OM RASTH Profile picture
Sep 20, 2021 233 tweets >60 min read Read on X
PINDAH RUMAH (kuburan misterius di bawah kamar)

Setelah kepindahan keluarga Rinto ke rumah baru mereka. banyak terjadi hal hal ganjil yang mulai meneror, di mulai dengan Vani si anak bungsu yang sering menghilang di kala senja.
#bacahorror
#bacahoror

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Bagaimana pak, apakah sudah siap semuanya?" Tanya Rinto pada seorang bapak2 yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam

"Sudah pak, keseluruhan rumah sudah di renovasi. Tinggal bagian belakang, pintunya masih perlu perbaikan."

"Kalau masalah pintu,
Bapak tidak usah khawatir. Karena kalau ada waktu senggang saya akan mencoba memperbaiki nya sendiri. Tapi mesin air sumur sudah bagus dan siap di gunakan kan pak?"

"Air, listrik sudah siap semua pak."

"Baguslah kalau begitu, oh iya, rencananya saya dan keluarga akan
Pindah ke rumah itu minggu ini. Jadi kalau bapak tidak sibuk, kami bisa minta sedikit bantuan."

Pak Agus nampak menghela nafas, lalu menatap lekat pada Pak Rinto yang masih sibuk mengetik tugas di laptopnya.
"Apa pak Rinto yakin mau pindah ke rumah itu??" Tanya pak Agus pelan dan terdengar sangat hati2

Rinto menatap pak Agus sambil tersenyum,

"Tentu pak, karena rumah itu sudah menjadi tanggung jawab dan amanah yang harus saya laksanakan dan jaga. Lagi pula
Istri saya akan lebih mudah dan nyaman bila tinggal di sana. Alam pegunungan yang masih asri akan membantu pemulihan istri saya pak." Jawab Rinto

Lagi2 pak Agus menghela nafas,

"Tapi pak Rinto tau kan, kalau rumah itu jauh dari perkotaan. Akan sangat sulit untuk berbelanja
Keperluan rumah. Lagi pula rumah itu sudah sangat lama tidak di tinggali. Tentunya sudah ada sesuatu yang menempati rumah itu." Ujar pak Agus lebih menekan lagi nada bicaranya
"Haha.. Pak Agus ini memang pandai menakut2i. Tapi itu tidak berlaku untuk saya pak. Karena saya tidak percaya dengan hal2 mistis seperti itu."

"Yang tidak bapak lihat bukan berarti mereka tidak ada. Alam kita dan mereka hanya di pisahkan oleh dinding tipis."
Rinto mengangguk masih dengan senyuman di bibirnya.

"Mungkin nanti, saya tidak bisa ikut mengantarkan pak Rinto dan keluarga ke rumah baru. Karena hari sabtu ini saya ada tugas ke luar kota, tapi nanti adik saya ilham yang akan mengantar bapak sekalian bantu beres2."
"Iya pak, tidak apa2. Atas bantuan pak Agus yang merenovasi rumah kami itu, saya ucapkan terima kasih banyak pak. Dan ini sisa yang kemarin." Kata Rinto sembari memberikan amplop putih yang lumayan tebal pada Pak Agus
"Sama2 pak, itu sudah tugas saya pak. Ya maklum lah saya kan mempunyai usaha pertukangan." Ujar pak Agus di sela tawanya yang kaku

"Baiklah pak, kalau begitu saya pamit pulang dulu. Nanti kalau ada apa2, pak Rinto bisa menghubungi saya di nomor biasa." Lanjutnya
Setelah pak Agus pergi, Rinto kembali melanjutkan pekerjaan nya.
Ia benar2 harus segera menyelesaikan semua surat2 kepindahan nya di sela sibuknya bekerja saat itu.
-----
Deva, Rini dan Vani sudah menunggu di halaman. Mobil pengangkut barang2 mereka pun sudah siap sedari tadi.

"Yaahh.." Panggil Deva yang terlihat sudah tak sabar itu

"Sebentar dev.." Jawab Rinto sembari mengunci pintu rumah
"Perjalanan akan memakan waktu lumayan lama. Jadi kalau mau pipis, pipis lah sekarang. Karena kalau sudah di jalan, akan sulit menemui wc umum." Ujar Rinto memandang satu persatu anak2nya
Saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Deva yang saat itu sudah menginjak usia 16 tahun langsung memainkan game di smartphone nya, begitu juga dengan Rini yang sedari tadi sudah sibuk selfie.
Sedangkan Vani nampak asyik melihat lalu lalang kendaraan lain dari dalam kaca mobil.

Setelah 1 jam perjalanan, Deva mulai resah.

"Yah."

"Mmm. Apa dev?" Jawab Rinto tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya pada jalanan
"Rumahnya masih jauhkah?"

"Paling setengah jam lagi Dev. Kenapa? Mau pipis?"

"Gak lah. Cuma pinggangku rasanya sudah kram, kesemutan karena kelamaan duduk." Jawab Deva cepat
Rinto tersenyum, mereka sudah memasuki jalanan berbatu setelah belokan tadi, jalanan beraspal sudah terpotong dan berganti dengan jalanan berbatu penuh debu.
Semakin lama masuk melewati jalan tersebut, mobil mereka semakin lindung dari cahaya matahari yang terhalang oleh rimbun nya pepohonan liar yang tumbuh di kiri kanan jalan.
Suasana di tempat itu membuat Deva, Rini dan Vani mulai ketakutan.
"Kenapa kesan nya kaya angker gitu ya yah?? Dari tadi juga gak ada orang lewat sama sekali." Ujar Rini

"Sinyal juga gak ada." Celoteh Deva yang membuat Rini langsung mengecek smartphone nya
"Ahh.. Jangan2 di rumah yang akan kita tinggali itu juga gak ada sinyal yah??" Tanya Rini

"Ini kan jalanan hutan Rin, jelas tidak ada sinyal. Kalau di rumah yang akan kita tinggali itu ada kok, cuma ya harus keluar rumah dulu kalau mau cari sinyal."
"Hah??? Ayah bercanda kan?? Ahhh.. Aku gak akan bisa hidup tanpa update status." Keluh Rini yang memang memiliki ribuan teman2 online di sosmed nya
"Kakak, itu siapa?" Tanya Vani seraya menunjuk kearah salah satu pohon besar di pinggir jalan

"Kuntilanak kali." Jawab Rini sekena nya

"Mana ada hantu siang2 gini." Ujar Deva

"Yang Vani lihat itu mungkin orang yang lagi nyari jamur atau lagi berburu." Lanjut Deva
Tak lama setelah itu mobil mereka terhenti karena adanya pohon besar yang tumbang menghalangi jalan. Rinto dan sopir2 pengangkut barang mereka keluar.
"Ih. Ada2 aja deh." Gumam Rini dengan nada kesal

Mereka mencoba sebisa mungkin untuk menyingkirkan pohon tersebut, namun segala usaha nampaknya sia2.
"Sepertinya tak bisa di singkirkan secara utuh pak. Harus di potong2 dulu." Ujar ilham yang merupakan saudara dari pak Agus

"Kalau memang begitu, di dalam kotak perkakas saya itu ada gergaji." Jawab Rinto

Lalu mulailah mereka memotong pohon itu dengan alat seadanya.
Deva dan kedua adiknya keluar dari mobil dan duduk di pinggiran jalan beralaskan sendal.

Sementara ibu mereka masih berada di dalam mobil dengan pintu yang terbuka,
Hampir 2 jam lamanya, barulah pohon besar itu berhasil di potong2 dan di buang ke pinggir jalan.

