kalong Profile picture
Feb 20, 2022 1413 tweets >60 min read Read on X
@bacahorror @ukmpengamatan @AgilRSapoetra @diosetta @Wakhidnurrokhim @mwv_mystic “ bang….lu kenapa…?” tanya daru begitu melihat gw menghentikan tarikan pada tali timba, mendapati pertanyaan dari daru, gw kembali mencoba menarik tali timba tersebut
“ kenapa sih bang…” tanya daru kembali, kini seiring pertanyaannya terlihat daru segera bangkit dari kursi pendek tempatnya mencuci pakaian…sepertinya hari yang mulai beranjak gelap membuat daru tidak ingin untuk berlama lama berada di halaman belakang
“ enggak tau nih…seperti ada sesuatu yang tersangkut…” mendengar jawaban gw, daru seperti tidak percaya, dengan perawakan tubuh yang lebih besar....kini daru mengambil alih tali timba yang sedari tadi berada dalam genggaman tangan gw…sepertinya usaha daru ini tidak sia sia,
seiring dengan gerakan tangannya yang menarik tali timba…kini perlahan tali timba tersebut mulai bergerak naik
“ itu apa bang……?” tanya daru, kini pandangannya menatap ke dalam sumur
….blupppp…
Entah benda apa yang terjatuh ke dalam air sumur dan menimbulkan suara yang menggema, tapi yang pasti suara tersebut kini mengantarkan tarikan tali timba yang tengah dilakukan oleh daru terlihat semakin ringan,
hingga akhirnya ketika ember yang berada di ujung tali timba mencapai bibir sumur, gw dan daru hanya bisa saling berpandangan dalam benak tanya
“ lu tadi lihat kan bang…sebenarnya yang tadi tersangkut di ember ini benda apa ya…?” tanya daru sambil memandang ke dalam sumur
Sekelumit perbincangan kecil antara gw dan daru adalah sebuah bentuk ketidaksadaran kami dalam menangkap sebuah sinyal alam yang mencoba memberikan kami sebuah jawaban atas misteri yang menyelimuti tempat tinggal kami…yaa…
sebuah misteri yang akhirnya memberikan kami sebuah pelajaran bahwa ada sisi lain selain sisi kebahagian yang menyelimuti dari sebuah kata warisan.
Jadi kali ini saya akan me-rewrite sebuah cerita dari akunnya mas meta.morfosis dari kaskus. Bagi temen-temen yg mau baca duluan bisa kesini ya kask.us/it0CV
Januari 1984

“ kang…apa enggak sebaiknya kita ngontrak aja….?”
“ kita enggak punya pilihan lain ning…kamu kan tau gaji saya berapa…”
Sepenggal percakapan antara bapak dan ibu tanpa sengaja kini telah tercuri dengar oleh telinga gw dan daru
“ kalian lagi ngapain…? ” suara teguran yang terdengar dari belakang, membuat gw dan daru menolehkan pandangan, kini terlihat kak dira sudah berdiri tepat di belakang dengan ekspresi wajah yang menunjukan penegasan atas pertanyaannya
“ sssstttt….”
“ iya….kalian lagi ngapain….” kini suara kak dira terdengar pelan, gw mengajak kak dira dan daru untuk menuju teras depan
“ yang benar lu nang…?” tanya kak dira begitu mendengar cerita gw
“ iya kak…lu tanya aja tuh daru kalau enggak percaya….” daru menganggukan kepala ketika kak dira menatapnya, sesekai gw memandang ke dalam rumah karena khawatir ada yang mendengarkan perbincangan kami
“ mungkin ibu udah enggak kerasan tinggal di sini…” seiring perkataan yang terlontar dari mulut kak dira, gw memberikan isyarat agar kak dira tidak meneruskan perkataannya, kini terlihat seorang lelaki tua keluar dari dalam rumah,
untuk sesaat lelaki tua tersebut terlihat memperhatikan kami
“ kalian ngapain magrib magrib masih diluar…cepat masuk…” tegur lelaki tua tersebut
“ iya ki…” tanpa memberikan penjelasan, kak dira mengajak gw dan daru memasuki rumah-
Aki darwis…..ya…nama lelaki tua yang telah menegur kami itu, biasa kami panggil dengan panggilan aki darwis, seorang lelaki tua yang merupakan bapak dari bapak kami
“ kalian udah pada sholat….?” tanya bapak begitu melihat kami memasuki rumah, terlihat basah air wudhu telah membasahi wajahnya
“ belum pak…” jawab kami hampir serempak
“ ya udah…ayo pada ambil wudhu…kita sholat berjamaah…” perintah bapak,
kami segera melangkah menuju ke kamar mandi
“ nangg…coba ajak aki untuk sholat berjamaah…” perkataan bapak yang meminta gw untuk memanggil aki, kini mengalihkan langkah kaki gw menuju teras depan
Danang pratama….itulah nama lengkap gw, seorang anak kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari hasil pernikahan seorang pria yang bernama tama pratama dengan seorang wanita yang bernama ningsih, usia gw saat memasuki cerita ini, telah berumur sembilan tahun,
entah sudah di rencanakan atau tidak, jarak usia antara gw dengan kakak dan adik gw semuanya berjarak dua tahun. Bapak bekerja di salah satu perusahaan swasta yang berada di salah satu kota di jawa barat, sedangkan ibu, sebelum ibu menikah dengan bapak,
ibu bekerja di salah satu pabrik yang lokasinya tidak jauh dari tempat bapak bekerja, tapi ketika ibu memutuskan untuk menikah dengan bapak, ibu memilih untuk meninggalkan perkerjaanya
Seiring berjalannya usia pernikahan bapak dan ibu,
keinginan bapak untuk menghidupi keluarganya secara mandiri, belum menampakan hasil secara maksimal, sikap bapak yang terkesan keras kepala dengan pendiriannya, menimbulkan pertentangan dari kedua orang tuanya, hal ini terjadi karena secara finasial….
bapak terlahir dari keluarga yang cukup di bilang mapan, orang tua bapak bisa dikatakan sebagai tuan tanah di kampungnya, beberapa petak sawah serta peternakan yang di miliki oleh orang tua bapak, tidak menggoyahkan semua prinsip kemandirian bapak.....
sebenarnya prinsip yang bapak pegang itu sudah berjalan pada jalur yang benar, sampai dengan saat ini bapak sudah bisa memberikan nafkah kepada keluarga ini…hanya satu hal yang masih menciderai prinsip yang bapak pegang itu…
bapak belum mampu untuk memberikan keluarga yang di tengah nahkodainya ini sebuah rumah pribadi, jadi untuk sekarang ini kami terpaksa tinggal di rumah orang tua bapak yang terkenal akan udaranya yang dingin,
karena desa tempat orang tua bapak ini tidak berada jauh dari salah satu gunung yang berada di jawa barat, sedangkan ibu…ibu terlahir dari keluarga yang jauh dari kata berkecukupan, orang tua ibu telah meninggal dengan meninggalkan utang ke beberapa rentenir,
yang akhirnya membuat rumah orang tuanya itu terpaksa di jual untuk melunasi semua utang utangnya
“ ki…di ajak sholat sama bapak…” ajak gw, tanpa menolehkan wajahnya…aki hanya memberikan isyarat tangan agar gw kembali memasuki rumah, mendapati respon aki yang seperti itu,
gw segera berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu
“ lama bangat nang, mana aki kamu…..?” tanya bapak, terlihat bapak, ibu, kak dira dan daru telah bersiap siap untuk melaksanakan sholat, sebuah sajadah yang berada paling depan terlihat di kosongkan,
sepertinya bapak sengaja menyiapkan sajadah itu untuk aki memimpin sholat, mendapati jawaban gw, bapak hanya menggelengkan kepala
“ sudahlah pak…bapak aja yang memimpin sholat…” ujar ibu sambil memberi isyarat agar gw menggantikan posisi kosong yang bapak tinggalkan
Sejak beberapa bulan belakangan ini, gw dan keluarga sangat merasakan perubahan pada sikap dan tingkah laku aki…..sudah menjadi rahasia umum di keluarga bapak kalau aki adalah seorang pemimpin keluarga yang mempunyai sifat temperamental,
tapi dulu walaupun aki adalah seseorang yang mempunyai sifat temperamen, aki masih mau bercanda tawa dengan gw, kak dira ataupun daru, tapi kini semenjak kondisi kesehatan nini yang mulai menurun, sikap aki berubah menjadi pendiam dan lebih banyak mengurung diri di dalam kamarnya
"kita doakan aja, aki kalian itu suatu saat mau memimpin sholat kita ini….” ucap bapak begitu mengakhiri doanya
“ aamiin….” Jawab kami hampir serempak
“ pak, memangnya aki itu sekarang umurnya udah berapa tahun sih…” tanya kak dira sambil melipat mukena yang telah dilepaskanny
“ 54 tahun…” jawab bapak singkat, terlihat kini bapak membalikan tubuhnya menghadap kami
“ wahhh udah tua juga ya pak….” ujar daru
“ ehh pak, kalau danang boleh tau…sebenarnya aki kalau pagi itu… pergi kemana sih…”
“ entahlah nang…bapak juga enggak tau…” kini terlihat bapak sudah merapihkan sajadah yang di gunakannya, melihat hal itu, kami serempak ikut merapihkan sajadah yang kami gunakan
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, gw dan daru yang semenjak tadi telah selesai mengerjakan tugas pekerjaan rumah, terpaksa harus menunggu kak dira, karena sepertinya kak dira agak kesulitan dengan apa yang tengah di kerjakannya
“ ayo udah malam…besok kan kalian sekolah…” perintah bapak, terlihat bapak kini telah menutup pintu dan jendela
“ iya pak….ini dira baru selesai….” ucap kak dira sambil memasukan buku ke dalam tasnya
Untuk sekedar gambaran, rumah yang kami tempati ini adalah rumah yang cukup besar, mungkin sepertinya dulu aki mempunyai keinginan untuk memiliki anak yang banyak, hal ini bisa terlihat dengan tiga buah kamar besar yang ada di rumah ini,
dan itu diluar dari kamar yang aki dan nini tempati. Sebenarnya dulu, gw…kak dira dan daru, menempati salah satu kamar yang ada di rumah ini, tapi karena daru selalu merasa ketakutan, akhirnya bapak dan ibu mengambil inisiatif untuk menempatkan kami satu kamar dengan mereka
Aroma wangi kemenyan yang terbakar, kini seperti meyeruak memasuki ruangan kamar, gw yang sedari tadi belum bisa untuk memejamkan mata, kini dapat merasakan aroma wangi kemenyan tersebut
“ kang…sebenarnya bapak akang itu bakar kemenyan itu untuk apa ya….dari semenjak kita menikah, banyak hal hal aneh yang di lakukannya….” gw bisa mendengar pertanyaan ibu, diantara pejaman mata yang gw lakukan,
kini terlihat bapak membuka jendela kamar dan memperhatikan keadaan di luar rumah
“ entahlah ning….akang juga bingung….” jawab bapak, kini terlihat bapak telah kembali menutup jendela kamar
“ ohh iya kang…akang masih ingat dengan pertanyaan danang tadi…” bapak menganggukan kepalanya
“ iya…pertanyaan danang itu adalah pertanyaan akang yang belum terjawab sampai sekarang ini, tapi suatu saat…akang yakin akan mendapatkan jawabannya…”
kini terlihat bapak menaiki tempat tidur
Setelah melihat bapak dan ibu kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur, gw kembali merenungi perkataan bapak tadi, sepertinya apa yang gw pertanyakan, sudah menjadi pertanyaan bapak sejak dulu, udara malam yang mulai terasa dingin
kini mulai membuai mata gw untuk terpejam
“ nang…bangun nang….”
Sebuah suara kini telah membangunkan gw dari tidur pulas ini, terlihat ibu mencoba membuka kelopak mata gw yang masih terpejam
“ nang….”
“ iya bu…” ucap gw seraya membuka mata
“ cepat bangun…kakak dan adik kamu sudah rapih tuh…” ujar ibu sambil beranjak keluar dari dalam kamar, mendapati perkataan ibu, gw segera bangkit dari tempat tidur, lalu beranjak menuju ke kamar mandi
“ nyenyak banget sih tidurnya nang…..udah sholat shubuh belum…?” tanya bapak begitu melihat kehadiran gw, terlihat kak dira dan daru tengah menghabiskan nasi goreng yang sepertinya telah di persiapkan oleh ibu
“ udah pak…”
Kini sepiring nasi goreng telah siap untuk menjadi penghangat perut gw di pagi yang masih terasa dingin ini, seperti pagi pagi yang telah berlalu, terlihat aki keluar dari dalam kamarnya, sebuah golok yang tidak terlalu panjang terselip di pinggangnya
“ bah…makan dulu…” ucap ibu begitu melihat aki hendak membuka pintu rumah
“ kalian aja, abah udah makan….ning…jangan lupa lihat lihat emak kamu…” seiring perkataan aki, terlihat kini aki membuka pintu lalu berjalan keluar rumah,
tidak lama berselang terdengar suara mesin mobil yang dinyalakan, dan perlahan suara mesin mobil tersebut terdengar mulai menjauhi rumah
“ aki mau kema…..”
“ nang…makan nasi kamu…” ucap bapak memotong perkataan gw, sepertinya bapak tidak suka mendengar gw mengeluarkan pertanyaan yang sama dengan yang semalam pernah gw tanyakan
“ saya lihat emak dulu…” setelah meletakan gelas yang sedari tadi di pegangnya, bapak berjalan menuju ke kamar nini, tidak seperti biasanya gw melihat bapak cukup lama berada di dalam kamar nini, terlihat beberapa kali ibu mengarahkan pandangannya ke arah kamar nini
“ nang…coba lihat bapak kamu, kalau memang masih lama…kalian berangkat aja duluan…” mendapati perintah ibu, gw segera berjalan menuju ke kamar nini, baru saja gw hendak membuka pintu kamar, gw mendengar percakapan yang bagi gw cukup terasa serius,
keinginan gw untuk membuka pintu kamar, kini terpaksa gw urungkan
“ iya tam…kamu itu memang mempunyai seorang kakak…” suara nini yang terdengar pelan, masih bisa gw dengar menembus pintu kamar
“ kalau memang tama mempunyai kakak…lantas sekarang ada dimana mak…?”
“ hanya bapak kamu yang tau….emak udah tua, emak hanya ingin semuanya ini cepat berakhir…semoga tuhan bisa mengampuni dosa dosa emak di sisa umur ini….”
“ dosa dosa emak…?dosa apa mak…..tama enggak ngerti…”
entah apa maksud dari semua percakapan ini, gw kembali menunggu adanya kelanjutan dari perbincangan ini…tapi setelah gw menunggu beberapa saat, perbincangan antara bapak dan nini kini sudah tidak terdengar lagi
“ nang…!” panggil ibu, sambil memberikan isyarat tangan agar gw menghampirinya
“ kamu lagi apa….ibu suruh lihat bapak…koq kamu malah diam di situ…” seiring perkataan ibu, terlihat bapak keluar dari dalam kamar nini dengan wajah yang murung
“ pak…?” terlihat ibu bisa merasakan perbedaan ekspresi wajah bapak
“ ayo kita berangkat….nanti kita kesiangan, bu…bapak berangkat dulu ya…” ucap bapak yang berbalas ciuman ibu ke tangan bapak, setelah beberapa saat bapak memanaskan motornya,
kini gw, kak dira dan daru segera menaiki motor untuk menuju ke sekolah
lepas satu hari setelah perbincangan antara bapak dan nini, kini bapak agak terlihat murung, ibu yang mengetahui perubahan suasana hati bapak,
telah beberapa kali mencoba bertanya perihal masalah yang sedang bapak hadapi, tapi sepertinya bapak lebih memilih diam dari pada harus menceritakan perbincangannya dengan nini
“ bu….”
“ apa nang…..” jawab ibu disela sela kesibukannya memasak
“ memangnya bapak itu mempunyai kakak ya bu…?” mendengar pertanyaan gw, ibu terlihat sedikit terkejut
“ kakak….?” ucap ibu, mencoba memastikan kalau gw tidak sedang salah bertanya
“ iya bu…kakak…”
“ kamu ini ngomong apa sih nang….kamu kan tau sendiri, bapak kamu itu adalah anak semata wayang di keluarga ini…..” terlihat ibu mengembangkan senyumnya
“ enggak bu…danang dengar sendiri koq…nini yang bilang begitu….” Jelas gw dengan polosnya,
mendengar perkataan gw, ibu seperti terpaku sejenak, entah apa yang salah dengan perkataan gw ini, kini ibu meminta agar gw tidak menceritakan perihal yang gw ketahui itu kepada kak dira ataupun daru.
siapa tau ada yg mau follow akun tiktok saya 😂
tiktok.com/@studiohorrorm…
Kabut pagi yang masih terlihat jelas melalui kaca jendela, seperti menyambut terbukanya pejaman mata gw di pagi hari ini, kini gw rasakan udara dingin yang masuk melalui celah lubang jendela seperti mampu menembus kain sarung yang tengah gw kenakan sebagai selimut,
daru yang masih tertidur di samping gw, sesekali menggeliatkan tubuhnya, sepertinya daru sedang mencari posisi yang nyaman untuk menghilangkan rasa dingin yang di rasakannya
“ ru…bangun, udah pagi…” ucap gw sambil menyingkap kain sarung yang menutupi tubuh daru,
terlihat daru kembali menggeliatkan tubuhnya, tapi untuk kali ini daru sudah membuka pejaman matanya, kini sudah tidak gw lihat lagi keberadaan bapak, ibu ataupun kak dira di kamar ini, melihat hal itu, gw bergegas ke kamar mandi
“ tumben ibu enggak bangunin danang….” ucap gw begitu keluar dari dalam kamar, terlihat ibu sedang menemani kak dira sarapan pagi
“ biar kamu terbiasa….daru mana nang…?” tanya ibu
“ masih pakai baju bu…” jawab gw sambil membuka nasi bungkus yang berada di meja
“ bapak mana bu….?” tanya gw begitu menyadari kalau gw belum bertemu bapak semenjak bangun tidur tadi
“ udah jalan dari pagi tadi nang….nanti kalian berangkat ke sekolah jalan kaki aja…” seiring perkataan ibu, terlihat daru keluar dari dalam kamar,
kini seragam yang dikenakannya sudah terlihat rapih melekat di tubuhnya, setelah menghabiskan sarapan pagi, akhirnya kami pun berangkat ke sekolah
Tanpa terasa hari mulai beranjak siang, kak dira yang rupanya sudah sedari tadi menunggu gw di gerbang sekolah,
kini terlihat menunjukan rasa kesalnya begitu melihat kehadiran gw
“ lama banget sih nang….”
“ maaf kak, tadi gw ke wc dulu…..” jawab gw sambil menarik tangan kak dira untuk segera berjalan pulang
“ daru mana kak….biasanya dia nungguin kita pulang…”
tanya gw sambil menyepak sebuah batu kecil yang ada di jalan
“ udah pulang duluan, tadi di jemput sama ibu….”
Hampir kurang lebih sepuluh menit lamanya gw dan kak dira berjalan menuju rumah, hingga akhirnya ketika tiba di rumah,
gw dan kak dira melihat motor yang biasa digunakan bapak untuk berkerja kini terparkir di halaman rumah
“ assalamualaikum….” ucap gw dan kak dira nyaris bersamaan
“ wa’alaikumsalam…” terlihat jawaban dari ibu, seiring bunyi suara kunci yang terputar.
“ asikkk….bapak ada di rumah ya bu….?” tanya kak dira begitu memasuki rumah,bukannya sebuah jawaban yang kak dira dapat, terlihat ibu memberikan isyarat tangan agar kak dira memelankan suaranya
“ ada apa sih bu…?” tanya gw penasaran
“ sebaiknya kalian ganti baju….terus langsung makan….” ucap ibu menghiraukan pertanyaan gw, kini terlihat ibu memasuki salah satu kamar kosong yang selama ini tidak di tempati, melihat hal itu…gw dan kak dira hanya saling berpandangan
“ ada apa sih kak….”
“ enggak tau….” Jawab kak dira singkat, kini kak dira mengajak gw untuk memasuki kamar, terlihat daru sudah berada di dalam kamar, melihat kehadiran gw dan kak dira…daru mengembangkan senyumnya
“ akhirnya ada teman juga….”
“ lohh, kenapa ngomong gitu ru….” tanya gw sambil berganti baju
“ dari tadi, daru di suruh sama ibu….enggak boleh keluar kamar dulu…” terang daru, kini terlihat daru merebahkan tubuhnya di tempat tidur
“ memang kenapa ru…?” tanya kak dira dengan memelankan suaranya
“ tadi pagi….bapak dan aki bertengkar hebat kak…”
“ hahhh…maksud lu bertengkar hebat gimana ru….?” tanya gw dengan rasa tidak percaya, karena baru kali ini gw mendengar kabar bapak dan aki bertengkar
“ ya bertengkar hebat bang….bahkan tadi bapak sempat di pukul oleh aki sampai terjatuh….beruntung ada nini yang memisahkannya…ibu yang melihat semua itu, cuma bisa menangis aja…”
Terkejut…itu adalah kata yang pantas untuk menggambarkan apa yang gw rasakan ketika mendengar daru menceritakan semua itu, bagaimana mungkin aki bisa melakukan semua itu kepada anaknya sendiri, kecuali ada suatu alasan yang melatar belakanginya
“ memangnya ada apa sih ru, sampai aki semarah itu….?” tanya kak dira
“ tadi saat pulang ke rumah…bapak membawa seorang wanita….” daru menghentikan penjelasannya, kini daru memberikan gerakan tangan yang menggambarkan tentang perut yang membesar
“ hahhh…enggak mungkin…enggak mungkin….” ucap gw menyangkal penjelasan daru, jika memang benar apa yang telah dikatakan oleh daru ini, berarti apa yang telah di lakukan oleh aki kepada bapak adalah suatu tindakan yang benar…entah mengapa yang ada di otak gw sekarang ini…
sosok bapak kini telah menjelma menjadi sebuah sosok penjahat yang telah melakukan kejahatan besar
“ nangggg….lu mau kemana...!!” ucap kak dira sambil mencoba menahan gw keluar dari dalam kamar
“ gw mau tau apa yang sebenarnya terjadi kak….”
“ jangan gila nang….nanti lu bisa kena amuk ibu loh…” terlihat rasa khawatir di wajah kak dira.
“ percaya sama gw kak…” ucap gw sambil menatap wajah kak dira, dan berharap kak dira melepaskan cengkraman tangannya, hingga akhirnya begitu kak dira melepaskan cengkraman tangannya, gw langsung berjalan keluar dari dalam kamar
“ bapak enggak mungkin melakukan itu….” gumam gw begitu keluar dari dalam kamar
Kini secara samar gw mendengar suara perbincangan yang terdengar dari dalam kamar nini yang tertutup rapat, entah apa yang tengah di perbincangkannya,
tapi kalau mendengar nada suara yang terdengar kadang meninggi, bisa gw simpulkan perbincangan ini lebih mengarah ke arah pertengkaran, lama gw terdiam memikirkan cara untuk mengetahui apa isi perbincangan itu, hingga akhirnya gw memutuskan untuk beranjak keluar,
dan mengendap endap menuju jendela kamar nini
“ biar bagaimanapun ceu odah itu keluarga kita juga bah...”
“ dia itu hanya aib keluarga ini….anak abah itu cuma satu….ya kamu ini tam…kalau kamu enggak mengerti dengan apa yang sedang kamu bicarakan, lebih baik kamu diam….atau…”
“ atau apa bah…abah mau memukul tama lagi…atau bahkan lebih dari itu….”
