Kejadian ini berawal Januari tahun 2019 yang lalu.
Namaku Didik umurku 23 tahun, aku anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahku pegawai kereta api, sedangkan ibuku sudah meninggal 4 tahun yang lalu.
Saat ini aku belum bekerja, terasa sangat susah sekali mendapatkan pekerjaan dijaman sekarang ini, sehingga setiap hari hanya di rumah didepan komputer, sekedar browsing atau chatting.
Aku punya tetangga namanya pak Marno dia kerja sebagai kontraktor sangat kaya dikampungku dan
jarang ada dirumah, istrinya tante Sri sangat cantik dengan body yang sangat bagus, sintal dan putih. Buah dadanya sangat besar.
Suatu hari saat rumah sedang sepi iseng2 aku buka situs porno dan menontonnya, karena asyiknya menonton aku tak mendengar ada orang bertamu yang
ternyata tante Sri tetangga sexyku.
Saat aku sedang asyik nonton dan tanganku masuk ke celana memegangi kemaluanku yang memang dari tadi sudah tegang mengacung, tante Sri sudah berada di pintu kamarku melihatku menonton Bokep, entah sudah berapa lama tante Sri berdiri disitu.
”Didik, nonton kok sendirian nanti kerasukan setan loh!!” suara mengejutkanku, segera aku keluarkan tanganku dari balik celana dan segera aku tutup laptopku.
”Eh tante Sri !!” aku pura2 sambil menutupi rasa maluku. “Kenapa dimatiin filmnya?” kata tante Sri semakin membuatku malu.
”ah, enggak kok tante, aku sedang liat2 aja kok ” jawabku ngeles.
”Koleksimu banyak gak mas Didik ?”
”hah, koleksi apaan tante?”
”itu tadi yang barusan mas Didik tonton!!”
“enggak kok tante cuma ada beberapa aja ” jawabku sambil aku perhatikan wajah tante Sri yang sedikit nakal,
turun ke buah dadanya yang besar, dalam hati aku bilang oh Tuhan enak sekali bila bisa ngentot perempuan putih mulus ini.
“Mas Didik ! kok bengong!!
”ah enggak kok tante!!”
“gini aja, bawa laptonya nanti kerumah ya, aku juga pengen nonton, dah lama gak pernah nonton film gituan.
Nanti aku tunggu di balai belakang rumah ya!!.
”iya tante nanti aku bawa kesana” jawabku asal aja.
Pikirku wah ada harapan nih.
“oh ya mas Didik, nanti langsung masuk aja ya pintu pagar dan pintu rumah gak aku kunci ya, soalnya mbok darmi dan anak2 gak ada dirumah semua!”
“iya tante, nanti Didik langsung masuk”
“ya udah ini piring bekas pisang goreng kemaren disimpan dulu !”
“oh ya mas Didik nanti kalo dah masuk pagar sama pintu rumah dikunci aja takut ada maling”
“iya tante”
Tante Sri pergi, aku pandangi lekuk tubuh sexynya sampai menghilang dari
pandanganku.
Aku sedikit heran dan campur senang, melihat kelakukan tante Sri yang mengajakku nonton bareng film bokep koleksiku.
Setelah aku simpan piring dan aku tutup semua pintu rumah, segera aku bergegas ke samping rumah tempat tante Sri tinggal.
Rumah besar dengan halaman
yang luas dan pagar yang tinggi, rumah pak marno suami tante Sri.
Aku coba dorong pagarnya ternyata memang tidak dikunci, sesuai petunjuk tante Sri aku gembok pagar dan aku melangkah menuju pintu rumah, sama sperti pagar pintu juga tidak dikunci.
Kudapati ruang tamu yang lebar,
busyyeeeettt gede amat nih rumah, memang baru sekali ini aku masuk rumah tante Sri sejak direnovasi 3 tahun yang lalu.
Tak lupa aku kunci pintu depan dan segera aku melangkah ke belakang menuju balai (sawung), disana tante Sri sudah menunggu sambil membaca majalah.
“Eh mas Didik, sini kita nontonya disini aja ya” aku disuruh duduk dekat tante Sri.
