghabisi kalian semua”
Menyambut kebangkitanya , makhluk hitam besar berwujud perempuan dengan cakar yang mengerikan menghampiri dan bersujud di depanya , disusul dengan setan-setan yang dari tadi hanya melihat pertarungan kami.
Pemandangan yang begitu mengerikan , kali ini Makhluk yang menghuni tubuh Aswangga memimpin ratusan demit bersama dengan setan penari itu di sampingnya.
“Gila Danan… kita harus melawan demit sebanyak ini” Ucap Cahyo.
Suara petir menggelegar dan memulai turunya hujan deras di hutan ini.
Pak Sardi membaca mantra pembakar dan melawan demit itu satu persatu , namun jumlahnya terlalu banyak. Cahyo segera menyusul Pak Sardi melawan demit-demit itu.
Pikirku , Satu-satunya cara adalah mengalahkan Iblis Andaka itu.
Segera aku membacakan ajian lebur saketi, sebuah pukulan jarak jauh untuk diarahkan pada Iblis Andaka itu , namun serangan itu tidak melukainya sama sekali ,
sebaliknya iblis itu menoleh ke arahku dan menyerangku degan tanganya yang sudah menggenggam tombak tua di tanganya.
Aku mencoba menghindar namun gerakanya terlalu cepat, sebuah tusukan menembus tanganku yang mencoba menahan serangan itu.
Kengerian tidak cukup sampai di sini , dari arah pintu masuk hutan terlihat seseorang yang menari tanpa sadar , tidak hanya satu… beberapa orang lagi menyusul di belakangnya.
Itu adalah warga desa!
“ Bapak … Maafin sekar, Sekar ga bisa jagain warga desa” ucap sekar yang berlari dan berusaha menahan warga desa.
“ Sekar!! Jangan ke sini! “ Ucap Pak Sardi yang berusaha menghentikan sekar.
Pak Sardi kehilangan konsentrasinya, sebuah serangan dari demit anak buah andaka membuatnya jatuh dan tersungkur.
Suasana di alas mayit semakin mencekam, kekuatan eyang widarpa dibutuhkan di sini. aku menarik keris ragasukmaku dan merapalkan mantra yang diturunkan oleh leluhurku
Jagad lelembut boten nduwe wujud
Kulo nimbali
Surga loka surga khayangan
Ketuh mulih sampun nampani
Tekan Asa Tekan Sedanten…