“ ya tuhan kang…kita sekarang udah tua, udah enggak ada lagi yang akan kita kejar di dunia ini….udah cukup…dosa yang kita perbuat udah terlalu banyak…”
kini sepertinya nini mencoba melerai pertengakaran bapak dan aki
“ dosaa…dosaaa….ingat…dengan dosa itu, abah bisa memberi kalian makan….memberi kalian hidup yang nyaman…persetan dengan dosa…, silahkan aja kalau odah memang harus tinggal di rumah ini,
abah enggak perduli….” seiring perkataan aki, terdengar bunyi suara pintu kamar yang terbanting, dan bagi gw suara pintu yang terbanting itu adalah sebuah pertanda agar gw segera menyingkir dari jendela kamar, dan sepertinya pertanda itu memang benar,
kini terlihat aki keluar dari dalam rumah, sejenak aki terdiam di depan sebuah pohon pisang yang ada di depan rumah, kini dengan gerakan yang lumayan cepat, aki mencabut golok dari pinggangnya lalu menyabetkannya ke batang pohon pisang,
hingga batang pisang itu roboh…dan terbelah menjadi dua bagian, setelah puas menyalurkan kemarahannya, terlihat aki beranjak pergi meninggalkan rumah
“ bagaimana nang….?” tanya kak dira begitu melihat gw memasuki kamar, sejenak gw terdiam sambil menghapus keringat
“ wanita itu adalah kakanya bapak….” ucap gw sambil menatap wajah kak dira
“ hahhh…jadi bapak mempunyai kakak…?” belum sempat gw menjawab perkataan kak dira, terlihat gagang pintu yang berputar, kini terlihat bapak memasuki kamar dengan wajah yang tidak menunjukan keceriaan,
sesaat bapak terdiam sambil menatap kami
“ dira…danang..daru…ada yang mau bapak perkenalkan sama kalian…” setenang tenangnya perkataan yang keluar dari mulut bapak, tapi tetap saja tidak bisa menutupi kegelisahan hatinya
“ siapa pak…?” tanya kak dira berpura pura dalam ketidaktahuannya
“ udahhh…ayo keluar…” ujar bapak mengajak kami untuk keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ke kamar kosong, sebuah kamar dimana gw dan kak dira melihat ibu memasukinya, sesampainya di pintu kamar terlihat bapak agak ragu untuk membuka pintu kamar
“ kalian jangan kaget…..” ucap bapak seiring putaran tangannya membuka pintu kamar, sejalan pintu kamar yang telah terbuka, kini gw bisa lihat seorang wanita dengan tubuh kurus terlihat sedang terbaring di atas tempat tidur, perutnya yang terlihat membesar,
memperlihatkan kalau wanita tersebut sedang hamil, sebagian wajahnya yang cacat tertutupi oleh rambutnya, kini terlihat wanita tersebut mulai menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangan matanya,
perlahan wanita tersebut memalingkan wajahnya ke arah kami yang masih berdiri tepat di pintu kamar
“ perkenalkan ini uwa odah….kakak bapak…” sesaat kami terdiam, terlihat daru mencoba menutupi hidungnya karena tidak tahan dengan bau yang keluar dari dalam kamar,
sesaat uwa odah terdiam memandang kami dengan tatapan mata kosong, hingga akhirnya tanpa alasan yang jelas uwa odah kini mulai tertawa
“ uwa kenapa pak…koq seperti orang gila…” tanya daru dengan polosnya,
mendengar perkataan daru bapak hanya bisa terdiam lalu menutup pintu kamar dan menguncinya dari luar
“ andaikan uwa odah memang gila…biar bagaimanapun uwa odah adalah kakak bapak…, bapak mau kalian tetap menghormati dan menyayangi uwa odah….”
terlihat bapak mencoba menahan kesedihan yang dirasakannya
Tepat pukul sepuluh malam terlihat bapak memasuki kamar, diantara pejaman mata yang terpaksa gw lakukan, sepertinya ibu memang sudah menanti kehadiran bapak di dalam kamar, terlihat bapak menaiki tempat tidur,
lalu merebahkan tubuhnya
“ kang….bagaimana ceritanya, akang bisa menemukan ceu odah….?” bapak menarik nafas dalam lalu menghembuskannya
“ jujur aja ning, perkataan danang kemarin malam itu, telah membuat akang teringat kembali dengan kecurigaan akang terhadap abah yang selalu pergi setiap pagi hari…” seiring perkataan bapak, terlihat bapak bangun dari tidurnya, lalu duduk di sisi tempat tidur
“ tadi pagi akang memutuskan untuk mengikuti abah…akang sengaja berangkat pagi…dan bersembunyi menunggu abah pergi dari rumah, begitu melihat mobil abah sudah berjalan di jalan raya…akang mengikutinya dari belakang…cukup jauh juga akang mengikuti…
hingga akhirnya mobil abah menepi di sebuah jalan yang sepi….akang segera menepikan dan menyembunyikan motor…”
“ jalan yang sepi….?” tanya ibu, kini terlihat ibu bangkit dari tidurnya, lalu duduk di atas tempat tidur, sesekali matanya memperhatikan gw, kak dira dan daru
“ iya…jalan di kaki gunung itu….” sejenak bapak terdiam, kini terlihat bapak membuka jendela kamar
“ pada awalnya akang bingung….koq abah menerobos semak belukar, dan melalui jalan yang mungkin enggak pernah di lalui oleh orang lain, ketika sampai pada tempat yang banyak pohon besarnya…akang sempat kehilangan jejak abah….”
“ jadi akang sempat tersasar….?” bapak menganggukan kepalanya, kini terlihat bapak menatap wajah ibu
“ di saat tersasar itu justru akang secara enggak sengaja melihat sebuah gubuk kecil…dan akang yakin…kalau gubuk di tempat tersembunyi seperti itu…
pasti enggak akan pernah di ketahui oleh orang lain…”
“ jadi abah yang membangun gubuk itu….?” sepertinya rasa penasaran ibu telah memuncak, hal ini dapat terlihat dari ekspresi wajahnya
“ entahlah…tapi kemungkinan besar memang abah yg membangun gubuk itu, pada saat itu akang sempat ragu…apakah memang ada abah di gubuk tersebut, sebelum akang ingin memastikannya, terlihat abah keluar dari gubuk dan menutup pintunya dari luar, lalu abah pergi entah kemana…”
“ maksud akang entah kemana itu apa…?”
“ abah memasuki hutan di yang ada di kaki gunung, lalu menghilang di antara pohon pohon besar, di saat itulah akang memutuskan untuk memeriksa gubuk, dan akhirnya menemukan ceu odah ada di dalam gubuk tersebut…..
pada awalnya juga akang enggak tau kalau ceu odah itu kakak akang, tapi melihat kondisinya yang kotor dan sedang hamil, akang memutuskan untuk membawanya….tadinya akang tak…” terlihat bapak tidak meneruskan perkataannya,
aroma wangi kemenyan yang mulai tercium sepertinya yang menjadi penyebab bapak menghentikan perkataannya
“ abah…” gumam bapak, terlihat ibu menganggukan kepalanya, sepertinya orang yang tinggal di rumah ini sudah sangat mengerti dengan kebiasaan aki,
membakar kemenyan di malam hari, kini bapak dan ibu terlihat membaringkan tubuhnya
“ tadi akang bilang…tadinya akang….tadinya akang kenapa…?” tanya ibu dengan suara pelan
“ tadinya akang ragu untuk membawa ceu odah,
karena akang takut ceu odah akan mengamuk seperti layaknya orang gila, tapi begitu akang mencoba menuntunnya bangkit dari bale bambu, ceu odah terlihat tenang…hanya tawanya aja yang membuat akang takut…setelah mendapati ceu odah yang tenang seperti itu,
akang memutuskan untuk membawanya….” Kembali bapak terdiam begitu mendengar suara pintu rumah yang tertutup
“ saat itu akang bingung, akan membawa ceu odah pakai apa…kan enggak mungkin akang membawa ceu odah dengan menggunakan motor,
disaat itu akang khawatir abah akan muncul dengan tiba tiba karena mengetahui ceu odah hilang…tapi mungkin…apa yang terjadi hari ini sudah di rencanakan oleh tuhan, disaat akang semakin bertambah bingung, akang melihat ada sebuah mobil pick up yang hendak lewat,
disaat itu akang stop mobil tersebut….pada awalnya supir mobil pick up itu enggak mau mengangkut akang, mungkin dia takut melihat akang di jalan yang sesepi itu sedang bersama orang gila…tapi setelah akang bujuk dengan iming iming uang,
akhirnya supir tersebut mau juga untuk membantu akang…” ibu yang sedari tadi terlihat serius mendengar cerita bapak, kini terlihat mengenakan selimut untuk mengusir rasa dingin yang mulai dirasakannya.
“ akhirnya akang baru yakin kalau ceu odah itu adalah kakak akang…ya baru tadi itu, saat emak melihat ceu odah, dan mengatakan ceu odah itu memanglah kakak akang….sampai dua kali emak mengatakan itu…” kini terlihat bapak terdiam menatap langit langit kamar
“ kasihan ceu odah…sebenarnya ning mau menanyakan sesuatu kang, tapi enggak enak sama akang…” mendengar perkataan ibu, bapak memalingkan pandangannya ke ibu
“ apa…?”
“ apakah akang tau, yang menghamili ceu odah itu siapa…..?”
“ akang enggak tau ning…sempat terlintas di pikiran akang, kalau orang yang telah menghamili ceu odah itu adalah abah…tapi masa iya abah setega itu dengan anak kandungnya sendiri….”
“ iya kang…enggak mungkin abah setega itu sama anaknya sendiri…ya udah lebih baik kita tidur…”
dua minggu sudah berlalu dari peristiwa penemuan uwa odah, sampai dengan kurun waktu itu, belum tampak ada tanda tanda aki sudah menerima kehadiran uwa odah di rumah ini,
aki cenderung acuh bahkan bisa dibilang tidak perduli dengan kehadiran uwa odah, entah apa yang telah melatar belakangi aki berlaku sedemikian rupa
“ ra….ini ibu udah siapkan makanan untuk uwa kamu, tolong di antar ke kamarnya ya…”
terlihat kak dira agak ragu begitu mendengar perintah ibu
“ kamu kenapa ra….?” tanya ibu begitu melihat kak dira yang belum juga beranjak dari duduknya
“ dira takut bu…danang aja tuh yang nganterin…” ucap kak dira sambil menatap jam yang sudah menunjukan pukul tiga sore
“ ya ampun dira…itu uwa kamu sendiri, koq kamu takut sih…” ujar ibu sambil menggelengkan kepala
“ ya udah bu, biar danang aja….” tanpa menunggu jawaban dari ibu, gw segera mengambil piring makan dan membawanya ke kamar tempat uwa odah di tempatkan,
sempat ada perasaan ragu di hati gw di saat gw harus membuka pintu kamar, lama gw terdiam menatap gagang pintu…hingga akhirnya gw putuskan untuk membukanya
“ wa…ini makanannya….” ucap gw berbasa basi, walaupun gw tahu uwa odah tidak akan menjawab perkataan gw,
terlihat uwa odah hanya terdiam, tatapan matanya yang terlihat menunduk ke bawah seolah olah tidak memperdulikan kehadiran gw, jari jari tangannya dengan kuku yang tidak terawat…memainkan rambutnya yang tergerai
“ ya udah…piringnya danang taruh di meja yaa wa….” seiring perkataan gw, kini gw meletakan piring makan di atas meja bundar yang berada di sudut ruangan, pandangan mata gw yang teralihkan ke arah meja bundar, kini tidak lagi memperhatikan keberadaan uwa odah,
hingga akhirnya ketika gw memutuskan untuk memutar badan dan beranjak keluar dari dalam kamar, kini terlihat uwa odah sudah berdiri tidak jauh dari posisi gw berada, masih dalam posisi memainkan rambutnya yang tergerai, uwa odah menatap gw dengan tajam,
sama sekali tidak terlihat senyum di wajahnya
“ wa….danang keluar dulu ya….” ucap gw tenang, berusaha menutupi rasa takut yang gw rasakan, kini dengan perlahan gw mulai berjalan menuju pintu kamar, begitu berhasil keluar dari dalam kamar dan hendak menutup pintu kamar,
terlihat uwa odah masih menatap gw dengan sorot mata tajam, hingga akhirnya tatapan mata uwa odah menghilang bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup
“ kamu kenapa nang….koq seperti orang ketakutan gitu…” tanya ibu begitu melihat gw berjalan dari arah kamar,
sepertinya ibu hendak membuka pintu rumah
“ enggak ada apa apa bu, tadi hanya kaget sedikit lihat uwa odah…”
“ kamu tuh nang…ya udah coba kamu lihat siapa yang datang…” terlihat ibu sedikit menyingkap tirai jendela dan mengintip keluar rumah,
tanpa menunggu perintah ibu untuk yang kedua kalinya, gw segera membuka pintu rumah dan berjalan ke arah pintu pagar, terlihat seorang pria sedang berdiri di depan pintu pagar
“ ada apa pak…?” tanya gw kepada pria tersebut, untuk sejenak gw memperhatikan pakaian yang di kenakan pria tersebut, sepertinya pria tersebut adalah pengantar surat dari kantor pos, sebuah amplop kini dikeluarkan dari dalam tasnya
“ ada surat untuk pak tama..” terlihat tukang pos tersebut mengembangkan senyumnya sambil menyerahkan amplop surat
“ surat untuk siapa nang….” tanya ibu begitu melihat tukang pos meninggalkan rumah
“ buat bapak bu…” mendengar jawaban gw, sejenak ibu memperhatikan logo yang berada di amplop surat
“ sepertinya surat panggilan…” ucap ibu, lalu beranjak ke dalam rumah
Hari beranjak semakin sore, suara pengajian sebagai penanda waktu magrib akan segera tiba mulai terdengar dari sebuah mushola yang terletak tidak jauh dari rumah, terlihat sesekali ibu memperhatikan jalan di depan rumah, hingga akhirnya terdengar suara motor dari kejauhan,
yang perlahan mulai terdengar mendekat
“ itu bapak pulang…” ucap daru sambil berlari menuju pintu pagar, lalu membukanya, kini daru ikut menaiki sepeda motor yang di kendarai bapak memasuki halaman rumah
“ assalamualaikum….” salam bapak dengan mengembangkan senyumnya
“ wa’alaikumsalam…” jawab kami hampir serempak, setelah mencium tangan bapak, terlihat ibu memasuki rumah, ekspresi wajah bapak yang terlihat lelah, seperti menandakan kerja keras bapak dalam bekerja seharian ini…
kini terlihat bapak memperhatikan amplop surat yang di letakan oleh ibu di atas meja
“ apa ini…” tanya bapak sambil menghempaskan tubuhnya di kursi
“ enggak tau pak, tadi ada tukang pos mengantarkan surat itu…” jawab gw sambil memperhatikan bapak yang mulai membuka amplop surat, terlihat ibu keluar dari dalam rumah dengan membawa segelas air
“ ohh..ini surat panggilan kerja…besok bapak di minta untuk interview, kebetulan dulu bapak memang melamar ke perusahaan ini karena ada teman yang udah bekerja terlebih dahulu di sana… ” ujar bapak begitu mengakhiri membaca surat, kini surat tersebut di berikan ke ibu,
buat temen temen minta tolong jg buat dukung channel youtube saya dengan cara subscribe like komen dan share, kalo mau nonton jg gpp ehehe

maturnuwun
ibu terdiam, membaca tulisan yang tertera di dalam kertas
“ mudah mudahan…surat panggilan kerja ini akan memberikan bapak pekerjaan yang lebih baik…..”
“ amin..” jawab kami hampir serempak, kini gw, kak dira dan daru bergantian membaca surat panggilan tersebut
“ wahh berarti bapak besok izin kerja dong….” ucap daru sambil memasukan lembaran kertas tersebut ke dalam amplop
“ enggak ru…kan panggilan kerja itu hanya sebentar….” bapak menghentikan perkataanya sejenak, terlihat bapak mulai meminum segelas air putih yg berada di atas meja
“ ohh iya…bagaimana kabar uwa kamu hari ini….” tanya bapak sambil mengarahkan pandangannya ke ibu
“ masih sama seperti kemarin pak…sebenarnya ceu odah itu gampang di urusnya, enggak galak…ohh iya kang, sepertinya usia kehamilan ceu odah itu udah cukup tua…
mungkin dalam waktu yang enggak lama lagi akan melahirkan, apa enggak sebaiknya di periksa sama paraji…” sejenak bapak agak terdiam begitu mendengar usulan ibu, sepertinya bapak sedang menimbang dengan matang usulan dari ibu
“ sebaiknya jangan dulu bu…kita tunggu sampai abah tenang dulu…” ucap bapak sambil melepaskan sepatu yang di kenakannya
“ ayo masuk…sudah hampir magrib…” berbarengan dengan perkataan bapak, kini mulai terdengar suara kumandang azan magrib
Satu minggu setelah proses interview yang telah di lakukan bapak, akhirnya sebuah kabar gembira yang telah lama keluarga ini nantikan, kini telah terucap dari mulut bapak
“ alhamdulillah….” ucap ibu begitu mendengar perkataan bapak yang menerangkan bahwa bapak di terima di salah satu perusahaan yang cukup besar
“ iya bu…alhamdulillah, semoga ini jalan terbaik bagi keluarga kita…”
seiring perkataan bapak, terlihat bapak melemparkan senyumnya ke arah gw, kak dira dan daru
“ jadi kapan kita pindah ke lampungnya pak….?” tanya kak dira dengan antusias
“ bapak hanya meminta waktu dua minggu kepada perusahaan untuk mengurus segala sesuatunya,
mudah mudahan semuanya berjalan lancar….”
“ jangan lupa untuk memberitahukan kepada abah dan emak…” pesan ibu yang berbalas anggukan kepala bapak.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya proses perpindahan ini tinggal menyisakan dua hari lagi menjelang pemberangkatan, walaupun bapak mendapat penentangan dari nini dengan alasan nini sudah semakin tua dan sakit sakitan, tp bapak ttp memutuskan untk mengambil tawaran pekerjaan itu
“ jadi bagaimana kang…..?” tanya ibu diantara kebiasaan gw yang mencuri dengar pembicaraan bapak dan ibu menjelang tidur
“ bagaimana apanya….?” Jawab bapak balik bertanya
“ apa enggak sebaiknya kita batalkan aja keberangkatan ini…kasihan emak,
sepertinya setelah akang mengabarkan semua itu kepada emak, kondisi kesehatan emak semakin kurang baik…belum lagi keadaan ceu odah, ning yakin…pasti dalam waktu enggak lama lagi ceu odah akan melahirkan….”
“ kamu gimana sih ning…kan kamu tau sendiri, akang sudah mengundurkan diri di perusahaan tempat akang bekerja…kalau pekerjaan ini enggak akang ambil, lantas akang mau kasih makan keluarga ini dari mana….?” mendengar perkataan bapak, terlihat ibu terdiam
“ kita enggak boleh ragu ning….akang yakin…kalau ini adalah waktu yang tepat untuk akang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik…”
“ enggak tau kenapa perasaan ning koq enggak enak ya kang….”
“ itu hanya perasaan kamu aja ning, jangan terlalu banyak mengikuti perasaan kalau kita ingin maju…” ujar bapak yang berakhir dalam keheningan
Suara kokok ayam jantan yang saling bersahutan terdengar diantara suara daun jendela yang terbuka,
kini bisa gw rasakan udara pagi yang terasa dingin memasuki ruangan kamar, diantara pejaman mata gw yang mulai terbuka, terlihat ibu sedang memasukan beberapa helai pakaian ke dalam koper besar
“ sudah bangun kamu nang…sholat dulu sana…”
tegur ibu begitu melihat gw yang masih terdiam di atas tempat tidur, mendengar teguran ibu…kini gw mulai tersadar, kalau hari ini adalah hari dimana gw dan keluarga harus meninggalkan kampung halaman ini menuju sebuah kota-
yang akan menjadi titik awal bagi bapak dalam membangun karir pekerjaannya
“ kita berangkat jam berapa bu….?” tanya gw dengan mata yang masih mengantuk
sekitar jam sembilan pagi nang….” Jawab ibu tanpa menghentikan gerakan tangannya memasukan pakaian ke dalam koper
“ koq masih bengong aja nang…hayooo cepat bangunkan kakak dan adik kamu…” mendengar perintah ibu untuk yang kedua kalinya, gw segera membangunkan kak dira dan daru untuk melaksanakan sholat shubuh
Tepat pukul tujuh pagi, semua pakaian yang akan di bawa telah di masukan ke dalam dua tas koper besar, begitu juga dengan buku pelajaran yang telah tersusun rapih di dalam box kardus,
sesekali ibu terlihat masuk ke dalam kamar untuk memeriksa apakah masih ada barang yang perlu untuk di bawa
“ ayo, kalian pamitan dulu dengan uwa kalian…baru nanti kalian pamitan dengan nini…”
seiring perintah bapak, terlihat bapak menguatkan pelester yang merekat di box kardus, kini gw, kak dira dan daru berjalan menuju kamar yang di tempati oleh uwa odah
“ lu duluan nang….” ucap kak dira begitu tiba di depan pintu kamar
“ daru nunggu diluar aja ahhh…” ujar daru sambil menjauhi pintu kamar
“ giliran yang enggak enak aja…pasti gw…” gerutu gw yang berbalas senyuman kak dira dan daru, terlihat dari jauh, bapak dan ibu memperhatikan tingkah laku gw, kak dira dan daru
“ ayo masuk…nanti bapak marah…” ucap kak dira mendelikan matanya, kini dengan sedikit ragu, gw mulai membuka pintu kamar, seiring pintu kamar yang mulai terbuka, terlihat uwa odah sedang terbaring di tempat tidur
“ udah pamit dari sini aja nang….gw takut…” bisik kak dira begitu gw dan kak dira memasuki kamar, seiring dengan bisikan kak dira, terlihat uwa odah memalingkan pandangannya ke arah gw dan kak dira dengan tatapan kosongnya, mendapati hal tersebut…
gw dan kak dira hanya bisa terdiam menatap wajah uwa odah
“ koq lu malah diam nang…ayo kita pamit…” bisik kak dira lagi sambil mencubit tangan gw, kini terlihat uwa odah mengembangkan senyumnya sambil menatap gw dan kak dira
“ wa odah….danang mau pamit dulu….”
“ iya…wa…dira juga mau pamit….” mendengar perkataan pamit dari gw dan kak dira, senyum yang tadi terlihat di wajah uwa odah kini menghilang, berganti dengan sorot matanya yang tajam, lama gw dan kak dira hanya terdiam tanpa mengerti apa yang harus dilakukan,
hingga akhirnya di saat gw dan kak dira memutuskan untuk meninggalkan kamar, terlihat uwa odah mengeluarkan suara tawanya yang keras, entah hal apa yang melatar belakangi uwa odah melalukan hal itu…
tapi yang pasti, apa yang telah dilakukan oleh uwa odah tersebut telah membuat gw dan kak dira hanya bisa berdiri terpaku memperhatikan tingkah laku uwa odah
“ ayo nang keluar….” ajak kak dira membuyarkan keterpakuan gw,
kini kak dira menarik tangan gw untuk segera keluar dari dalam kamar, dengan tangan yang agak gemetar, kak dira mulai menutup pintu kamar, begitu pintu kamar telah tertutup, dengan serentak gw, kak dira dan daru berlari kecil menghampiri bapak dan ibu.
