Hampir semua Ulama Muhammadiyah tak butuh pengawalan & perlindungan berlapis. Juga tak butuh pembelaan karena hujatan yg tak suka. Tak butuh influencer agar populer. Juga tak butuh follower untuk menaikkan reputasi
Saya tak tahu harus berkata apa terhadap Prof Haedar Nashir dan Buya Syafi’i ini.
Dua Ulama junjungan di sebuah organisasi besar di dunia. Tak ada Rubicon, Alphard atau mobil mewah lainnya. Cukup kereta api atau mobil Xenia butut yang dikendarai bergantian.
Foto th 2018
Meski menabalkan sebagai organisasi modern sesungguhya tetap konvensional secara generik. Tetap bersahaja, sederhana dan apa adanya. Merawat urunan, silaturahim, dan kajian-kajian sederhana.
Banyak pengamat terkagum2 dg gerakan yg digagas Kiai Ahmad Dahlan ini. Muhammadiyah tetap otentik meski prestasi tak lagi bisa diukur. Pak AR masih jualan bensin eceran & naik motor butut saat menjabat ketua. Buya Syafi’i masih jalan kaki ke masjid depan rumah, naik bus dan antre
Hidup Sederhana itulah Ulama Muhammadiyah
Prof Haedar naik kereta api dan duduk di serambi masjid khusyu mendengar khotbah dari jamaah akar rumput tanpa rasa canggung. Tak ada kisah dramatik atau kisah buih penuh kata dusta. Ulama kami bersahaja.
Cerita Tokoh Muhammadiyah lain adalah,
Rumah di Jalan Silikat yang dihuni Prof Malik Fadjar kerap menjadi jujugan Pak AR Fachruddin, Ketua PP Muhammadiyah saat beliau berkunjung ke Malang.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ketika Sang Pendiri @muhammadiyah Kiai Haji Ahmad Dahlan mengundang Tokoh Komunis untuk bertukar pikiran
Sebuah Utas Mencerahkan
_
Foto: Kweekschool Moehammdijah yang kini menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
Pertentangan ideologi di masa lalu begitu keras, namun hubungan antar pribadi begitu hangat. Salah satu kisah kehangatan tokoh yang berbeda ideologi namun bisa saling bertukar pikiran adalah pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan tokoh komunis Semaun dan Darsono.
Dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id dalam buku "KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun (2018)" karya Imron Mustofa, dituliskan bagi KH. Ahmad Dahlan tak seorang pun boleh merasa puas diri.
Mengapa Jamaah Muhammadiyah banyak yang tidak menggunakan Qunut ? Berikut pembahasannya.
Sebuah Utas Mencerahkan
pict: hanya ilustrasi
Permasalahan Qunut sebenarnya telah dijawab pada keputusan Muktamar Tarjih Wiradesa dan sudah termaktub dalam buku Himpunan Putusan Tarjih hal. 366-367, dan telah dijawab oleh Tim PP. Muhammadiyah Majlis Tarjih dalam buku Tanya Jawab Agama Jilid 2.
Pengertian Qunut secara definitif adalah tunduk pada Allah dengan penuh kebaktian & juga bisa berarti tulul qiyam (طُولُ اْلقِيَامِ) atau berdiri lama untuk membaca & berdoa di dlm solat sesuai dengan yg dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW & ini termasuk ada tuntunannya (masyru’)