Di tengah hujan deras , sesosok kakek tua bungkuk berambut panjang berwarna putih muncul dari derasnya hujan.
“ E.. Eyang! Kulo…”
Belum sempat menyelesaikan kata-kataku , eyang segera menyerang Iblis Andaka dan membuatnya terpental.
“Bocah Asu… Demit iki ben dadi urusanku , kamu urusin warga desa” Eyang widarpa membelakangiku dan bersiap menghadapi Iblis di tubuh Aswangga.
..
“ Tunggu… aku kenal kamu kakek tua” Andaka kembali berdiri dan menghadapi kami.
“ Kamu … Kamu itu Patih Widarpa kan?!!! Kamu yang membawa pergi warga dan Raja dari kerajaan !” Teriak Andaka dengan menunjuk kepada Eyang widarpa.
Tunggu , Patih… Jadi Eyang Widarpa patih yang menyelamatkan raja dan warga dari pemberontakan . Seketika aku teringat sebuah benda yang dititipkan oleh Paklek , dan ternyata bentuk kalung itu tidak jauh berbeda dengan yang dipakaikan setan penari itu kepada Andaka.
“ Eyang… apa itu benar? “ tanyaku pada eyang yang tidak merespon ucapan andaka.
“ Bukan urusanmu bocah asu… pergi , masalah yang lebih besar ada di belakangmu” Perintah Eyang widarpa padaku.
“ Baik mbah , sebelumnya terima ini dulu… ini titipan nyai Suratmi “
Aku menyerahkan sebuah pusaka kalung kuningan ke pada eyang, ia terlihat mengenalinya dan segera mengenakanya.
Hal yang aneh terjadi , Tubuh eyang widarpa kembali tegak, tubuhnya terlihat menjadi lebih muda layaknya seorang patih kerajaan yang dapat diandalkan.
“ Jadi… itu benar, Eyang widarpa seorang patih” Tanyaku sambil sedikit tersenyum.
Eyang widarpa melihat dirinya yang berubah , namun iya kembali melepas kalung itu dan melemparkanya padaku.
“ Aku ora butuh , Tanpa Nyai Suratmi aku lebih suka dengan wujud ini!” Ucapnya yang segera mengayunkan cakarnya ke wajah busuk Iblis reinkarnasi Andaka itu.
Eyang Widarpa terlihat bisa mengimbangi patih andaka. Aku sedikit tenang dan meninggalkanya.
“ Cahyo! Serahkan tabuh waturingin pada sekar dan Tahan demit-demit itu! Biarkan Pak Sardi menggunakan Geni Baraloka kepada mereka! “ Perintahku pada Cahyo.
Cahyo memukul dengan keras ke arah tanah dan mengambil jarak dari makhluk-makhluk itu. Tanpa banyak berbicara ,
mereka melakukan semua yang aku perintahkan.
“Hati-hati Danan… Lawanmu perempuan , jangan lengah!” Ucap Cahyo yang mengetahui maksudku untuk menghampiri Iblis wanita yang menyebabkan semua ini terjadi.
Seolah mengerti kehadiranku , ia menyambutku dengan sebuah tarian yang gemulai.. tarian itu menjadi mengerikan ketika setan itu tersenyum mengerikan tanpa bola mata di wajahnya dan dilakukan diatas tumpukan mayat tumbal dari Aswangga .
Aku mengejarnya , namun setan itu melayang ke arah tubuh Laksmi yang tergantung , merasukinya, dan menjatuhkan dirinya ke sendang banyu ireng.
Roh Laksmi masih menari di sana, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.
Dari dalam sendang banyu ireng , terlihat tubuh Laksmi bangkit dari dalam air , luka-luka pada tubuhnya sudah menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Satu persatu baju Laksmi yang penuh darah dilepaskan hingga tidak sehelai benangpun tertinggal di tubuh Laksmi yang indah itu.
“ Danan… ini aku Laksmi “
Dengan tubuh yang basah dan tanpa pakaian, Laksmi menghampiriku dan melemparkan senyumnya yang manis..
seperti saat pertama kali aku datang ke desa windualit.
“ Nggak.. ga mungkin , aku melihat semuanya… kamu setan yang mencuri tubuh Laksmi” Aku membacakan mantra pada tanganku dan bersiap menyerang Laksmi.
Namun keindahan tubuh Laksmi yang berada dihadapanku dan kenanganku bersamaya menahan itu semua.
“ Cukup Danan… jangan sakiti aku lebih dari ini” Ucap Laksmi dengan wajah yang memelas.
Ucapan Laksmi benar-benar menyentuh , aku tak tahu harus berbuat apa..
rasa bimbang yang amat sangat muncul. Aku tidak bisa membedakan lagi mana yang benar.
Di tengah sendang dan diterangi cahaya bulan , Laksmi berdiri anggun di hadapanku dengan memamerkan keindahan tubuhnya.
Laksmi mendekat..
“ Aku sudah tidak apa-apa Danan.. aku cuma butuh kamu “ Ucap Laksmi menempelkan badanya padaku dan memeluku.
Rasa bimbang dan kehangatan yang muncul di diriku membuatku tak mampu lagi menahan akal sehatku.
Tanganku membalas pelukan Laksmi , kulitnya yang halus dan pelukanya yang hangat membuatku merasa tenang.
“ Laksmi… Aku ga akan ninggalin kamu lagi”

Bersambung Part Akhir - Tataran Pungkasan (Pertunjukan Akhir)

#gendingalasmayit #ceritahorror
Terima kasih yang sudah bersabar menunggu part ini , untuk Part Akhirnya kita selesaikan di malam minggu ya...

tapi seandainya ada keajaiban Part 1nya tembus 1.500 retweet , langsung saya upload deh..

jangan lupa pake hashtag #gendingalasmayit ya

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

Nov 21
PERANG TANAH DANYANG
Part 7 - Perang Pertama

Tiga zaman bersatu dalam peperangan makhluk dari alam yang tak kasat mata. Nyawa Manusia adalah amunisisnya..

#bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bacahorror Image
Suara derap kuda terdengar memecah keheningan malam, mendekati barak prajurit dengan cepat. Para penunggangnya turun tergesa-gesa, wajah-wajah mereka penuh ketegangan. Mereka langsung menuju tenda besar di tengah barak, tempat raja berada.

"Berhenti! Raja ada di dalam!" seorang penjaga menahan mereka dengan tangannya terentang.

"Kami harus bertemu yang mulia! Ini keadaan darurat!" Pemimpin mereka bersikeras.

Penjaga itu memerhatikan mereka sejenak, mengenali lencana-lencana khas yang menghiasi seragam mereka. Pasukan elit Cakra Manunggal, yang langsung di bawah komando Prabu Ramawijaya.

"Baiklah, tunggu sebentar…" ujar sang penjaga sambil memasuki tenda.

Ramawijaya telah menduduki tahta dan membangun kerajaan Darmawijaya sebagai kerajaan dengan pertahanan militer yang kokoh.

Mereka mampu menggetarkan kerajaan besar di sekitarnya, namun bukan itu tujuan utamanya. Perang para danyang semakin dekat, dan bertahun-tahun lamanya, bencana semakin melanda.

Tak lama kemudian, mereka diizinkan masuk. Di dalam tenda, Prabu Ramawijaya dan para patihnya tampak berkumpul, membahas sesuatu yang tampaknya mendesak.

Pemimpin pasukan itu melangkah maju dan berkata tegas, "Yang mulia, kabar ini harus disampaikan segera."

Prabu Ramawijaya menatapnya tajam. "Panglima Cakra, aku mengenalmu terlalu baik untuk tahu bahwa kau tak akan menggangguku tanpa alasan. Katakan."

Dengan satu langkah cepat, Panglima Cakra mendekat dan tiba-tiba mencabut pedangnya. Patih-patih lain sontak bereaksi, namun terlambat. Pedang Cakra menembus dada Patih Renggana.

"Cakra! Apa yang kau lakukan?!" Patih Raksawira menghunus pedangnya, mengarahkannya tepat ke leher Panglima Cakra.

Namun Panglima Cakra tak bergeming. "Aku tak akan bicara sampai pengkhianat ini tak lagi bernyawa," katanya dingin, sementara para penjaga dipanggil untuk menyelamatkan Patih Renggana yang sekarat.

Patih Raksawira tak bisa menahan amarahnya dan mengangkat pedang untuk menebas leher Panglima Cakra. Tapi tiba-tiba, suara berat terdengar dari arah pintu.

"Tahan, Raksawira!"

Semua mata tertuju pada seorang pria dengan pakaian lusuh dan tubuh penuh debu yang baru saja memasuki tenda. Walau penampilannya sederhana, auranya membuat para patih berhenti seketika.

"Abimanyu?! Cakra telah mencoba membunuh Patih Renggana! Kita tak bisa membiarkannya begitu saja!" seru Raksawira, mengarahkan ujung pedangnya ke Panglima Cakra. Namun, Abimanyu hanya menatap tajam.

Seluruh patih menundukkan kepala sedikit, sadar betul siapa pria itu.

Dia adalah Abimanyu Darmawijaya, pewaris dari Prabu Arya Darmawijaya, yang berjanji mendampingi Prabu Ramawijaya untuk menjaga Kerajaan Indrajaya sejak kepergian Raja Indrajaya.

Patih Renggana menekan luka di dadanya, mencoba mempertahankan nyawanya. Setiap tarikan napas terasa seperti api yang membakar, namun ia berusaha memperpanjang hidupnya sejenak, berharap ada seseorang yang membantunya.

Srratt!

Dalam sekejap, Abimanyu sudah berada di samping Prabu Ramawijaya, dan di tangannya tergenggam kepala Patih Renggana yang sudah terpenggal dari tubuhnya. Hening menggantung di udara, seakan waktu berhenti sejenak.