“ ayo kita pamit dengan nini….” ajak bapak, yang berbalas anggukan kepala
Diantara langkah kaki yang berjalan menuju ke kamar nini, sesekali mata gw mencari keberadaan aki di rumah ini, karena semenjak pagi tadi, sama sekali gw tidak melihatnya,
hingga akhirnya ketika memasuki kamar nini, gw hanya melihat keberadaan nini yang sedang berbaring di tempat tidur tanpa ada aki yang menemani
“ mak…tama mau pamit pergi….” ucap bapak sambil mengambil posisi duduk di sisi tempat tidur,
untuk sesaat lamanya terlihat nini tidak memberikan respon atas perkataan bapak, hingga akhirnya kini nini terlihat menatap bapak dan mengeluarkan isak tangisnya
“ kamu yakin mau pergi tam….?” tanya nini dengan suara bergetar
“ iya mak…tama harus bisa mandiri…emak jangan takut, tama pasti akan sesekali pulang…untuk melihat keadaan emak dan abah serta ceu odah…” seiring perkataan bapak, kini mulai terdengar isak tangis nini
“ enggak perlu…!!, sebaiknya kamu segera berangkat sekarang….” suara yang hampir menyerupai bentakan itu terdengar tiba tiba, kini terlihat aki sudah berdiri tepat di pintu kamar, ibu yang mendapati perlakuan aki seperti itu, terlihat menundukan wajahnya
“ kang…” terlihat kini nini bangkit dari posisi tidurnya, ekspresi wajahnya yang tertuju kepada aki, seperti menunjukan keinginan nini, agar aki menahan emosinya, terlihat bapak beranjak dari tempat tidur dan berjalan menghampiri aki
“ maaf bah…tama mau pamit, tama mohon doa restunya…..” ucap bapak sambil berusaha meraih telapak tangan aki, terlihat aki menepiskan tangan bapak, mendapati perlakuan itu, bapak hanya bisa terdiam tanpa ada keinginan untuk melawan
“ tama…nitip emak dan ceu odah…bah…”
“ kalau nanti kamu masih belum menjadi orang sukses….sebaiknya kamu jangan kembali ke rumah ini…” seiring perkataannya, terlihat aki berjalan meninggalkan kamar
“ udah tam…lebih baik kalian segera berangkat….kasihan ujang udah lama menunggu kalian….”
ucap nini berusaha mencairkan suasana, bapak dan ibu yang masih terpaku menatap kepergian aki, kini berjalan menuju nini dan berpamitan, terlihat nini memeluk bapak, ibu, kak dira dan daru secara bergantian dalam isak tangisnya
“ danang pamit ni….” bersamaan dengan perkataan yang terlontar dari mulut gw, kini gw mencium tangan nini, bisa gw rasakan telapak tangan nini yang gemetar, membelai belai rambut gw
“ jaga baik baik istri dan anak anak kamu….”
pesan nini kepada bapak, dan pesan itu jugalah yang menjadi pesan terakhir nini untuk mengantarkan kami meninggalkan rumah
Hampir di sepanjang jalan menuju ke pelabuhan, bapak dan ibu lebih banyak terdiam, hanya sesekali saja,
bapak mencoba mengajak bicara pak ujang untuk menghilangkan kebosanannya, sepertinya perjalanan panjang yang akan gw lalui ini akan semakin membosankan tanpa adanya canda tawa dari bapak dan ibu, sesampainya di pelabuhan yang akan menjadi titik penyeberangan kami ke lampung,
pak ujang akhirnya berpamitan untuk pulang, hampir dua jam lamanya kami menaiki kapal laut, hingga akhirnya kami pun tiba di pelabuhan yang berada di lampung
“ dari sini, kita akan naik apa pak….?” tanya gw, sambil memperhatikan kesibukan di pelabuhan, walaupun hari sudah beranjak malam, suasana di pelabuhan masih terlihat ramai.
“ kalian tunggu di sini….” ucap bapak sambil melangkah ke sebuah telepon umum yang tidak jauh dari tempat kami berdiri, setelah terlibat pembicaraan beberapa lama, terlihat bapak mematikan teleponnya, dan kembali berjalan menghampiri kami, untuk beberapa saat…
terlihat bapak melayangkan pandangannya seperti layaknya seseorang yang tengah mencari sesuatu
“ bram…!!!” panggil bapak sambil melambaikan tangannya pada seorang pria yang sepertinya tengah mencari sesuatu juga, begitu mendengar panggilan bapak,
terlihat pria tersebut menghampiri bapak
“ akhirnya sampai juga kau tam…..” ucap pria tersebut sambil memeluk bapak, setelah bapak mengenalkan pria tersebut, akhirnya kami pun berjalan menuju tempat parkiran mobil
“ biar saya aja bu…” seiring perkataannya, terlihat pria tersebut mengambil box kardus yang ada di tangan ibu
“ pak bramanto ini…yang telah mempromosikan bapak….” terang bapak begitu kami telah menaiki mobil,
rasa lelah yang mulai gw rasakan, kini telah mengantarkan gw untuk tertidur di dalam mobil, entah sudah berapa lama gw terlelap di dalam mobil, kini gw merasakan sentuhan tangan ibu berusaha membangunkan gw
“ sudah sampai bu….” tanya gw dengan rasa ngantuk yang masih menggelayuti mata ini, terlihat kak dira dan daru pun baru terbangun dari tidurnya
“ iya…ayo jangan tidur lagi…” seiring perkataan ibu, kini mobilpun mulai berhenti di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar,
bahkan bisa di bilang sederhana
“ kita tinggal di sini bu…?” tanya kak dira yang berbalas anggukan kepala ibu, seiring perkataan kak dira, kini dengan di bantu oleh pak bramanto, barang barang bawaan mulai di keluarkan dari dalam mobil, lalu dibawa memasuki rumah
“ ini rumah kontrakannya tam, walaupun enggak terlalu besar, tapi setidaknya bisa dikatakan nyaman…” ucap pak bramanto sambil menyerahkan kunci kontrakan ke tangan bapak
“ untuk dua bulan kedepan, kontrakan ini udah saya bayar…kamu bisa melanjutkannya jika udah gajian…” bisik pak bram, walaupun terdengar pelan tapi masih bisa untuk gw dengar, begitu mendengar perkataan pak bram terlihat bapak mengucapkan rasa terima kasihnya
“ sebaiknya saya pamit dulu…biar kalian bisa istirahat, baik tam…sampai jumpa di kantor dua hari kedepan…” ucap pak bram, lalu berpamitan untuk pulang, kini terlihat bapak mengantarkan pak bram untuk keluar dari dalam rumah
“ alhamdulillah….” Sebuah kalimat rasa bersyukur terucap dari mulut ibu, seiring perkataan yang terucap dari mulut ibu, terlihat bapak memasuki rumah
“ iya alhamdulillah…walaupun rumahnya kecil…tapi setidaknya..sekarang ini kita sudah bisa hidup mandiri…”
ucap bapak sambil merengkuh bahu ibu
“ sebaiknya kita istirahat dulu…biar besok kita membereskan semuanya…” terlihat bapak mengambil sebuah tikar yang tersandar di dinding, sepertinya pak bramanto sudah mempersiapkan tikar tersebut untuk bekal istirahat kami malam ini
Tanpa terasa, waktu yang terus berjalan telah mengantarkan keluarga gw ini mengarungi bahtera kehidupannya di lampung selama enam tahun, roda ekonomi keluarga yang semakin membaik,
telah mampu mengeluarkan keluarga gw ini dari sebuah sandungan kehidupan yang selama ini menciderai prinsip kemandirian bapak…ya kini bapak telah mampu memberikan keluarga ini sebuah rumah, walaupun rumah yang telah di berikan oleh bapak bisa dibilang sederhana,
tapi itu jauh lebih baik dibandingkan keluarga gw ini harus kembali meneruskan tinggal di rumah kontrakan
“ jangan lupa besok kita beli oleh oleh untuk abah dan emak dulu kang…..” ucap ibu begitu mengakhiri sholat ruang keluarga, terlihat bapak menganggukan kepalanya
“ akhirnya kita bisa bertemu dengan aki dan nini lagi….” ungkapan rasa gembira kini terlontar dari mulut gw
“ iya nang….oh iya, kabar uwa odah gimana ya…jangan jangan kita udah punya saudara nang…” ujar kak dira sambil melipat mukena yang kini telah di tanggalkannya
“ iya nih….ayo tebak…kira kira cewek apa cowok….” Kini terlihat daru ikut merasa antusias dengan rencana kepulangan ini
Perkataan perkataan yang terlontar dari mulut ibu, kak dira, gw dan daru adalah sebagai bukti kerinduan kami terhadap orang orang yang selama ini-
telah kami tinggalkan, hampir enam tahun lamanya bapak bersikeras untuk membuktikan bahwa dirinya mampu untuk memberikan keluarga ini sebuah arti kemandirian, walaupun di hati kecil bapak mungkin timbul sebuah rasa kerinduan terhadap kampung halamannya
“ andai aja surat surat yang bapak kirimkan…mendapatkan balasan dari aki dan nini…pasti kita enggak akan bertanya tanya seperti ini…” gumam gw dengan suara pelan
“ mungkin ini udah jalannya nang….kita ikuti aja, sebaiknya kalian istirahat….”
ucap bapak seraya bangkit dari duduknya di lantai
“ bu…biar besok pagi…danang dan daru yang membereskan barang barang yang untuk di bawa…ibu istirahat aja, kasihan dedek bayi yang ada didalam perut….” ujar gw sambil mengelus perut ibu yang tampak membesar,
dan sepertinya jika tidak ada hambatan apapun, dalam jangka waktu kurang dari dua bulan ini, ibu akan segera melahirkan seorang anak yang akan menambah keceriaan di rumah ini
Seperti yang telah di rencanakan, keesokan paginya, gw dan daru segera memasukan segala yang di perlukan untuk kebutuhan keluarga gw selama satu minggu menginap di rumah aki
“ gimana nang…ru…udah siap belum….sebentar lagi mobilnya datang…”
ucap bapak sambil memasukan motor yang biasa di gunakan untuk bekerja ke dalam rumah
“ siap pak….” Jawab gw dan daru hampir serempak, hingga akhirnya setelah menunggu hampir sepuluh menit lamanya, mobil yang sudah di sewa bapak untuk mengantarkan kami ke pelabuhan tiba di rumah
Hampir di sepanjang perjalanan, perbincangan kami isi dengan sanda gurau dan mengenang kembali saat saat dulu kami tinggal di rumah aki, hingga akhirnya tanpa terasa kapal laut yang kami tumpangi sudah bersandar di pelabuhan,
kini dengan menggunakan jasa mobil sewaan yang ada di pelabuhan, kami pun mulai berangkat menuju ke rumah aki
“ akhirnya bisa merasakan udara dingin lagi….” ucap gw sambil membiarkan kaca jendela mobil tetap terbuka, gelapnya malam ditambah dengan kabut tipis yang dingin,
sedikit membatasi jarak pandang gw untuk menikmati suasana alam di jawa barat, setelah berjuang menembus gelapnya malam, kini mobil yang kami tumpangi pun akan segera tiba di kediaman aki
“ masuk gang itu pak….” ucap bapak menunjuk pada sebuah gang yang berada pada sisi kanan jalan, sebuah gang yang hanya cukup di lalui oleh satu buah mobil, hari yang sudah beranjak malam…ditambah lagi dengan kabut tipis yang menyebarkan hawa dingin,
membuat suasana perkampungan ini terlihat sepi, kini setelah melalui gang tersebut, mobil pun melewati sebuah warung kecil yang letaknya tidak jauh dari rumah aki, seorang pria yang tengah membeli sesuatu di warung tersebut, kini telah menarik perhatian bapak,
terlihat bapak membuka kaca jendela mobil
“ kang ujang…..!!” teriak bapak sambil melambaikan tangannya, terlihat pria tersebut agak sedikit terkejut begitu mendengar panggilan bapak, setelah mengetahui orang yang memanggilnya itu adalah bapak,
terlihat pria tersebut menghampiri bapak, senyumannya terlihat mengembang, kini setelah wajah pria tersebut terlihat jelas, sudah bisa di pastikan kalau pria tersebut adalah pak ujang
“ ya ampun kang tama…saya sampai pangling lihatnya….” ucap pak ujang,
kini terlihat bapak keluar dari dalam mobil dan menyalami pak ujang
“ kalian jalan duluan aja….nanti bapak menyusul…” ujar bapak, sambil menunjukan rumah aki kepada pak supir, dan kini mobi mulai berjalan menuju rumah aki
“ sepi banget bu….” seiring perkataan yang terucap dari mulut gw, kini gw beranjak keluar dari dalam mobil, pandangan mata gw terpaku pada rumah aki yang terlihat sepi
“ bang bantuin gw….” pinta daru sambil mengeluarkan tas dari dalam mobil
“ iya sepi banget….apa udah pada tidur ya….” Kini terlihat ibu ikut memperhatikan keadaan rumah, sesekali tatapan matanya memandang ke arah bapak, terlihat kini bapak dan pak ujang sedang berjalan menghampiri, walaupun melihat dari kejauhan,
gw bisa melihat ada sesuatu yang serius, yang sedang mereka bicarakan
“ bu….” tegur bapak begitu berhasil menghampiri kami, terlihat pak ujang membuka pintu pagar rumah, lalu mengajak gw, kak dira dan daru masuk ke halaman rumah, di antara langkah kaki gw memasuki halaman rumah
gw masih bisa menoleh dan melihat perubahan ekspresi wajah ibu begitu bapak berbicara sesuatu
“ pak ujang…ada apa ya….?” tanya kak dira, begitu sampai di teras depan rumah, terlihat bapak dan ibu masih berbicara dengan wajah yang serius, mendapati pertanyaan tersebut,
pak ujang hanya terdiam
“ pak….?” tegur kak dira berusaha menegaskan pertanyaannya, kini pandangannya terlihat menatap wajah pak ujang
“ saya kurang tau neng dira….” jawab pak ujang mengalihkan wajahnya dari pandangan kak dira
“ ayo kita masuk….” ucap pak ujang yang berbalas rasa heran dari gw, kak dira dan daru
“ loh…koq kunci rumah sama pak ujang…memangnya aki dan nini sedang kemana…?” seiring pertanyaan kak dira, terlihat bapak dan ibu berjalan menghampiri kami
“ koq belum pada masuk…ayo masuk…” ucap bapak dengan suara tenang, tapi setenang tenangnya perkataan bapak, ekspresi wajah dan genangan air mata yang tertahan di kelopak matanya tidak bisa membohongi pandangan mata gw….
entah mengapa gw merasa yakin kalau ada sesuatu yang telah terjadi, terlihat pak ujang membuka pintu rumah, mendapati pintu rumah yang sudah terbuka, kami bergegas memasuki rum4h. #warisan
Begitu memasuki rumah, sama sekali gw tidak melihat keanehan di dalam rumah aki, semuanya masih terlihat sama dengan saat dulu keluarga gw tinggal di rumah ini, hanya yang membedakan sekarang ini, susana di rumah ini terasa begitu sepi,
bayangan gw akan sambutan dari aki dan nini, serta kelucuan dari anak uwa odah menyambut kedatangan kami…kini seperti sirna begitu saja begitu gw mendapati kesunyian ini
“ aki dan nini kemana pak….?” tanya daru sambil menghempaskan tubuhnya di kursi
“ iya nih…anak uwa odah juga enggak kelihatan…” ucap kak dira sambil memperhatikan keadaan rumah
“ kang tama, apa sebaiknya saya pulang aja ya…kan kalau sekarang udah ada kang tama di rumah ini….” ujar pak ujang menyadarkan bapak dari keterpakuannya
“ loh…memangnya selama ini pak ujang tinggal di rumah aki…?” tanya gw karena merasa heran dengan perkataan pak ujang
“ iya sebaiknya kang ujang pulang aja…”
“ kalau ada apa apa jangan sungkan sungkan kabari saya kang….”
ucap pak ujang, kini terlihat bapak mengantarkan pak ujang keluar dari dalam rumah
“ bu…memangnya aki dan nini kemana…?” tanya daru kepada ibu, kini terlihat bapak sudah menutup pintu rumah dan berjalan menghampiri kami,
tanpa berkata apa apa, bapak mengambil tas pakaian yang kami bawa, lalu berjalan menuju kamar yang dulu kami tempati
“ ayo kita istirahat dulu…” ucap bapak tanpa menghentikan langkah kakinya menuju kamar
“ untuk sementara kalian tidur disini dulu…..” perintah bapak begitu melihat kami memasuki kamar
“ sebaiknya kita sholat dulu pak…” ajak ibu, kini terlihat bapak mengajak gw, kak dira dan daru untuk ikut sholat berjamaah
“ danang nanti sendiri aja pak…” ucap gw sambil merebahkan tubuh di tempat tidur yang dahulu biasa gw tiduri, terlihat bapak hanya menggelengkan kepala, kini bapak mengajak kak dira dan daru untuk mengambil air wudhu
Enam tahun lamanya gw berada di lampung, seperti menimbulkan kerinduan tersendiri akan hawa sejuk dan dingin yang kini gw rasakan, dalam rasa letih yang mulai menghinggapi tubuh ini…kini tanpa gw sadari, perlahan gw mulai memejamkan mata dan tertidur
“ nang….sholat dulu…”
Entah telah berapa lama gw tertidur, kini suara teguran yang terucap dari mulut bapak membuat gw terjaga, terlihat bapak sedang menutup jendela kamar
“ sudah pukul berapa pak…” diantara pandangan gw yang masih terasa samar,
terlihat bapak memandang jam yang tergantung di dinding
“ jam dua belas nang….sudah sana sholat dulu…” ucap bapak sambil menaiki tempat tidur, kini terlihat ibu, kak dira dan daru sudah terlelap dalam mimpi indahnya
Tanpa menunggu perintah bapak selanjutnya, kini gw bangkit dari tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi, untuk sesaat gw terdiam di pintu kamar mandi…mencoba menghilangkan rasa ngantuk yang gw rasakan
“ lebih baik gw mandi dulu…” gumam gw begitu merasakan rasa gatal di tubuh ini, lalu beranjak memasuki kamar mandi, belum sempat gw membuka pakaian ini, kini tatapan mata gw harus menemui kenyataan bak mandi yang hanya menyisakan sedikit airnya,
mungkin hanya dengan beberapa kali cidukan…bak mandi itu akan terlihat kosong
“ duh ampun dah….terpaksa harus olah raga malam nih…” gerutu gw dengan sedikit mengembangkan senyum lalu berjalan keluar dari dalam kamar mandi menuju sumur yang berada di halaman belakang rumah,
walaupun ada sedikit rasa kesal mendapati bak mandi yang kosong, tapi setidaknya ada sedikit kerinduan gw untuk menimba air dari sumur yang selama enam tahun ini sudah tidak pernah gw lakukan lagi
Begitu keluar dari dalam rumah,
kini rasa dingin yang datang bersama hembusan angin malam seperti menyambut kehadiran gw di halaman belakang, setelah enam tahun lamanya tidak berada di rumah ini, sebuah pohon kapuk besar masih berdiri setia di halaman belakang,
begitu juga dengan pohon sirsak dan jambu air yang berada tidak jauh dari pohon kapuk besar itu berdiri
“ dinginnya…” ucap gw sambil melangkah menuju ke sumur, begitu tiba di sumur, untuk sesaat gw kembali terpaku menatap keheningan di halaman belakang,
kenangan msa kecil gw menemani ibu mencuci pakaian di sumur ini kini kembali teringat, tanpa terasa sebuah senyum kecil kini mengembang di wajah gw begitu gw kembali mengingat kenangan indah masa kecil tersebut, kini gw mulai melepaskan ikatan tali timba pada kayu penyangga sumur
“ bismillah….” ucap gw begitu menurunkan ember dan mengulur tali timba masuk ke dalam sumur, malam yang sudah semakin larut dan sunyi, membuat suara katrol kerekan timba yang sudah berkarat,
serta suara gemercik yang di timbulkan dari air di dalam embar yang terjatuh ke permukaan air di dalam sumur begitu terdengar jelas, kini gw mulai menarik ember keluar dari dalam sumur dan memasukan air ke dalam ember besar yang disediakan untuk mengangkat air ke kamar mandi,
hampir lima timbaan air gw lakukan malam ini, setelah merasa cukup, kini gw membawa ember besar tersebut ke dalam kamar mandi dan menuangkannya ke dalam bak mandi
“ segarnya….” ujar gw begitu merasakan air yang dingin membasahi tubuh ini,
rasa letih dan ngantuk yang sedari tadi gw rasakan, kini seperti lenyap begitu saja…berganti dengan rasa segar di tubuh ini
…..kretttttttt….
Sejenak gw menghentikan cidukan air yang akan gw lakukan begitu mendengar suara yang terdengar dari halaman belakang,
walaupun gw tidak melihat sumber dari suara tersebut, tapi dari suara yang terdengar begitu jelas tersebut, bisa gw simpulkan suara itu adalah suara dari katrol kerekan timba
“ pasti gara gara tikus nih….” gumam gw dalam hati lalu melanjutkan cidukan air yang sempat terhenti,
akhirnya setelah gw menyelesaikan mandi dan beranjak keluar dari dalam kamar mandi, gw kembali menuju halaman belakang dengan membawa ember besar yang gw gunakan untuk mengangkut air dari sumur,
kini gw tidak melihat lagi keberadaan ember sumur yang setelah menimba tadi gw letakan di bibir sumur, untuk sejenak gw memandang ke dalam sumur untuk mencari keberadaan ember, kini gw hanya menemui lubang gelap yang panjang di dalam sumur
“ sejak kapan di rumah ini jadi banyak tikusnya….” ucap gw pelan seraya menarik tali timba, kini seiring tarikan tali timba yang gw lakukan, suara yang tadi gw dengar kini terdengar kembali
“ sepertinya sudah harus di ganti katrol sumur ini….” ucap gw dengan rasa puas karena mendapati suara tersebut sesuai dengan apa yang telah gw simpulkan, kini setelah berhasil menarik keluar ember dari dalam sumur, gw segera mengikatkan tali ember di tiang kayu kerekan,
lalu beranjak jalan memasuki rumah
“ sebenarnya aki dan nini kemana ya…?” tanya gw dalam hati, sambil berjalan menuju kamar
….nang….
Suara panggilan yang memanggil nama gw kini terdengar begitu samar di telinga gw ketika gw melewati kamar yang di tempati oleh uwa odah,
sejenak gw terdiam, mencoba mendengar kembali suara panggilan yang terdengar samar tadi
“ apa suara uwa odah ya….” tanya gw dalam hati, seraya memperhatikan gagang pintu kamar uwa odah, setelah memperhatikan beberapa saat dan suara yang gw dengar tadi tidak kembali gw dengar,
gw pun memutuskan untuk kembali melangkah menuju kamar.
…..hiks…hiks…
Baru saja beberapa langkah menjauh dari kamar uwa odah, kini langkah kaki gw kembali terhenti begitu kembali mendengar secara samar suara isak tangis yang terdengar dari belakang tubuh gw,
entah mengapa gw merasa sangat yakin, kalau suara tersebut berasal dari dalam kamar uwa odah, kini rasa keingintahuan untuk mengetahui sumber suara tersebut benar benar menguasai pemikiran gw
“ kalau memang suara yang gw dengar tadi adalah suara uwa odah, berarti uwa odah sudah sembuh dan tidak berperilaku layaknya orang gila seperti yang dulu gw lihat, mungkin sekarang ini uwa odah sedang berada di dalam kamar bersama dengan anaknya….
tapi…sedari tadi gw tidak melihat keberadaan uwa odah di rumah ini jadi bagaimana caranya dia bisa mengetahui keberadaan gw di rumah ini, lalu kalau memang benar suara tangisan yang gw dengar itu adalah suara tangis uwa odah…
apa yang melatarbelakangi uwa odah menangis seperti itu….”