Keringat nampak membanjiri baju2 mereka, lalu setelah beristirahat sejenak mobil2 tersebut kembali melanjutkan perjalanan.
Deva menatap keluar, nampak ada beberapa rumah kecil mirip gubug di pinggir2 jalan. Dan ada beberapa lansia yang sedang duduk sambil menginang (menyirih) menatap lekat pada iring2an mobil tersebut.
"Kok disini cuma ada orang2 tua aja ya?? Gak ada anak kecilnya gitu?" Cetus Rini

"Mungkin aja kan anak2 kecilnya tinggal di desa. Dan di sini tuh kaya semacam kebun nya mereka aja(sambil menunjuk kearah para lansia)." Sahut Deva
Setelah beberapa belokan serta tanjakan dari tempat itu, barulah mereka tiba di rumah yang akan mereka tempati.

Rumah itu memiliki halaman yang sangat luas bahkan berkali2 lipat luasnya jika di bandingkan rumah mereka di kota. Rumah itu terlihat sederhana namun
Sangat indah dan rapi dengan dinding2 kayu ulin yang mahal.

Pelataran depan nya besar, dan setelah mereka masuk kedalam rumah, Deva dan Rini semakin di buat takjub dengan pelataran dapurnya yang sangat luas dengan pagar2 unik mengelilinginya.
Di pelataran dapur itu mereka disuguhkan pemandangan yang indah, pepohonan hijau dan perbukitan yang tiada duanya.

"Waahhh.."

"Pagi2 sambil minum energen coklat hangat mmmm.." Ucap Rini

"Apalagi kalau makan indomie kuah sama telur rebus.. Mmm.." Sahut Deva
"Dev, tolong kelinci sama kucing adikmu di keluarkan dari mobil." Ujar ibunya

"Iya bunda."

Deva berjalan keluar, untuk mengambil kelinci dan kucing peliharaan Vani.
"Sama sekali tak ada tetangga." Gumam Deva

Lalu setelah mengambil kelinci dan kucing persia milik adiknya itu Deva kembali masuk kedalam rumah.
Kucing dan kelinci itu ia letakkan begitu saja di pelataran dapur. Kedua pasang hewan itu seperti enggan untuk berlarian seperti biasa. Bahkan sesekali mengeluarkan suara marah.
"Bunda, kenapa mereka marah2 ?" Tanya Vani

"Mungkin mereka belum terbiasa di rumah baru." Jawab ibunya

Menjelang maghrib semua barang2 sudah selesai di keluarkan, teman2 ilham masih beristirahat di pelataran luar sebelum akhirnya mereka semua kembali pulang.
Hening, itu yang di rasakan keluarga Rinto saat ilham dan teman2 nya pulang. Namun karena rasa lelahnya mereka pun tertidur dengan sangat lelap sekali.
Pagi2 Ibunya sudah bangun dan memasak untuk sarapan.
Telur mata sapi dan semangkok besar indomie kuah terhidang di atas meja makan.

Deva, Rini dan Vani terlihat sudah mulai menyantap sarapan hangat pagi itu.
"Ayah mana bun?" Tanya Vani

"Mungkin di belakang, mengisi bahan bakar genset." Jawab ibunya masih sibuk memberi makanan pada kucing dan kelinci milik vani
"Bunda, hari ini aku mau jalan2 keliling di sekitar sini ya. Biar lebih mengenal lingkungan sini." Ujar Deva

"Boleh, asal hati2 ya dev. Dan jaga kelakuanmu. Jangan merusak dan menganggu yang bukan milikmu." Pesan ibunya
"Oke Bunda.."

Seusai makan, Deva langsung keluar rumah. Sebelum mengayuh sepedanya, terlebih dulu ia memutar musik dari smartphone miliknya.

Jalanan masih di penuhi kabut tipis dan udara masih sangat dingin sekali.
Untungnya Deva menggunakan jaket
Yang lumayan tebal sehingga rasa dingin alam pegunungan itu tidak terlalu terasa menusuk tubuhnya.

Saat ia mengayuh lebih jauh lagi sepedanya, Deva berpapasan dengan seorang laki2 tua yang sedang berjalan sambil membawa pacul.
"Selamat pagi kek." Sapa Deva dengan senyum hangat

Lelaki tua itu menatap Deva dengan lekat tanpa senyum sedikitpun.

"Bajauh !!!! Jangan kamari!!!"
(Pergi !!!! Jangan kemari !!!) Bentaknya membuat Deva kaget setengah mati
"Ya ampun. Ini kakek2 kenapa.?" Gumam Deva sembari mengelus dadanya

"Mati ikam!! Mati ikam!!"
(Mati kamu!! Mati kamu!!)
Teriak kakek itu parau
Deva yang takut kalau2 terkena hantaman pacul milik si kakek langsung menjauh pergi, dan dari kejauhan ia masih bisa melihat kalau si kakek tengah menatapnya dengan tajam.
Jalanan di depan mulai gelap, di tambah lagi dengan kabut yang semakin tebal, membuat Deva terpaksa harus berbalik arah.

Namun ia masih takut kalau si kakek aneh yang mungkin agak kurang waras itu tadi masih menunggunya.
Deva sengaja memperlambat kayuhan sepeda, kadang2 ia berhenti untuk mengambil foto pemandangan sekitar. Dan saat ia sedang asyik melihat dua ekor kadal pohon yang berwarna hijau di pohon pinggir jalan, tiba2 terdengar suara teriakan seorang wanita yang menggema.
Membuat Deva melihat ke sekeliling,

"Riiiinn.. Jangan becanda!!" Teriak Deva yang mengira itu suara teriakan Rini, adiknya.
Namun tak terdengar jawaban sama sekali, lalu dari arah semak sekitaran pohon yang tidak begitu jauh dari tempat Deva berdiri, mulai bergoyang2 seperti ada seseorang di baliknya.
"Gak lucu tau ah!!" Bentak Deva kesal lalu segera menaiki sepedanya

Baru beberapa kayuhan saja terdengar lagi suara teriakan, dan kali ini di ikuti dengan munculnya seorang perempuan berambut panjang yang berlari kencang ke arah Deva.
Deva yang merasa ada seseorang berlari kearahnya pun segera menoleh kebelakang dan..

"Astaga!!" Teriak Deva kaget lalu dengan kecepatan tinggi ia kayuh sepedanya melewati jalanan berbatu tersebut
Saat sudah cukup jauh, Dan Deva merasa kalau perempuan tadi sudah tak mungkin lagi mengejar. Ia pun menghentikan kayuhan sepedanya.

Namun baru saja beberapa kali menghela nafas, dari arah semak di samping Deva berdiri muncul perempuan aneh tadi yang langsung saja
Menyerangnya.

( mohon maaf nih, om mau ngiklan bentaran dulu. Kali aja ada ponakan yang berminat dengan bajakah viral untuk pengobatan segala macam penyakit, atau Madu hutan kalimantan, akar untuk kejantanan juga mengobati sakit pinggang. Dan minyak2
Asli kalimantan nya. Om punya, ada yang buat penglaris usaha, penunduk lawan bicara, bagus untuk ponakan2 yang mungkin sedang ada masalah di tempat kerja. Kalau berminat dan mau tanya2 silahkan menghubungi om rasth melalui DM atau WA 0856 5403 7262. Terima kasih) ImageImage
Deva terjatuh bersama sepedanya dan di tindih oleh perempuan tadi.

Beberapa kali Deva terbatuk karena lehernya yang di cekek oleh perempuan itu.

