Tiap Desember, isu Kristenisasi; tiap Tahun Baru, isu Yahudinisasi; tiap Februari, isu liberalisasi; tiap September, isu Komunisasi.
Tiap tahun orang2 dibakar, seolah u/ pertamakalinya mereka rasakan.
Kesimpulan:
Orang cepat lupa & emosinya mudah direkayasa
Untuk masyarakat yg mudah lupa & mudah dibakar emosinya, panggung opini (politik) baiknya lebih banyak diarahkan ke debat tatap muka dari pada pidato2.
Kenapa?
Dalam debat, emosi orang banyak dikeluarkan lewat mulut tokoh politik yg wajib mengontrol diri & kalimatnya serat bisa dibantah langsung.
Dalam pidato, emosi tokoh disalurkan lewat mulut massa yg tak terkontrol & makan waktu lama utk bisa dibantah
Dalam forum debat, tokoh elite lah yg harus mengatur emosi & pikiran2nya; dalam forum pidato, rakyat lah yg harus menanggung emosinya (karena tokoh elitenya buang sampah emosinya ke massa)
Masalah di kita adalah tradisi kebanyakan elite kita bukan lahir dr tradisi berdebat (dialog) tapi lahir dari tradisi pidato satu arah (monolog)
Sependek & sepanjang ingatan saya, dalam msyarakat demokratis pun masih bisa orang ditangkap karena pidatonya (yg menghasut kekerasan, misalnya) tp tak ada orang yg ditangkap karena berdebat sepanas apapun (apalagi jika didasari argumen2 yg bagus & kuat)
Tp memang banyak tokoh kita tak lahir dr tradisi debat melainkan tradisi dokrin..Ada kesan bahwa debat itu menakutkan karena wibawanya bisa hilang atau dipermalukan.
Mengumbar sabda secara 1 arah (meskipun kosong isinya) dianggap lebih berwibawa dr adu debat
Tokoh intelektual pun tak sedikit yg enggan berdebat depan publik. Berpidato dianggap lebih sopan dr berdebat. Generasi baru harus keluar dr tradisi ini.
Demokrasi memang bising. Tp bising 2 arah akan meredam bising berjuta mulut yg terhasut pidato 1 arah
Saat pidato hasutan mengotori politik, debat yg akan membersihkannya (masyarakat akan lebih waras krn menyimak debat drpd pidato)
Kuulangi pernyataan lamaku (sisa pilpres lalu):
tunda kekagumanmu pd tokoh yg mahir berpidato sampai kamu melihatnya berdebat..
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Yg belum banyak disadari adalah #Revolusi40 bukan cuma akan mengubah watak & fungsi lembaga2 sosial di sekitarmu tp watak & fungsi alat2 fisik: rumahmu jd pabrikmu, kaca matamu jd sekolah/universitasmu, tubuhmu jd rumah sakitmu, bajumu jd alat musikmu dll
Kebayang kan revolusionernya #Revolusi40 ini...Contoh: kampus itu elitis karena masuknya ketat & mahal tp kaca mataku ini bisa kasih kuliah2 yg keren; RS canggih itu mahal tp tubuhku kini rumah sakitku krn ada nanorobot yg mengoperasi organ2 tubuhku tiap saat
Menikmati patung2 di Museum Vatikan itu mahal krn harus terbang ke Italia tp kini aku ada alat yg bisa mencetak patung2 serupa di rumahku; piano Stein Meyer itu gak bisa kubeli..ah aku lupa..kain ulos ini ada fitur2 yg bisa membunyikan "Canon" sama indahnya
Waktu SD putriku gak suka Matenatika tp kemudian kudatangkan mentor guru filsafat logika u/ belajar berpikir kritis & analitis..Setelah itu dia jd suka Matematika (karena jd suka mencari logika di balik segala fenomena di sekitar).
