[Utas] Kebiasaan Orang-Orang Shaleh Saadah Bani Alawi
Kenapa para Saadah Alawiyin kemana-mana selalu membawa subhah (tasbih) baik dipegang atau di masukkan didalam sakunya?
Kenapa Saadah Alawiyin selalu melazimi minuman kopi di setiap majelisnya baik kopi asli ataupun
yang sudah dicampur dengan susu dan Rempah-rempah lainnya?
Kenapa Saadah Alawiyin gemar sekali berziarah baik kepada Auliya ataupun Orang-orang yang dianggap golongan orang yang Shaleh baik yang hidup maupun yang sudah meninggal?
Ternyata inilah jawabannya.
Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Quthb Al-Irsyad Shohiburrotib) bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan Beliau mengatakan, "Ya Rasulullah berilah aku satu ucapan atau sabdamu yang belum pernah engkau sampaikan kepada para Sahabat,
aku minta khusus buatku langsung dari Engkau Ya Rasulullah."
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
1. Siapa yang memegang tasbih maka dia dicatat sebagai orang yang bertasbih meskipun dia tidak bertasbih.
2. Siapa yang minum kopi (untuk menahan kantuk dari ta'at pada Allah Swt, misal: saat majelis, qiyamullail, dan sebagainya) selama aroma kopi itu masih ada dimulutnya maka malaikat memintakan ampun / beristighfar untuknya.
3. Barang siapa mengunjungi seorang Wali yang masih hidup maupun telah meninggal dunia, maka ibadahnya mengunjungi wali itu lebih baik dari pada ibadah selama 70 tahun sampai tulangnya Putus-putus."
Inilah kenikmatan dari Allah Swt melalui salah satu dzurriyah / keturunan Rasulullah Saw yang mulia kedudukan lahir dan batinnya dihadapan kakek beliau Saw yang Agung Sayyidina Muhammad Saw.
Diriwayatkan dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku." (HR. Imam At-Tirmidzi).
wallahu a'lam.....
Silakan dishare, semoga utas ini bisa menjadi penyejuk kita yang seminggu ini beraktivitas.
[Utas] Menyebut Nama Habib Abu Bakar Assegaf, Mengingatkanku kepada KH. Hasyim Muzadi
Kiai Hasyim, dalam bukunya "Biografi A. Hasyim Muzadi" (Penerbit Keira Publishing) beliau dikenal tokoh yang meneduhkan, dekat dengan siapa saja, bahkan dengan Habib Rizieq Shihab, ia pernah
Ia pernah mengunjungi kediamannya, berbincang dengannya. Kiai Hasyim sebagai sosok yang ramah, tidak melihat tokoh yang ia kunjungi banyak bertolak belakang dengan tokoh-tokoh NU. Baginya, Islam itu luas, dan semuanya perlu dirangkul.
Begitupun Habib Abu Bakar, beliau adalah tokoh NU, tapi kedekatannya dengan pecinta Habib Rizieq Shihab, bisa kita lihat, begitu mesra, dan penuh cinta.
Kita tidak bisa mengatakan Habib Abu Bakar Assegaf adalah FPI hanya karena dekat dengan orang-orang FPI, krena dulu...
Keluar dari Masjid pagi itu, sandal yang dipakai Romo Yai Hamid, raib.
"Ada apa Yai?" tanya seorang jamaah melihat Yai Hamid.
"Sandalku ilang," jawab beliau.
Akhirnya Seorang jamaah datang sambil menghaturkan sandalnya agar dipakai Yai Hamid.
"Alhamdulillah," ucap Yai Hamid. "Ambil sandalmu di Makkah ya!" kata Yai Hamid tersenyum sambil lalu.
Waktu pulang, yang punya sandal mikir, bingung dengan ucapan Yai Hamid.
Belum lama nyampe rumah. Datang seorang tamu minta tolong dicarikan rumah yang di jual.
Belum ada 10 menit tamu pulang, datang tetangga sebelah sambat butuh uang dan berencana menjual rumahnya. "Oh kebetulan barusan ada orang cari rumah," jawab dia.
Jarak setahun pasca didirikannya Nahdlatul Ulama (16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M), yaitu 1927, terdengar musibah besar yang menimpa Kiai Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar Nahdlatul Ulama.
Menantu yang sangat dicintainya telah kembali kembali ke Rahmatullah, Kiai Ma’shum Ali Kwaran. Wajar saja, jika Kiai Hasyim Asy’ari sangat bersedih sebab Pesantren Tebuireng semakin ramai kajian keilmuannya semenjak Kiai Ma’shum Ali bergabung dalam mengajar.
Ialah orang yg menggagas berdirinya Madrasah Salafiyah Syafi’iyah yang menelurkan ribuan ulama pada waktu itu.
Dengan meninggalnya Kiai Ma’shum Ali maka secara otomatis Nyai Khairiyah menjadi janda. Kiai Hasyim Asy’ari tidak ingin putri tertuanya tersebut larus dalam kesedihan,
[Utas]
Di Hadapan Mbah Kholil, Orang Sembuh Tanpa Sadar
Suatu hari, ada seorang keturunan Cina sakit lumpuh, padahal ia sudah dibawa ke Jakarta tepatnya di Betawi, namun belum juga sembuh. Lalu ia mendengar bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit.
Kemudian pergilah ia ke Madura yakni ke Mbah Kholil untuk berobat. Ia dibawa dengan menggunakan tandu oleh 4 orang, tak ketinggalan pula anak dan istrinya ikut mengantar.
Di tengah perjalanan ia bertemu dengan orang Madura yang dibopong karena sakit (kakinya kerobohan pohon).
Lalu mereka sepakat pergi bersama-sama berobat ke Mbah Kholil. Orang Madura berjalan di depan sebagai penunjuk jalan.
Kira-kira jarak kurang dari 20 meter dari rumah Mbah Kholil, muncullah Mbah Kholil dalam rumahnya dengan membawa pedang seraya berkata:
[Utas] Kisah Gus Miek dan Masuk Islamnya Orang Tionghoa
Dulu, ada seorang warga Tionghoa bercerita kepada ayah, "Gus Miek itu luar biasa..." begitu kalimat yang pertamakali ia ucapkan. Kemudian ia melanjutkan ceritanya:
"Saya dulu pernah menderita sakit komplikasi. Semua rumah sakit unggulan di Indonesia angkat tangan. Sampai saya mencoba berobat ke beberapa tempat di luar negri, namun hasilnya sama. Semuanya angkat tangan. Tak sedikit biaya yang saya keluarkan."
"Bahkan saya sudah putus asa, tak tahu lagi mau berobat kemana. Namun, di tengah keputusasaan saya, ada salah seorang tetangga yang menyarankan saya untuk mendatangi orang pinter di Jawa Timur. Antara yakin dan tidak yakin, saya berangkat mencari alamat yang ditujukan,"
JAS HIJAU YG HILANG DI ORDE BARU
TKR pertama, Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya).
Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin.
Fakta, resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin Mayor KH. Iskandar
Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI.
Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai.