Brii Profile picture
Aug 8, 2021 23 tweets 3 min read Read on X
Sering kali cerita hidup gak sesuai dengan skenario yang kita mau, malah berbelok ke tempat gak menyenangkan. Memaksa kita untuk menelan kesedihan, remuk redam.

Di hari minggu cerah ini, ijinkan gw bercerita pendek drama non horror.

Simak dengan hati, hanya di Briistory.

*** Image
Sekitaran tahun 2008, pada suatu malam minggu gw mengantar Irwan (salah satu teman di Rumah Teteh) dari Bandung menuju Depok, untuk menemui seorang perempuan, namanya Indah.
Awal mula hubungan Irwan dan Indah adalah ketika mereka berkenalan secara gak sengaja di satu mall di Cihampelas, Bandung.

Pada hari perkenalan itu, mereka menyempatkan diri untuk makan dan jalan bareng, berkenalan lebih dari sekadar tahu nama.
Saat itulah Irwan tahu kalau Indah tinggal dan kuliah di Depok, selain itu Indah juga banyak cerita tentang hal-hal lain lagi. Pokoknya, hari itu sangat berkesan buat Irwan, Hari yang indah, bertemu dengan Indah.

***
Setelah perkenalan itu, dan Indah sudah kembali beraktivitas di Depok, selanjutnya mereka intens berkomunikasi lewat telpon atau SMS. Gw lihat sendiri kalau Irwan sering banget telponan dan SMS-an dengan Indah, setiap hari.
Irwan selalu cerita kepada gw dan teman di Rumah Teteh lainnya kalau indah ini cantik, menyenangkan, dan baik banget, karenanya Irwan jadi makin suka. Menurut Irwan juga, sepertinya dia gak bertepuk sebelah tangan, sangat yakin kalau Indah juga suka.
Hingga pada suatu hari, “Brii, anter gw ke Depok, Yuk. Ketemuan sama Indah.”

Irwan bilang begitu sambil dengan cengengesan khasnya.
Gw tentu saja gak bisa ngelak.

Ya sudah, singkat cerita, beberapa minggu setelah perkenalan mereka, akhirnya kami berangkat ke Depok.

Waktu itu dari Bandung jam lima sore, sampai Depok sekitar jam 8 malam.
Sesampainya di Depok, kami menunggu di satu resto di salah satu pusat perbelanjaan, gw lupa nama tempatnya, pokoknya rame banget.
Oh iya, sebelumnya, selama perjalanan dari Bandung Irwan keliatan gugup karena memang sangat menantikan pertemuan ini, deg-degan lah. Gw ngerti itu, namanya juga mau ketemu gebetan idaman, keliatan banget nervous-nya.

***
Sampai akhirnya, sekitar jam 9 lewat sedikit, wajah lelah Irwan berubah jadi berbinar. Pandangannya tiba-tiba menatap ke kejauhan. Melihat itu, gw jadi ikutan melihat ke arah yang sama.

Ternyata, ada ada perempuan cantik yang kelihatan seperti sedang mencari-cari seseorang.
“Indah..!” tiba-tiba Irwan berdiri dari duduknya lalu teriak begitu.

Si perempuan langsung menoleh, kemudian senyum rekah tergambar di wajahnya.

Irwan makin berbinar, senyum terus-terusan.
"Oh, ini yang namanya Indah" begitu pikir gw dalam hati.

Beneran deh, gw setuju kalau Indah memang cantik, wajarlah belakangan Irwan jadi kayak setengah gila.

Semakin kelihatan cantik lagi ketika jarak kami semakin dekat. Gw jadi ikut terpesona.
Tapi, sebentar, ternyata Indah gak sendirian..
“Halooo, Irwan. Hehe, pakabar?” Indah bilang begitu dengan sumringah, ketika sudah sampai di meja tempat gw dan Irwan menunggu.
“Hai, Ndah. Alhamdulillah, baik, hehe. Eh kenalin nih teman kost aku, Brii.” Jawab Irwan.

“Halo, Brii.”

Lalu gw dan Indah bersalaman.