Sering kuajak diskusi juga
Nah karena pintu masuk utk menyukai Matematika yg dilewati putriku adalah Filsafat Logika, dia jadi lebih suka Matematika Murni. Pun saat belajar Fisika, sukanya Fisika Teori. Jika kamu ingin anakmu menyukai Teknik, sering2 lah ajak dia membongkar alat
Putri saya sepakat u/ mendalami basic science, Fisika. Itupun Fisika Teori atau Matematika Fisika karena kami suka memdiskusikan #Revolusi40 di mana banyak kerja teknis bakal diambil alih robot cerdas.
Tugas manusia memahami logika robot u/ mengendalikannya
Artikel ini ttg komunikasi antarbintang lewat internet kuantum, di mana informasi disimpan dlm partikel cahaya yg dijerat (foton). Nah foton ditembakkan antarbintang. Krn saling berbelit antarfoton yg berjauhan, infonya terkirim cepat nationalgeographic.grid.id/read/132931824…
Karena teknologi maju maka diandaikan alien cerdas berkomunikasi dgn cara ini. Nah manusia (China) tahun ini sukses meringkus 36 "butir" partikel cahaya (foton) yg dgn superkomputer klasik butuh 26 milyar tahun tp dgn komputer kuantum cuma butuh puluhan detik
Tentu laju teknologi informasi kuantum yg diraih China masih jauh u/ setara "alien" yg dibilang periset Imperial College td. Kenapa? Ia butuh penguasaan teknologi pemanfaatan energi antarplanet (Skala Kardashev 2). Kita baru dr 1 planet, bumi (Kardashev 0,75)
Bangsa yg sains dasarnya kuat & teknologi terapannya maju adalah: Inggris, Jerman, Prancis, Rusia & AS (mulai Abad ke 20). Jepang & China kuat di teknologi terapan. Kemajuan selalu dr sana. Warganya berani berimajinasi & berkalkulasi. Bukan berhalusinasi
1 yg kiri adalah anak kandung #Revolusi40 & yg kanan adalah anak kandung Revolusi 2.0. Yg anak kandung #Revolusi40 adalah produk imajinasi, yg anak2 kandung Revolusi 2.0 adalah produk kreasi & (lewat Revolusi 3.0) inovasi komputer.
Beda proses & hasilnya
Yang mau saya katakan adalah, jika ingin jd bangsa pemenang di era #Revolusi40 itu gak cukup dgn berkreasi & berinovasi...tp harus berani berimajinasi...
Jadi krearif & inovatif SUDAH TAK LAGI CUKUP..
Saat kerjaan2 fisik (yg melelahkan), rutin (yg tak mencerdaskan) & berbahaya (mencelakakan) sedikit demi sedikit akan diambilalih robot, maka generasi muda harus belajar kerja2 imajinatif, inovatif & kreatif..
Imajinasi itu membayangkan masalah2 baru yg belum ada & solusi2 baru berbasis sains2 dasar;
Inovasi itu menawarkan solusi2 baru atas masalah2 lama dgn teknologi yg ada;
Kreativitas itu melihat masalah2 lama dgn cara pandang baru yg artistik (berbasis seni)
Utk produktivitas, ketiganya dibutuhkan agar manusia makin manusiawi di era serba mesin cerdas.
Inovasi adalah panggilan zaman utk bangsa kita kini setelah sekian lama kita mewarisi kreativitas artistik leluhur2 kita.
Imajinasi menyusul #HariInovasiIndonesia
Di Forum Romanum dulu titah2 imperium dikeluarkan. Di Roma pak @jokowi akan "dinobatkan" sbg komandan Legiun 20. Bukan u/ buat imperium tp "utk ikut menciptakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi & keadilan sosial" google.com/amp/s/news.det…
Bukan..bukan Colloseum yg legendaris, air mancur Trevi yg romantis atau Piazza di Popolo yg turistis, melainkan Forum Romanum yg kharismatis lah tempat favoritku merenung saat mengunjungi Roma..sang kota abadi
Sudah kebiasaanku sejak SMA aku suka merenung sambil membaca buku di bangunan2 kuno di Yogya & sekitarnya: Candi Borobudur atau Tamansari. Nongkrong sampai sore...sehingga gelap tak memungkinkan aku membaca buku lagi