Berbagai macam pertanyaan yang kini bermain main di pikiran gw, telah mengantarkan langkah kaki gw menuju pintu kamar uwa odah, untuk sejenak gw kembali terpaku menatap gagang pintu,
keinginan gw untuk memutar gagang pintu seperti terbentur pada rasa ragu yang kini kembali menghinggapi pikiran gw….gw tidak ingin apa yang akan gw lakukan sekarang ini akan mengganggu istirahat uwa odah dan anaknya
“ wa odah…!” sapa gw pelan seraya mengetuk pintu kamar, lama gw menanti jawaban dari uwa odah, tapi setelah menunggu beberapa saat, suara jawaban uwa odah tidak juga kunjung terdengar
“ wa….” sapa gw sekali lagi, seraya memutar gagang pintu kamar, ketika gw mencoba mendorong pintu kamar tersebut, kini bisa gw rasakan pintu tersebut seperti terkunci dari dalam kamar
“ mungkin gw yang salah dengar… sepertinya memang uwa odah sudah sembuh dan mengunci pintu ini dari dalam kamar….” gumam gw dalam hati sambil memperhatikan rumah kunci,
kini anak kunci yang dulu selalu gw lihat tergantung di rumah kunci untuk mengunci keberadaan uwa odah di dalam kamar sudah tidak terlihat lagi di rumah kunci, mendapati hal tersebut…kini gw memutuskan untuk kembali berjalan menuju kamar
“ tumben lama banget kamu di kamar mandi nang….” tegur bapak begitu melihat gw memasuki kamar, sepertinya bapak masih belum bisa tertidur malam ini
“ iya pak…tadi mandi dulu…” ucap gw sambil menggelar sajadah
“ ohhh iya pak…danang boleh tanya…?”
“ tanya apa nang…” ujar bapak sambil memperhatikan gw yang tengah mengenakan kain sarung
“ uwa odah itu sekarang sudah sembuh ya pak…?” tanya gw yang berbalas keterkejutan bapak,
walaupun bapak berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya, tapi ekpresi yang yang terlihat dari wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut yang di rasakannya.
“ soalnya tadi danang seperti mendengar suara uwa odah memanggil danang, bahkan danang dengar uwa odah seperti menangis…tapi setelah danang mencoba mengetuk pintu kamar uwa odah, danang enggak mendengar suara jawaban uwa odah dari dalam kamar…
apa mungkin danang salah dengar ya pak…?”
“ sepertinya kamu salah dengar nang…ya udah sebaiknya kamu sholat…” ucap bapak mendukung kesimpulan gw, seiring perkataan bapak terlihat ibu membuka pejaman matanya dan memandang bapak, mendapati bapak yang sedang terpaku,
ibu kembali memejamkan matanya
“ sholat nang…koq malah jadi bengong…” tegur bapak yang melihat gw masih terpaku menatap bapak, mendapati teguran tersebut, gw pun segera melaksanakan sholat
Suara azan subuh yang mulai terdengar seperti memecah keheningan pagi yang dingin,
kini diantara pejaman mata gw yang yang mulai terbuka, gw tidak melihat lagi keberadaan bapak dan ibu di dalam kamar, sepertinya mereka sudah terbangun di hari yang masih sepagi ini
“ ru…kak dira…bangun..!udah subuh…”
tegur gw mencoba membangunkan kak dira dan daru yang masih tertidur, sepertinya ucapan gw yang terdengar agak meninggi kini telah mampu membuat kak dira dan daru mulai menggeliatkan tubuhnya
“ masih gelap nang…” ucap kak dira seraya memejamkan kembali matanya yang sempat terbuka
“ kalau udah terang namanya bukan subuh lagi kak….ayo sholat…” gerutu gw sambil bangkit dari tempat tidur
“ bapak sama ibu udah bangun ya bang…” tanya daru sambil melepaskan kain sarung yang digunakannya sebagai selimut, gw hanya menganggukan kepala begitu mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut daru
“ ayo wudhu…” ajak gw kepada kak dira dan daru sambil berjalan menuju ke pintu kamar, belum sempat tangan gw menyentuh gagang pintu kamar, kini gw mendengar suara percakapan antara bapak dan ibu yang terdengar dari luar kamar
“ ada apa nang….?” tanya kak dira begitu melihat gw menempelkan daun telinga pada pintu kamar, belum sempat gw menjawab pertanyaan kak dira, terlihat kak dira dan daru beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan menghampiri gw
“ ada apa….?” tanya kak dira kembali, mendapati pertanyaan tersebut gw memberikan isyarat tangan kepada kak dira, agar kak dira tidak mengeraskan suaranya
“ bapak sama aki bertengkar lagi ya….?” tanya kak dira sambil ikut menempelkan daun telinganya di pintu kamar,
begitu mendengar suara percakapan yang terjadi antara bapak dan ibu di luar kamar, kini sepertinya kak dira sudah bisa menjawab sendiri pertanyaan yang tadi terlontar dari mulutnya
“ apapun keputusan yang akan akang ambil….ning pasti akan mengikuti kang…”
“ akang juga enggak menyangka akan seperti ini ning…”
“ sebaiknya nanti akang ceritakan pada anak anak….mereka harus tau apa yang telah terjadi…”
“ pasti ning…akang memang bermaksud menceritakan kepada anak anak pagi ini…”
Bersamaan dengan berakhirnya perkataan bapak, suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekati pintu kamar, membuat gw, kak dira dan daru kembali bergegas menaiki tempat tidur
“ nang…dira…daru…bangunn!”
Gw, kak dira dan daru yang sedari tadi berpura pura tertidur, kini melihat kehadiran ibu berjalan memasuki kamar dan membuka jendela kamar, bersamaan dengan jendela kamar yang terbuka,
hawa dingin yang semenjak tadi masih tertahan oleh daun jendela kamar kini seperti berlomba menyeruak masuk ke dalam ruangan kamar.
“ udah subuh ya bu…” tanya kak dira sambil menggeliatkan tubuhnya, terlihat ibu menganggukan kepalanya, kini kak dira berpura pura membangunkan gw dan daru untuk melaksanakan sholat subuh
Tepat pukul setengah tujuh pagi, masih belum juga gw melihat keberadaan dari aki, nini maupun uwa odah di rumah ini, buat gw pribadi hal ini seudah menjadi sebuah tanda tanya besar,
karena sangat tidak mungkin dalam kurun waktu yang sudah selama ini gw masih belum juga bisa menemui aki, nini dan uwa odah di rumah ini, keinginan gw untuk bertanya keberadaan mereka seperti terbentur dengan ekspresi wajah yang di perlihatkan oleh bapak dan ibu
“ assalamualaikum….” terdengar sebuah salam terucap dari luar rumah
“ wa’alaikumsalam…” jawab kami hampir serempak
“ siapa bu…?” tanya bapak yang berbalas pandangan mata ibu melihat keluar melalui kaca jendela
“ kang ujang…” jawab ibu sambil beranjak menuju pintu, ketika pintu terbuka terlihat pak ujang sedang berdiri di depan pintu
“ kang tamanya ada teh..?” tanya pak ujang, terlihat ibu mempersilahkan pak ujang untuk dudu di teras depan
“ pak….kang ujang nyariin tuh…” ucap ibu sambil menghempaskan tubuhnya di kursi
“ ohhh….ya udah, sekarang kalian siap siap…” seiring perkataan yang terucap dari mulut bapak, kini rasa bingung terpancar dari wajah gw, kak dira dan daru
“ siap siap kemana pak…?” tanya daru
“ jangan banyak tanya dulu….pagi ini kalian ikut bapak dulu…” ucap bapak seraya melangkahkan kakinya menuju teras depan
“ mau kemana sih bu…?” tanya kak dira begitu melihat bapak sudah keluar dari dalam rumah
“ udah jangan banyak tanya, sebaiknya kalian siap siap…” jawab ibu, kini setelah menyelesaikan sarapan pagi, akhirnya gw, ibu, kak dira dan daru, pergi bersama bapak serta kang ujang
“ sebenarnya kita mau kemana sih pak….?” tanya daru kembali, terlihat bapak mengacuhkan pertanyaan daru, langkah kaki kami dalam menapaki jalan setapak kampung, kini sudah semakin jauh meninggalkan rumah, tapi walaupun bapak tidak mau menjelaskan arah tujuan kami berjalan ini,
ingatan gw akan jalan setapak kampung ini masih melekat erat di ingatan gw
“ kak….sepertinya kita akan ke pemakaman…” bisik gw pelan di telinga kak dira, terlihat kak dira menganggukan kepalanya, sepertinya kak dira juga masih mengingat jalan setapak kampung ini
“ perasaan gw koq jadi enggak enak ya nang…” gumam kak dira yang hampir menyerupai bisikan, dan akhirnya benar saja, seperti yang sudah gw bisikan kepada kak dira, kini langkah kaki kami mulai menapaki jalan setapak yang memasuki area pemakaman umum
Hembusan angin pagi yang menyapu dedaunan pohon kamboja besar, seperti menyambut kedatangan kami dengan sebuah bisikan akan adanya sebuah berita yang kurang baik, kini terlihat bapak berhenti di depan dua buah makam yang masih terlihat baru,
dari papan nisan kayu yang terpasang di atas makam tersebut bisa terlihat nama orang yang mendiami makam tersebut
“ ya tuhan…” ucap kak dira dengan sedikit histeris begitu membaca nama yang tertera di papan nisan tersebut,
kini isak tangisnya mulai terdengar diantara dekapan tangan ibu yang mencoba menahan kesedihannya, gw dan daru yang masih tidak percaya dengan apa yang tengah kami lihat ini, kini duduk bersimpuh di samping makam
“ nini…uwa odah….” terlihat daru mengusap papan nisan untuk memastikan pengelihatannya, kenangan gw akan masa lalu bersama aki, nini serta uwa odah, kini seperti bermain main dalam pikiran gw
“ astagfirullah….apa sebenarnya yang udah terjadi dengan nini dan uwa odah pak…?” tanya gw kepada bapak, terlihat bapak masih duduk bersimpuh dengan membaca doa untuk nini dan uwa odah
“ iya pak apa yang telah terjadi, lantas dimana makam aki dan anaknya uwa odah…” tanya daru yang berbalas tatapan mata bapak
“ nini kamu meninggal karena sakit, sedangkan uwa odah meninggal saat melahirkan anaknya…”
Begitu mendengar keterangan bapak,
rasa terkejut terpancar di wajah gw, kak dira dan daru, ingatan gw akan kejadian yang gw alami semalam seperti tertimbun oleh rasa keingintahuan gw akan nasib aki dan anaknya uwa odah
“ nasib aki dan anaknya uwa odah gimana pak…? dimana makamnya….”
pertanyaan yang gw lontarkan kini berbalas keterpakuan bapak
“ banyak yang ingin bapak ceritakan dengan kalian…” ucap bapak, kini terlihat bapak bangkit dari tempatnya bersimpuh
“ sebaiknya kita pulang, nanti akan bapak ceritakan semuanya di rumah….” seiring perkataan bapak, terlihat bapak melangkahkan kakinya meninggalkan makam nini dan uwa odah, di ikuti oleh pak ujang,
melihat bapak sudah cukup jauh meninggalkan makam, kini gw, ibu, kak dira dan daru mengikuti bapak dari belakang
“ sebenarnya apa yang telah terjadi bu….?” tanya kak dira diantara langkah kakinya menelusuri jalan perkampungan
“ biar bapak kamu yang nanti menjelaskannya…” jawab ibu sambil menepuk bahu kak dira
Sesampainya di rumah, terlihat ibu melangkahkan kakinya ke dapur, kak dira yang melihat hal tersebut kini segera berjalan menyusul ibu
“ sekarang bapak akan ceritakan semuanya pada kalian….” ucap bapak yang berbalas tatapan mata pak ujang, kini meja kayu dengan deretan kursi yang menghiasinya bagaikan sebuah forum rapat yang akan membahas sebuah peristiwa yang besar
“ selama kita meninggalkan rumah ini, udah banyak peristiwa yang terjadi di rumah ini, untuk lebih jelasnya biar pak ujang yang akan menceritakannya…”
“ memang benar dengan apa yang dikatakan oleh bapak kalian itu, selagi kalian meninggalkan rumah ini,
sudah banyak peristiwa yang terjadi di rumah ini…salah satunya meninggalnya nini dan uwa odah kalian…” terang pak ujang sambil mengeluarkan rokok kreteknya, kini sebatang rokok mulai tersulutkan di bibirnya,
gulungan asap putih yang terhembus dari mulutnya seperti menjadi titik awal dari sebuah cerita yang selama ini sudah gw dan daru nantikan
“ berarti pak ujang udah mengenal uwa odah…dan mengetahui meninggalnya nini dan uwa odah ini secara enggak sengaja…?”
tanya gw begitu mendengar cerita pak ujang, kini terlihat ibu dan kak dira sudah kembali hadir dengan membawa dua gelas kopi untuk bapak dan pak ujang
“ enggak nang…sama sekali saya enggak mengenal dan mengetahui ada uwa odah yang merupakan anak aki kalian itu…..
saya mengetahui semua memang tanpa sengaja, sebenarnya saya udah curiga ada sesuatu yang terjadi di rumah ini, karena udah menjadi kebiasaan saya setiap dua minggu sekali membantu abah darwis untuk merawat mobil tuanya…tapi saya heran,
koq selama satu bulan lamanya abah darwis enggak pernah terlihat ada di rumah, sedangkan mobil tuanya itu saya lihat enggak pernah terlihat meninggalkan rumah…bisa dikatakan abah darwis dan mobil tua itu adalah pasangan serasi,
kemana abah darwis pergi pasti mobil tua itu akan di bawanya…bahkan orang orang dari perternakan banyak juga yang datang ke rumah untuk mencari tau keberadaan abah darwis….”
“ berarti kalau nini dan uwa odah telah meninggal dalam waktu selama itu,
seharusnya udah tercium bau bangkai di rumah ini….” ucap kak dira yang merasa heran dengan penjelasan pak ujang
“ memang sama sekali enggak tercium neng dira, justru yang tercium dari rumah ini adalah aroma wangi kemenyan yang biasa aki kalian bakar,
nahhh….aroma wangi kemenyan tersebutlah yang membuat saya curiga kalau abah darwis ada di dalam rumah….tapi untuk mengecek kedalam rumah saya takut… kan kalian tau sendiri, kalau aki kalian itu sifatnya gimana, enggak ada orang kampung ini yang berani mengganggu abah darwis…”
terang pak ujang sambil menghembuskan asap rokoknya, kini terlihat pak ujang menghirup kopi yang masih terlihat kepulan asapnya
“ enggak ada yang berani….?, berarti aki kita ini jagoan dong….” ucap daru dengan polosnya
“ bisa di bilang begitulah, selain aki kalian itu orang terkaya di kampung ini…aki kalian juga memang ditakuti di kampung ini, kan dulu pernah ada kejadian sewaktu neng dira masih kecil, mungkin bapak kalian juga masih ingat…” terang pak ujang sambil menatap wajah bapak,
terlihat bapak menganggukan kepalanya
“ dulu itu ada yang bermasalah dengan aki kalian, kalau enggak salah….masalahnya itu tentang jual beli ternak kerbau…entah karena apa, yang saya tau kerbau itu sakit dan pembeli itu enggak senang karena merasa di tipu oleh abah darwis,
tapi menurut abah darwis…abah darwis telah menjual kerbau tersebut dalam keadaan sehat….karena merasa yakin abah darwis enggak bersalah, makanya aki kalian enggak setuju untuk mengganti kerbau yang sakit tersebut, hal itulah yang menjadi penyebab perseteruan aki kalian -
dengan pembeli kerbau, hingga akhirnya pada suatu waktu, orang orang yang merasa sakit hati itu mencoba berbuat jahat terhadap aki kalian…dari tiga orang yang mengeroyok abah darwis, satu orang pengeroyok itu nyaris mati di tangan aki kalian itu,
tapi untungnya banyak warga kampung yang menghalangi perbuatan aki kalian….sejak kejadian itu, aki kalian semakin ditakuti di kampung ini…”
Ada rasa kagum yang gw rasakan begitu mendengar cerita pak ujang, ini bisa di katakan, aki merupakan seorang jawara di kampung ini,
tapi sepertinya sikap kejawaraan aki ini tidak menurun ke bapak, entah karena bapak yang menolak..ataukah memang aki yang tidak mau mengajarkan semua kesaktiannya itu
“ lantas bagaimana pak ujang bisa menghetahui kematian nini dan uwa odah…”
tanya kak dira kembali, sepertinya kak dira tidak ingin cerita yang sedang di ceritakan pak ujang melebar kemana mana
“ setelah lewat dari satu bulan itu, rasa penasaran saya semakin dalam, pada suatu hari saya memutuskan untuk kembali berkunjung ke rumah aki kalian ini,
nah pada saat itu…tanpa saya sengaja, saya mencium bau bangkai yang udah teramat busuk dari dalam rumah, pada awalnya saya takut untuk mencari tau penyebab bau bangkai tersebut, tapi karena saya khawatir dengan keselematan aki dan nini,
akhirnya saya memutuskan untuk memanggil beberapa warga kampung untuk ikut merasakan bau bangkai tersebut…dan setelah saya serta beberapa warga kampung merasa yakin kalau bau bangkai tersebut berasal dari dalam rumah,
akhirnya saya dan warga kampung memutuskan untuk membongkar paksa pintu rumah…dan benar saja ketika pintu rumah berhasil terbuka…saya melihat suasana rumah ini dalam keadaan sepi dan bau bangkai yang tercium semakin terasa menyengat…
kecurigaan saya akan sesuatu yang buruk kini semakin menguat….” untuk sesaat pak ujang kembali terlihat terdiam, sepertinya perkataan yang akan di lanjutkannya seperti mengingatkannya kembali akan kejadian yang telah dialaminya tersebut
“ pada saat itu saya dan warga mencari keberadaan aki dan nini kalian di dalam rumah, setelah memeriksa ke berbagai sudut ruangan, aki dan nini kalian itu enggak juga bisa di temukan….akhirnya kecurigaan kami tertuju pada kamar aki dan nini kalian…dan benar aja dugaan kami,
ketika kami membuka pintu kamar, bau busuk dari dalam kamar seperti menyeruak keluar…saya melihat abah darwis sedang duduk di atas kursi…sedangkan nini kalian sudah terbujur di atas tempat tidur dengan kondisi….” melihat ekpresi wajah yang di perlihatkan pak ujang,
sepertinya pak ujang tidak dapat meneruskan menceritakan kondisi nini di dalam kamar
“ enggak usah di ceritakan kang….” ucap bapak yang seakan mengerti dengan apa yang di rasakan pak ujang
“ intinya saya menemukan nini kalian udah dalam keadaan meninggal di atas tempat tidur, semula saya juga menyangka aki kalian itu udah meninggal juga, tapi begitu di sentuh masih bisa di rasakan rasa hangat pada tubuhnya yang terlihat kurus....”
“ berarti aki belum meninggal…aki masih hidup…?” ucap gw begitu pak ujang mengakhiri penjelasannya, terlihat pak ujang dan bapak menganggukan kepalanya
“ lalu sekarang aki di mana pak…?” tanya daru kepada bapak
“ nanti dulu ru….biar pak ujang melanjutkan ceritanya terlebih dahulu…” jawab bapak, berbalas tatapan mata pak ujang
“ semula kami berpikir dengan ditemukannya aki dan nini kalian ini, permasalahan akan sumber bau bangkai ini udah selesai…
setelah kami memutuskan untuk membakar kasur tempat nini kalian di temukan itu…kami masih mencium bau bangkai yang menyengat di rumah ini…dan akhirnya setelah kami telusuri kembali, kami menyimpulkan kalau bau bangkai yang tercium tersebut berasal dari kamar itu….”
terlihat pak ujang menunjukan jari tangannya pada kamar yang selama ini di tempati oleh uwa odah, entah mengapa gw merasakan bulu kuduk di tengkuk gw seperti meremang seiring dengan jari tangan pak ujang yang menunjuk ke arah kamar uwa odah
“ berarti….” gumam gw pelan
“ berarti apa nang…?” tanya kak dira yang merasa bingung dengan maksud perkataan gw, terlihat bapak dan ibu memberikan isyarat agar gw tidak menceritakan peristiwa yang pernah gw alami kepada kak dira dan daru
“ setelah kami membuka pintu kamar itu,
kami menemukan mayat uwa kalian di atas tempat tidur, dari kondisi tubuhnya…sepertinya kematian uwa kalian itu, telah terjadi lebih lama dibandingkan nini kalian…” terang pak ujang sambil mematikan rokoknya
“ lohhh pak ujang hanya menemukan mayat uwa odah…?bagaimana dengan nasib anaknya…?” tanya gw kepada pak ujang, dan berharap pak ujang akan memberikan kabar gembira akan nasib anak uwa odah
“ anak uwa odah….? “ terlihat pak ujang agak bingung dengan maksud pertanyaan gw,
kini dari ekspresi wajahnya terlihat pak ujang berharap bapak akan memberikan sebuah penjelasan
“ iya kang ujang….memang selama ini keberadaan dan kehamilan uwa odah memang sengaja kami sembunyikan, selain untuk menjaga aib keluarga,
saya juga enggak mau membuat abah semakin marah, karena buat saya pribadi…ceu odah bisa tinggal di rumah ini aja..saya udah bersyukur…” ucap bapak memberikan penjelasan, terlihat pak ujang menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti akan maksud penjelasan bapak
“ saya heran, kenapa masalah serumit ini enggak di urus oleh petugas keamanan…” gerutu kak dira pada dirinya sendiri
“ bukan enggak di urus neng dira, tapi itu udah menjadi kesepakatan dan petunjuk sesepuh kampung ini untuk menjaga rahasia ini, karena menurut sesepuh kampung…
peristiwa yang telah terjadi ini bukanlah sebuah peristiwa yang umum, bahkan terkesan aneh…atas dasar itu, warga sepakat untuk menutupi peristiwa yang telah menimpa keluarga kalian ini…
karena hal tersebut adalah sebuah aib yang bisa membuat buruk citra baik kampung ini…” ujar pak ujang menanggapi gerutu kak dira
“ oke…kalau memang peristiwa ini sengaja ditutupi, hanya satu pertanyaan dira, kenapa berita sepenting ini enggak diberitahukan ke bapak…?” tanya kak dira kembali dan seperti agak menyudutkan pak ujang,
terlihat ibu seperti memberi isyarat agar kak dira tidak berlaku seperti itu
“ sekarang pak ujang harus memberitahukan kemana neng dira, bertanya sama aki kamu udah enggak mungkin, bertanya sama rekan kerja bapak kamu…ya pak ujang kan enggak tau tempat kerja bapak kamu,
jangankan tempat kerja yang baru…tempat kerja yang lama aja pak ujang enggak tau…” jawab pak ujang dengan ekspresi wajah yang tenang, sepertinya pak ujang tidak terpengaruh dengan emosi yang kak dira perlihatkan
“ maafkan anak anak saya ya kang ujang, maklum masih pada kecil…
jadi rasa keingintahuannya tinggi…” ucap ibu meminta maaf atas perlakuan kak dira, terlihat pak ujang mengembangkan senyumnya
“ kalau memang aki masih hidup…berarti sekarang aki ada dimana…?” tanya gw yang mulai tidak sabar untuk mengetahui keberadaan aki
“ aki ada….”
