Anas bin Malik berkata, “Ketika kami selesai mengkuburkan Nabi saw, Fathimah as mendatangiku sambil berkata, ‘Wahai Anas, bagaimana hatimu tega menaburkan tanah ke wajah Rasulullah saw,’ kemudian beliau (Fathimah) menangis dan berkata,
Orang yang pernah mencium turbah Ahmad
layak untuk tidak mencium wewangian sepanjang masa
Aku telah tertimpa musibah bertubi-tubi
Andai di siang hari musibah itu mendera
Niscaya siang menjadi gelap gulita
Syaikh Yusuf as-Syâmi dalam Darru an-Nazim menulis bahwa Siti Fathimah as melantunkan syair duka cita di bawah ini untuk ayahnya:
Katakanlah kepada sosok tertimbun tanah ini
jika engkau dengar teriakan dan panggilanku
“aku tertimpa musibah bertubi-tubi!”
Andai di siang hari musibah itu mendera
niscaya siang menjadi malam gulita
Saat aku dalam lindungan Muhammad
kezaliman tak datangkan rasa takutku
Namun hari ini aku dipaksa tunduk pada si hina,
aku dipaksa takut kepada kezaliman
Sedang pelindungku hanya busanaku
di langit gemintang malam menangis
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan yang benar.
[2:18]
Pandangan seorang Sufi terhadap orang-orang yang menganiaya dirinya,
selalu dalam bingkai pandangan Ilahi.
Aniaya yang dilakukan orang jahat
padanya, akan mengantarkannya berpikir pada kuasa Ilahi, tak kan berpikir
tentang alat yang digunakan si orang jahat itu.
Seperti kata Bayazid Basthami, “Sudah tiga puluh tahun saya bercakap-cakap
dengan Tuhan, dan mendengarkan sesuatu dariNya. Namun orang-orang
menyangka saya berbicara dengan mereka dan mendengarkan mereka.”
Agus adalah tipe orang yang berpikir simple dan cenderung meremehkan teori bahkan tak jarang mencemooh analisa dan segala pernyataan ilmiah dengan menyebutnya ruwet, lebay, sok ilmiah, sok filosofis, tidak aplikatif, tidak praktis dan ucapan-ucapan senada.
Suatu hari setelah menerima gaji awal bulan Agus mengambil keputusan membeli sebuah alat elektronik merek ternama yang belakangan ini diiklankan secara gencar di televisi.
Kisah Bule Australia Masuk Islam karena Maulid Nabi
✍Gus Nadirsyah Hosen
Tanggal 5 Februari 2000, Mr. Ian Cameron Robertson saya bimbing mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid UNE (University of New England).
Ini salah satu peristiwa unik dalam hidup saya bertemu dengan Robo, begitu ia biasa dipanggil.
Robo merupakan kawan lama Mr Ian Lewis (Pak Usman), yang terlebih dahulu memeluk agama Islam dengan menikahi Mbak Ratna Wijayanti (Rina).
Suatu saat Robo berkunjung ke kediaman Pak Usman dan Mbak Rina di Uralla satu kota kecil di dekat Armidale, NSW. Karena merupakan sahabat lama, Robo sudah hafal betul sikap dan sifat Pak Usman dulunya.
Ada seorang pemuda datang menemui salah satu seorang Waliyullah yang hidup fakir miskin.
Pemuda itu bertanya:
"Wahai tuanku, tolong beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa mengetahui bahwa diriku tergolong orang yang beruntung atau orang yang celaka?"
Beliau menjawab:
"Wahai putraku, tanda yang membedakan antara kelompok orang yang beruntung dan orang yang celaka adalah shalawatnya kepada Baginda Nabi SAW."
"Koreksilah dirimu sendiri, jika engkau istiqamah bershalawat kepada Nabi SAW, ketahuilah bahwa engkau tergolong orang yang beruntung di dunia dan akhirat.