[Utas] Diantara pesan guru kami, Gus Baha'uddin Nur Salim, sangat penting bagi kita memiliki dan mengkaji kitab2 fiqih yang ditulis ulama perseratus tahun. Karena fikih itu dinamis, sesuai dengan perkembangan zaman,
dan tidak semua masalah yang muncul hari ini bisa diselesaikan dengan zhohir pendapat atau tulisan Ulama berabad-abad yang lalu, seringkali justru membutuhkan kontekstualisasi, oleh karenanya dalam sebuah Hadits disabdakan bahwa setiap seratus tahun akan ada mujaddid.
Syaikhina KH. Sa'id Abdurrahim, Pengasuh PP. MUS Sarang, pun pernah berpesan kepada kami, jangan sampai meninggalkan kitab2 turats, kitab2 karya ulama salaf terdahulu, tapi kaji juga kitab2 para ulama zaman sekarang, walau bagaimana pun mereka lebih luas pandangan dan
keilmuaannya dari kita dan lebih mampu mengkontekstualisasikan pendapat2 ulama salaf.
Dan Syaikhina KH. Maimoen Zubair pun menulis kitab Al Ulama Al Mujaddidun, diantara tujuannya ya untuk mengenalkan para ulama2 abad ini yang layak diangkat menjadi mujaddid/
pembaharu dan tentunya pendapat2 mereka selayaknya kami jadikan rujukan utama dalam menghadapai problematika zaman now.
Hafizhohumulloh wa hafizho ahlahum wa dzurriyatahum..
________
FB Ahmad Atho
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Di tengah situasi zaman yang bergerak dinamis, menimbulkan banyak galau. Munculnya fitnah dan persoalan yang membelit seseorang, lazimnya setiap orang Islam mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Rais Am Jam'iyyah Ahlith Thariqah Mu'tabarah An-Nadliyah (JATMAN) memberikan pesan-pesan penting agar umat Islam terhindar dari fitnah zaman.
Berikut 5 pesan Maulana Habib Luthfi bin Yahya:
1. Jangan Tinggalkan Teladan Ulama Salafus Shalihin
Dahsyatnya cobaan akhir zaman seharusnya menjadi pecutan bagi kita untuk kembali meneladani akhlak nabi, sahabat, dan ulama salafus salihin.
"Kuncine ngaji al-Quran iku ono telu (Kuncinya ngaji al-Qur’an itu ada tiga):
1) Ojo nyawang sopo gurune (Jangan melihat siapa gurunya),
2) Ora usah isin karo umur (Jangan malu karena umur), dan
3) Suwe waktune (lama waktu tempuhnya)."
***
Begini ulasan selengkapnya:
1. Faktor Pangkat
"Ora gelem ngaji al-Quran mergo pangkat/kedudukan gurune luwih rendah? Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw. iku muride Malaikat Jibril As. ing babakan wacan al-Quran.
Beliau ora isin ngaji al-Quran (musyafahah) marang Malaikat Jibril senajan secara pangkat derajat/kedudukan Malaikat Jibril iku luwih rendah." (Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji al-Quran karena kedudukan guru lebih rendah.
Wong iku iso ketularan karek sepiro senenge. Mbah Kung (KH. Maimoen Zubair), riyen nate ziarah dateng makame Imam Syadzily, bareng ziarah Mbah Kung ketularan, amergi olehe ziarah tenanan, ziarah iku (jusuman wa arwahan) yo awake yo atine.
(Seseorang itu bisa ketularan (Wali Allah) dilihat seberapa besar rasa cintanya. Mbah Maimoen dahulu pernah ziarah ke makam Imam Syadzili, dan saat itu juga Mbah Maimoen ketularan (keshalehan Imam Syadzili), karena saat berziarah begitu khusyuk, ziarah lahir dan batin.)
Imam Syadzily, niku Imam ingkang Kramat, ben tahun berangkat Haji, Imam Syadzily nate dungo nyuwun marang Gusti Allah, supados di paringi sedo nek tanah sek gak tau di gawe maksiat, Imam Syadzily sedo wekdal berangkat ibadah Haji, teng daerah asmane Humaisiroh.
Ini Jawaban Habib Luthfi
Sejarah Wali di Pekalongan
Pada jaman dahuluuu.....
Salah satu wali di Tapanuli Ahmad Syah Jalal (cucu Raja Naser abad India) menikah dengan putri raja Champa (Indocina, Vietnam-Kamboja)
yang kemudian melahirkan Syekh Jamaludin Husen, memiliki 11 anak. Itulah kakek dari wali 9.
Syekh Jamaludin inilah yang melakukan perjalanan -beserta rombongan para ulama yang dari Timur Tengah dan Maroko, hingga sampai ke Indonesia.
Rombongan tersebut disebut sebagai al-Maghrobi (sebutan daerah Maghrib, Maroko). Setelah bertemu di Pasai, Aceh, rombongan tersebut langsung menuju ke pulau Jawa, tepatnya di Semarang. Dari Semarang mereka meneruskan perjalannya ke Trowulan-Mojokerto.
Ada banyak hal yang perlu dikomentari dari pidato-pidato Pak Syakur. Semoga tidak ada yang menyalah pahami panggilan "Pak" ini sebagai penghinaan sebab kata "Buya" pun bermakna "bapak". Tetapi karena waktu yang belum memungkinkan,
saya hanya akan memberi catatan pada fragmen ceramahnya berikut ini yang sebenarnya hanya mengulangi lagu lama para pluralis yang meyakini bahwa semua agama pada akhirnya mengantarkan ke surga.
Ini bagian dari filsafat Perenialisme yang tidak dapat menemukan ruang sedikit pun dalam Islam.
Langsung saja, berikut beberapa point perkataan beliau yang perlu diberi catatan:
"Semua agama buatan Tuhan".
Betul sekali, semua yang ada di dunia adalah buatan Tuhan,