“ assalamualaikum…..” sebuah salam yang terdengar dari luar rumah kini memotong perkataan yang terlontar dari mulut bapak
“ tunggu sebentar…” ucap bapak sambil beranjak dari kursinya dan melangkah menuju keluar rumah,
tidak berselang lama terdengar pembicaraan bapak dengan beberapa orang, tapi dari pembicaraan yang gw dengar, sepertinya orang orang yang datang itu adalah pegawai aki yang bekerja di peternakan, selang beberapa lama terlihat bapak kembali memasuki rumah
“ siapa pak…?” tanya ibu, terlihat bapak kembali menghempaskan tubuhnya di kursi
“ orang orang dari peternakan, katanya ada pemesanan domba dari seorang pelanggan…mereka menunggu persetujuan abah…” ucap bapak sambil meminum kopinya yang mulai dingin
“ lalu gimana pak…kan abah enggak mungkin untuk ditanya tanya lagi…” ujar ibu sambil menatap wajah bapak
“ yahh…untuk sementara ini biar akang yang mengambil keputusan…” seiring perktaan yang terucap dari mulut bapak,
terlihat pak ujang mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya
“ ohh iya kang tama, sebenarnya maksud kedatangan saya ini untuk menyerahkan kunci kamar ini…” kini terlihat pak ujang menyerahkan sebuah kunci ke tangan bapak
“ kamar ceu odah…?” tanya bapak begitu menerima anak kunci di tangannya
“ iya kang…maaf kalau kunci itu sampai saya bawa bawa…soalnya saya suka mengunci kamar tersebut disaat saya menjaga abah kang tama…”
“ loh memangnya kenapa kang ujang….?” tanya bapak yang merasa heran dengan perkataan pak ujang
“ enggak tau kang…suka merasa iseng aja….kadang saya…”
“ ahhh itu hanya perasaan kang ujang aja…..” ucap bapak memotong perkataan pak ujang, kini terlihat bapak mengembangkan senyumnya ke arah gw, kak dira dan daru, sepertinya bapak tidak ingin kalau kami akan terpengaruh oleh cerita pak ujang
“ iya…mungkin itu hanya perasaan saya aja, baik kang tama…kalau begitu saya pulang dulu,udah agak siang…” tidak lama berselang dari perkataannya terlihat pak ujang bangkit dari kursinya, mendapati hal tersebut, bapak segera mengantarkan pak ujang keluar rumah,
untuk beberapa saat terlihat bapak kembali terlibat perbincangan dengan pak ujang diluar rumah
“ jadi sebenarnya aki dimana bu…?” tanya gw kembali , karena dari dua kali gw mengutarakan pertanyaan tersebut, gw belum juga mendapatkan jawaban yang jelas
“ ada dikamarnya nang…” jawab ibu yang berbalas rasa keterkejutan gw, kak dira dan daru, mendengar jawaban dari ibu…gw, kak dira dan daru serempak beranjak dari kursi, sepertinya rasa keingintahuan kami untuk melihat kondisi aki sudah tidak bisa untuk di tahan lagi
“ nanti dulu…kalian tunggu bapak dulu…” tegur ibu yang menghentikan keinginan gw, kak dira dan daru untuk menuju ke kamar aki, seiring perkataan ibu, kini terlihat bapak memasuki rumah
“ mari kita lihat aki kalian…” ajak bapak begitu melihat kami sudah bangkit dari kursi, dengan segera kami mengikuti bapak yang telah terlebih dahulu berjalan mendahului kami
“ kalian enggak usah terkejut…” ucap bapak begitu tangannya mulai membuka pintu kamar, seiring dengan pintu kamar yang telah terbuka, bisa gw rasakan aroma wangi kemenyan yang terbakar seperti menyambut kedatangan kami di dalam kamar,
tatapan mata gw yang menyapu keadaan di dalam kamar kini melihat sebuah sosok yang sedang terbaring di atas lantai dengan beralaskan anyaman tikar
“ aki....” gumam kak dira dengan rasa tidak percaya atas apa yang tengah dilihatnya,
dan sepertinya gumaman yang keluar dari mulut kak dira kini mengantarkan langkah kaki bapak memasuki kamar dan duduk bersimpuh di sisi aki
“ kenapa kemenyan itu masih dibakar pak….?” tanya daru sambil ikut bersimpuh di sisi bapak,
terlihat mata daru memandang pada sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat di sudut ruangan, kepulan asap dari kemenyan yang terbakar, membumbung tipis ke udara
“ untuk menghilangkan bau yang membekas di ruangan ini ru…” jawab bapak sambil memandang wajah aki
“ kira kira apakah aki akan sadar lagi ya pak…” tanya gw begitu melihat aki yang terbaring tanpa daya
“ entahlah nang….bapak enggak tau, bapak hanya berharap aki akan kembali sadar…”
“ pak kalau danang boleh tau….setelah danang tadi mendengar cerita pak ujang, apakah aki pernah belajar sesuatu yang berhubungan dengan kesaktian…?”
“ itu juga bapak enggak tau nang, walaupun hal hal seperti itu ada…bapak enggak pernah tertarik untuk mempelajarinya…
bahkan bertanya kepada aki kalian mengenai hal hal yang menyangkut itu aja bapak enggak mau…” jawab bapak mengakhiri pembicaraan di dalam kamar
Waktu yang terus berjalan, kini mengantarkan udara dingin yang turun bersama redupnya cahaya matahari,
sesekali terlihat beberapa warga kampung yang berjalan melewati depan rumah, dari penampilannya sepertinya mereka hendak menuju ke mushola yang tidak jauh dari rumah, karena memang sudah menjadi kebiasaan warga kampung untuk melaksanakan sholat magrib secara berjamaah di mushola
“ pak….danang mau sholat di mushola ya…”
“ iya daru juga pak…”
Mendengar perkataan gw dan daru, bapak yang masih sibuk membersihkan motor yang dulu pernah di pergunakannya untuk bekerja kini terlihat menganggukan kepalanya,
mendapati hal tersebut gw dan daru segera mengambil kain sarung dari dalam rumah dan beranjak menuju ke mushola
“ bang….” ucap daru diantara irama langkah kakinya yang menelusuri jalan setapak kampung
“ kenapa ru…?”
“ jujur aja gw takut untuk tinggal di rumah aki….belum lagi ditambah cerita pak ujang yang seperti itu…lu memangnya enggak takut bang…?”
Gw terdiam sejenak begitu mendengar perkataan daru, apa yang daru rasakan itu sebenarnya tengah gw rasakan juga,
apalagi gw sebenarnya telah mengalami sesuatu yang aneh di rumah itu, tapi..untuk berkata jujur dan mengakui rasa takut yang gw rasakan, sepertinya itu tidak bisa gw ungkapkan ke daru, karena biar bagaimanapun gw adalah seorang abang yang seharusnya memberikan rasa nyaman ke adik
gw, bukannya malah mendukung rasa takut yang di rasakannya
“ takut kenapa ru…rumah aki itu rumah kita juga….masa lu takut dengan aki, nini dan uwa odah…” ucap gw sambil mengembangkan senyum
“ jangan bohong lu bang…gw yakin lu juga pasti takut…”
ujar daru sambil memalingkan wajahnya ke gw, medapati perlakuan daru seperti itu, gw hanya bisa terdiam dan meneruskan langkah kaki ini menuju ke mushola, kini terlihat beberapa warga kampung telah memenuhi mushola, dan sepertinya begitu melihat kehadiran gw dan daru di mushola
, beberapa warga kampung yang tengah bersiap siap menjalankan ibadah sholat magrib terlihat menyambut kedatangan kami…mungkin mereka masih mengenal raut wajah gw dan daru yang tidak banyak mengalami perubahan
“ danang…daru…?” tegur seorang lelaki yang terlihat sudah tua, begitu melihat gw dan daru memasuki mushola
“ pak haji aceng ya…?” ucap gw dan daru hampir serempak, terlihat perubahan pada rambut pak haji aceng,
rambut pak haji aceng yang dulu masih terlihat hitam kini sudah memutih, belum sempat gw dan daru berbicara lebih lanjut kepada pak haji aceng, kini imam yang akan memimpin sholat berjamaah telah memberikan aba aba bahwa sholat akan segera di mulai,
gw dan daru pun segera mengambil posisi di dekat haji aceng untuk melaksanakan sholat berjamaah
“ ya ampun…kapan kalian datang…” ujar pak haji aceng begitu telah mengakhiri doanya
“ baru kemarin malam pak haji….” Jawab gw, terlihat dua orang warga yang duduk di sisi kami ikut terlibat dalam perbincangan ini
“ pasti kalian sekarang udah mengetahui tentang apa yang telah terjadi di rumah aki kalian itu….” ujar pak haji aceng kembali,
mendengar perkataan yang terlontar dari mulut pak haji aceng, gw dan daru serentak menganggukan kepala
“ saya turut berduka cita atas apa yang terjadi dengan nini dan uwa kalian, ohhh iya bagaimana dengan kabar aki kalian…?”
entah gw harus menjawab apa atas pertanyaan yang kembali meluncur dari mulut pak haji aceng, karena sejujurnya gw bingung dengan kondisi aki sekarang ini
“ masih pingsan pak…” ucap daru sekenanya menjawab pertanyaan pak haji aceng
“ husss…itu bukan pingsan…apa yang aki kalian alami itu adalah efek dari kesaktian atau ilmu yang yang di pelajarinya…” sangkal seorang warga kampung yang ikut dalam pembicaraan ini
“ iya…itu yang dikatakan sesepuh kampung ini…aki kalian itu akan susah untuk meninggal walaupun dalam kondisi apapun…” timpal seorang warga kampung, mencoba mendukung penyangkalan yang baru saja terucap
“ maksud kalian apa ya…?” tanya gw dengan intonasi suara meninggi, sungguh gw tidak menyukai pembicaraan yang terkesan sudah semakin melebar ini
“ kamu enggak usah marah nang…memang kenyataannya seperti itu…
sebenarnya sudah banyak warga kampung yang merasa curiga dengan aki kamu itu, tapi karena kami sungkan dengan aki kalian…makanya kami lebih memilih diam…” mendengar perkataan yang kembali terlontar dari mulut warga kampung, seketika itu juga emosi gw seperti ingin meledak,
ekspresi kemarahan kini benar benar terpancar di wajah gw
“ kalian enggak boleh berbicara seperti itu….sesungguhnya hanya tuhan lah yang mengetahui apa yang telah terjadi…bukan sesepuh kampung, saya ataupun kalian…” ucap pak haji aceng berusaha mencairkan suasana,
terlihat pak aceng berusaha meredakan emosi yang tengah gw rasakan dengan cara merengkuh bahu gw
“ udahlah pak haji….semakin saya berada lama disini, saya takut pembicaraan ini semakin berkembang ke arah yang menyesatkan…”
ujar gw berusaha menyinggung pemikiran dari warga kampung tersebut, dan sepertinya apa yang gw lakukan itu telah berhasil merubah ekpresi di wajah mereka, namun belum sempat warga kampung tersebut mengeluarkan perkataannya kembali,
gw dan daru memutuskan untuk segera pamit dari mushola
“ dasar orang gila…” gerutu gw begitu meninggalkan halaman mushola
Suara serangga malam yang terdengar semakin jelas di telinga ini seperti menandakan malam sudah semakin larut,
sesekali terdengar suara angin yang menjatuhkan sesuatu ke atap rumah, gw…kak dira dan daru yang masih terjaga di dalam kamar, kini hanya bisa saling terdiam dalam keheningan
“ nang…” terdengar suara kak dira memecah keheningan
“ apa…”
“ koq gw merasa kita bakal tinggal disini lagi ya…” ucap kak dira, kini terlihat kak dira bangkit dari tidurnya dan duduk di atas kasur
“ masa iya sih…” ujar daru sambil menatap wajah kak dira, terlihat kak dira menganggukan kepalanya
“ tadi gw secara enggak sengaja mendengar perbincangan antara bapak dan ibu…bapak…” terlihat kak dira menghentikan perkataannya begitu mendengar suara langkah kaki yang lewat di depan pintu kamar
“ bapak kenapa kak…?” tanya gw kepada kak dira begitu memastikan tidak ada tanda tanda seseorang yang akan memasuki kamar
“ bapak tadi bilang akan tinggal kembali di rumah ini, dengan pertimbangan bapak harus mengurus usaha peternakan serta sawah yang dimiliki oleh aki,
selain itu bapak merupakan pewaris tunggal di keluarga ini…” mendengar penjelasan kak dira, gw dan daru hanya bisa saling berpandangan
“ kalau gw sih enggak masalah….” ucap gw yang berbalas anggukan kepala daru
“ iya…memang sayang sih jika bapak enggak melanjutkan usaha yang telah aki rintis…” ujar daru bangkit dari tempat tidur, terlihat jam dinding sudah menunjukan pukul sembilan malam
“ nang….”
Terdengar suara panggilan bapak yang terdengar dari luar kamar, kecurigaan gw akan bapak yang telah mencuri dengar perbincangan ini, kini telah mengantarkan langkah kaki gw berjalan keluar dari dalam kamar
“ ada apa pak…?” tanya gw begitu melihat bapak dan ibu tengah duduk sambil menikmati teh hangatnya
“ panggil juga adik dan kakak kamu kemari…” ujar bapak, sesaat setelah mendapat perintah bapak, gw segera memanggil kak dira dan daru
“ ada yang ingin bapak bicarakan dengan kalian…” ucap bapak begitu melihat kehadiran gw, kak dira dan daru, untuk sejenak kami terdiam menunggu perkataan selanjutnya yang akan keluar dari mulut bapak
“ bapak dan ibu udah berdiskusi tentang masalah keluarga besar kita ini, dan mungkin bapak akan memutuskan untuk tinggal di sini…..kalian mungkin udah mengerti alasannya….”
“ kalau memang itu udah menjadi keputusan bapak…dira, danang dan daru pasti akan mengikuti bapak…”
ucap kak dira menanggapi keinginan bapak yang ingin untuk tinggal di rumah ini kembali
“ mungkin…tanpa harus menunggu liburan kita selesai, besok bapak berencana untuk kembali ke lampung, kalian dan ibu sebaiknya menunggu di rumah ini…kasihan aki kalian enggak ada yg merawat…”
“ lalu bagaimana dengan sekolah kami pak…?” tanya daru kepada bapak
“ biar bapak yang akan mengurusnya….sekalian bapak akan mengurus pengunduran diri bapak di kantor…” jawab bapak,
kini terlihat bapak bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar yang selama ini di tempati oleh uwa odah, sebuah anak kunci yang tersimpan di saku celananya kini terlihat dikeluarkannya
“ untuk selanjutnya setelah semua kamar di rapihkan…kalian nanti bisa menempati kamar masing masing…mungkin untuk sementara ini, daru dan danang bisa tinggal dalam satu kamar dulu, sedangkan dira sendiri….”
ucap bapak sambil membuka pintu kamar yang selama ini di kunci oleh pak ujang, untuk sejenak bapak memperhatikan keadaan didalam kamar, sebelum akhirnya memutuskan untuk menutupnya kembali, dari ekspresi wajah yang di perlihatkan bapak,
sepertinya bapak merasa tidak nyaman dengan kondisi di dalam kamar, kini terlihat bapak kembali berjalan menghampiri kami
“ besok sebaiknya danang dan daru membersihkan kamar itu….” perintah bapak sambil menghempaskan tubuhnya di kursi
“ iya pak….jadi danang dan daru akan tidur di kamar yang mana pak…” ujar gw karena merasa belum ada kepastian mengenai kamar yang akan kami tempati
“ terserah kalian…”
“ dira di kamar yang itu pak….” seiring perkataannya,
terlihat kak dira menunjuk pada salah satu kamar yang selama ini kosong, dan itu bukanlah kamar yang selama ini ditempati oleh uwa odah, mendapati hal tersebut…bapak mengembangkan senyumnya
“ kenapa ra…kamu takut….?” ucap bapak dengan sedikit menggoda
“ enggak pak…tuh kan pasti bapak nyangkanya begitu…kan tadi bapak yang bilang sendiri..kami bebas untuk pilih kamar yang mana aja…” ujar kak dira yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya dengan penyangkalan
“ iya bebas…bebas…” kini perkataan yang terucap dari mulut bapak berbalas senyuman di wajah ibu, sepertinya bapak tidak tahan untuk melihat kak dira yang mulai meradang
Keesokan harinya, sesuai dengan perkataan bapak semalam,
menjelang hari beranjak siang bapak sudah berpamitan untuk pergi menuju lampung, ada perasaan tidak biasa yang gw rasakan ketika harus melepas bapak pergi meninggalkan kami di rumah ini,
karena memang bukan menjadi hal yang biasa buat gw dan keluarga di tinggalkan oleh bapak seperti ini
“ jangan lupa jaga aki kalian…ohh iya…biar nanti pak ujang membelikan kasur baru untuk kamar dira, sedangkan kamar danang dan daru memakai kasur yang ada di kamar dira”
ujar bapak sebelum beranjak pergi, kini dengan diantarkan oleh pak ujang bapak berangkat menuju ke pelabuhan yang akan menyeberangkannya ke lampung
“ sebaiknya kalian mulai merapihkan kamar….biar ibu yang melihat lihat keadaan aki kalian…”
ucap ibu begitu mobil yang kendarai pak ujang mulai berjalan menjauhi rumah
“ ayo ru…” ajak gw kepada daru untuk memasuki rumah, tanpa menjawab apa apa kini daru berjalan mengikuti gw memasuki rumah, meninggalkan kak dira dan ibu yang masih berbincang bincang di teras depan
“ yakin bang kita akan menempati kamar ini…?” tanya daru begitu melihat gw hendak membuka pintu kamar yang biasa di tempati uwa odah, mendengar perkataan daru, gerakan tangan gw untuk membuka pintu kamar kini terhenti,
ingatan gw tentang peristiwa yang telah gw alami malam itu kini kembali bermain main dalam pikiran gw
“ lu gimana sih ru…kemarin waktu bapak nyuruh pilih kamar…lu nya diam aja, sekarang kita udah enggak punya pilihan lagi…”
gerutu gw sambil memutar gagang pintu kamar dan mendorongnya, bisa gw rasakan kini aroma yang kurang menyedapkan tercium dari dalam kamar, sepertinya ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh bapak semalam itu karena aroma bau yang tercium dari dalam kamar ini
“ bang…koq masih bau bangkai gini sih…” seiring perkataanya terlihat daru agak ragu untuk memasuki kamar, hal ini membuat gw memutuskan untuk menarik tangan daru untuk memasuki kamar, seiring dengan gw dan daru yang sudah berdiri di sisi tempat tidur,
kini tatapan mata gw dan daru terpaku pada sebuah noda darah kering pada kayu tempat tidur
“ koq masih ada darahnya ya bang.....?” tanya daru dengan rasa takut, tatapan mata gw yang tidak menemukan kasur di atas tempat tidur,
telah membuat gw mengambil kesimpulan kalau kasur yang selama ini digunakan oleh uwa odah telah ikut dibakar bersamaan dengan kasur nini yang dibakar
“ entahlah ru....sebaiknya sekarang lu ambil kain lap basah…” perintah gw kepada daru, dan tanpa menunggu lama,
terlihat daru segera beranjak keluar dari dalam kamar
“ duh nang…koq masih bau begini sih kamarnya…” perkataan yang terdengar tiba tiba di telinga ini, telah membuat gw sedikit terkejut,
pandangan gw yang semula memperhatikan noda darah kering tersebut kini teralihkan kepada ibu dan kak dira yang berdiri tepat di pintu kamar
“ ibu ngagetin aja…” ucap gw lalu kembali memperhatikan noda darah kering tersebut
“ kenapa nang…?” tanya ibu seraya memasuki kamar, kini terlihat ibu ikut memperhatikan noda darah kering yang melekat pada kayu tempat tidur
“ ada apa bu…?” tanya kak dira dengan rasa penasaran
“ astagfirullah…itu darah uwa odah bu…?” tanya kak dira begitu ikut melihat noda darah kering yang melekat di kayu tempat tidur
“ sepertinya iya ra…” jawab ibu sambil memegangi perutnya yang membesar
“ sebaiknya ibu istirahat aja dulu….” pinta gw begitu melihat ibu memegangi perutnya, seakan mengerti dengan maksud perkataan gw, kak dira kini mengajak ibu untuk keluar dari dalam kamar,
tidak lama berselang terlihat daru memasuki kamar dengan membawa sebuah ember kecil yang berisi air dan lap basah
“ ini bang…” ucap daru sambil menyerahkan lap basah yang berada dalam genggaman tangannya, kini daru mengambil posisi jongkok di samping gw dan memperhatikan gw yang mulai mencoba membersihkan noda darah tersebut
“ koq enggak hilang juga bang….?” tanya daru begitu melihat usaha gw yang gagal membersihkan noda darah kering tersebut, setelah gw kembali mencoba membersihkannya dan kembali menemui kegagalan,
daru mengambil kain lap tersebut dari tangan gw dan mencoba mengelap noda darah tersebut
“ ini sih sepertinya udah melekat banget bang…” ujar daru begitu menemui kegagalan atas usaha yang dilakukannya
“ biar gw ambil pisau dulu, siapa tau dengan di kikis kayu tempat tidur ini akan menghilangkan noda tersebut….” ucap gw sambil bangkit dari jongkok, belum sempat gw melangkah, genggaman tangan pada pergelangan tangan ini telah membuat gw mengurungkan niat untuk melangkah
biar gw aja bang…” entah karena alasan apa, kini daru mengeluarkan sebuah penawaran sebaik itu
“ jangan lama lama….nanti bisa bergerak sendiri nih tempat tidur….” goda gw yang berbalas ekspresi rasa takut di wajah daru
“ enggak lucu lu bang…” gerutu daru sambil beranjak pergi meninggalkan kamar, begitu melihat daru yang telah pergi meninggalkan kamar, untuk sejenak gw kembali memperhatikan noda darah tersebut,
hingga akhirnya kini pandangan mata gw teralihkan pada gorden jendela yang terlihat bergoyang goyang laksana bermain main dengan hembusan angin
“ angin dari mana ya…” ucap gw sambil mulai melangkah menuju ke jendela kamar dan menyingkap gorden yang semula menutupi jendela kamar,
melalui kaca jendela kamar kini gw bisa melihat keadaan halaman belakang di antara cahaya matahari yang mulai meredup...terlihat daun daun yang bergoyang karena hembusan angin...seperti sebuah gerakan tanpa suara yang mencoba menyibak kesunyian di halaman belakang,
kini tatapan mata gw terpaku pada sebuah ember yang tergantung di atas sumur, terlihat sesekali ember tersebut bergoyang goyang mengikuti irama angin yang menerpanya
“ rupanya angin memang sedang kencang…” gumam gw sambil membuka jendela kamar,
bisa gw rasakan hembusan angin segar yang menyeruak memasuki kamar
“ bang…”
“ ya ru….mana pisaunya…” tanpa menolehkan pandangan mata ini dari halaman belakang, gw segera merespon perkataan daru,
rasanya gw tidak ingin untuk kehilangan sebuah momen dimana gw merasakan rasa segar dari udara yang memasuki paru paru gw ini, setelah sekian lama terjebak dalam ruangan kamar yang pengap dan bau
“ darunya kemana nang…?”