Deva yang ketakutan, berusaha melawan. Ia menarik rambut panjang si perempuan misterius dengan sekuat tenaganya.
Tapi semakin kuat Deva menarik rambut dari perempuan itu, perempuan tersebut malah membenturkan kepalanya ke kepala Deva.

Beberapa kali Deva berteriak kesakitan, ia terus mencoba melawan dan melepaskan diri dari si perempuan aneh itu, tapi perempuan tersebut sangat kuat
Bahkan terasa berkali2 lipat lebih kuat dari laki2 pada umumnya.

Kepala Deva terasa pening, pandangan nya pun mulai berkunang2. Darah merembes keluar dari lubang hidungnya.
Lalu semuanya perlahan2 menjadi gelap..

Bangun2, Deva sudah berada di rumahnya. Dan terlihat di sana juga ada kakek2 aneh yang tiba2 membentak nya di jalan tadi.
"Ya Tuhan, Deva. Syukurlah kamu sudah siuman. Ayah dan Bunda khawatir melihat keadaanmu tadi Dev." Ucap ibunya

Deva memegang bagian dahinya yang masih terasa sakit.

"Kenapa ada kakek2 gila itu disini Yah?" Tanya Deva
"Huss. Jangan bicara seperti itu dev! Beliau adalah orang yang menolong mu. Tadi saat Rini menyusul mu dia melihat kakek itu tengah mengobati lukamu di tepi jalan. Beliau itu orang baik dev.
Beliau juga yang mengantarmu kemari bersama Rini tadi. Kata beliau, kamu di serang orang gila yang memang sering berkeliaran di daerah itu. Sebelumnya beliau memang sudah mengingatkan kamu dev, tapi kamu yang tak mau dengar."

"Aku gak ngerti bahasanya Bunda." Jawab Deva
Deva memang kurang memahami bahasa daerah, jadi wajar saja kalau dia tak mengerti. Karena dalam keseharian nya di lingkungan yang dulu Deva memang hanya menggunakan bahasa indonesia,
"Kalau gitu aku minta maaf sama kakek itu ya Bunda. Maaf Karena sudah menganggap beliau kurang waras." Ucap Deva di sela2 ringisan nya

"Tangati lah anak buah buhan ikam ni balalahan sampai ka daerah sana tadi tu. Kalu ae kina kaya ini pulang."
(Larang anak2 kalian ini
Jalan2 sampai ke daerah yang di sana itu tadi. Takutnya nanti terjadi seperti ini lagi.)
Ujar si kakek

"Inggih, ulun ucap akan tarima kasih banyak. Pian sudah manulungi anak ulun ni. Jaka kadada pian tadi han tahuam kaya apakah lagi anak ulun ni."
(Iya. Saya ucapkan terima
Kasih banyak. Pada kakek yang sudah menolong anak saya ini, entah apa yang terjadi pada anak saya ini andai kakek tak menolongnya tadi.)
Ucap Rinto
"Sama2. Si anu ngintu sudah rancak banar malukai urang. Ada samalam tu mambawa parang kasana kamari inya tu. Sudah jua disuruhi mangurung nya tapi kada tatahu buhan kaluarganya ni. Ikam lah jaka di kampung ganal tu sudah di bawa urang karumah sakit jiwa. Tapi ya tadi han
Ngalihai. Jadi kita2 yang waras haja lagi yang pintar2 bila inya ada tu bajauh saurang."
(Sama2. Dia itu sudah sering sekali melukai orang. Malah kemarin ke sana kemari membawa parang. Menyuruh agar dia di kurung juga sudah, tapi keluarganya tak mau dengar. Andai kan
Di kampung besar, mungkin sudah di bawa orang ke rumah sakit jiwa dia itu, tapi ya itu tadi, susah. Jadi kita2 yang waras ini saja yang harus pandai2. Kalau dia ada kita yang menjauh.) ujar si kakek
"Apa katanya Bunda?" Tanya Deva pelan

"Lain kali kalau kalian jalan2 terutama nya kamu Dev, jangan sampai ke daerah situ lagi ya. Bahaya tau." Ujar ibunya
----
Seminggu ini Rinto masih di sibukkan dengan urusan2 perpindahan nya. Belum lagi dia harus ke sekolah untuk mengurus pendaftaran. Hari itu Rini, Vani dan ibunya pamit pergi berbelanja ke desa besar yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.
Sementara Deva ia lebih memilih untuk tinggal dan bermain game di rumah pohon yang ada di depan rumah mereka itu. Karena cuma di sanalah sinyal internet lancar.
Sebelum naik ke rumah pohon untuk bermain game online, Deva lebih dulu menyediakan minuman dan beberapa camilan untuknya bersantai.

Hampir setengah jam lebih ia duduk sambil memainkan game kesukaan nya di smartphone itu, tiba2 perutnya terasa mules.
Hingga membuat Deva harus menghentikan permainan game online tersebut.

Ia berlari2 kecil menuju kedalam rumah.
Tanpa menoleh kiri dan kanan ia bergegas masuk kedalam toilet untuk buang hajat.
Setelah selesai, Deva tak langsung ke luar rumah, melainkan lebih dulu masuk kedalam kamarnya, untuk mengambil bantal dan juga obat nyamuk.
Namun saat ia akan keluar dari kamar, entah kenapa pintu kamar nya itu terasa berat seperti ada sesuatu yang menahan nya dari luar.

"Kenapa sih nih pintu?" Gumam Deva masih berusaha membukanya
Beberapa kali Deva menendang pintu tersebut dengan rasa kesal, barulah pintu itu akhirnya terbuka.

"Kenapa ya?" Ujarnya bertanya2 sembari mengecek engsel pintu tersebut
Tiba2 dari arah pelataran dapur terdengar suara gaduh kucing yang sepertinya sedang berkelahi.
Bergegas Deva berlari kearah pelataran dapur untuk memastikan apa yang terjadi.
Dan alangkah kagetnya ia saat melihat kucing persia Vani yang sudah tergeletak bersimbah darah dengan luka mirip cakaran besar yang hampir membuat kepalanya terputus.
"Ya tuhan. Apa2an nih?? Apa jangan2 ini ulah perempuan gila itu??"
Bergegas Deva mengambil cangkul milik ayahnya di gudang yang terletak tepat bersampingan dengan kamar mandi dapur. Lalu berjalan ke luar rumah untuk menggali tanah yang akan ia gunakan mengubur kucing milik Vani.
Kira2 hampir setengah meter dalamnya galian tanah itu, Deva kembali masuk kedalam rumah. Tak lupa ia sobek kain lap yang tergantung pada paku di samping kompor untuk nanti ia gunakan membungkus kucing yang akan ia kubur.
Namun saat ia berada di pelataran dapur tersebut, di sana sudah tidak ada lagi bangkai kucing yang ia lihat sebelumnya. Cuma ada ceceran darah di beberapa tempat yang mengarah ke bawah.
Deva mengerutkan keningnya, mulutnya sedikit ternganga dengan kejadian itu.

Pelan2 Deva melihat ke bawah pelataran yang hanya ada rerumputan dan anak2 pohon liar saja, itupun sama sekali tak ada tanda2 bekas diinjak hewan liar ataupun semacamnya.
"Apalagi ini??" Gumamnya

Dari arah luar terdengar suara sepeda motor milik Ayahnya. Deva langsung berlari keluar rumah dengan wajah yang nampak masih sangat kebingungan.
"Yahh.. Yahh.." Panggil Deva pada ayahnya yang masih mengeluarkan barang2 dari jok motor

"Apa?"

"Kucing, kucing si Vani mati yah. Kepalanya hampir putus, kaya baru di serang hewan buas gitu."

Rinto menoleh dan menatap anak sulungnya itu,

"Maksudmu??"
"Tadi kan aku main game di rumah pohon itu. Nah terus aku mules, setelah selesai dari wc, aku ke kamar buat ambil bantal sama obat nyamuk nah terus setelah itu aku dengar suara kucing kaya lagi berantem gitu, lalu aku lari ke pelataran dapur, dan liat kucing si Vani
Sudah mati dengan keadaan kepala yang hampir putus yah."

"Mm, terus?"

"Terus aku ke gudang buat ambil cangkul, habis itu aku ke luar rumah buat gali kuburan, untuk ngubur kucing si vani. Dan pas aku mau ambil kucing itu tadi, eh, bangkai nya sudah lenyap gitu aja,
Hilang, gak ada di mana2. Sisanya cuma ada ceceran darah aja yah."

"Dan darah itu mengarah ke bawah. Tapi di bawah itu sama sekali gak ada jejak bekas kaki binatang atau apapun. Aneh kan yah."
Rinto menghela nafas, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Ia langsung kearah Pelataran dapur untuk memastikan kebenaran cerita dari Deva.
"Ohh.. Ini pasti ulah monyet dev. Monyet kan bergelantungan dari pohon ke pohon dev, ya mana ada jejak kakinya." Ujar Rinto yang langsung membuat alis Deva mengerut
"Monyet??"

"Gak percaya.? Jangan2 kamu suka bolos lagi dev. Monyet kan termasuk hewan Omnivora. Masa gitu aja kamu gak tau?"

Beberapa kali Deva mengerjab2kan matanya. Yang di bilang ayahnya memang benar.
"Lupa aku yah. Astaga. Iya juga ya. Kan di sini hutan. Tapi.. Aku gak dengar suara monyet tadi yah."

"Ah, sudah. Timbun lagi galian tanah yang kamu cangkul tadi Dev. Dan satu lagi, kamu jangan cerita apa2 dulu sama adikmu, nanti dia nangis. Biar ayah yang coba jelaskan
Sama dia."

Deva mengangguk lalu berjalan keluar rumah.
Sekitar jam 3 sore, ibu dan kedua adiknya sampai di rumah. Deva seger turun dari rumah pohon untuk membantu ibunya membawa barang2 belanjaan yang sangat banyak tersebut.
"Persediaan berapa bulan nih bun?" Tanya Deva seraya tersenyum

"Angkut saja, oh iya itu telur nya hati2 pecah ya Dev."
Setelah selesai membawa masuk semua belanjaan ibunya, Deva duduk di pelataran luar sambil bersiul.

"Kak Dev, kakak ada liat mili gak?" Tanya Vani
Deva menoleh, sambil menggigit bibirnya Deva menggeleng pelan.

"Gak tau, tadi kakak kan di rumah pohon jadi gak tau kucingmu kemana." Jawab Deva
"Miliii.. Mpuusss.." Panggil Vani dengan polosnya
Deva merasa bersalah karena sudah berbohong pada adik bungsunya itu, tapi mau bagaimana lagi, jika ia ceritakan kalau kucing itu sudah mati, pasti Vani akan menangis tak berhenti.
--
Deva masih asyik mandi sambil bernyanyi ketika matahari sudah perlahan2 mulai terbenam,

"Vanii.." Panggil ibunya terdengar sampai kedalam kamar mandi
"Kenapa Bunda??" Tanya Deva sembari membuka pintu kamar mandi

"Kamu ada liat Vani gak? Dari tadi bunda panggil2 adikmu gak di jawab2."

"Loh, bukan nya tadi masih main dekat kurungan kelinci itu pas aku mau mandi." Jawab Deva
"Iya bunda juga tau. Tapi setelah bunda tinggal sebentar buat ambil obat nyamuk tadi Vani sudah gak ada dev."

"Masa sih? Mungkin lagi main kejar2an sama kelincinya kali Bun."
"Bentar ya, aku pakai baju dulu. Habis itu dev cari Vani." Ujar Deva seraya berlari kearah kamarnya

"Van.. Vanii. Jangan ngumpet di waktu senja gini deh van. Pamali tau." Panggil Deva
Cukup lama Deva, Rini dan kedua tuanya mencari2 keberadaan Vani. Tetapi tak kunjung ketemu,

"Gak ada yah." Ujar Deva

"Ya Tuhan.. Coba kita cari di luar rumah Dev, siapa tau Vani keluar mencari kucingnya." Kata Rinto
Setelah Deva dan ayah nya keluar rumah dengan hanya berbekal senter, Rini masih berusaha menenangkan ibunya yang sudah menangis sesenggukan itu.
"Bunda nya jangan nangis dong, Vani pasti ketemu kok." Ucap Rini bergetar

Sementara di luar, Deva dan ayahnya berpencar untuk mencari Vani. Sekelebat bayangan berwarna hitam tersorot senter yang di pegang oleh Deva.
Karena takut kalau bayangan tersebut adalah perempuan gila yang menyerangnya waktu itu, perlahan2 Deva berjalan mundur dan bersiap2 jika sewaktu2 ada yang menyerang.
"Gimana Dev?" Tanya Ayahnya mengagetkan Deva

Deva menghela nafas lega,

"Gak ada yah." Jawabnya kemudian

Keduanya berjalan pelan menuju rumah dengan raut wajah penuh ke khawatiran.
Di dalam rumah, Rini yang masuk kedalam kamar untuk mengambil lotion anti nyamuk itu di buat kaget dengan keberadaan Vani yang sedang bermain sendirian di dalam kamar.
"Bundaaaaaa...." Teriak Rini

Mendengar teriakan Rini, ibunya bergegas lari kearah kamar. Di susul oleh Deva dan ayahnya.
Mereka semua nampak kaget sekaligus senang saat melihat Vani.

"Kemana saja kamu van. Kami khawatir nyariin kamu nak." Ucap ibunya seraya memeluk tubuh mungil Vani
Namun saat tangan ibunya menyentuh tubuh Vani, ada banyak sekali lendir berbau busuk yang menempel di bagian punggung belakangnya.
Bingung melihat lendir menjijikan itu, ibunya bergantian menatap kearah Deva, Rini dan suaminya berdiri, dari tatapan itu seakan2 ia bertanya tentang apa yang terjadi pada Vani.
"Vani, kamu dari mana aja dek? Kok tubuhmu ada lendirnya gini?" Tanya Deva pelan

Vani menghentikan permainan nya, lalu menatap Deva sambil tersenyum.
"Aku gak kemana2 kok kak. Dari tadi aku disini, seru deh main sama tante cantik." Jawab Vani yang membuat Rini dan Deva melotot

"Tapii.."

"Dev, sudah. Lebih baik kalian berdua duluan ke meja makan gih." Tegur Ayahnya dengan cepat memotong perkataan Deva
Selesai memandikan dan membersihkan Vani dari lendir2 berbau busuk itu, mereka pun mulai menyantap makan malamnya.

Seusai makan, Deva berjalan kearah tv. Ia mencari2 kaset vcd film ular raksasa yang belum sempat ia tonton.
"Serem juga ya, kalau ular kaya gitu beneran ada di dunia nyata." Ujar Rini yang baru saja duduk di dekat Deva

"Ya ada lah, apalagi di hutan2 dan rawa2 pasti ada ular kaya gitu."