Tenda itu bergetar dalam kesunyian, hingga tubuh Patih Renggana menyadari bahwa ia telah kehilangan kepalanya. Seketika, semburan darah memuncrat deras, membuat para patih mundur ngeri.

“Jadi, dia pengkhianatnya?” tanya Prabu Ramawijaya dengan suara tenang, nyaris tak terpengaruh oleh pemandangan mengerikan itu.

Abimanyu mengangguk ringan sambil duduk di sisi Prabu Ramawijaya. “Benar. Dia adalah patih di kerajaan kita, namun sekaligus Raja di kerajaan Tunggul Giri.”
Read 15 tweets
Nov 14
PERANG TANAH DANYANG
Part 6 - Tanah Para Danyang

Awal mula Perang Para Danyang di masa lalu terungkap. Takdir darah sambara terikat di masa itu

#bacahoror Image
Suara gemuruh dari puncak Mahameru menggema, menggetarkan bumi dan langit. Mahameru, yang berdiri megah di Jawa Timur sebagai paku penyeimbang Pulau Jawa, kini memuntahkan isinya.

Dharrr!!!

Batu-batu besar terlontar dari kawahnya, menghantam pepohonan di kawasan Kalimati, menciptakan kepanikan di antara mereka yang ada di sana.

"Menyingkir!" teriak seseorang, memberi isyarat pada sekelompok pasukan yang menerobos letusan dahsyat itu.

"Ini gila! Siapa yang terpikirkan untuk menerobos letusan gunung seperti ini?!" teriak Raja Indrajaya dengan napas memburu, mencoba menghindari lontaran batu panas yang jatuh dari langit.

"Siapa lagi kalau bukan Pangeran Baswara, putra andalanmu itu, yang mulia..." sahut Panglima Brasma sambil melirik ke arah Baswara yang tanpa ragu maju lebih dahulu.

Di depan, Baswara membuka jalan dengan segenap tenaga, dibantu oleh kawanan kera putih yang melompat lincah di antara lahar. Seekor kera putih menari melompat di antar pepohonan, membaca aliran energi panas yang memancar dari gunung, menghindari setiap bahaya yang muncul.

"Ayah! Dia di sana!" teriak Baswara, menunjuk ke arah pusaran api yang berkobar di antara kepulan awan panas di puncak Mahameru.

Raja Indrajaya dan Panglima Brasma menyaksikan dengan mata mereka sendiri kekacauan itu, kekuatan yang tak terkendali memutar-mutar di puncak tertinggi pulau.

"Kalian, kembali! Setelah ini urusan kami sekarang!" seru Raja Indrajaya kepada para prajurit yang mendampingi mereka.

"Ta—tapi, yang mulia! Tempat itu terlalu berbahaya! Biarkan kami ikut bersama!" pinta seorang prajurit dengan nada cemas.

"Jangan sia-siakan nyawa kalian. Ramajaya dan Kerajaan Indrajaya masih membutuhkan kalian!" Raja Indrajaya menegaskan, suaranya penuh kewibawaan.

Walaupun hati mereka berat, para prajurit itu pun memutuskan untuk mundur, meninggalkan tiga sosok yang akan melanjutkan perjalanan ke pusat bencana.

"Prajurit Indrajaya!" panggil Baswara tiba-tiba. Ia menghampiri para prajurit yang berbalik badan. Mereka menoleh, menatapnya dengan kebingungan.

“Sampaikan salamku pada Ramajaya, dan berikan ini padanya.” Baswara melepas sebuah ikatan tali dari pinggangnya dan menyerahkannya kepada salah satu prajurit.

Begitu tali itu berpindah tangan, prajurit tersebut terhenyak oleh beban kekuatan yang terkandung di dalamnya. Dengan susah payah, ia menggenggam tali itu.
Read 12 tweets
Oct 31
PERANG TANAH DANYANG
Part 5 - Ratusan Tahun Yang Lalu

Widarpa menghilang, Daryana mulai bergerak. Bencana dimulai dari zaman itu...

