Mendengarkan kisah cinta mereka kusadari bahwa cinta sejati itu memang ada. Segera ini kulupakan kisahku sendiri.
📷Foto studio K.P.H. Poerbonagoro bersama istrinya di Surakarta, 1925
Yangti Heidi adalah seorang bunga tercantik di masa mudanya banyak pemuda yang rela memberikan hati & cintanya pada Yangti, dari yang tampan dan kaya hingga pemuda yang untuk menatap wajah Yangti pun harus mengumpulkan keberaniannya, tetapi Yangti tidak tertarik dengan semua itu.
Hingga pada sebuah pesta dimana yangti hadir, ada seorang pemuda sederhana - jauh dari tampan menghampiri Yangti dan dengan nekatnya mengajak untuk sekedar ngobrol sambil menikmati kopi di sebuah kedai tak jauh dari tempat pesta pada ujung kota.
Yangti mengiyakan tawaran itu dengan harapan bisa segera pamit dari suasana pesta yang tidak disukainya.
.
.
Setibanya di kedai yang lenggang, saat mereka berhadapan, Eyang merasa kelu dan tak mampu membuka percakapan yang memang tak pernah ia siapkan.
Terlebih dengan sikap cuek Yangti yang memang hanya butuh alasan untuk tidak memperpanjang basa basi pada pesta yang mereka hadiri bersama.
Ditengah kebisuan datang seorang pelayan yang bertanya apakah ada pesanan selain kopi yang belum lagi mereka sentuh, "tolong bawakan sejumput garam", walau terheran ia bergegas mengambil dan memberikan garam ke Eyang.
"Kau akan tambahkan garam pada kopimu?" tanya Yangti
"Ini kebiasaan lama bapakku, dimana kami tinggal di pesisir pantai. Saat aku rindu pada bapak dan kampung halamanku selalu ditambahkan garam pada kopi yang akan membawa ingatanku pada mereka" cerita eyang.
Tersentuh atas takjub jawab eyang membuat yangti tertarik untuk mendengar cerita pemuda tak tampan yang mengajaknya berkencan di hingar bingar pesta.
Sebuah awal membawa pada kencan dan cerita panjang pada pertemuan berikutnya dan hingga akhirnya mereka berpacaran, menikah dan beranak cucu.
.
.
Sehari setelah perayaan sederhana ulang tahun emas mereka, eyang memberi sebuah kado perhiasan untuk yangti dengan sebuah surat di dalamnya.
Heidi terkasih,
Selama 50 tahun usia perkawinan, rumah kita berisi kebersamaan terbuka yang ikhlas. Namun aku menyimpan satu rahasia kebohongan yang hari ini harus kusampaikan padamu.
Ingatkah di kedai kopi pertama kita ? Seharusnya gula yang aku minta untuk menambal gugup kuberhadapan denganmu dan bukan garam yang kau lihat dengan wajah heranmu. Tetapi aku tak mau terlihat makin konyol akhirnya kukarang sebuah cerita tentang bapak dan kampungku.
Saat itu aku tak tahu apa yang harus kulakukan dihadapanmu yang begitu cantik dengan kesederhanaan sapuan bedak dan lipstik berbalut gaun merah mudamu, hingga aku tak rela melepaskanmu.
Sepanjang usia hidupku, hanya engkau satu - satunya penghuni ruang hatiku. Hingga disaat kau melihat aku resah karena satu hal, kopi berbubuh garam terasa manis saat kuminum dengan kau yang selalu setia menemani hari indah dan burukku.
"Heidi, percayalah hingga hari akhirku nanti, aku sangat mencintaimu…"
Aku memeluknya saat melihat tetes airmata turun perlahan membasahi wajah yanti yang masih terlihat cantik diusianya.
Sejak saat itu, bahkan aku pun mengikuti yangti saat menengoknya dengan membuat kopi bergaram yang terasa manis, sama rasa dengan Eyang nikmati selama berpuluh tahun menjaga cinta Eyang Hadi dan Yangti Heidi…
.
