Tiap hari, gue pasti berhadapan dengan kritik dan rejection. Apalagi, kerja di perusahaan start up yang mengharuskan kita untuk productive dan punya ide2 breakthrough.
Gue mau share cara gue berhadapan dengan kritik dan rejection, dengan metode STAR.
A thread.
Gue percaya, mindset kita memandang sebuah kritik/rejection akan menentukan bagaimana kita menyikapinya.
Bayangin coba.. Lagi enak2 present, terus ada orang komen negative soal ide kita.. Pasti rasanya pengen kita colok mata tuh orang.
Untung masih wfh :p
Tapi, setelah dipikir2..
"eh bener juga ya yang dia ngomong"
"actually not bad juga yang dia propose"
"gak salah sih, malahan bagus"
Kadang, ya kita pasti ngerasa gitu juga..
Sebuah kritik/rejection, bisa dilihat sebagai 'attack' atau 'hadiah', itu tergantung dari kitanya..
Kita perlu melatih diri kita untuk bisa merespon, bukan bereaksi. Respond, not react.
Reaksi itu, kita tenggelam sama emosinya dan keadaan.
BT, Marah dll.
Respon itu, kita coba tenang, sabar dan berpikir jernih. Liat2 situasinya dan mengambil cara terbaik buat menyikapi nya.
Untuk bisa merespon, perlu pengendalian diri, pengenalan emosi yang baik agar kita bisa bersikap dengan benar.
Makanya gue suka banget pake framework STAR ketika gue lagi di kritik atau ide gue ditolak.
Jadi gue bisa memberi solusi yang baik, bukan cuma sekedar marah2..
Banyak banget metode untuk bisa merespon dengan baik, tapi gue merasa metode STAR ini yang paling practical.
Ini bukan gue yang ciptain, tapi mentor gue yang ngajarin gue.
Karena elemen2 di dalamnya logical dan bisa berguna sebagai check list untuk kita bisa lakukan..
#1 S - STOP
Ya, Stop. Berhenti.
Kalau kamu lagi kerja, lagi whatsapp, tulis email, buka excel, nulis di kertas. Pokoknya STOP.
Waktu kamu dikritik, kamu musti belajar untuk STOP semua nya yang kamu lakukan.
Berhenti dan fokus dengerin orang yang memberi kritik..
Fokus dengerin apa yang dia coba sampaikan, kata2 yang dikeluarkan, masalah yang dia coba raise, dan sebagainya.
Gak enak? Pastinya. Gue juga masih suka gagal disini.
Tapi, manusia dasarnya itu cuma butuh didengarkan.
Ketika kita fokus, kita bisa mendengar lebih baik.
Hari ini, meeting gue sangat melelahkan karena atasan gue memberikan kritik sama kerjaan tim. Kuping panas banget.
Tapi ya udah, gue melatih diri gue untuk STOP.
Mencoba mendengar, gak kasih komen, diem aja udah dengerin dulu apa yang dia mau.
Jadi gue ngerti konteksnya apa..
#2 T - Think & A - Asses
Nah, di step ini yang perlu kita cermati lebih lanjut. Karena disini yang biasa kita suka bingung apa yang mau dipikirin dan apa yang musti dilakukan.
Kadang jadi suka cari2 siapa yang salah, suka ngerasa bersalah, dan sebagainya.
Dulu waktu gue kuliah, salah satu dosen gue pernah bilang satu prinsip komunikasi yang gue gak pernah lupa.
"Don't just focus on the Medium (How), focus on the Message (What)"
Ini yang jadi mindset gue ketika gue berkomunikasi sama orang.
Coba deh di tengah2 kebingungan itu, kita coba bertanya gini :
"Kenapa dia tajem banget ya ngomongnya?"
"Kok dia bisa ngomong gitu ya?"
"Apa ya yang coba disampaikan?"
dsb.
Coba mengerti dan berempati dari posisi mana kritik itu berasal.
Jangan CUMA fokus ke marah2nya.
Jangan CUMA fokus ke bahasanya.
Jangan CUMA fokus ke ekspresi mukanya.
Coba ngerti dan liat lagi, dari mana orang itu datang.
Makanya penting banget buat STOP. Jadi kamu bisa berempati dan melihat masalahnya lebih jelas.
Susah emang, tapi ini adalah saat dimana gue belajar untuk menjadi dewasa.
Dan, gue belajar untuk gak take something personal. Karena ya, kritik dan rejection itu kadang ke kerjaan nya bukan ke kita secara personal.
Sering gak kita berpikir kaya gini "Aku kayaknya gak layak deh untuk di posisi ini" atau "Aku kok kayaknya bodoh banget ya" ??
Pagi ini, gue mau bahas tentang bias yang namanya Dunning Kruger Effect, atau bahasa gaulnya "Impostor Syndrome"
A thread.
Jadi berdasarkan study dari Professor Dunning & Kruger, ternyata kadang kita itu suka 'overestimate' kemampuan kita padahal mungkin pengetahuan kita belum segitu dalamnya.
Dan ketika kita udah tau banyak hal, kita malah cenderung 'underestimate' kemampuan kita.
Makanya, kadang kita suka mikir ya "Ini orang kok PD banget ya padahal skill nya ya B aja"
Tapi, orang yang pinter and capable di bidangnya, justru rendah hati dan tidak sombong, malahan semangat belajarnya lebih tinggi daripada orang yang biasa aja.
Dalam hidup, kita pasti akan ada waktu untuk "menunggu".
Baik itu kerjaan, uang, pacar, usaha, partner dan lain sebagainya. Terus, bagaimana kita bisa 'menunggu' dengan benar?
3 prinsip yang perlu diingat ketika kita sedang menunggu.
Tapi sebelum itu, jangan lupa bantu untuk RT atau like thread ini. Karena mungkin teman2 di circle kalian bisa membaca dan terbantu dari threat ini. Because Sharing is Caring!
Gue percaya, yang namanya menunggu itu bukan 'pasif', tapi menunggu itu bisa menjadi sesuatu yang 'aktif'.
Justru kadang, ketika kita aktif melakukan sesuatu, kita jadi lupa kita sedang "menunggu", ya gak sih?
Bahkan, aktifitas yang lagi dilakukan bisa jadi goal baru.
Siang ini, gue ada ngobrol sama temen soal gimana fresh graduate bisa give good impression waktu di interview.. Mungkin ini bisa berguna buat temen2 yang lagi cari kerja..
Disclaimer : Ini pandangan gue personal dari sisi user yang interview ya.
Simak
Tapi sebelum itu, jangan lupa bantu untuk RT atau like thread ini. Karena mungkin teman2 di circle kalian bisa membaca dan terbantu dari threat ini. Because Sharing is Caring.
Udah siap belum buat denger?
(Tegang amat kaya mau lomba lari..😆)
Sebelumnya, wajar banget kalau teman2 ngerasa bingung atau gak tau mau ngapain pas lagi interview.
Tegang. Grogi. Salting. Keringetan. Mules.
Gue pun dulu juga ngerasa gitu pas pertama kali interview. Hahaha. Karena ya interview itu ibarat kaya mau dihukum guru/dosen kan? LOL