#bacahorror @bacahorror Image
Suara senjata beradu di tengah rumah terpencil di pinggir hutan. Bukan sebuah kekacauan, namun sebuah pemandangan unik dimana seorang pendekar bertarung melawan lebih dari lima anak- anak kecil.

“Eyang! Ini jurus kodok terbang dari bukit nestapa!”

Seorang anak melakukan sebuah gerakan lucu sambil mengayunkan tongkat kayunya yang panjang.

“Heh! Kertasukmo, mana ada kodok bisa terbang?!” Ucap pendekar itu sambil tertawa dan menghindarinya.

“Hahaha! Dia emang hobinya gitu, Eyang Daryana! Ngasi nama jurus aneh-aneh, tapi gerakannya nggak jelas!” Tawa Purbawengi yang masih mencari celah untuk menyerang Daryana dengan sebuah senjata pisau di tangannya.

“Biarin! Kata Bapak, ngasi nama jurus harus keren biar lawan gentar!” Balas Kertasukmo.

Brakk!! Brakk!! Brakk!!

Beberapa pukulan sekaligus menjatuhkan anak-anak yang mengepung Daryana.

“Aduh! Sakit, Eyang!” Keluh Wirabumi yang terjatuh merasakan pukulan paling keras diantara yang lainnya. Namun dengan segera Daryana mengulurkan tangannya.

“Maaf, Eyang sengaja. Karena kelak, kamulah yang akan menjadi pelindung mereka semua..” Ucap Daryana

Wirabumi tak lagi mengeluh. Ia berdiri dengan bangga mendengar ucapan Daryana, Eyang kebangganya itu.

Mereka pun berkumpul kembali ke pendopo untuk beristirahat sekaligus menghabiskan waktu di sana.

Itu adalah terakhir kalinya Daryana menemui cucu-cucunya. Perjalanan hidupnya membuatnya menemui wanita-wanita hebat yang mengaguminya.

Keempat istri Daryana terpencar di berbagai daerah dan dari mereka lahirlah orang tua dari Wirabumi, Kertasukmo, Purbawengi, dan keturunan Sambara yang lain.

Setelah menyempurnakan Ajian Pemutih Raga, Daryana melakukan perjalanan untuk mencari ayahnya Widarpa Dayu Sambara. Setidaknya di umur sehatnya ia ingin melakukan perjalanan, dan memastikan keadaan ayahnya yang telah lama menghilang dan tak lagi menemuinya.

Sama seperti Widarpa, walau keberadaanya menghilang dari keluarganya, ia telah meninggalkan serpihan-serpihan kesaktiannya yang mungkin bisa akan berguna bagi keturunannya kelak. Sebelum dirinya menua, Daryana berniat mengamalkan ilmunya serta menemukan ayahnya itu.

***
Read 15 tweets
Oct 24
PERANG TANAH DANYANG
Part 4 - Penduduk Masa Lalu

Cahyo kembali ke desa itu, tempat dimana ia telah berdosa pada penduduk yang tinggal di sana. Sebuah desa yang dihuni oleh Trah keluarga yang mengucilakna dirinya. Trah Rojobedes...

@bacahorror #bacahorror Image
Part Sebelumnya bisa dibaca di sini ya :
part 1 : x.com/diosetta/statu…
part 2 : x.com/diosetta/statu…
Part 3 : x.com/diosetta/statu…

Semoga teman-teman berkenan meninggalkan komen setelah membaca part ini..
Wabah di desa Darmo Kulon menewaskan lebih dari dua puluh nyawa. Anggoro sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ia tak mampu berbuat banyak kepada mereka yang sudah sekarat.

Setidaknya, kedatangan Anggoro menghentikan jumlah korban yang terus bertambah.

“Ustad. Apa yang terjadi antara Mas Cahyo dan Raden Suto Benggolo di bukit? Mengapa Mas Cahyo tidak kembali ke sini?” Anggoro terlihat cemas saat mengetahui Ustad Imran kembali tanpa Cahyo.

“Tidak usah khawatir. Mas Cahyo baik-baik saja. Pasti kamu juga dengar suara khas knalpot vespanya saat melintas tadi, kan?”