"Amit2 deh ketemu sama yang kaya gituan. Ular kecil aja aku takut, apalagi ular segede
Pohon kelapa gitu. Sekali ketemu langsung hap, di jadiin camilan."ujar Rini sembari bergidik

"Malam2 gini sambil nonton enak nih kayanya minum coklat hangat. Mau sekalian di buatin gak Dev?"
"Boleh tuh. Kan jarang2 seleb facebook bikinin minuman." Sahut Deva berkelakar

Setelah Rini pergi ke dapur, Deva melanjutkan nonton film ular yang sedang menayangkan beberapa orang yang berjalan menyeberangi rawa2, dan terlihat di sekitar mereka ada seekor ular besar
Yang sedang berenang menunggu waktu yang pas untuk menyantap orang2 tersebut.

Saat adegan memperlihatkan seorang laki2 paling belakang yang di tarik oleh ular itu, tiba2 suara Rini mengagetkan Deva.
"Kamu percaya kalau mereka itu ada?" Tanya Rini yang tepat berdiri di belakang tempat duduk Deva

"Astaga ! Ngagetin aja kamu Rin. Untung gak jantungan aku." Ujar Deva sembari mengelus dadanya, Rini menatap ke layar tv tanpa berkedip, lalu mengulang kembali kata2 yang sama.
"Kamu percaya kalau mereka itu ada?"

"Ya percaya. Kan di internet juga banyak penampakan2 ular raksasa kaya gitu." Jawab Deva sedikit agak kesal dengan pertanyaan Rini
"Mereka yang seperti itu?" Tanya Rini seraya menunjuk ke arah tv yang tiba2 saja menampilkan gambar sesosok perempuan memakai gaun putih lusuh yang di penuhi dengan darah.

"Aa.. Mmm.. Oh iya, coklatnya mana? Kan katanya tadi mau bikin coklat hangat." Tanya Deva
Berusaha tenang dan bersikap santai

"Dev.. Tolong kesini bentar." Panggil Rini dari arah dapur yang membuat Deva terkesiap
Nafas nya naik turun, dan perlahan2 menoleh ke arah belakang. Bleepp.. Lampu mati..
Semua nya gelap. Terdengar teriakan ketakutan dari arah dapur yang membuat Deva langsung berlari menghampiri Rini.
"Tenang anak2. Ada sedikit masalah di genset." Ujar Rinto sembari mengarahkan senternya kearah Rini dan Deva

Dan benar saja, tak butuh waktu lama, listrik di rumah mereka kembali menyala.
Rini langsung melepaskan pegangan nya di baju sang kakak.

"Rin, kamu. Dari tadi di dapur?" Tanya Deva pelan

"Kan aku mau bikin coklat hangat. Air panas nya gak ada, makanya aku harus masak air terlebih dulu. Nah pas airnya mau mendidih, aku lupa kalau tadi aku
Lagi bikin masker di kamar, makanya aku panggil kamu biar kamu jagain bentaran air nya Eh, listrik tiba2 mati." Jawab Rini panjang lebar

Deva menelan ludahnya, berkali2 ia mengerjab2kan matanya. Berharap kalau yang ia alami tadi cuma sekedar mimpi.
"Kenapa sih? Tegang banget kaya nya." Tegur Rini

Deva menggeleng pelan, ia enggan menceritakan apa yang baru saja ia alami tadi pada Rini. Deva tak ingin kalau nanti di bilang penakut oleh adik2nya.
"Gimana gak tegang. Orang kamu teriak kenceng banget tadi."

"Hehe.. Ya maaf, kamu kan tau aku takut gelap." Jawab Rini

Meski film masih seru2nya, namun Deva terlihat tak fokus pada setiap adegan di film.
Ia masih memikirkan tentang kejadian aneh sekaligus menakutkan yang baru saja ia alami tadi.

"Kalau filmnya sudah selesai, kalian cepat tidur ya. Karena mulai besok kalian sudah harus masuk sekolah."
Tak seperti biasa, Dev langsung beranjak dari duduk dan berjalan kearah kamarnya.

"Kenapa?" Tanya ayahnya pada Rini

"Gak tau, dari tadi aneh banget." Jawab Rini
Deva masih belum bisa tidur, matanya lekat menatap langit2 kamar.

Tok tok tok.. Terdengar suara ketukan dari lantai yang berada di bawah kasurnya.
"Husss... Husss.." Ujar Deva sembari menggebrak2 lantai dengan kakinya

Hening.. Suara ketukan tadi menghilang.
Deva berpikir kalau ketukan itu hanya merupakan ulah dari hewan liar yang sedang mencari makanan.
Malam semakin larut, perlahan2 Deva mulai memejamkan matanya dan terhanyut dalam buaian mimpi.

Pagi itu Deva dan Rini nampak sibuk,

"Bunda.. Buku tulis ku yang baru kemarin di mana?" Tanya Rini

"Loh, masih belum kamu sediakan Rin?"

"Kemarin aku sudah beli,
Tapi sekarang gak ada lagi bun. Apa bunda yang beresin tas aku yang warna hitam di atas meja itu??"

"Aku yang beresin, tuh ku taruh di atas lemari." Ujar Deva yang masih sibuk dengan tas nya
"Mau bareng gak?? Kalau mau bareng cepetan." Lanjut Deva

"Bentar."

Rinto yang sudah selesai sarapan, sudah bersiap2 berangkat kerja..

"Ayah, bunda. Kami berangkat sekolah dulu ya." Ujar Deva dan Rini bersamaan, lalu bergantian menyalami kedua orang tuanya
Kakak beradik itu beriringan mengayuh sepedanya masing2 menuju ke arah perkampungan.
Jalanan menuju perkampungan itu masih belum beraspal dan banyak sekali batu2 yang kapan saja bisa membuat mereka terjatuh jika kurang fokus.
Beberapa penduduk sekitar terlihat sedang menjemur padi di halaman rumah mereka masing2. Saat Deva dan Rini lewat, mereka menatap keduanya dengan sangat lekat.
"Kamu ngerasa gak tadi, orang2 itu pada liatin kita." Ujar Rini pada Deva saat mereka sudah sampai di dekat sekolah, sekolah itu terlihat kumuh, dan kurang terawat. Bahkan sekolah tersebut tak memiliki pagar.
"Ya maklumlah Rin, kan kita orang baru di sini. Makanya mereka liatin kita kaya gitu. Aku sih gak ambil pusing, orang itu mata2 mereka. Toh kita gak lecet2 juga kan karena di liatin." Jawab Deva
"Iya deh terserah kamu lah." Ujar Rini seraya mempercepat langkahnya menuntun sepeda menuju parkiran

Halaman sekolah itu di genangi air, yang membuat becek jalanan bertanah tersebut. Rini dan Deva berpisah, lalu menuju ke kelas masing2.
Di kelas, rupanya Rini adalah anak yang paling cantik di antara siswi2 lain. Dan mendapatkan perhatian lebih dari wali kelas, Sehingga siswi di sana memasang wajah tidak suka pada Rini, alhasil Rini pun tidak memiliki teman di hari pertama sekolahnya itu.
Berbeda dengan Deva, selain tampan dia juga memang mudah bergaul. Jadi hampir semua murid di kelasnya suka, terutama murid perempuan.