“iya tante” jawabku agak canggung juga.
“Mas Didik ada berapa film nya?”
“ada 45 buah tante” jawabku agak malu.
“wah banyak juga ya!!”
mulai aku pilih file bokep yang gambarnya paling jernih dan
mulai aku play.
Akhirnya kami berdua menonton bokep, sambil aku lirik tangan tante Sri yang sangat putih, kakinya woooowww putih sekali, sampai aku nelan ludah “Glek,glek” aku lirik napas tante Sri mulai gak teratur jatungnya berdegap kencang sampai buah dada gedenya naik turun.
aku rasa dia mulai terangsang dengan film bokep, tetapi aku gak berani macam2.
Aku sendiri mulai gak karuan pikiranku, kontolku yang tegang dari tadi semakin keras, dan aku rasakan ujungnya sudah keluar dari CDku. Sesekali aku pergoki mata tante Sri melirik bagian selakanganku.
”mas Didik, sering nonton bokep ya ?”
“gak juga tante kalo lagi suntuk aja dari pada gak ada kerjaan” jawabku.
“mas Didik udah pernah melakukannya ”tanya tante Sri. "belum tante!” jawabku, kalo ciuman sih pernah tapi gak sampai ngentot.
“mas Didik belum pernah sama sekali???”
tanya tante Sri dengan sedikit wajah heran.
“Belum” jawabku polos.
“Mas Didik mau coba?” tanya tante Sri menggodaku. “haah, mencoba tante? hmmmss” aku terdiam tidak bisa berbicara.
Mulai tangan tante Sri memegang pahaku, aku hanya bisa diam dan jantungku berdegup sangat kencang,
rasa merinding menjalar ke seluruh badanku.
Tangan tante Sri mulai naik ke pangkal paha, buah dada nya menempel di lenganku terasa sangat empuk.
“mas Didik mau? tante sudah gak tahan nih mas” tante Sri mulai ngaco ngomongnya.
Aku hany mengangguk menyetujui tindakan tante Sri.
Mendapat respon, tangannya mulai membuka kacing celana dan relestingku.
“wooooowww gede banget mas Didik punyamu??? tangannya mulai beraksi mengocok penisku nikmat banget terasa sampai di kepalaku.
“mas Didik tante kulum ya kontolnya?? tanpa menunggu jawaban penisku sudah ada di
dalam mulutnya.
Dijilati dari ujung sampai pangkal, aku lihat memang napsunya gede sekali tante Sri ini. aku hanya diam menikmati service tante Sri, sampai mataku merem melek.
Tanganku dipegang sama tante Sri dan dituntun menuju buah dadanya yang ternyata sudah tidak memakai BH.
kenyal dan keras sekali buah dadanya.
“mas Didik diremas donk nenen tante!!” ohhhhhh . . . . .mas iya betul begitu terussss . . . .yang kencang . . . .” “ouuughhh mas didik . . . enak bangetttt, nikmat bangetttt massss.. ouuughh”
”mas Didik dibuka baju sama celananya biar enak ?”
”iya tante”
Mulai aku lepas baju dan celanaku begitupun tante Sri juga membua pakainnya.
Ooohh tubuh yang mulus dan indah, walaupun punya anak tapi masih seperti gadis.
”mas Didik sini, nenen dulu punya tante, jilatin ya putingnya”. disodorkan buah dada yang ranum itu ke mulutku.
Langsung aku kenyot dan aku jilati sampai tante Sri menggelinjang keenakan seperti orang kesetanan. tangan tante Sri meraih tanganku dan diarahkan ke kemaluannya.
Aku dapati kemaluan yang ditumbuhi bulu tipis jarang2 dan sangat lembut.
Mulai tanganku bereaksi menggosok vaginanya
yang sudah basah oleh lendir tanda memang dia sudah benar2 terangsang.
“ooohhhh mas... terus ooouuugghhhh... ohhhhh yesssss ooooooohhh massss terussss” mulai kata2 gak karuan keluar dari mulutnya.