Tapi ya itu tadi, ternyata Indah gak datang sendirian, ada yang menemani, laki-laki.
Beberapa saat kemudian, Indah akhirnya memperkenalkan laki-laki yang sedang berdiri di sebelahnya, “Oh, iya. Kenalin, ini cowokku..”

Damn, jangankan Irwan, gw aja langsung kaget mendengarnya.

“Kok, gini?” pikir gw, dan gw yakin Irwan juga punya pertanyaan yang sama.
Setelah itu, gw gak sanggup untuk semeja dengan mereka, lebih memilih untuk duduk terpisah.

Gw tahu Irwan, gw kenal banget, walaupun dalam hatinya sedih tapi dia akan memaksa diri untuk tetap kelihatan normal dan ramah, tetap berbincang baik dengan Indah dan cowoknya.
Tapi, gak sanggup lagi, beberapa menit menuju jam sepuluh akhirnya gw gak tahan.

“Indah, maaf ya, udah malam, kami harus balik ke Bandung, besok pagi ada acara.” Gw bilang begitu, karena gak tahan lihat penderitaan Irwan.
Singkatnya, gw dan Irwan akhirnya benar pamitan dan balik ke Bandung.

🙁
Begitulah.

Dalam perjalanan pulang, Irwan lebih banyak diam, melamun. Dia patah hati, gw tahu itu, makanya memberi ruang buat dia untuk merasakan proses luluh lantak.
Kemudian, ada satu kebetulan yang cukup mengiris hati, di satu rentang bagian Jalan tol Jakarta-Bandung, tiba-tiba salah satu station Radio memutar Pupus-nya Dewa19.
Reflek, gw langsung berniat untuk memindahkan frekwensi, tapi Irwan melarang, “Jangan, Brii. Biarin aja..”
Ya sudah, remuk redam hati bertemu sound track yang pas, tengah malam itu Pupus-nya Dewa19 memberikan makna pupus yang sebenar-benarnya buat Irwan..

“Baru kusadari, cintaku bertepuk sebelah tangan.
Kau buat remuk seluruh hatiku…”

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

Sep 26
Seperti suara, ada tapi gak terlihat. Susuran ruang dan waktu sering kali gak sesuai capaian akal, atau mungkin kita belum sampai ke tahapan itu.

Raka akan bercerita tentang perjalanannya ke Jogja yang berbelok entah ke mana.

Simak semuanya di sini, hanya di Briistory..

*** Image
Seperti biasa, beberapa belas menit sebelum stasiun Lempuyangan aku terbangun, menghela nafas sebentar berusaha memaksimalkan kesadaran setelah tidur cukup lama.
Di luar gerimis, jendela kereta basah tapi gak terlalu. Atap rumah-rumah yang terlewati kelihatan basah, begitu juga jalanan. Lampu kota gak seterang malam awal, apa lagi ini bukan Jakarta, penerangan seadanya, rumah-rumah hanya menyalakan lampu kecil, banyak juga yang malah nggak ada penerangan, tapi semuanya akan sedikit berubah ketika kereta mulai memasuki Jogjakarta.
Read 94 tweets
Aug 15
(Katanya) Ada banyak lapisan dimensi di alam ini, tapi gak banyak orang yang bisa masuk dan merasakan berada di dalam dimensi lain.

Menurut kamu, apakah Niko sedang menembus antar dimensi ketika tersesat di kaki Gunung Kerinci seperti ceritanya di bawah ini?

Simak di sini, hanya di Briistory.
***Image
Tersesat, aku benar-benar tersesat..

Jarak pandang jadi sangat pendek karena tertutup kabut tebal, jalan setapak yang tidak rata serta licin jadi medan berat yang harus dilalui. Tas ransel besar di punggung makin terasa berat. Udara sangat dingin.