Saat istirahat, Rini cuma duduk seorang diri di depan warung dekat sekolahnya sambil minum teh kotak dan sepotong roti.
"Rin, kenapa sendirian?" Tanya Deva yang langsung menyeruput teh kotak milik Rini

"Ihh. Coba beli sendiri lah Dev." Sungut Rini kesal

"Bagi dikit aja masa gak mau. Pelit amat jadi orang." Ujar Deva
"Mereka kayanya gak suka sama aku. Tau gak aku tuh risih tiap kali siswa2 itu godain aku." Cerita Rini

"Gak apa2 Rin, santai aja. Jangan anggap serius candaan nya mereka. Mungkin itu adalah tanda welcome dari mereka untuk kamu. Lagi2 aku harus bilang, kalau disini dan disekolah
Kita dulu beda. Dan wajarlah kalau cara setiap murid sekolahnya menyambut murid baru berbeda2." Ujar Deva seraya menyisih rambut Rini yang menghalangi matanya
"Gitu ya. Ya udah deh. Aku masuk ke kelas dulu ya dev. Oh iya sama itu, roti dan teh kotaknya tolong bayarin." Kata Rini

Deva melotot menatap adiknya, saat Rini tersenyum Deva menggeleng pelan.
Tapi mau tak mau ia pun membayar roti dan minuman milik adiknya tadi.
Sementara itu di rumah..
Saat ibunya masih beberes rumah, Vani masih asik bermain di dalam kamar. Tak sengaja ibunya yang lewat di depan kamar mendengar suara tawa lain dari dalam.
Otomatis ibunya langsung menerobos masuk ke dalam kamar, takut kalau ada orang lain masuk kedalam rumah tanpa sepengetahuan nya yang dari tadi memang di sibukkan dengan pekerjaan rumah tangga yang tiada habisnya itu.
Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, membuat Vani menatap bingung kearah sang ibu.

"Bunda kenapa?"

"Kamu tadi ngomong sama sama siapa Van?? Soalnya bunda dengar kaya ada suara tawa orang lain di sini."
"Aku gak ngomong sama siapa2 kok bunda. Aku cuma ngomong sama tante cantik. Tante cantik yang tadi ketawa karena aku kentut." Jawab Vani polos
"Bunda mau tanya sama Vani, memangnya tante cantik itu siapa?"

"Tante cantik itu yang tinggal di rumah ini Bunda. Tante cantik baik banget sama Vani."

Alis sang ibu mengerut,

"Gak ada orang lain yang tinggal disini selain kita nak."

"Ada bunda."

"Gak ada."
"Bunda jangan gitu dong. Nanti tante cantik marah loh sama bunda."

Ibunya menghela nafas panjang,

"Oke, kalau memang ada. Coba tunjukin di mana tante cantikmu itu??"

"Itu di belakang bunda." Jawab Vani sembari menunjuk kearah belakang ibunya
Deg.. Angin dingin terasa menyapu pelan tubuhnya saat ia berbalik kebelakang.
Namun tak ada siapapun di belakang selain gambar kartun yang menempel di dinding.
----
"Aku bingung sama anak bungsu mu itu. Dia selalu bilang main sama tante cantik, ketawa sama tante cantik. Apa apalah selalu bilang tante cantik. Sebenarnya tante cantik itu siapa sih?? Apa jangan2 selingkuhanmu.?"
"Astaga. Kok kamu mikirnya gitu. Vani itukan masih kecil, wajar saja kalau mempunyai teman hayalan. Jadi maklumin aja. Cuma kalau memang agak berlebihan, tegur dia pelan2." Jawab Rinto menatap istrinya
----
Sore itu, ketika Deva dan Rini baru sampai di rumah, ia mendapati rumah kosong dengan semua pintu terbuka. Dan ada ceceran darah di mana2. Jantung kedua kakak beradik itu bagai tersetrum melihat keadaan rumah mereka. Terlebih ketika mereka masuk, Vani dan sang ibu sudah
Tidak ada di mana2.

"Mereka kemana Dev??!" Tanya Rini dengan raut wajah khawatir

"Aku gak tau Rin. Aku akan cari mereka berdua di sekitar rumah, kamu tolong segera telpon ayah." Ujar Deva lalu berjalan kearah dapur mengambil pisau untuk berjaga2
"Bundaaaa" Panggil Deva sembari melihat ke segala penjuru halaman

"Bundaaaaa !!!!" Teriaknya lebih keras lagi

Sekitar 200 meter dari rumah, ia melihat ibunya yang sudah terbaring di atas tumbuhan berduri mirip putri malu.
Deva berlari dan langsung memeluk ibunya.

"Bunda kenapa? Ya Tuhan." Ujar Deva panik apalagi ketika ia melihat luka yang cukup besar di bagian dahi sang ibu
Deva sudah berusaha untuk mengangkat tubuh ibunya, namun ia tidak terlalu kuat untuk itu.

Akhirnya ia meletakkan kepala ibunya di atas pangkuan, berharap kalau ibunya cepat sadar.
Tidak lama kemudian perlahan2 ibunya mulai siuman. Deva menghela nafas lega,

"Bunda kenapa?"

"Vani. Vani.. Vaaanniii..." Teriak ibunya histeris
"Bunda tenang dulu. Tarik nafas bunda. Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi sama dev."

"Vani hilang dev, vani hilang." Isak ibunya
"Hilang? Bagaimana bisa bun? Setau dev Vani gak berani keluar rumah sendirian."

"Bunda juga gak tau, saat itu, bunda lagi cuci baju. Terus bunda dengar suara jeritan. Dari kamar. Bunda keluar, dan karena bunda kaget, panik.di tambah lagi kaki bunda masih banyak sabun
Bunda terpeleset dan kepala bunda terbentur kaca. Entah siapa yang menaruh kaca pecah di situ. Setelah itu bunda teringat dengan jeritan dari kamar, bunda pun langsung lari lagi ke kamar, tapi vani sudah gak ada di sana.
Kamar itu sudah kosong dengan mainan2 vani yang berserakan di lantai. Bunda sudah panggil2 vani sudah nyari vani ke seluruh ruangan di rumah itu. Tapi vani gak ada dev. Makanya bunda memutuskan untuk nyari di luar, dan saat bunda sampai disini. Kepala bunda tiba2 pusing.
Sakit, dada bunda rasanya seperti di pukul2, sesak. Kemudian bunda gak ingat apa2 lagi." Cerita ibunya

Deva menghela nafas panjang, raut wajahnya tiba2 berubah.

"Cuaca mulai mendung bun, Dev antar bunda ke rumah dulu, habis itu Dev janji akan nyari Vani sampai ketemu."
"Gak dev, bunda juga mau nyari vani, kita sama2 nyari vani."

"Dengan keadaan bunda yang begini, dev gak ijinin bunda ikut nyari vani. Lagian, kasihan Rini sendirian di rumah bun."
Setelah berhasil membujuk ibunya untuk menunggu di rumah saja. Deva langsung bergegas mencari Vani dengan berbekal sebuah pisau dapur.
Namun hingga menjelang maghrib, Vani belum juga ketemu. Deva berjalan dalam kegelapan dengan sangat hati2 menuju arah rumahnya.
Di dalam keheningan malam di sertai gerimis yang sudah mulai turun, Dev mendengar suara seseorang berbisik padanya.