Kucium bibir tante Sri dibalasnya dengan lumatan bibir yang membuatku terkejut,
lidahnya masuk kerongga mulutku, membuat gairahku memuncak.
“Mas Didik mulut yang bawah juga dicium donk" kepalaku didorong ke vaginanya.
Mulai aku cium vagina itu dengan aromanya yang khas.
Aku lumat bibir vaginanya, lidahku mulai masuk ke liang vagina tante Sri dan aku mainkan.
“Ooouuughhh masss teruuusss oouughh matiii aku ohhh enak banget”
“mas Didik, aku gak tahan masukin kontolmu ke memek tante”.
Aku bangkit dan ku arahkan penisku ke lobang vagina tante Sri yang basah oleh lendir.
Cleeessss terasa hangat saat ujung kontolku menempel bibir vaginanya.
Aku masukan kontolku, cleeeeeb... masuk sepenuhnya ke vagina tante Sri.
”ooouuugghhh mas kontolmu gede banget, terus mas genjottt sampai mati massss”
Ocehan tante Sri tak aku hiraukan, pinggulku mulai ku gerakkan naik turun sehingga kontolku melesak keluar masuk.
Tangan tante Sri
memegang pantatku dan mendorong ke arahnya sehingga kontolku benar2 masuk sampai ke itilnya.
Vaginanya berdenyut kencang seolah menjepit penisku.
“Ooohh mas Didik aku keee keeluarrrrr aooouuhhhh mass”
Aku didekapnya seolah tidak mau dilepaskan, badannya mengejang dan terasa kaku.
Gerakanku hentikan karena aku dipeluknya sangat erat.
“Mas Didik aku keluar ini banyak banget, mas Didik dibawah ya aku di atas” pinta tante Sri.
“iya tante” aku nurut aja kayak bocah kecil.
Aku posisi telentang tante Sri mulai jongkok dan memasukkan batang kontolku ke vaginanya.
“Ooouuugghh tante” bisikku terasa enak sekali saat kontolku masuk memeknya.
Tante Sri pun mulai aksinya seolah naik kuda, pinggulnya naik turun kadang maju mundur. Goyangannya memang benar2 maut, kontolku terasa mau patah.
5 menit kemudian, ”ooouuughhh tante keluar lagi masssss”
Badannya mengejang untuk beberapa saat dan akhirnya lemas dan menyandarkan kepalanya didadaku.
Kamipun beristirahat sebentar.
“Mas Didik hebat juga belum keluar?” kata tante Sri memujiku.
“ah tante gak juga, soalnya Didik takut tante ketahuan suami tante bisa mati aku”. bisikku.
“Tenang mas, suamiku pulangnya minggu depan” jawabnya tersenyum.
“Sekarang giliran mas Didik keluarin ya, pakai posisi dogy style aja ya mas dari belakang”
Aku berdiri dari belakang, langsung aku tancapkan batang kemaluanku yang gede ini ke lubang vaginanya.
“Ooouuggg mas enakkk”
Aku goyangkan maju mundur sampai terasa dikepalaku. Tangan tante Sri memegang pinggiran balai, aku berdiri dibelakangnya sambil menghujamkan senjataku ke kemaluannya. Enak banget pantatnya empuk itu serasa jadi bantalan.
“ooouuggghh tante, pantatmu enak banget dipegang”. kataku.
“Remas yang keras pantatku masss oouugghhh” kata tante Sri.
“Oouuhhhh tantteeee aku mau keluar” kataku.
Dengan sigap tante Sri melepas penisku dari memeknya dan segera memegang penisku sambil dikocok dan di masukkkan mulutnya.
“Ooouughhh tante enakk teruusss yang kerasss“ kataku.
Ooougghhh keluuarrr tannn...
Crooot... croott crooot... 5 kali kontolku mengeluarkan mani di mulut tante Sri sampai mulutnya penuh.
Kemudian di isapnya kontolku, Oooh benar2 enak sekali.
Akupun lemas dan tidur disamping tante Sri.
“Mas Didik enak gak ? Tante berbisik ditelingaku.
“Enak sekali tante?” kataku.
“Nomor HP mas Didik masih yang lama kan ?”