“ kak dira....?” tanya gw dalam hati begitu mendengar suara teguran yang terdengar dari belakang tubuh ini, ....ini sungguh sangat mengherankan...bukan kah seharusnya daru yang berada di belakang tubuh gw ini
dan merespon keinginan gw untuk mendapatkan pisau yang sudah sedari tadi telah gw tunggu...tapi kini kenyataannya gw mendapati sebuah teguran yang terucap dari mulut kak dira,
setelah beberapa saat gw hanya bisa terdiam memandang keberadaan kak dira yang berdiri tepat di pintu kamar, kini gw segera mengalihakan pandangan ini untuk mencari keberadaan daru di dalam kamar
“ lohhh darunya kemana kak…?” tanya gw dengan rasa heran begitu tidak menemukan keberadaan daru di dalam kamar
“ lu kenapa sih nang…koq jadi malah nanya sama gw…” jawab kak dira yang merasa aneh melihat tingkah laku gw, kini terlihat kak dira berjalan menghampiri gw
“ nang…” ucap kak dira sambil menatap wajah gw
“ kenapa kak…?”
“ lu jangan bohong sama gw…lu habis lihat apa…?” tanya kak dira, ekspresi wajahnya memperlihatkan rasa tidak nyaman atas ekspresi bingung yang terpancar di wajah gw
“ gw enggak lihat apa apa kak…sumpah…” jawab gw sambil memberikan isyarat tangan bahwa apa yang gw ucapkan itu adalah benar, selang beberapa saat terlihat daru berjalan memasuki kamar
“ lahhh kak dira ngapain…?” tanya daru begitu melihat keberadaan kak dira di dalam kamar
“ lu koq lama banget sih ru…”gerutu gw begitu melihat daru datang menghampiri, tanpa menunggu jawaban dari daru, gw segera mengambil pisau yang ada dalam genggaman tangan daru
“ tadi gw ke wc dulu bang….udah enggak tahan lagi….” ujar daru sambil memegangi perutnya,
terlihat daru memperhatikan ekspresi wajah gw yang seakan tidak percaya dengan perkataan yang terucap dari mulutnya
“ lu kenapa bang…?”
“ duhhh kayaknya gw apes nih….gara gara ngeledekin lu ru…” ucap gw sambil mengambil posisi jongkok di sisi tempat tidur
“ apes kenapa bang…?” tanya daru kembali, kini terlihat kak dira mulai semakin merasa tidak nyaman dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut gw
“ entahlah….mungkin gw tadi hanya salah dengar….”
“ salah dengar apa sih bang….lu mau nakut nakutin gw lagi ya….” gerutu daru sambil mengambil posisi jongkok di sisi gw
“ lu jangan bercanda yang aneh aneh dah nang….” dari nada suara yang keluar dari mulut kak dira,
sepertinya kak dira menganggap perkataan yang baru saja gw ucapkan itu adalah sebuah candaan
“ benar kak…tadi gw mendengar ada suara yang memanggil gw, gw pikir itu suara daru…” ucap gw menjelaskan peristiwa yang baru saja gw alami,
andai saja saat ini gw menceritakan peristiwa yang gw alami malam itu, mungkin kak dira dan daru sudah lari terbirit birit meninggalkan kamar ini
“ ahh konyol lu nang…enggak lucu…” kini seiring perkataannya,
jambakan tangan kak dira pada rambut gw seperti mewakili rasa tidak sukanya terhadap perkataan yang baru saja gw ucapkan
“ ya terserah mau percaya apa enggak….” gerutu gw sambil menyingkirkan tangan kak dira dari kepala gw,
kini pisau yang ada dalam genggaman tangan gw mulai bekerja mengikis kayu tempat tidur untuk menghilangkan noda darah
“ akhirnya hilang juga….” ucap gw dengan rasa puas sambil meniup serpihan kulit kayu yang menempel pada mata pisau
“ ngomong ngomong…lu udah ngerapihin kamar belum kak….?” tanya gw yang berbalas gelengan kepala kak dira
“ belum nang….gw takut kalau sendirian beresin kamar….” ujar kak dira sambil menunjukan ekspresi rasa takutnya
“ yaelahh kak….malu tuh sama umur, masa udah gede masih penakut aja…” mendapati ledekan gw, untuk kedua kalinya, kini tangan kak dira kembali menjambak rambut gw
“ ya udah gw dan daru temenin dah, sekalian gw mau mengambil kasur yang ada di kamar lu…”
ucap gw sambil berjalan menuju jendela kamar lalu menutupnya, kini gw mengajak kak dira dan daru untuk segera berjalan menuju ke kamar yang akan di tempati oleh kak dira
“ jadi beneran nih nang…malam ini kita harus tidur di kamar masing masing…?”
tanya kak dira begitu memasuki kamar yang akan di tempatinya, jendela kamar yang semula tertutup kini dibukanya, tidak seperti kamar yang akan gw tempati, di kamar yang akan kak dira tempati ini sama sekali tidak tercium aroma busuk seperti yang tercium di kamar gw
“ kalau gw dan daru sih udah pasti tidur di kamar bekas uwa odah itu…” jawab gw sambil memperhatikan kak dira yang mulai menyapu lantai kamar
“ ahhh….kalau gw sebaiknya menunggu sampai bapak pulang dulu deh…selama bapak belum pulang, gw tidur sama ibu dulu…”
ucap kak dira dengan rasa lega
ehhh tapi siapa yang nanti malam harus jagain aki….?” tanya daru begitu melihat kak dira selesai menyapu lantai
“ ya kita bergantian aja…kan enggak mungkin ibu…” usul gw yang berbalas tatapan mata kak dira
“ bergantian gimana, nang….disini lelaki yang dianggap dewasa cuma ada lu…” ucap kak dira sambil memainkan sapu yang ada ditangannya
“ kemarin itu yang menjaga aki kan bapak…walaupun enggak semalaman, nahh sekarang berhubung enggak ada bapak…
udah menjadi tugas lu lah untuk menjadi pemimpin di rumah ini….” terlihat kak dira mengembangkan senyum begitu mengakhiri perkataannya
“ wihhh enak banget lu….gw enggak mau…ya udah nanti malam biar gw sama daru yang menjaga aki,
lagipula daru mana berani kalau harus tidur sendirian…” ucap gw yang berbalas anggukan kepala daru
“ lu udah selesai rapihin kamarnya kan…ya udah, gw mau bawa kasur lu ke kamar gw…”
ujar gw sambil memberikan isyarat kepada daru untuk membantu mengangkat kasur dan memindahkan ke dalam kamar yang akan gw dan daru tempati.
Langit senja yang berselimuti awan hitam seperti mengantarkan hembusan angin yang menerpa dedaunan, sesekali terlihat mulut daru mengikuti irama pengajian yang mulai terdengar dari speaker mushola, bersamaan dengan lampu teras depan yang mulai menyala,
terlihat ibu keluar dari dalam rumah
“ bagaimana keadaan aki…bu..?” tanya gw begitu melihat ibu berjalan menghampiri kak dira yang sedang termenung menatap dedaunan yang bergoyang
“ entahlah nang….ibu bingung, sebenarnya aki kalian itu sakit apa…”
jawab ibu sambil mencoba membuyarkan lamunan kak dira
“ famali ra…mau magrib koq melamun, sebaiknya kamu ajak adik adik kamu untuk bersiap sholat magrib…”
“ iya bu….sepi juga ya kalau enggak ada bapak…” ujar kak dira sambil beranjak dari duduknya
“ sepi apa takut…” seiring ucapan yang terlontar dari mulut gw, terlihat kak dira mencibirkan bibirnya, melihat itu semua ibu hanya bisa menggelengkan kepala
Waktu yang terus berjalan kini mengantarkan malam menuju kesempurnaannya,
sesekali terlihat tangan daru mencoba mengganti chanel siaran tv dengan cara memutar tombol chanel, dan untuk kesekian kalinya juga, tatapan mata gw kembali melihat ekspresi wajah daru yang mencoba menahan ngantuknya,
entah mengapa gw merasakan malam ini terasa begitu sepi dibandingkan malam malam yang telah gw lalui bersama bapak di rumah ini
“ kalau ngantuk…lu sebaiknya tidur ru…” tegur gw begitu melihat daru kembali memejamkan matanya diantara siaran tv yang sedang di tontonnya,
merasa terkejut dengan teguran gw yang terdengar begitu tiba tiba, terlihat daru kembali membuka pejaman matanya, untuk sesaat daru memperhatikan jam dinding yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam
“ gw, enggak mau bang….lebih baik gw enggak tidur dah, daripada gw harus tidur sendirian…” seiring ucapan daru, terlihat daru bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar yang di tempati ibu dan kak dira,
untuk sesaat terlihat daru membuka pintu kamar dan memperhatikan kondisi di dalam kamar, sebelum akhirnya menutup pintu kamar kembali
“ enak banget ya jadi perempuan….tidurnya nyenyak, sedangkan kita harus terjaga seperti ini….” keluh daru begitu menghampiri gw
“ jadi anak lelaki enggak boleh bawel, kan tadi gw udah bilang…kalau lu ngantuk sebaiknya lu tidur duluan..” menyadari mendapati sindiran dari gw, terlihat daru mengembangkan senyumnya
“ gw mau buat kopi dulu bang….biar enggak ngantuk, lu mau enggak…?”
ucap daru sambil menatap wajah gw
“ boleh ru….ehhh tapi jangan deh ru, buatin gw teh manis aja…” seiring perkataan gw terlihat daru mulai melangkahkan kakinya menuju dapur, tapi baru saja beberapa langkah daru berjalan, kini daru terlihat menghentikan langkah kakinya
“ kenapa ru…?” tanya gw begitu melihat daru yang berdiri terpaku, tanpa mengeluarkan jawaban, kini daru memberikan isyarat tangan agar gw berjalan menghampirinya, mendapati hal tersebut gw segera berjalan menghampiri daru
“ lu kenapa sih ru…?” tanya gw kembali begitu menghampiri daru, terlihat tatapan mata daru menatap pada pintu kamar yang akan gw dan daru tempati, melihat tatapan mata daru yang terlihat tidak berkedip menatap daun pintu kamar yang -
memang sedari tadi telah gw biarkan agak sedikit terbuka, kini menimbulkan tanda tanya kecil di hati gw, apakah sebenarnya yang sedang daru lihat saat ini
“ kenapa sih ru…” tanya gw untuk yang ketiga kalinya sambil menyikut tangan daru,
entah mengapa gw merasakan rasa tegang yang tengah daru rasakan kini seperti menjangkiti diri gw, untuk sesaat gw dan daru hanya bisa berdiri diri menatap pintu kamar
“ tadi….tadi…gw melihat seperti ada yang menggerak gerakan pintu itu bang….”
ujar daru untuk yang pertama kalinya setelah tiga buah pertanyaan terlontar dari mulut gw ini, seakan takut untuk menunjuk pintu kamar tersebut, daru memberikan isyarat mata agar gw memperhatikan pintu kamar,
setelah beberapa saat gw memperhatikan pintu kamar dan tidak mendapati satu hal pun yang sesuai dengan perkataan daru, gw mulai berjalan mendekati pintu kamar
“ wahh kacau lu ru….laki laki koq penakut….” gerutu gw diantara langkah kaki yang mulai mendekati pintu kamar,
dan baru saja genggaman tangan gw hendak menyentuh gagang pintu kamar, kini gw melihat pintu tersebut seperti terdorong dengan sendirinya dan menutup secara perlahan, melihat hal tersebut,
gw dengan serta merta mengurungkan niat untuk menyentuh gagang pintu kamar dan memilih untuk berdiri terpaku dalam sebuah tanda tanya di hati ini
“ bang....” tegur daru menyadarkan keterpakuan gw menatap pintu kamar, begitu gw menolehkan pandangan,
terlihat daru yang masih berdiri menatap gw dan pintu kamar
“ sini ru….” pinta gw sambil memberikan isyarat tangan agar daru menghampiri gw, bukannya sebuah jawaban yang keluar dari mulut daru, terlihat daru menggelengkan kepalanya untuk menolak permintaan gw,
rasa jengkel seketika itu juga seperti menggelayuti perasaan gw, entah mengapa kini gw merasa…setelah ketiadaan bapak di rumah ini…kini gw adalah lelaki tertua di rumah ini yang mempunyai tanggung jawab untuk menjawab dan
mengatasi semua peristiwa serta masalah yang ada di rumah ini, bahkan untuk masalah yang aneh seperti ini
“ dasar penakut…” maki gw dalam hati, kini genggaman tangan gw terasa erat menggenggam gagang pintu kamar
“ jangan bang….!” tegur daru dengan suara pelan begitu melihat gw hendak memutar gagang pintu kamar, hal ini jelas memberikan gw sedikit keraguan untuk melanjutkan putaran tangan gw pada gagang pintu kamar,
kini bertepatan dengan keputusan gw untuk kembali melanjutkan memutar gagang pintu kamar, gw mendengar suara dari gagang pintu yang berputar, dan hal ini jelas membuat gw kembali menolehkan pandangan mata ini ke belakang,
terlihat daru sedang menatap ibu yang baru saja keluar dari dalam kamar
“ kalian sedang apa….?” tanya ibu begitu melihat gw dan daru yang berdiri saling berjauhan, untuk sesaat terlihat daru mengalihkan pandangannya ke arah gw
“ enggak ada apa apa bu…” jawab gw dengan sedikit tergagap lalu melepaskan genggaman pada gagang pintu, mendapati jawaban gw, ibu terlihat agak tidak percaya….kini terlihat ibu berjalan menghampiri gw dan memperhatikan pintu kamar yang masih tertutup
“ jangan bohong nang….ada apa sebenarnya….?” tanya ibu kembali sambil menatap wajah gw dan daru secara bergantian, sebenarnya menjadi hal yang tabu untuk gw berbohong kepada ibu, tapi melihat kondisi ibu yang sedang hamil besar seperti ini,
keinginan gw untuk jujur terpaksa gw urungkan, melihat gw dan daru yang masih tetap terdiam, kini ibu memutuskan untuk membuka pintu kamar, seiring pintu kamar yang telah terbuka…ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya
“ ya ampun nang….kamu teledor banget sih, ini udah malam….masa iya jendela kamar kamu biarkan terbuka seperti itu….” tegur ibu dengan ekspresi wajah marah, tanpa menunggu ibu kembali menumpahkan kemarahannya, gw segera berjalan memasuki kamar dan menutup jendela kamar
“ seingat gw….gw enggak membuka jendela ini….” gumam gw dalam hati seraya memandang ke arah daru yang berdiri di sisi ibu
“ bukan gw bang yang membukanya….” sanggah daru karena merasa tersudutkan oleh tatapan mata gw
“ uddah jangan saling menyalahkan….ohhh iya bagaimana dengan aki kalian….” ujar ibu sambil kembali memandang gw dan daru secara bergantian, terlihat ibu kembali menggelengkan kepalanya begitu melihat gw dan daru hanya bisa terdiam
“ apa perlu ibu yang menjaga aki kalian malam ini…..” ucap ibu sambil berjalan meninggalkan gw dan daru menuju ke kamar mandi
“ jangan bu…biar danang sama daru aja…” tanpa mengeluarkan perkataan lagi, ibu meneruskan langkahnya menuju ke kamar mandi,
mendapati hal tersebut….gw dan daru segera bergegas menuju dapur untuk membuat kopi dan teh manis
“ bang….”
“ udah deh ru….jangan mikir yang aneh aneh, pintu yang tertutup tadi pasti karena angin…” ucap gw memotong perkataan daru,
mendapati hal tersebut daru kembali melanjutkan putaran sendoknya di dalam gelas
“ angin koq bisa sampai menutup pintu kayak gitu ya bang…” ujar daru kembali sambil menghentikan putaran sendoknya, belum sempat gw menjawab perkataan daru,
terlihat ibu keluar dari dalam kamar mandi, untuk sesaat ibu kembali terdiam memperhatikan gw dan daru yang masih berada di dapur, mendapati hal tersebut…gw memutuskan untuk segera mengajak daru meninggalkan dapur,
seiring dengan langkah kaki gw dan daru yang berjalan menuju ke kamar aki, terlihat ibu kembali memperhatikan kami sebelum akhirnya ibu memutuskan untuk memasuki kamarnya
Ini adalah untuk kali pertamanya gw dan daru menemani aki,
aroma kemenyan yang sedari sore telah di bakar oleh ibu seperti menyambut kedatangan kami di dalam kamar, terlihat tubuh aki yang terbaring di lantai dengan beralaskan anyaman tikar
“ jendela kamarnya dibuka aja bang...” pinta daru karena merasa tidak nyaman dengan aroma kemenyan yang terasa menyengat, mendapati permintaan daru gw segera membuka jendela kamar
“ segarnya….” ucap gw begitu merasakan udara segar yang masuk ke dalam kamar
“ tutup pintunya ru…!” mendapati permintaan gw, daru yang sedari tadi masih berdiri di pintu kamar kini bergegas memasuki kamar dan menutup pintu kamar, bisa gw lihat ekspresi tidak nyaman di wajah daru begitu berjalan menghampiri gw yang sudah mengambil posisi duduk-
di samping aki, untuk sesaat daru terlihat ragu untuk mengambil posisi duduk di samping gw, hingga akhirnya daru pun memutuskan untuk duduk
“ kasihan ya aki….orang yang dulu konon di bilang sakti…sekarang terbaring seperti ini….”
ucap gw sambil menyentuh wajah aki, bisa gw rasakan rasa dingin di telapak tangan ini ketika gw menyentuh kulit wajah aki yang telah mengkeriput, mendapati hal tersebut…kini secara refleks gw melihat ke arah dada aki,
masih terlihat gerakan nafas di dada aki, yang menandakan aki masih hidup
“ seharusnya kalau aki masih hidup….gw masih bisa merasakan kehangatan di tubuh aki…” ucap gw dalam hati sambil kembali menempelkan telapak tangan ini di kening aki
“ kenapa bang….?” tanya daru begitu melihat ekspresi wajah gw yang seperti menyimpan pertanyaan, tanpa menunggu jawaban dari gw, kini daru ikut menempelkan telapak tangannya di tangan aki
“ wahhh….koq dingin gini tubuh aki bang….” Seperti sama dengan apa yang telah gw lakukan, kini secara refleks daru menatap ke arah dada aki
“ aki masih hidup kan bang….?”
“ pakai nanya lagi….lu kan lihat sendiri aki masih bernafas…”
ujar gw sambil mengambil gelas teh manis hangat lalu menghirupnya
“ lu percaya apa enggak bang dengan apa yang dikatakan oleh orang kampung kemarin yang mengatakan aki berguru sesuatu….?” tanya daru sambil menatap wajah gw, mendapati pertanyaan tersebut…
gw hanya mengembangkan senyum sambil memberikan isyarat tubuh kalau gw tidak mempercayai itu semua
“ itu semua hanya omong kosong ru….mana ada sejarahnya orang yang belajar kesaktian seperti pencak silat dan segalanya, mendapatkan vonis akan sulit meninggal….”
ujar gw sambil bangkit dari duduk dan berjalan menuju ke meja bundar yang berada di sudut kamar, terlihat bungkusan pelastik hitam tergeletak di atasnya
“ apaan itu bang…” tanya daru begitu melihat gw mulai membuka pelastik hitam tersebut,
mendengar pertanyaan daru dengan serta merta gw mengeluarkan isi bungkusan dan memperlihatkannya kepada daru, kini tampak pelastik putih kecil yang berisi daun jagung yang biasa di gunakan aki untuk melinting tembakau keringnya,
mungkin sudah menjadi kodrat gw sebagai lelaki yang penuh dengan rasa keingintahuannya, kini mulai mengeluarkan lembaran daun jagung yang berada di dalam pelastik
“ ckckck….bandel lu bang….” ucap daru begitu melihat gw mulai melinting lembaran daun jagung tersebut hingga membentuk sebuah rokok kecil tanpa berisi tembakau, bersamaan dengan nyala api yang mulai membakar ujung lintingan rokok jangung,
asap rokok yang mulai memasuki mulut gw seperti memberikan sensasi kehangatan di tubuh ini
“ jangan bilang bilang ru….gw cuma ingin tau rasanya seperti apa….” ujar gw sambil kembali duduk di sisi daru,
terlihat daru mengibaskan tangannya untuk menyingkirkan asap rokok yang menghalangi pandangannya
“ ohh iya bang…mengenai yang tadi gw tanyakan, mungkin yang di maksud orang orang kampung itu bukannya berguru pencak silat kali bang….”
“ maksud lu…?” mendengar pertanyaan gw, daru terdiam tidak menjawab
“ maksud lu….aki belajar ilmu hitam gitu…?” kembali daru tidak berani untuk menjawab pertanyaan gw, tatapan matanya kembali memandang ke sekeliling kamar
“ bicara yang lain aja deh bang…” ujar daru sambil menghirup kopinya
“ tapi ada yang aneh juga ru…” ucap gw sambil bangkit dari duduk dan berjalan menuju ke jendela kamar
“ lu masih ingat dengan golok yang biasa di bawa aki…..?” tanya gw sambil membuang lintingan rokok jagung yang hanya menyisakan satu hisapan lagi, terlihat daru menganggukan kepalanya, sesaat daru terdiam…dari ekspresi wajahnya sepertinya daru mengerti akan maksud perkataan gw
“ iya ya bang….golok aki itu sekarang dimana ya….?”
“ kalau gw tau….gw enggak bakal bertanya sama lu ru….” ujar gw sambil memandang daru, setelah beberapa saat gw dan daru saling berpandangan, kini tatapan mata gw dan
daru seperti secara otomatis memandang pada lemari tua yang berada di sudut kamar…ya sebuah lemari tua yang biasa di gunakan aki dan nini untuk menyimpan pakaiannya
“ mungkin di situ ru….coba lu periksa….”
“ogahh bang…lu aja deh…sumpah gw enggak berani….”