Anggoro memang mengingat suara berisik yang melintasi desa setelah subuh. Ia baru sadar bahwa itu suara motor tua milik Cahyo.

“Lantas kenapa Mas Cahyo tidak kembali ke desa, Ustad?”

Ustad Imran menghela nafas menunjukkan wajahnya yang bingung menjelaskan apa yang terjadi.

“Apa yang ia hadapi jauh lebih besar dari bencana yang ada di desa ini, Mas Anggoro. Sesuatu yang benar-benar tak terbayangkan oleh manusia pada umumnya..”

Anggoro membaca raut muka Ustad Imran. Ia mencoba memahami kegelisahan dalam dirinya. Namun satu kabar dari Ustad Imran cukup membuat Anggoro dan warga desa lega.

Ustad Imran mengatakan bahwa tanah di desa Darmo Kulon sudah diruwat. Tak ada lagi kutukan yang mengikat desa tempat mereka tinggal. Jasad-jasad sudah bisa dimakamkan di tanah mereka.

Mendengar kabar itu, warga desa, terutama mereka yang ditinggalkan oleh keluarganya tak mampu menahan air mata.

Kini mereka benar-benar terlepas dari kutukan Raden Suto Benggolo. Namun Ustad Imran sendiri belum bisa tenang. Semua tidak ada artinya jika Cahyo gagal menangani sosok yang jauh lebih berkuasa dari Raden Suto Benggolo itu.

“Setidaknya saya ingin menyampaikan, jika suatu saat ia membutuhkan kemampuan medis saya, saya siap membantu Mas Cahyo kapan saja..” Anggoro membersihkan tangannya sambil menatap langit pagi hari di desanya. Ustad Imran mendekat dan berdiri di sebelahnya.

“Saya merasa, waktu itu akan tiba…”

***
Read 10 tweets
Oct 17
Di Balik Jejak Melati
- a horror thread –

Bau Melati yang semula menenangkan kini berubah menjadi isyarat kematian.

Sosok pendendam yang membawa ketakutan untuk warga desa. Ia tak akan tenang sebelum dendamnya terpuaskan.

#bacahorror @bacahorror Image
Namaku Arya, seorang jurnalis lepas yang terbiasa menggali cerita kriminal, misteri, hingga horor.

Adrenalin selalu terpacu saat menemukan kisah misteri yang belum terungkap, dan biasanya aku mendapatkan info dari kantor, narasumber, atau teman-teman.
Tapi kali ini, sumbernya berbeda.
Berulang kali aku bermimpi tentang sebuah desa. Desa yang selalu sunyi saat malam tiba, penduduknya dicekam ketakutan oleh sosok tak kasat mata yang meneror mereka.
Read 66 tweets
Oct 17
PERANG TANAH DANYANG
Part 3 - Jeritan Alam terkutuk

Part 1 : Sendang Mayat
x.com/diosetta/statu…
Part 2 : Ratu
x.com/diosetta/statu…

#bacahorror @bacahorror Image
Ada legenda yang mengatakan bahwa manusia, hanya menempati satu dari sekian ribu alam yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta.

Alam manusia, alam roh, alam mimpi, alam antara, akhirat, khayangan, atau berbagai macam nama yang sering tersebut di berbagai kepercayaan mungkin memiliki tempat tersendiri yang tak mudah dijangkau oleh manusia.

Tapi di balik itu, setiap alam memiliki ikatannya sendiri dan saling mempengaruhi dengan caranya sendiri.

Tapi satu alam pernah mati menyisakan kesadaran yang memaksa dirinya sebagai alam untuk mendapatkan energi hidup dari alam lain.

Alam itu sadar bahwa tak ada makhluk yang berhak memiliki keinginannya sendiri. Jika hanya ada satu kesadaran untuk semua makhluk di satu alam, maka alam itu akan bangkit menjadi alam yang terkuat.

Jagad Segoro demit. Hanya amarah dan nafsu yang diizinkan untuk ada di sana. Setiap makhluk perlahan akan melupakan dirinya dan menjadi satu kesadaran dengan alam itu.