Aku tidak tahu harus melangkah ke mana..
Jalan setapak ini kadang menanjak, kadang menurun, tapi sepertinya lebih banyak menurun jadi sepertinya ini sudah ke arah yang benar, yaitu ke kaki gunung. Syukur-syukur kalau bisa menemui sungai, aku bisa menyusuri arusnya menuju hilir yang sudah pasti ada pemukiman di sana. Tapi, entah sudah berapa jam berjalan tanpa arah seperti ini, aku belum juga menemukan aliran sungai, suara air mengalir pun tidak terdengar, apa lagi pemukiman penduduk, tidak ada sama sekali.
Read 177 tweets
Feb 22
Mungkin penghuni lama hanya ingin berkenalan, menunjukkan eksistensi kepada kita yang baru datang. Tapi sering kali, caranya sangat menguji nyali.

Indra, ingin berbagi pengalaman seram ketika bekerja di pergudangan tua di Cianjur.

Simak di sini, hanya di Briistory..

*** Image
“Emang begini keadaannya, tinggal dibersihin dikit aja udah enak deh, hehe,” kata Kang Ijal, sambil cengengesan.

Buset, ini si udah kayak gudang gak keurus, berantakan banget, akan kerja keras aku membereskannya.
“Nanti, Mas tinggal di sini bareng Pak Rony, dia di kamar depan, sekarang orangnya lagi mudik, biasanya nanti malam atau besok pagi udah balik lagi ke sini,” kata Kang Ijal lagi.

Aku masih terus memperhatikan ruangan yang nantinya akan aku gunakan sebagai kamar tempat tinggal.
Read 108 tweets
Feb 8
Kadang kita disuguhi kejadian seram ketika berkendara melintas malam, tertuang dalam fragmen gelap berbalut kengerian.

Salah satu teman akan berbagi cerita klasik seram ketika melintas di Jalur Purwakarta Bandung pada tahun 1996.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Normalnya, Purwakarta Bandung bisa ditempuh dalam kisaran satu sampai dua jam saja, tapi kalau aku biasanya santai, jadi seringnya sampai dua atau malah tiga jam lebih kalau harus beristirahat makan dulu di satu rumah makan.
Belum terlalu lama aku rutin berkendara sendiri rute Jakarta Bandung, semua berawal dari dua bulan lalu ketika harus berkantor di Jakarta, sementara Istri dan anak-anak tetap tinggal di Bandung.
Read 97 tweets
Dec 7, 2023
Pedalaman Sumatera menyimpan banyak cerita, jejak seram tergelar nyaris di setiap sudutnya.

Salah satu teman akan menceritakan pengalamannya ketika mengalami kejadian mengerikan di perkebunan bambu di dalam hutan Sumatera, simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
“Satu batang lagi, ah”

Aku bergumam sendiri, sambil memandang jalanan di depan yang kosong, gak ada kendaraan sama sekali, hanya gelap tanpa penerangan.

Aku duduk sendirian di depan gubuk kecil pinggir jalan yang letaknya di tengah-tengah antah berantah di belantara Sumatera.
Gak tahu pasti di daerah mana aku berada saat ini, hampir jam dua belas tengah malam, ponselku mati kehabisan baterai, sempurna.
Read 130 tweets
Sep 28, 2023
Panti Asuhan yang terletak di tengah-tengah hutan kecil, banyak cerita dan peristiwa seram di dalamnya. Dalam rentang waktu pertengahan 1990-an, semuanya akan tertuang di series “Panti Asuhan” ini.

Simak di sini, hanya di Briistory..

*** Image
Seperti di tengah-tengah hutan, walaupun terbilang kecil tetapi hutan ini cukup banyak menampung pepohonan, berbagai jenis pohon ada, dari yang kecil sampai yang menjulang tinggi, dari yang jarang sampai yang lebat dedaunan, rumah panti asuhan berdiri hampir di tengah hutan kecil ini. makanya, sepanas apa pun kondisi cuaca, lingkungan panti tetap terasa relatif sejuk dan segar udaranya.
Akan makin terasa suasana hutan di waktu pagi, udara sejuk terbilang dingin di mana embun tebal menghias permukaan lingkungan panti dan sekitarnya, sampai sang embun menghilang terkikis oleh hangatnya sinar mentari.
Read 57 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(