“ ampun deh ru….penakut lu kebangetan banget…”
Mendapati penolakan dari daru, kini gw berjalan menuju ke arah lemari tua yang berada di sudut kamar, setelah kembali menatap daru, perlahan gw mulai membuka pintu lemari pakaian
Untuk sesaat lamanya, gw terdiam memandang isi dalam lemari, keinginan gw untuk memeriksa keberadaan golok di dalam lemari, seperti tertunda oleh rasa sungkan gw terhadap aki dan nini, walaupun nini sudah tidak ada dan aki dalam kondisi yang sedemikian rupa,
entah mengapa gw masih bisa merasakan keberadaan mereka mengawasi gw saat ini
“ ada bang….?” tanya daru begitu melihat gw yang hanya terdiam terpaku menatap ke dalam lemari, begitu mendengar perkataan yang terlontar dari mulut daru,
seketika itu juga gw memutuskan untuk kembali mencari keberadaan golok di dalam lemari, helai demi helai pakaian yang biasa aki dan nini kenakan kini mulai gw singkap, hingga akhirnya setelah beberapa lama melakukan pencarian…
sepertinya usaha yang gw lakukan berakhir dengan kegagalan….sama sekali tidak gw lihat keberadaan golok tersebut di dalam lemari
“ enggak ada ru….” ucap gw sambil kembali merapihkan helai pakaian yang terlihat agak berantakan,
disaat beberapa helai pakaian terakhir telah berhasil gw rapihkan, di saat itu juga tanpa sengaja pengelihatan gw menangkap keberadaan sebuah cincin yang bermatakan sebuah batu hitam kecil, terongggok di sudut dalam lemari
“ apa itu bang….” tanya daru begitu melihat gw mulai mengenakan cincin tersebut, tanpa memberikan jawaban apapun, gw segera menutup pintu lemari dan berjalan ke sisi daru
“ bagus ya ru….” ucap gw sambil memamerkan cincin yang gw temukan di dalam lemari
“ sepertinya punya aki ya bang….?” seiring pertanyaanya, terlihat daru menyentuh cincin yang sedang gw kenakan
“ entahlah ru, gw belum pernah melihat aki mengenakan ini….” jawab gw sambil memandang jam dinding yang sudah menunjukan pukul satu malam
“ sebaiknya kita tidur aja yuks bang….percuma kita nungguin aki seperti ini, gw yakin enggak bakal ada perubahan apa apa pada aki….” ujar daru seraya bangkit dari duduknya
“ husss…enggak boleh ngomong gitu ru….tapi memang ada benarnya juga sih omongan lu itu…”
Setelah menghabiskan teh dan kopi yang tersisa, akhirnya gw dan daru memutuskan untuk meninggalkan kamar aki dengan terlebih dahulu menutup jendela kamar, tidak seperti malam malam biasanya, kini gw merasakan detik demi detik waktu yang berputar seperti berjalan dengan lambat,
sepertinya efek ketiadaan bapak di rumah ini telah mempengaruhi perputaran waktu hingga gw merasakan malam ini terasa begitu lama untuk berlalu, suara dengkuran daru yang mulai terdengar di sela sela tidur pulasnya, seperti menemani lamunan gw yang panjang di malam ini
“ sial....kenapa gw jadi susah tidur seperti ini....” maki gw dalam hati, entah sudah berapa kali gw mencoba membolak balikan tubuh ini untuk mencari posisi nyaman yang akan membuat gw tertidur, tapi bukannya rasa mengantuk yang datang menghampiri,
kini pikiran gw seperti mengembara jauh pada sosok nini dan uwa odah yang sudah tiada, mungkin bagi gw pribadi, sosok wajah nini yang terbayang di pikiran gw ini sangatlah tidak menakutkan, tapi hal ini berbanding terbalik dengan imajinasi gw akan sosok uwa odah,
masih terbayang di pikiran gw sosok uwa odah di saat saat kehidupannya
“ brengsek...” maki gw kembali dalam hati dan berusaha menghilangkan bayangan menyeramkan akan sosok uwa odah
“ mudah mudahan bapak akan segera pulang....” ucap gw pelan seraya mencoba memejamkan mata ini, diantara rasa mengantuk yang mulai datang menghampiri, gw seperti merasakan seperti ada sesuatu yang terasa basah dan menimbulkan sensasi rasa dingin di tangan-
kanan gw yang tergeletak di sisi daru, keengganan gw untuk membuka pejaman mata ini telah memberikan gw sebuah pilihan untuk mencari tau penyebab rasa basah di tangan ini dengan cara meraba raba kasur yang gw rasakan basah tadi,
dan sepertinya gw tidak perlu terlalu lama untuk memastikannya, kini gw bisa merasakan sensasi rasa basah di kasur dan bagian tubuh daru yang tersentuh oleh telapak tangan gw,
ingin rasanya gw tertawa sekaligus memaki daru di saat gw sudah berhasil menyimpulkan bahwa apa yang telah tersentuh oleh telapak tangan gw ini tidak lain adalah penyebabnya daru, mungkin rasa takut yang dirasakan daru telah membuatnya enggan untuk beranjak ke kamar mandi
dan lebih memilih kasur ini sebagai tempatnya untuk menuntaskan keinginannya buang air kecil
“ ru...bangun ru....ampun dah...jorok banget sih lu” tegur gw tanpa membuka pejaman mata ini, hentakan halus telapak tangan gw pada tubuh daru tidak membuat daru bergeming dari tidurnya,
mendapati respon dari daru seperti itu, jelas membuat hentakan telapak tangan gw pada tubuh daru terasa semakin keras, dan sepertinya hal tersebut juga tidak berpengaruh kepada daru yang sepertinya malam ini tertidur sangat pulas sekali
“ daruuu....!!” maki gw keras sambil membuka pejaman mata, rasa kesal yang gw rasakan karena daru masih saja terlelap dalam tidurnya, telah membuat gw langsung bangkit dari posisi tidur dan menolehkan pandangan mata ini ke arah daru yang tertidur di sisi kanan gw,
seiring dengan rasa nanar yang mulai menghilang dari pandangan mata gw....kini gw melihat sesuatu yang mungkin akan menjadi pengalaman pertama gw bertemu dengan sesuatu yang tidak kasat mata di rumah ini
kini di antara bau amis darah yang mulai terasa tercium oleh indera penciuman gw, gw bisa melihat sesosok wanita tengah terbaring dengan wajah menoleh ke arah samping kanan, rambutnya yang panjang dan tergerai berantakan seperti menutupi sebagian wajahnya yang terlihat....
namun walaupun gw tidak melihat wajah wanita tersebut secara utuh, dari perawakan tubuh yang di perlihatkan wanita tersebut, dapatlah gw simpulkan...kalau wanita tersebut adalah....
“ ini pasti gw salah lihat...ini enggak nyata....” sangkal gw atas pemandangan yang ada di depan mata gw ini, secara refleks gw mencoba menutup dan mengucek kedua mata ini dengan telapak tangan
“ sial....” maki gw begitu merasakan pedih di bola mata gw bagian kanan,
seiring dengan hal tersebut kini gw merasakan bau amis darah yang sedari tadi telah mengganggu indera penciuman gw, kini seperti bertambah menyengat...bahkan seperti terasa menempel di hidung gw ini,
untuk sesaat gw hanya bisa terdiam tanpa berani menggerakan telapak tangan begitu menyadari bahwa apa yang telah membuat rasa pedih di bola mata ini adalah buah dari apa yang telah gw sentuh selama gw mencari tahu sebab musabab dari kasur yang gw tiduri terasa basah
“ astagfirullah....ini pasti darah....” gumam gw dalam hati seraya membaca doa doa keselamatan yang masih teringat di memori pikiran gw, keinginan gw untuk melihat apa yang ada di depan mata gw ini lenyap seiring dengan doa yang telah gw ucapkan di hati ini,
kini telah memberikan gw sebuah keberanian untuk sedikit meregangkan jari jemari yang menutupi pengelihatan mata ini....tapi sepertinya malam ini tuhan belum berkehendak untuk mengabulkan doa yang telah gw ucapkan, seiring dengan jari jemari tangan yang mulai meregang,
kini tampak dalam pandangan mata gw yang masih terasa pedih ini, sosok wanita tersebut masih tetap terbaring dengan posisi yang yang sama, wajahnya terlihat masih menoleh ke sisi kanan tempat tidur dengan sebagian rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya,
seiring dengan pandangan mata gw yang semakin menelusur jauh ke bawah tubuhnya, kini gw melihat bagian perutnya yang terlihat membesar, untuk sesekali gw bisa melihat denyutan kasar di bagian perut wanita tersebut...
seiring dengan rasa penasaran gw untuk melihat tubuh wanita tersebut semakin kebawah....rasa mual yang gw rasakan semakin besar, kini gw bisa melihat posisi lutut wanita tersebut seperti memposisikan diri layaknya seorang wanita yang hendak melahirkan,
noda darah segar yang keluar dari tubuh wanita tersebut terlihat membasahi gaun tidur dan kasur tempatnya terbaring....
“ daaaruuu....ruuuuu....” ucap gw pelan dengan suara bergetar, dengan perlahan gw mulai menutup kembali jari jemari yang tadi sempat gw regangkan,
rasa mual yang gw rasakan setelah melihat pemandangan itu....kini terasa semakin menjadi, ditambah lagi gw harus kembali merasakan aroma busuk amis darah yang semakin menyengat di hidung ini, hingga akhirnya perlahan tapi pasti...
rasa mual yang semakin tidak tertahan ini telah membuat seluruh isi perut gw mulai menyeruak naik...dan terhambur mengotori wajah gw yang masih tertutupi oleh telapak tangan ini, menyadari masih ada lagi muntahan yang akan gw keluarkan,
gw segara menyingkirkan telapak tangan yang menutupi wajah gw, dan membiarkan semuanya itu keluar dari mulut gw, bahkan sebagian terlihat mengotori tubuh dan wajah wanita tersebut
“ ya ampun bang....lu kenapa...!!!”
suara dari seseorang lelaki yang sudah sangat begitu familiar di telinga ini kini terdengar bersamaan dengan bergeraknya wanita tersebut menuruni kasur dan berdiri menatap gw, diantara rasa nanar yang semakin membuyarkan pandangan mata ini,
kini gw bisa melihat sesosok tubuh yang berdiri di hadapan gw ini bukanlah sosok wanita yang gw lihat tadi, dengan mengibas ngibaskan tangannya untuk membersihkan kotoran yang menempel di pakaian dan wajahnya,
kini gw bisa melihat bahwa sesosok orang yang berdiri di hadapan gw ini adalah daru
“ bang lu kenapa...?” tanya daru sambil menatap gw, melihat gw yang hanya bisa terdiam terpaku menatap daru, daru berjalan menaiki tempat tidur dan mengguncang guncang kedua bahu gw
“ istigfar bang....lu kenapa...muka lu pucat banget....” ujar daru tanpa berani menyentuh wajah gw karena penuh dengan kotoran
dingin dan lemas....itulah yang gw rasakan saat ini, butiran keringat yang mulai keluar diantara udara yang terasa dingin ini,
seperti mengantarkan pandangan mata gw yang semakin terasa nanar, kini secara samar gw melihat daru turun dari tempat tidur dan berlari meninggalkan kamar
Entah sudah berapa lama gw terbaring dalam ketidak sadaran,
sinar cahaya matahari yang masuk melalui celah lubang angin terasa tepat menyinari kedua belah kelopak mata gw ini, diantara kesadaran yang belum sepenuhnya tersadar, kini gw menyadari kalau gw kini tengah terbaring di kamar ibu,
untuk sesaat tatapan mata gw mencari keberadaan ibu, kak dira dan daru di kamar ini
“ bu....” panggil gw pelan, keinginan gw untuk beranjak dari tempat tidur, kini terpaksa gw urungkan begitu merasakan rasa pening di kepala ini
“ bu....!” berbarengan dengan panggilan yang kedua kalinya, terlihat gerakan pada gagang pintu, di iringi dengan kehadiran ibu memasuki kamar
“ akhirnya kamu sadar juga nang....” ucap ibu sambil mengambil gelas dan mangkuk yang berada di atas meja,
sepertinya ibu telah mempersiapkan itu semua disaat gw belum sadarkan diri
“ kak dira dan daru kemana bu...?” tanya gw sambil melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul sembilan pagi
“ mereka sedang mencuci...sekaligus menjemur kasur kamu....” jawab ibu sambil menyerahkan gelas teh manis yang sudah terasa dingin, seiring tegukan air yang memasuki mulut ini, terlihat ibu menatap wajah gw
“ kamu semalam kenapa nang....” ujar ibu sambil menyodorkan sendok yang berisi bubur ke arah mulut gw, tanpa menyia nyiakannya gw segera melahap bubur tersebut dikarenakan perut memang sudah terasa lapar, mungkin inilah efek dari semua isi perut yang gw keluarkan semalam
“ entahlah bu...danang juga enggak ngerti, sepertinya semalam itu....danang seperti melihat sesuatu..”
“ kamu melihat apa....?” tanya ibu penuh selidik
“ danang seperti melihat uwa odah tidur di samping danang....”
jawab gw dengan polosnya sambil menerima kembali suapan bubur dari ibu
“ astaga nang....nang...” ujar ibu sambil menggelengkan kepala
“ kamu itu udah besar nang...masa sih masih percaya dengan hal seperti itu...mana ada orang yang udah meninggal bisa ada di kamar kamu....”
seiring dengan perkataannya terlihat ibu mengembangkan senyumnya
“ mungkin kamu hanya masuk angin.....sebaiknya segera minum obat sebelum bertambah parah...” ucap ibu sambil memegang kening gw, sepertinya jika ibu telah berkata seperti ini,
apapun penjelasan gw mengenai kejadian semalam pasti akan dengan serta merta dibantahnya
“ jangan cerita yang aneh aneh ya nang....ingat...bapak kamu belum pulang, nanti ibu bisa repot kalau sampai adik dan kakak kamu ketakutan....” pesan ibu sebelum berjalan meninggalkan gw
sepertinya memang benar dengan apa yang telah dikatakan oleh ibu, adalah sebuah hal yang tidak masuk akal jika seseorang yang telah meninggal dapat kembali lagi...atau banyak orang yang menyebutnya dengan kata bergentayangan,
keinginan gw untuk menyangkal apa yang telah gw alami semalam kini seperti terbantu dengan pencerahan yang diberikan oleh ibu, kini dengan rasa pening yang mulai mereda, gw segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke halaman belakang,
tampak terlihat daru dan kak dira masih belum selesai mencuci pakaian
“ nang.....” tegur kak dira begitu melihat gw berjalan menghampiri, daru yang tengah menimba air menolehkan pandangannya ke arah gw
“ semalam lu kenapa......?” tanya kak dira begitu gw telah mengambil posisi duduk di sisinya
“ enggak kenapa napa...mungkin gw masuk angin....” jawab gw mencoba beralasan, keinginan gw untuk berkata jujur seperti berbenturan dengan pesan yang dikatakan oleh ibu
“ iya...parah tuh bang danang, habis deh semalam badan gw penuh muntah....” ujar daru yang berbalas tawa kak dira
“ mata sebelah kanan lu agak merah tuh nang....” ucap kak dira sambil memperhatikan wajah gw, sejujurnya begitu mendapati perkataan kak dira...
gw agak sedikit terkejut,apabila benar apa yang telah dikatakan oleh kak dira ini, keyakinan gw atas perkataan ibu yang mengatakan jika seseorang yang telah meninggal itu tidak dapat bergentayangan lagi kini seperti menemui batu sandungan
“ masa sih kak....?” tanya gw karena merasa belum yakin dengan perkataan kak dira
“ iya benar bang...mata sebelah kanan lu agak merah....” ujar daru berusaha meyakinkan gw kalau apa yang telah dikatakan oleh kak dira memang benar adanya
“ ini benar benar enggak masuk akal....” ucap gw membatin diantara pertentangan yang berkecamuk di hati gw ini...antara harus mempercayai bahwa kejadian semalam itu memang benar nyata gw alami ataukah itu hanya efek dari rasa takut gw terhadap uwa odah pada saat kehidupannya...
entahlah...
waktu yang terus berjalan, kini telah mengantarkan gw dan keluarga pada pukul lima sore, terlihat ibu berjalan memasuki kamar aki dengan membawa tungku kemenyan yang telah dibakarnya, wangi aroma kemenyan yang menyebar keseluruh rumah,
seperti mengusik kenyamanan daru dan kak dira yang sedang asik menonton siaran televisi
“ gw mau mandi ahhh...” ujar gw sambil hendak melangkah menuju ke kamar mandi, baru saja gw berjalan, kini kak dira mencengkram pergelangan tangan gw
“ gw duluan nang.....mules nih perut gw....” pinta kak dira sambil memegangi perutnya, mendapati gw yang menganggukan kepala, dengan segera kak dira berlari menuju ke kamar mandi
“ udah nonton dulu aja bang....” mendengar perkataan daru, gw segera duduk di sisi daru dan menyaksikan siaran televisi yang sedang menyiarkan acara cerda cermat antar sekolah dasar, belum beberapa lama gw dan daru terlena dalam acara tersebut,
kini terdengar suara kak dira yang memanggil dari arah kamar mandi, untuk sejenak gw dan daru tidak menggubris panggilan dari kak dira dan lebih memilih melanjutkan menonton televisi
“ nangggg.....daruuuu...tolongin gw dong...!”
mendengar terikan kak dira untuk yang kedua kalinya, kini gw dan daru bergegas bangkit berjalan menuju ke kamar mandi.
“ ada apa sih kak....ganggu aja....” gerutu daru begitu melihat wajah kak dira tersembul dari selah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka
“ tolong timbain air dong....airnya habis nih....”
“ huhhh....makanya kalau mau mandi lihat lihat dulu....kalau kayak gini kan jadi nyusahin orang...” ujar gw, yang berbalas tawa kecil kak dira
“ iya maaf...maaf...”
“ ya udah nanti gw mengisi langsung dari halaman belakang rumah aja....” ucap gw sambil mengajak daru menuju ke halaman belakang
“ sepertinya akan hujan ya bang....” perkataan yang terlontar dari mulut daru, seketika itu juga memancing pandangan mata gw terngadah ke atas,
tampak segumpulan awan hitam telah membuat suasana di sore ini terlihat gelap
“ sepertinya iya ru...ya udah....gw yang menimba, lu yang mengisi airnya ke kolam ya...” usul gw yang berbalas anggukan kepala daru,
melihat langit yang semakin gelap dan hembusan angin yang terasa semakin kencang, gw memutuskan untuk segera mengulur tali timba ke dalam sumur
“ sebentar ru....” ucap gw begitu telah memasuki uluran tali timba untuk yang ke tujuh kalinya,
butir butir keringat kini terlihat mulai membasahi kaos yang gw kenakan
“ iya bang...santai dulu...gw juga cape...” kini daru terlihat melepaskan kaos yang di kenakannya dan duduk di bangku jongkok kecil yang biasa di pergunakan untuk mencuci pakaian,
untuk sesaat pandangan mata gw dan daru terarah pada pohon pohon yang berada di halaman belakang
“ ayo bang...mulai lagi, lama lama gw enggak nyaman juga kalau harus melihat pohon pohon itu....” pinta daru agar gw kembali melanjutkan menimba,
posisi tali timba yang sudah terjulur memasuki sumur, kini perlahan mulai gw gerakan untuk menarik ember ke atas
“ koq...berat banget ya...” gerutu gw dalam hati begitu menyadari gw belum bisa menarik ember dari dalam air, untuk beberapa saat gw mencoba memandang ke dalam sumur,
kini terlihat riak air yang tersamar dalam kegelapan seperti sebuah lumpur hitam yang penuh misteri
“ kenapa bang....?” tanya daru yang merasa heran melihat gw yang memandang ke dalam sumur
“ enggak tau nih ru....seperti ada yang tersangkut...”
jawab gw sambil mencoba lagi menarik tali timba, dan sepertinya...usaha gw kembali menemui kegagalan, melihat hal tersebut terlihat daru hanya tertawa kecil tanpa memberikan bantuannya
“ bantu gw ru....” ucap gw dengan rasa kesal karena melihat daru yang hanya bisa tertawa melihat penderitaan gw
“ ahhh...paling paling lu pasti mau nakut nakutin gw lagi....”
“ sumpah ru....gw enggak bohong....”
melihat ekspresi wajah gw yang tidak sedang bermain main, kini daru bangkit dari duduknya, untuk sesaat terlihat pandangannya menatap ke dalam sumur, tali timba yang masih gw pegang...terlihat mulai disentak sentakannya
“ iya...sepertinya ada yang nyangkut bang....ya udah biar gw aja...”
dengan perwakan tubuh yang lebih besar daripada gw, kini daru mengambil tali timba dari tangan gw...dari ekspresi wajah yang daru perlihatkan ketika mencoba kembali menarik talik timba,
sepertinya usaha daru itu akan kembali berakhir sia sia seperti apa yang telah gw lakukan
“ gimana ru...bisa apa enggak....?” tanpa memperdulikan pertanyaan yang terlontar dari mulut gw, daru terlihat kembali menhentak hentakan tali timba,
sesekali pandangan matanya terarah ke dalam sumur, hingga akhirnya disaat tenaganya terasa kuat menghentak tali timba, perlahan tali timba tersebut seperti mulai bergerak dan tertarik sedikit demi sedikit
“ ampun deh....koq berat banget sih bang....” gerutu daru sambil yang berbalas gerakan bahu gw, yang menyatakan gw tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi, melihat hal tersebut...daru kembali memandang ke dalam sumur sambil terus menarik tali timba,
suara gemercik air yang jatuh dari dalam ember sesekali menimbulkan gema suara di dalam sumur
“ apa itu bang....” ucap daru menghentikan tarikan tali timbanya, ekspresi wajahnya terlihat seperti sedang memperhatikan sesuatu di dalam sumur,
melihat hal tersebut gw langsung memandang ke dalam sumur
......blupppp....
suara gema yang tercipta dari sebuah benda yang terjatuh dari atas ember ke dalam air seperti menyambut pandangan mata gw ke dalam sumur,
kini gw dan daru hanya bisa terdiam dan saling berpandangan dalam benak tanya
“ tadi itu apa bang....?”
“ gw enggak tau ru...tapi pasti benda tersebut yang menyebabkan tali timba ini sulit untuk ditarik...” seiring perkataan gw,
gw dan daru kembali mencari keberadaan benda tersebut di dalam sumur, suara kumandang azan magrib yang mulai terdengar, kini menyadarkan gw dan daru untuk menghentikan pencarian ini
“ ya udah...ini ember yang terakhir ru...” ucap gw begitu melihat daru sudah berhasil menarik ember ke atas dan menuangkan airnya ke ember yang digunakan untuk mengangkut air ke bak mandi
“ gw duluan yang mandi ya bang...” ujar daru yang berbalas anggukan kepala gw,
kini terlihat daru mulai membawa ember tersebut dan menuangkannya ke dalam bak mandi melalui celah yang pada dinding kamar mandi yang memang di peruntukan untuk mengisi bak mandi
“ cepetan kak...udah magrib nih, daru mau mandi...”
teriak daru sambil berjalan memasuki rumah
setelah mengikat tali timbang pada tiang kayu penopang katrol tali timba, gw segera berjalan menyusul daru, terlihat daru yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi yang masih tertutup
“ lama banget sih mandinya....kak dira cepetan dong...” kembali daru mencoba menegur kak dira agar segera cepat menyelesaikan mandinya, sama sekali kak dira tidak menjawab perkataan daru,
hanya suara gemercik air yang jatuh ke ubin kamar mandi yang menandakan kak dira masih ada di dalam kamar mandi
“ namanya juga perempuan ru...pasti mandinya lama...” ucap gw sambil berjalan meninggalkan daru
“ udah sholat nang....?” tegur ibu begitu melihat kehadiran gw,
kini pandangan matanya kembali terarah ke televisi
“ mandi juga belum bu....tuh kak dira lama banget di kamar mandi....” ucap gw sambil menghempaskan tubuh di kursi, mendengar perkataan gw tampak ibu mengernyitkan dahinya
“ kak dira...?”
“ iya kak dira....loh memang kenapa bu...?” ucap gw yang merasa heran dengan penegasan kalimat yang terucap dari mulut ibu, tanpa menjawab pertanyaan gw, ibu segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar, setelah membuka pintu kamar dan melihat ke dalam kamar,
kini ibu kembali menutup pintu kamar
“ ngaco aja kamu nang....tuh kakak kamu ada di dalam kamar baru selesai sholat...” ucap ibu sambil kembali menghempaskan tubuhnya ke kursi, mendengar penjelasan ibu, gw segera bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamar,
belum sempat gw membuka pintu kamar, kini terlihat kak dira membuka pintu kamar
“ lu kenapa nang....?” tanya kak dira yang melihat gw hanya berdiri terpaku menatapnya, tanpa menjawab pertanyaan kak dira, gw segera berlalu menuju ke kamar mandi,
sesampainya di kamar mandi...terlihat kini daru sudah tidak lagi berada di depan kamar mandi, kekhawatiran gw akan terjadinya sesuatu kepada daru telah memeaksa gw untuk segera mengetuk pintu kamar mandi, untuk sesaat masih belum ada jawaban dari dalam kamar mandi,
hingga akhirnya ketika gw memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi kembali, terlihat daru membuka pintu kamar mandi
“ ruuuu.....?” gumam gw antara rasa percaya dan tidak percaya dengan sosok daru yang ada di depan mata gw ini
“ haduhh bang...lu kenapa lagi sih....?” dari ekspresi wajah yang di perlihatkan daru, sepertinya daru merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan mata gw yang memandangnya seperti orang aneh
“ kak diranya mana ru....?”
“ ya mana gw tau bang...tadi aneh banget tuh kak dira....” sungut daru sambil keluar dari dalam kamar mandi
“ aneh gimana ru.....?”