Hanya kegilaan dan kekacauan yang terus ada mengorbankan darah dan nyawa untuk kembali lahirnya sebuah alam yang telah mati.
Akan ada waktunya alam ini merebut alam manusia untuk menjadi bagian darinya..

***
Dananjaya Sambara. Itu namaku, dan aku adalah seorang manusia. Iya! Aku benar-benar manusia. Namun saat ini aku terpaksa menjebak diriku di alam tempat bangsa setan, dan lelembut berasal. Sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika kami tidak menghentikannya.

Sebuah peperangan antara makhluk yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu akan terjadi dan mengoyak batas alam antara alam manusia dan Jagad Segoro Demit. Aku di sini untuk menghentikan itu semua.

Tapi, sepertinya keberadaanku tidak dibutuhkan.
Di hadapanku berdiri seorang sesepuh leluhur Trah Sambara yang telah mengurung dirinya di Jagad Segoro Demit Selama ratusan tahun. Seseorang yang menjaga kesakralan Trah Sambara dari alam terkutuk.

Eyang Wirabumi Dayu Sambara.

“Terlemah?” Gumamku saat Eyang Wirabumi mendakwaku sebagai trah sambara yang terlemah. Aku tak bisa membantahnya, mungkin ucapannya benar. Aku memang tidak memiliki ajian-ajian sesakti Paklek dan Jagad.

“Bagaimana bisa kalian membawa manusia seperti dia ke alam ini?! Apa tidak ada pilihan lain!!” Teriak Eyang Wirabumi pada Nyi Purbawengi dan Eyang Kertasukmo.

Mereka tak menjawab dan memilih mundur sambil tersenyum. Aku menoleh pada Nyi Sendang Rangu dan ia justru berpaling seolah tak ingin terlibat dengan permasalahan Trah Sambara.

“Arrrgggh!! Mengapa kalian jadi setolol ini! Jangan salahkan aku jika dia mati dalam pertempuran!” Teriaknya sambil berpaling membuang muka, namun baru melangkah sesaat ia kembali menoleh ke arahku dan menunjukkan jarinya ke wajahku.

“Dan kau! Jangan sampai kau menjadi batu sandungan untuk kami!” Ancam Eyang Wirabumi.
Aku berusaha untuk tidak merespon apapun. Selain tidak mengerti dengan keadaan di alam ini, Eyang pasti punya alasan untuk sebegitu selektifnya menilai aku dan yang lain.

“Dia hanya tidak ingin ada lagi yang mati..” Ucap Nyi Purbawengi.

“Percayalah, walau perangainya buruk dia salah satu leluhur kita yang paling baik,” Tambah Eyang Kertasukmo.

Aku hanya menghela nafas sambil berusaha tersenyum. Perangai emosinya itu memang sedikit mirip dengan Eyang Widarpa. Seandainya Eyang masih ada, mungkin akan seru jika mereka berdua bertemu.

“Kepala Ki Kundawayan itu, apa eyang yang menghabisinya?” Tanya Mas Jagad.

Tak hanya Mas Jagad, aku pun merasa penasaran bagaimana makhluk sekuat itu dan hampir membunuh kami bisa takluk begitu saja.
Eyang Wirabumi mencabut keris dari kepala itu. Ia melangkah menuju sebuah ruangan dimana terdapat sebuah cermin di sana.

“Aku melihat semua pertarungan kalian dari Koco Benggolo. Ledakkan kekuatan telur jagat membuatnya lemah, saat tiba di Jagad Segoro Demit, kami menggunakan kesempatan itu untuk menghabisinya..” Jelas Eyang Wirabumi.

“Kami?” Paklek bertanya.

Eyang Wirabumi memalingkan wajahnya dari cermin dan kembali menatap ke arah kami.

“Aku tidak seorang diri di sini, leluhur kalian yang lain terpencar di alam ini. Mereka menghimpun kekuatan dan memburu danyang yang bersekutu dengannya.”
Aku semakin penasaran dengan wujud dari leluhur-leluhurku. Hampir setiap dari mereka memiliki sifat yang berbeda, dan kehebatannya sendiri-sendiri. Setiap kemampuan itulah yang menurun kepada kami.