"Anak itu di bawa. Anak itu di bawa." Ujar suara yang dev dengar itu berulang2
Saat dev menoleh kebelakang, ia melihat perempuan gila yang tempo hari menyerangnya. Dev kaget dan secara refleks mengacungkan pisau yang ia bawa ke arah perempuan itu.
"Hahaha.. Anak itu di bawa. Anak itu di bawa.. Hahaha.." Ujarnya lagi diiringi dengan tawa yang memekik

"Di bawa siapa?? Penjahat?? penculik?? Atau jangan2 kau!!" Ujar Deva geram
"Buat apa aku membawa anak itu. Aku tidak suka makan anak2." Jawabnya membuat Deva semakin emosi

"Kalau kau memang tau siapa yang membawa adikku, lebih baik kau katakan!! Sebelum pisau ini aku gunakan untuk menyakitimu!!" Bentak Deva
"Hahahaha..." Suara tawa si perempuan gila semakin keras dan terdengar menyeramkan

"Di bawah. Di bawah!!" Ujarnya
"Pergiii!!! Pergi kau dari sini!!!!" Teriak Deva yang sudah sangat muak dengan tingkah aneh dari perempuan itu

"Di bawah kamar" Teriak si perempuan gila sebelum pergi
"Dasar gila!" Umpat Deva lalu melanjutkan langkah nya untuk pulang ke rumah

Saat sampai di dekat rumahnya, Deva melihat banyak sekali orang2 yang masing2 membawa obor di tangan mereka.
"Vani sudah ketemu yah??" Tanya Deva

"Belum."

"Mereka siapa yah?" Tanya Deva

"Orang2 kampung. Kebetulan saat ayah pulang tadi, ayah bertemu kakek2 yang menolongmu waktu itu. ayah kehilangan fokus, dan hampir saja menabrak beliau. Untungnya beliau sempat menghindar.
Ayah sudah ceritakan semua yang di ceritakan Rini melalui tlp tadi pada beliau. Dan beliau bilang akan meminta bantuan orang2 kampung untuk mencari Vani. Tapi nihil. Sampai sekarang Vani masih belum bisa di temukan. Ayah malah berpikir kalau vani di culik, tapi entahlah
Ayah tak bisa pastikan itu. Jika sampai besok vani tak juga ketemu maka ayah akan ke kantor polisi, semoga saja berkat bantuan polisi, Vani bisa di temukan."ujar Rinto seraya menepuk pelan bahu Deva
Deva menghela nafas, lalu mengangguk dan kemudian melangkah masuk kedalam rumah.

Saat Deva mandi, sayup2 ia mendengar suara adiknya. Namun ketika Deva fokus mendengarkan nya, suara itu menghilang.
Lalu muncul lagi waktu Deva mulai mengguyur tubuhnya dengan air dan begitu seterusnya sampai2 Deva jadi emosi.

"Vaaaniiiiiiii...." Teriak Deva memanggil nama adiknya tersebut
Hening..
--
Deva merebahkan tubuhnya di kasur, ia ingin menghilangkan sedikit rasa lelahnya itu.

Namun saat matanya mulai terpejam, Deva di kaget kan dengan suara gedoran dari balik lantai yang berada di bawah kasurnya.
Suaranya nyaring dan kuat.

Deva langsung beranjak, ia masih mendengar suara gedoran tersebut, lalu Deva menarik kasurnya menjauhi lantai yang di gedor tadi.
Setelah kasur berikut barang2 di atas nya di pinggirkan. Deva hanya melihat lantai yang sama seperti lantai lin nya di rumah itu. Tapi Dev merasakan ada aura tersendiri yang menariknya untuk mendekati lantai tersebut.
Pelan2 Deva berjongkok, ia menyentuh lantai itu dengan tangan nya,

Brakk brakk braakk.. Lagi2 suara gedoran itu terdengar, namun kali ini di iringi dengan suara bisikan meminta tolong.

Deva pun mulai menempelkan telinganya pada lantai, untuk memastikan apa yang baru saja
Ia dengar.

Suara itu terdengar jauh namun cukup jelas di dengar.
Tanpa pikir panjang, Deva langsung berlari keluar kamar dan menuju kearah gudang, untuk mengambil linggis.
Deva ingin membongkar lantai tersebut, ia ingin memastikan ada apa sebenarnya di bawah lantai itu.
"Ngapain kamu dev??" Tanya ayahnya

"Ada suara gedoran dari bawah lantai kamarku yah. Sudah dari kemarin sebenarnya, tapi baru kali ini aku sampai berniat membongkarnya." Jawab Deva
"Perlukah semua itu kamu lakukan disaat kita masih panik memikirkan adikmu??"

"Aku hanya ingin memastikan ada apa di bawah sana yah. Dan lagi perempuan gila itu tadi mengatakan tentang di bawah kamar. Dan aku rasa inilah yang dia maksud."

"Kata2 orang gila kau dengarkan?
Lalu kata2 ku ini ?!"tanya Rinto sedikit kesal mendengar jawaban anaknya

"Maaf yah, bukan maksud dev melawan ayah, tapi dev mohon biarkan Dev melakukan apa yang ingn dev lakukan, sekali ini aja."
Rinto mendengus kesal,

"Terserah kau saja" Ujarnya sebelum pergi

---
Hampir satu jam lamanya, barulah lantai itu berhasil di bongkar. Namun tidak ada apa2, tapi setelah Deva menghentak2kan ujung linggisnya di atas tanah lantai itu, terasa seperti ada benda keras yang
Beradu dengan linggisnya.
Karena penasaran, Deva langsung menggali tanah tersebut untuk menemukan benda itu menggunakan linggisnya.
Sebuah kotak dari besi yang sudah berkarat menyembul keluar setelah di gali.

Alisnya mengerut, Deva mencoba mengeluarkan kotak itu yang sebagian nya masih terkubur. Nampaknya kotak itu sudah sangat lama terkubur di bawah sana.
Setelah kotak tersebut berhasil di keluarkan, Deva langsung mencoba merusak kunci di kotak itu.

Kunci itu sangat kuat, tapi Deva tak mau menyerah begitu saja. Hingga akhirnya kunci berhasil di rusak. Dan kotak itupun terbuka.
Sebuah keris berkulut (di Lilit) kain kuning yang sudah sangat usang terlihat berada di dalam kotak bersama dengan 7 buah ukiran kecil berbentuk kepala manusia dengan 7 helai rambut di masing kepalanya.
Membuat Deva mengerutkan alisnya. Bingung, tentu saja.

Saat Deva ingin memanggil ayahnya, tiba2 terasa ada sesuatu yang menghipnotisnya, membuat tangan Deva perlahan2 mulai menyentuh keris tersebut.
Kain kuning yang melilit keris itu, perlahan2 ia tanggalkan. Saat kumpang kering di buka, terlihat isi keris itu berwarna kuning keemasan.
Membuat takjub Deva yang memegangnya.

Namun dengan tiba2, Deva merasakan kedua tangan nya seperti terbakar lalu perlahan2 rasa panas itu naik, dan semakin naik hingga ke lengan.
"Rawatlah aku, mandikan aku dengan air kembang 7 rupa yang sudah di campur dengan minyak wangi. Setelah itu tampung tawari aku dengan minyak likat baburih. Dan aku akan selalu ada di saat kau butuhkan." Ujar seorang wanita cantik mengenakan gaun putih yang indah
"Haahh.." Deva menarik nafas, ia kaget sekaligus merasa kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi

"Siapa perempuan itu?" Tanya Deva
"Apakah itu tadi nyata? Atau.." Sesaat Deva nampak terdiam seraya melihat keris yang ada di tangan nya

"Kalau perempuan tadi adalah kau penunggu keris ini, kalau memang benar kau akan ada di setiap aku butuhkan. Tolong bantu aku mencari adikku." Ujar Deva sembari menatap keris
Di tangan nya

Ada suatu energi aneh yang menjalar melalui darahnya, rasanya hangat dan nyata.