“masih tante ?” jawabku.
“kapan2 kalo masih mau lagi, mas Didik misscall aja ya!!” “Ok tante” jawabku semangat.
Setelah saat itu aku sering berhubungan dengan tante Sri, disaat suaminya pergi keluar kota.
Kadang kalo Tante Sri bener2 terangsang dan ingin ML, tak segan2 dia mengetuk jendela kamarku dan kamipun ngentot sampai pagi hari.
T A M A T
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan 2 orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun.
Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku, suami dan dua orang pembantu yang bekerja membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.
Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri.
Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang di rumah. Bila berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi2 sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku.
Hari2 ku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan,
Perkenalkan nama gue wahyu umur 30, punya istri yang menurut gw cantik dan semok… Gue udah berumah tangga selama 4 tahun dan dikaruniain anak perempuan yang cantik. Maklum keturunan jawa sunda dan betawi.
Bini gue orang nya putih gak kurus. Untuk urusan sex gue terbilang oke2 aja selama ini. Ya karena kehidupan di jakarta yg punya rumah di pinggiran terpaksa main cuman seminggu sekali karena bini orang nya agak agak kecapekan karena doi juga kerja.
Lanjut ke mertua gue.
Mertua gue yang laki saat gue tulis ini berumur 58 tahun (baru aja pensiun) bertubuh kecil dan kurus, sementara mama mertua gue sudah berumur 50 tahun..
Pada awalnya gue yang orang nya emang suka ama orang yg lebih tua dari gue, gue biasa2 aja melihat mama mertua gue.
Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat.
Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nita yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.
Bu.. apa Pak Rivan sudah pulang?
Mungkin sudah, jawab Bu Nita, memandang Reyna dengan wajah penuh selidik, setau Bu Nita hubungan antara Reyna dan
Rivan memang tidak pernah akur, meski sama-sama guru muda yang bersemangat, pemikiran Reyna dan Rivan selalu bersebrangan. Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal.
Memangnya ada apa Bu? lanjut wanita itu, penasaran.
Ohh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal, elak Reyna.
Sesampainya di rumah setelah terbang sana sini di beberapa kota di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil2 bumi lainnya, tubuhku mulai letih dan penat luar biasa.
Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram.
Merasa at home dan ingin segera menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.
Karena penerbangan yang kuambil
adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.
Rini usia 35 tahun profesi karyawati sebuah bank pemerintah.
Istri seorang staff di pemda kota terbesar di daerah jawa timur.
Wanita dari tiga bersaudara bersaudara ini terlihat cantik dan berhijab.
Suaminya Anton dengan usia 38 tahun adalah seorang staff di pemda yang punya kedudukan terjamin di jawa timur. Keluarga muda mapan dalam ekonomi ini terlihat bahagia. Tapi kesibukkan masing2 membuat pasangan ini tak dapat menikmati bulan madu.
Setelah cuti untuk melangsungkan
pernikahan yang bisa terbilang mewah dan besar2an itu, mereka langsung disibukkan dengan kerjaan yang menumpuk selama ditinggal cuti.
8 bulan usia pernikahan mereka lalui bersama dengan lika liku yg berhasil mereka berdua lalui. Tidak adanya kesempatan untuk bulan madu setelah
Memiliki rupa yang cantik tidak selamanya menguntungkan. Memang banyak lelaki yang tertarik, atau mungkin hanya sekedar melirik. Ada kalanya wajah menentukan dalam mendapatkan posisi di suatu pekerjaan.
Atau bahkan wajah dapat dikomersiilkan pula.
Tapi aku tidak pernah mengharapkan wajah yang cantik seperti yang kumiliki saat ini.
Aku juga tidak pernah menghendaki tinggi badan 163 centimeter dengan berat 52 kilogram.
Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B.
Tidak!
Sungguh, semua itu justru membawa bencana bagiku. Bagaimana tidak bencana. Karena postur tubuh dan wajah yang bisa dinilai delapan, aku beberapa kali mengalami percobaan pemerkosaan.
Paling awal ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Aku hampir saja diperkosa