“Wirabumi, kau sudah mendapatkan pusaka itu?” Eyang Kertasukmo tiba-tiba membuka pembicaraan. Namun Eyang Wirabumi membalasnya dengan menggeleng dan menghela nafas.

“Aku hampir tidak percaya jika pusaka ratu ular itu memang ada di alam ini. Sudah ratusan tahun aku mencarinya, petunjuk yang kita miliki menuntun kami ke hasil yang kosong..”

Aku dan Paklek mempertanyakan apa yang dimaksud pusaka ratu ular itu? apa pusaka itu sepenting itu hingga leluhur kami mencari selama ratusan tahun.

“Eyang, apa pusaka ratu ular memang sepenting itu?” Tanyaku pada Nyi Purbawengi.

Nyi Purbawengi mengajak kami untuk duduk di ruangan itu. Koco benggolo terlihat menutup dengan sendirinya ketika kami menjauh. Sekilas aku melihat bayangan dua orang perempuan yang berjalan di sebuah desa tua. Tapi apa yang kulihat itu tidak untuk kubahas saat ini.

“Pusaka Ratu Ular merupakan penentu perang para danyang di zaman dulu. Kami semua hampir musnah oleh kekuatannya…” Jelas Nyi Purbawengi.

Ia menceritakan saat Danyang putih dan trah sambara berhasil menghentikan peperangan dengan menaklukkan danyang hitam, ada sosok danyang dari bukit pesisir yang berkhianat. Ia menggunakan pusaka ratu ular yang seketika memakan ratusan nyawa untuk membangkitkan kembali kekuatan danyang hitam.

“Pengkhianat?” Tanyaku.

Nyi Purbawengi mengangguk. Danyang itu menitiskan kekuatan dewi samudera, namun ia lahir dari tanah terkutuk.

“Siapa? Apa namanya dikenal di alam manusia?” Tanya Mas Jagad.

“Manusia memujanya untuk menanti berkah alam, namun ada yang menyembahnya untuk mendapatkan kekayaan. Di alam manusia ia merupakan sosok anggun yang dikenal dengan nama Dewi Naganingrum..” Eyang Kertasukmo mencoba menjelaskan.

Ia menambahkan bahwa nama dan sosok anggun itu hanyalah kedok. Wujud sebenarnya adalah seekor ular raksasa yang menguasai tanah bukit pesisir.

“Berarti saat ini dia ada di alam manusia?” Aku memastikan.

“Naganingrum hidup di dua alam. Ia mempunyai raga yang terkurung di alam ini, dan roh di alam manusia..” Jelas Nyi Purbawengi.

Braakk!!!
Pukulan keras Eyang Wirabumi menghantam lantai kayu bangunan itu.

“Kupastikan ia akan mati tak bersisa saat berhadapan denganku!!” Teriak Eyang Wirabumi.

Aku merasa ada permasalah pelik yang membuat Eyang Wirabumi begitu dendam dengan sosok Naganingrum itu.

Di tengah kebingungan itu, tiba-tiba koco benggolo memantulkan cahaya api yang begitu pekat. Eyang Wirabumi meninggalkan tempatnya dan bergegas menghampiri cermin itu. Ia buru-buru mengambil kerisnya lagi dan hendak meninggalkan ruangan.

“Eyang?! Ada apa?!” Tanyaku.

Jagad menatap ke koco benggolo dan wajahnya seketika diliputi amarah.

“Brengsek! Mereka membakar satu bangunan yang menampung puluhan anak kecil! Apa yang mereka lakukan?!”

Aku menghampiri ke arah mas jagad, dan pemandangan mengerikan itu benar-benar terpampang di koco benggolo. Suara anak-anak yang berteriak ketakutan pun terdengar samar dari cermin itu.

Eyang Wiraguna berhenti sejenak dan memanggil kami.

“Kalian! Ikut denganku?!” teriaknya tertuju kepada kami bertiga.

Aku menoleh ke arah Eyang Kertasukmo, Nyi Purbawengi, dan Nyi Sendang Rangu. Mereka mengangguk memberi isyarat agar kami mengikuti eyang Wirabumi.

***
Read 12 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(