.
.
✍️NN (Unknown)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Hari ini genap satu tahun saya menjabat sbg Kapolri sejak dilantik Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2021 lalu.
Alhamdulillah saya tlh memulai setapak perubahan utk wujudkan Polri Presisi yg dituangkan dlm buku “Setapak Perubahan: Catatan Pencapaian Satu Tahun Polri Presisi”
Cuit pak Kapolri melalui akun tuiter nya.
"Lah koq…… malah sibuk bikin buku? Mbok kerja jadi Polisi aja ga usah malah pingin jadi penulis buku to?"
Menanam hari ini memang bukan tentang panen sehari kemudian.
Itu kalimat yang dulu sangat sering dia teriakkan.
Bukan dihadapan cecurut pengiba recehan Orde Baru yang berlagak garang, dia berteriak di hadapan ratusan aparat dengan pentungan dan tameng siap digunakan.
Dari jauh, para sniper bersiap menarik pelatuk dan telah membidik target sesuai perintah ditunggu. Hanya dengan satu tarikan jari, tubuh tumbang nyawa melayang menanti nasib para peneriak "LAWAN".
Itu dulu. Itu sering dia lakukan saat harus berdiri dalam garang melawan diktator yang bersembunyi di belakang wajah garang para tentara dan polisi yang dikuasainya selama puluhan tahun.
Bukankah sia-sia belaka bila kita punya rumah tapi setiap ingin masuk rumah kita sendiri, kita harus meminta izin terlebih dahulu pada tetangga?
Sudah gitu, kudu bayar pula.
Bagaimana kalau kondisi kita sebagai bangsa ternyata memang seperti itu?
Kita mengaku telah merdeka sejak 17 Agustus 1945 namun faktanya, tidak sepenuhnya seperti itu. Pada halaman rumah kita sendiri yang berada di Natuna dan Kepulauan Riau,
berlaku aturan bahwa kita wajib minta izin pada tetangga kita Singapura. Pada dua wilayah itu masih dikuasai oleh Singapura dan luar biasanya, penguasaan itu diakui secara internasional.
.
.
Sudah sebulan lebih tiap akhir pekan di pintu kedatangan Schipol Airport itu ada seorang lelaki tua yg berdiri di antara para penjemput penumpang pesawat Garuda yg terbang dari Jakarta.
Matanya selalu tertuju pada setiap penumpang yg keluar dari pintu kedatangan, terutama penumpang perempuan.
Persis di depan pintu keluar itu ada sebuah cafe yg biasa dikunjungi para penjemput sambil menunggu kedatangannya.
Dan jika sudah lelah pak tua itu pesan kopi sebelum pulang.
Seorang mahasiswi cantik yang bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe itu tidak dapat menahan keingintahuannya.
Konon SpaceX perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk dikabarkan akan membangun fasilitas peluncuran di ibu kota negara yang baru, IKN Nusantara.
Hal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa ketika dalam rapat Pansus IKN DPR dengan Pemerintah dan DPD, RI pada Kamis (13/1/2022).
"Serius?"
Serius hanya akan bikin heboh, IYA.
Ketika ramai kebijakan nikel kita ambil, cerita tentang rencana pendirian dan pembangunan pabrik mobil listrik hingga baterainya juga berhasil membuat kita heboh. Elon Musk dengan Teslanya konon dikabarkan akan turut hadir. Faktanya, tidak.
Edy Mulyadi bukan fenomena langka apalagi luar biasa pada dunia perpolitikan kita. Baru menjadi bahan perbincangan publik manakala sebuah peristiwa heboh dibuatnya. Padahal, orang-orang dengan karakter sepertinya,
berlimpah dalam jumlah tumpah ruah sebagai fakta manusia politik di negeri ini.
.
.
Mereka senang berbaju agama. Ada yang benar-benar beragama, ada pula yang mengenakan nya hanya demi kamuflase. Hanya demi meraih posisi politik. Target akhirnya selalu posisi untuk dirinya.