Keris itu terlepas dari genggaman Deva dan berdiri dengan sendirinya.
Lalu bergerak ke kiri, ke kanan dan hingga akhirnya terjatuh.
Deva terpana melihat apa yang baru saja terjadi pada keris tersebut. Ia yang memang tidak pernah percaya dengan hal2 mistis, langsung perasaan itu tertepikan dengan kejadian barusan.
Ia baru percaya jika yang gaib benar adanya.

Nafas nya turun naik, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tidak berapa lama kemudian, keris itu bergetar dan mengeluarkan asap tipis. Dari ujungnya terlihat muncul sebuah noda berwarna merah dan kental, seperti darah !
Lagi2 Deva di buat ternganga, kedua matanya melotot seakan tak percaya. Dan tiba2 dari luar terdengar suara teriakan ibunya.

"Vaaaaaniiiii !!!!!"

Deva bergegas lari keluar dari kamar, dan mendapati ibunya sudah memeluk Vani yang sepertinya sudah tak sadarkan.
"Vani." Ujar Deva antara senang, dan takut

"Panggil ayahmu dev, cepat panggil !! Beritahu kalau vani sudah ketemu di dalam kamar dev!! Cepat !!" Ujar ibunya
Deva langsung lari keluar rumah untuk menyusul ayahnya yang sedang mencari Vani kedalam hutan bersama orang2 kampung yang ikut membantu.
Dev lari tanpa memakai alas kaki, duri2 dari tumbuhan liar dan jiga batu melukai telapak kakinya, namun itu tak membuat Dev berhenti berlari. Dari kejauhan ia melihat obor yang ada di mana2 sekitaran hutan. Obor yang di bawa oleh orang2 kampung.
"Ayaaahh... Vani sudah ketemu yah." Teriak Dev terus berlari ke arah ayahnya

Orang2 nampak saling bertatapan, dan berjalan mendekat kearah Deva.
Semua orang mengikuti Deva berjalan menuju rumah.

Vani masih belum sadarkan diri, tubuhnya dipenuhi lendir yang berbau amis dan busuk.
"Di sambunyiakan hantu baranak pinanya kakanak ngini."
(Sepertinya anak ini di sembunyikan kuntilanak.)
Ujar seorang warga kampung

Rinto terdiam, ia masih tak percaya.
"Iya pak, sepertinya memang benar begitu. Karena dulu, di lokasi rumah ini di bangun. ada sebuah pohon besar yang katanya di huni oleh mahluk halus, termasuk kuntilanak
Maklumlah pak, di sini itu dulu bahkan sampai sekarang masih hutan. Tapi karena pemilik tanah tersebut ingin kalau pohon itu di tebang dan di bangun sebuah rumah nyaman buat bersantai, (semacam kaya vila) ya akhirnya di tebang, yang nebang pun bukan orang dari kampung sini
Melainkan dari kota. Beberapa kali percobaan memang selalu gagal. Ada yang mesin pemotong nya patah, ada juga penebang nya kecelakaan kejatuhan ranting besar dan masih banyak lagi kejadian2 anehnya. Tapi entah kenapa hari itu, pohon tersebut yang awalnya susah untuk
Di tumbangkan, malam tumbang dengan sendirinya. Kami tidak tau apa yang di lakukan oleh si pemilik tanah pada pohon itu. Tapi kabar burung yang kami dengar, beliau ada meminta syarat pada orang, untuk menumbangkan pohon itu. Entahlah kami pun tidak tau benar atau tidaknya
Kabar itu."

Rinto tersenyum,

"Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuan bapak2 sekalian yang sudah dengan ikhlas hati menolong saya sekeluarga dalam pencarian ini. Budi baik kalian tak akan pernah saya lupakan." Ucap Rinto
Setelah warga pulang, Deva tergesa2 masuk kedalam kamarnya guna menyimpan keris yang ia temukan terkubur di bawah lantai tadi.
Lalu merapikan kembali lantai2 yang sudah ia bongkar.

"Biarlah kamarku begini dulu, yang penting aku sudah menemukan ini." Gumam Deva
-----
Hari itu, Deva sengaja bolos sekolah untuk mencari 7 macam kembang yang akan ia gunakan memandikan keris yang di temukan nya.
Ia juga sedikit bingung dengan minyak likat baburih yang di maksud oleh perempuan tersebut.

Setelah semua bahan2 yang ia perlukan sudah terkumpul, Deva bergegas pulang kerumahnya sore itu.
Terlihat Vani masih pucat dan diam tak seperti biasa yang selalu aktif dan ceria.

"Hai van." Sapa Deva

"Tante cantik jahat!" Ujar Vani membuat Deva terdiam
"Tante?"

"Iya, dia bawa vani kak. Dia marahin vani. Vani takut, mau pulang tapi gak di bolehin." Isak Vani

"Ssttt.. Jangan nangis lagi. Vani kan sudah aman sekarang. Sudah ada bunda, ayah, kak dev dan juga kak rini. Mulai sekarang vani gak usah takut lagi ya.
Kak dev janji, bakal jagain vani terus."ucap Deva

Vani menyapu air mata dengan kedua tangan mungilnya. Membuat gemas Dev yang melihatnya.
"Kita makan yuk." Ajak Dev seraya menggendong adik kecilnya itu

--------
Sebulan setelah kejadian itu, Dev dan keluarganya sudah tak pernah lagi mengalami kejadian2 aneh, apalagi semenjak keris itu selalu Dev rawat.
"Kak dev, kakak cantik yang selalu ngikutin kakak itu siapa?" Tanya Vani suatu hari

"Kamu bisa liat?" Tanya Deva yang di jawab Vani dengan anggukan

"Itu teman kakak, dia yang jagain kita disini." Ujar Dev kemudian
--------
Tak terasa sudah hampir setahun mereka tinggal di rumah tersebut. Pembukaan jalan untuk pertambangan mulai meramaikan area di sana.
Kini di sekolahnya, Deva di kenal dengan julukan anak dukun. Karena sudah sering ia membantu hal2 aneh disekitarnya termasuk kasus pencurian uang di sekolah itu bisa ia selesaikan dengan mudah dan dengan bantuan perempuan penghuni keris yang dia miliki tentunya.
Tapi Rinto, masih sama seperti dulu, yang tak pernah percaya hal2 gaib, meskipun sudah beberapa kali ia mengalami kejadian aneh di luar nalar.

Sementara Rini, kini sudah di terima oleh teman2 sekelasnya. Dan tahun ini, Vani sudah mulai masuk sekolah.
----SELESAI----

Mohon saweran nya untuk bantu2 ngumpulin dana buat om ke kalteng nyari cerita2 lagi.
Link saweran - saweria.co/donate/Omrasth…
Buat yang mau berdonasi pulsa ini nomornya - 0856 5403 7262

Buat yang sudah nyawer, om ucapkan terima kasih banyak. Saweran kalian buat om tambah semangat nulisnya. Walaupun di sela2 kesibukan. Semoga kita selalu di beri rejeki yang berlimoah dan kesehatan. Aamiin🤲

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 153 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 22
PELET CELANA DALAM

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhorror
#kisahnyata

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Eh sum, bujurankah rumah kosong dihiga wadah ikam tu ada yang mandiami sudah?
(Eh sum, betulkah rumah kosong didekat rumahmu itu sudah ada yang menempati?)" tanya yayah pada isum yang pada saat itu mereka sedang berada
Disebuah rumah yang akan mengadakan acara pernikahan

"Iih pinanya, pang rami kamarian urang bahangkut parabut kasitu. (Sepertinya iya, karena kemarin ramai orang mengangkut barang kerumah itu." jawab isum
Read 149 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(