“ nyesel gw bantuin kak dira ngisi bak mandi, bukannya bilang terima kasih....lu tau enggak bang,
tadi saat kak dira keluar dari dalam kamar mandi...ehhh malah melototin gw, mungkin dia kesal karena terganggu mandinya....”terang daru sambil mengusap usap rambutnya yang masih terlihat basah
“ lantas...sekarang kak diranya dimana....?” tanya gw berusaha memperjelas tentang sosok kak dira yang di lihat daru
“ tadi sih ke halaman belakang, mungkin mau jemur handuknya....kalau sekarang sih mungkin udah di kamar bang....” seiring perkataan daru,
kini gw menatap ke arah pintu rumah yang mengarah ke arah halaman belakang, tampak pintu tersebut kini sudah terkunci
“ kalian sedang apa di sini......?”
mendengar suara ibu yang terdengar tiba tiba,
kini menyadarkan gw untuk memberikan tanda kepada daru agar tidak menceritakan apa yang telah gw dan daru bicarakan, kini gw dan daru hanya bisa mengembangkan senyum untuk menjawab pertanyaan ibu
“ pasti kalian belum pada sholat kan......” ujar ibu sambil melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi
“ danang wudhu dulu bu....” ucap gw sambil menyerobot masuk ke dalam kamar mandi, melihat hal tersebut, ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya
“ kamu enggak mandi nang....?” tanya ibu begitu gw telah selesai mengambil wudhu
“ badan danang masih enggak enak bu....” jawab gw beralasan, ternyata apa yang gw alami semalam kini memberikan manfaatnya, tanpa menunggu perkataan ibu lebih lanjut,
gw segera mengajak daru untuk beranjak dari kamar mandi menuju kamar
tepat pukul sembilan malam, gerimis hujan yang telah turun selepas magrib tadi kini sudah berubah menjadi curah hujan yang lebat, sesekali bisa gw rasakan hembusan angin yang masuk melalui ventilasi kamar,
samar samar gw masih bisa mendengar suara siaran televisi yang sedang menayangkan acaranya
“ ru....” tegur gw memecah keheningan, daru yang telah memejamkan matanya, kini terlihat membuka kembali pejaman matanya
“ kenapa bang....?”
“ lu tadi udah dengar sendiri kan perkataan kak dira.....lu percaya...?” tanya gw kepada daru, mungkin pertanyaan gw kepada daru ini adalah sebuah bentuk pertanyaan dari keinginan gw untuk mendapatkan sebuah dukungan atas kesimpulan yang telah gw buat...
gw mulai merasa kalau ada sesuatu yang aneh di rumah ini
“ percaya enggak percaya bang....dari pada gw harus bertengkar dengan kak dira karena hal itu, lebih baik gw bilang percaya aja deh...” jawab daru seraya bangkit dari tidurnya
“ menurut lu...apa yang dikatakan kak dira itu...janggal apa enggak...?”
“ ya janggal lah bang....jelas jelas dengan mata gw ini...gw melihat kak dira keluar dari kamar mandi sambil mendelikan matanya ke arah gw, masa tadi dia bilang enggak melakukan itu...”
ucap daru dengan jengkelnya, mungkin daru memang layak untuk merasa jengkel karena mendapatkan penjelasan dari kak dira yang menyatakan bahwa di saat kak dira keluar dari dalam kamar mandi, kak dira melihat gw dan daru masih menimba air di sumur
“ entahlah ru....gw harus percaya dengan siapa...” mendengar perkataan gw, kini daru menolehkan pandangannya ke arah gw, ekspresi wajahnya menunjukan ketidaksenangannya atas ucapan gw
“ jadi maksud abang omongan gw ini bohong....?”
“ bukan gitu ru...bisa jadi omongan kalian berdua itu benar.....kalau gw boleh jujur....gw memang merasa ada yang aneh dengan rumah ini....” seiring perkataan gw, entah mengapa gw seperti merasakan bulu kuduk di tengkuk gw seperti meremang,
hembusan angin yang sedikit menggetarkan daun jendela kamar seperti memperingati gw agar tidak lagi melanjutkan perkataan gw ini, untuk sesaat gw dan daru terpaku dalam kebisuan
“ gw koq jadi merasa merinding ya bang....” ucap daru dengan polosnya
“ iya ru...gw juga merasa begitu...”
cukup lama juga gw dan daru kembali terdiam, baru kali ini gw merasakan rasa takut di rumah yang sudah sedari kecil gw tinggali, entah karena keyakinan gw sudah tersugesti oleh perkataan daru yang menyatakan bahwa dirinya mulai merinding,
kini gw merasakan memang ada sesuatu yang sedang mengawasi gerak gerik kami di rumah ini
.....trekkkk...
suara gagang pintu yang berputar kini menyadarkan kami dari keterpakuan, keinginan gw untuk tidak mengalami sesuatu yang menyeramkan malam ini,
sepertinya kini di tentukan oleh gerakan daun pintu yang perlahan mulai bergerak terbuka
“ astaga bu.....ngagetin aja....” ucap gw dengan lega begitu melihat kehadiran ibu seiring dengan pintu kamar yang terbuka, daru yang semula terlihat begitu tegang,
kini terlihat mulai dapat mengendurkan ketegangan di wajahnya
“ kalian kenapa....?, nang....kalau kamu masih sakit, sebaiknya enggak usah jagain aki....biar nanti ibu aja yang melihat lihat....” seiring perkataan ibu, kekhawatiran gw akan kesehatan ibu yang sedang hamil,
memberikan gw sebuah alasan untuk menolak usulannya
“ enggak usah khawatir bu, danang udah sehat koq....sebaiknya ibu istirahat aja...” jawab gw yang berbalas anggukan kepala daru
“ kamu yakin udah sehat....?” tanya ibu yang berbalas anggukan kepala gw
“ ya udah kalau kamu memang udah sehat....kalau begitu sebaiknya ibu istirahat dulu, kasihan kakak kamu sendirian di kamar....lampu di depan kamar aki ibu matikan ya...”
“ lohhh memangnya kenapa bu...?” tanya gw berusaha mencari tau alasan ibu mematikan lampu
“ bocor nang....biar besok ibu minta tolong sama pak ujang untuk memeriksa atap...” jawab ibu, seiring perkataan ibu...kini terlihat ibu menutup pintu kamar
untuk sesaat lamanya gw dan daru kembali terdiam dalam hening,
suara siaran tv yang kini sudah tidak terdengar lagi seperti menambah rasa hening yang sedari tadi sudah tercipta
“ mudah mudahan bapak akan segera pulang ya ru....” ucap gw yang berbalas keheningan, mendapati hal tersebut, gw segera menolehkan pandangan ke arah daru
“ ahh brengsek daru...katanya mau nemenin gw jagain aki...” gerutu gw begitu melihat daru yang telah tertidur dengan pulasnya
kembali gw terdiam dalam hening, pandangan mata gw yang berputar memandang langit kamar seperti di suguhkan sebuah pemandangan layar lebar usang -
yang siap untuk menyuguhkan tontonan dari imajinasi yang ada di kepala gw ini, alunan dari suara jarum jam yang mengantarkan detik demi detik yang berlalu seperti sebuah simfoni nada yang membangkitkan kesadaran gw bahwa waktu kini telah menunjukan pukul setengah dua belas malam,
untuk kedua kalinya gw kembali menolehkan pandangan ke arah daru, terlihat daru masih tetap terlelap dalam tidur pulasnya
“ sepertinya gw bakalan apes lagi hari ini....” gerutu gw dalam hati atas kesialan yang mulai kembali gw alami hari ini,
sejumlah pertanyaan gw yang belum terjawab akan sebuah benda yang terjatuh ke dalam sumur serta perdebatan antara daru dan kak dira atas peristiwa yang terjadi di kamar mandi, sepertinya kini akan membuat daftar pertanyaan yang ada di kepala gw ini akan semakin panjang,
sejujurnya....gw sudah mulai terganggu dengan kejadian kejadian aneh yang mulai terjadi di rumah ini, walaupun gw memang belum meyakini sepenuhnya bahwa kejadian yang telah terjadi tersebut adalah ulah dari mahluk mahluk tak kasat mata,
pengalaman gw yang minim bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah bersentuhan dengan hal hal yang tak kasat mata seperti menempatkan gw pada posisi antara rasa percaya dan tidak percaya
“ enggak mungkin uwa odah akan mengganggu keponakanny sendiri seperti ini....”
ucap gw dalam hati, berusaha menghilangkan rasa takut gw akan sosok uwa odah, seiring senyum mengembang di wajah daru yang tengah tertidur pulas, kini gw mempunyai keyakinan bahwa kejadian kejadian aneh yang mulai terjadi di rumah ini hanyalah sebuah kejadian biasa saja,
rasa takut yang tercipta di pikiran gw ini tidak lebih dari pada sebuah imajinasi liar yang tercipta akibat rasa takut gw terhadap sosok uwa odah pada saat semasa hidupnya
Tanpa menunggu malam beranjak semakin larut,
gw pun kini memutuskan untuk segera menunaikan kewajiban gw malam ini untuk menjaga aki, ketiadaan daru yang menemani gw malam ini seperti memberikan nuansa malam yang berbeda, perasaan gw akan waktu yang berjalan begitu lambat...kini akan terasa semakin bertambah lambat
“ sebaiknya gw buat kopi dulu....” usul gw dalam hati sebelum memutuskan untuk berjalan menuju ke kamar aki, seiring langkah kaki gw yang berjalan menuju dapur....entah mengapa di saat ini gw merasakan seperti ada sesuatu yang mengikuti setiap ayunan langkah kaki ini,
dan hal ini jelas membuat gw untuk beberapa kali menolehkan pandangan ke arah belakang
“ ini pasti cuma perasaan gw aja....” ucap gw begitu mendapati bahwa tidak ada seorang pun yang ada di belakang tubuh gw ini, hingga akhirnya sesampainya gw di dapur....
keinginan gw untuk membuat segelas kopi panas seperti terhambat dengan ketiadaan air panas di dalam termos, melihat hal tersebut gw memutuskan untuk segera memasak air dengan terlebih dahulu memeriksa keberadaan air di dalam ember besar yang berada di sudut dapur
“ ampun deh....kayaknya gw beneran apes hari ini....” gerutu gw begitu melihat ketiadaan air di dalam ember penampungan air, kini keinginan gw untuk menjaga aki dengan bertemankan segelas kopi panas dan
selinting rokok jagung seperti berbenturan dengan keraguan gw untuk melangkahkan kaki menuju ke halaman belakang, entah mengapa sosok uwa odah yang sebelumnya sudah dapat gw hilangkan kehadirannya dari pikiran ini....kini seperti hadir kembali
“ ya tuhannn...kenapa pikiran gw jadi sekonyol ini....” gerutu gw pada rasa takut yang mulai kembali menggelayuti pikiran ini, setelah kembali terdiam beberapa saat dalam keraguan, akhirnya gw pun memutuskan untuk menuntaskan keinginan gw menghadirkan kopi panas malam ini,
rasanya gw tidak ingin berlama lama terjebak dalam bayang bayang rasa takut yang tidak beralasan ini....kini dalam bayangan sosok uwa odah yang masih bersemayam di pikiran ini....gw ayunkan irama langkah kaki ini menuju pintu yang akan mengantarkan gw ke halaman belakang...
bunyi suara gemuruh guntur yang memecah keheningan malam seperti menyambut genggaman jari jemari gw pada gagang pintu halaman belakang
“ brengsek......” maki gw dalam hati begitu kembali merasakan rasa ragu untuk memutar gagang pintu,
setelah beberapa saat lamanya gw kembali bergelut dengan semua keraguan ini, perlahan gw pun mulai kembali memutar gagang pintu....kini seiring dengan daun pintu yang mulai terbuka, bisa gw lihat kegelapan yang menyelimuti halaman belakang
“ dinginnya....” ucap gw begitu merasakan hawa dingin yang ditimbulkan oleh hujan yang telah turun semenjak magrib tadi, diantara keterbatasan pandangan mata ini, masih bisa gw lihat rintik air hujan yang tersamar dalam gelapnya malam,
segurat cahaya kilat pada langit yang hitam seperti memperlihatkan keberadaan ember sumur yang tergantung pada katrolnya, sesekali terlihat ember sumur tersebut bergoyang seiring hembusan angin malam yang menerpanya
“ kalau pikiran gw positif...semua ini enggak akan seburuk dengan apa yang ada di pikiran gw....” ucap gw dalam hati seraya melangkahkan kaki keluar rumah, dengan bermodalkan sebuah panci yang gw gunakan sebagai tutup kepala, gw segera melangkahkan kaki menuju sumur,
untuk sesaat gw kembali memandang ke seluruh sudut halaman belakang yang gelap, dan untuk sekali lagi terlihat pijaran cahaya kilat pada langit yang hitam, walaupun cahaya kilat itu terlihat hanya sekejap tapi
cahaya tersebut mampu memberikan gw sedikit pencahayaan untuk menyibak kegelapan malam yang berselimutkan kabut tipis
“ benarkan nang...semuanya baik baik aja...jangan takut...” hibur gw kepada diri sendiri begitu jari jemari tangan ini menggenggam erat tali timba,
setelah untuk sesaat lamanya gw kembali memandang kegelapan halaman belakang, gw pun mulai mengulurkan tali timba yang akan mengantarkan ember turun menuju dasar sumur, suara deritan kecil dari katrol sumur yang memang sudah tua dan
berkarat laksana sebuah alunan nada bermuatan aura negatif yang siap untuk membangkitkan imajinasi liar di pikiran gw ini
.....krettt.....
suara deritan katrol yang terdengar lebih keras kini terdengar memecah kesunyian,
bisa gw rasakan suara deritan tersebut terdengar seiring dengan gerakan tali timba yang mengulur lebih cepat....mungkin kalau gw boleh menyimpulkan secara ekstrim, gerakan tali timba ini lebih tepat jika gw katakan sebagai sebuah tarikan dari dalam sumur,
mendapati hal tersebut....kini secara otomatis genggaman tangan gw yang memegang tali timba berusaha menahan uluran yang menyerupai tarikan tersebut
“ sial.....” maki gw begitu merasakan rasa panas di kulit telapak tangan ini,
keingintahuan gw akan penyebab tertariknya tali timba tersebut kini telah mengantarkan pandangan mata gw untuk memandang ke dalam sumur yang gelap
“ tadi itu apa ya....” tanya gw dalam hati seraya lebih memfokuskan pandangan ke dalam sumur,
setelah terdiam beberapa saat dan tidak mendapati sesuatu di dalam sumur, gw kembali terpaku tanpa berani melepaskan genggaman pada tali timba, kembali pandangan mata gw menyapu setiap sudut halaman belakang yang gelap
“ fiuhhh....mudah mudahan ini cuma perasaan gw aja....” ucap gw dengan rasa lega begitu tidak mendapati sesuatu yang menyeramkan di halaman belakang, tapi sepandai pandainya gw mencari kalimat untuk menanamkan pemikiran positif di pikiran gw ini,
hal tersebut tidak dengan serta merta menghilangkan perdebatan yang ada di pikiran ini.....logika gw mengatakan bahwa apa yang tengah gw alami saat ini bukanlah hanya sebuah perasaan dari cerminan rasa takut yang tengah gw rasakan....
gw merasa apa yang tengah gw alami ini terasa sangat nyata.... bagaimana mungkin sesuatu yang gw anggap hanya sebagai perasaan gw semata dapat menimbulkan sensasi rasa panas di kulit telapak tangan gw ini,
kini untuk beberapa saat lamanya gw kembali terombang ambing dalam rasa ragu.....sebuah rasa ragu yang tercipta dari keinginan gw untuk mendapatkan jawaban pasti atas peristiwa yang baru saja terjadi....
dan semua jawaban itu kini terletak pada genggaman jari jemari tangan gw pada tali timba
“ semakin gw takut....maka akan semakin lama gw terjebak di tempat ini....jangan bodoh nang...semua ini hanyalah permainan pikiran lu aja...”
ucap gw pada diri sendiri untuk membesarkan hati ini, hingga akhirnya kini gw memutuskan untuk mulai melonggarkan genggaman tangan gw pada tali timba, seiring dengan genggaman tangan gw yang mulai melonggar, kini tali timba tersebut kembali mengulur dengan normal,
dan hal tersebut jelas memberikan gw sebuah pemikiran positif atas peristiwa yang baru saja terjadi....tapi belum sempat gw berucap kata untuk mengucapkan sebuah argumen masuk akal atas tali timba yang mengulur dengan normal...
kini sesuatu yang di luar pemikiran positif gw kembali terjadi, gerakan tali timba yang semula mengulur dengan normal kini terasa bergerak mengulur semakin cepat, gesekan tali timba pada kulit telapak tangan ini kembali menimbulkan sensasi rasa panas
yang mungkin bisa gw katakan terasa lebih panas dibandingkan dengan kejadian serupa sebelumnya....hal ini jelas membuat gw dengan serta merta segera melepaskan genggaman tangan gw pada tali timba dan membiarkan tali timba tersebut mengulur dengan cepatnya memasuki sumur
....krettt....byurrrr......
bisa gw lihat hentakan tali timba yang berbarengan dengan suara ember yang jatuh menyentuh air di dasar sumur seperti mampu untuk menggoyangkan kayu penyangga katrol tali timba, hal ini jelas membuat gw menyurutkan langkah kaki ini kebelakang,
rasa tidak percaya gw akan sesuatu yang baru saja terjadi telah membuat gw kembali terpaku menatap tali timba yang terlihat bergoyang goyang, belum sempat gw memberikan alasan masuk akal atas peristiwa yang baru saja terjadi,
kini gw kembali dikejutkan dengan suara deritan katrol timba yang menandakan tali timba itu kembali bergerak
“ gilaaaa...ini enggak mungkin...” kalimat penyangkalan yang meluncur dari mulut gw, kini seperti berbalas dengan gerakan tali timba yang tertarik ke atas secara perlahan,
bisa gw dengar suara deritan pada katrol tali timba kini seperti menjadi sebuah perpaduan serasi dari sebuah pemandangan menyeramkan yang ada di hadapan mata gw
“ sintingg....!!” seiring makian yang terucap dari mulut ini, gw segera memutar tubuh dan berlari menjauhi sumur,
degup jantung gw yang terdengar semakin keras mengiringi langkah kaki gw tiba di pintu rumah, tanpa memperdulikan kaki gw yang kotor oleh tanah basah, gw segera memasuki rumah
“ ini parah...parahhh...ya tuhan...kapan bapak pulang....” gumam gw dalam hati tanpa berani memutar tubuh ini untuk menutup pintu rumah, suara deritan katrol sumur yang terdengar perlahan dan semakin jelas kini seperti bermain main dalam pendengaran gw
“ berani nang...lu harus berani....ini saatnya lu bisa membuktikan bahwa apa yang lu lihat tadi adalah nyata...” ucap gw menyemangati diri sendiri agar berani menolehkan pandangan mata ini ke arah belakang,
kini rasa takut dan keingintahuan gw akan sesuatu yang baru saja gw alami telah mengantarkan gerakan tubuh gw untuk memutar ke arah belakang walaupun semuanya itu gw lakukan dengan rasa rasa ragu dan terkesan agak perlahan
“ enggak nyata...enggak nyata....” doa gw dalam hati seiring dengan gerakan tubuh ini memutar ke arah belakang, dengan posisi tubuh yang telah sepenuhnya menghadap ke belakang, tatapan mata gw yang terbatasi oleh gelapnya malam dan kabut tipis,
kini kembali menatap sumur beserta tali timba yang terlihat masih bergoyang....kini suara deritan katrol timba yang masih terdengar seperti memberikan gw kepastian bahwa tali timba tersebut memang sedang bergerak tertarik ke atas
“ nang sadar nang....ini enggak mungkin, mana mungkin tali timba itu bisa tertarik tanpa ada yang menariknya....gw pasti udah sinting...” umpat gw pada diri sendiri ini, kini bagi tuhan mungkin umpatan gw terdengar laksana sebuah doa atas -
keinginan gw untuk membuktikan apa yang gw lihat malam ini adalah nyata...walaupun sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang gw inginkan dari tuhan.....seiring dengan suara guntur yang berpijar cahaya terang,
kini bisa gw lihat secara samar seorang wanita dalam rintik air hujan sedang berdiri di pinggir sumur, rambutnya yang tergerai berantakan seperti bemain main dengan hembusan angin yg menerpanya, terlihat tangan wanita tersebut menggenggam tali timba dan menariknya secara perlahan
“ uwa odah....?” tanya gw dalam hati begitu melihat dari belakang tubuh wanita tersebut, dari perawakan tubuhnya serta rambut panjangnya yang berantakan, bisa gw simpulkan bahwa wanita yang sedang berdiri di pinggiran sumur itu adalah uwa odah
......krettt.....kret.....
suara deritan katrol tali timba yang terdengar perlahan dalam kesunyian seperti menjawab pertanyaan yang terlontar dalam hati gw, kini terlihat wanita tersebut menghentikan tarikannya pada tali timba,
melihat hal tersebut....bulu kuduk di tengkuk gw terasa mulai menebal, sungguh...gw tidak ingin apa yang ada dalam pikiran gw ini menjadi kenyataan.....gw tidak ingin wanita yang berada di pinggir sumur itu akan menolehkan pandangannya ke arah gw dan memberikan gw kepastian bahwa
sosok wanita yang gw lihat di pinggir sumur itu memang benar adalah uwa odah
“ jangan....jangannnn....” doa gw dalam hati begitu melihat wanita tersebut terdiam beberapa saat, hingga akhirnya....
“ ampunnnnnn......!!!” teriak gw begitu melihat wanita tersebut menggerakan kepalanya seolah olah ingin menolehkan pandangannya ke arah gw, tanpa berpikir untuk melihat wajah wanita tersebut, gw segera berlari meninggalkan pintu rumah dan membiarkannya tetap terbuka
“ daru harus tau...harus tau....” ucap gw dengan nafas yang memburu, sesampainya di depan kamar...gw segera memutar gagang pintu kamar, keinginan gw untuk memberitahukan apa yang baru saja gw alami kepada daru telah mengantarkan langkah kaki gw ini untuk segera memasuki kamar....
tapi, belum sempat langkah kaki ini memasuki kamar...gw melihat sebuah asap tipis yang bermain main di udara dan menerpa wajah gw...dari aroma yang gw rasakan, ini bukanlah sesuatu yang asing buat gw
“ rokok jagung...masa iya sih daru merokok...?” tanya gw dalam hati, keinginan gw untuk memastikan sumber dari asap roko jagung tersebut seperti terbelengu oleh rasa ragu, gw tidak ingin...pengalaman yang baru saja gw alami di halaman belakang,
kini kembali terulang lagi di kamar ini....degup jantung gw yang terdengar semakin kencang telah memberikan gw isyarat untuk segera menutup pintu kamar
.....trek.....
belum sempat gw beranjak menjauhi kamar,
kini sebuah suara putaran gagang pintu kembali terdengar memecah kesunyian, tatapan mata gw yang semula masih menatap pintu kamar kini teralihkan pada sebuah tempat yang menempatkan dimana kamar aki berada,
sebuah cahaya lampu yang berasal dari dalam kamar aki tampak terlihat menerangi ruangan gelap di depan kamarnya
“ aki....?” tanya gw dalam rasa tidak percaya
“ kalau memang ternyata aki udah sadar dan membuka pintu kamar tersebut, lantas yang merokok di dalam kamar gw ini berarti daru...?”
belum sempat gw mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang bermain main dalam benak gw ini,
kini tampak sepotong kaki sebatas dengkul yang terlihat menyeruak keluar dari dalam kamar aki, melihat hal tersebut...bisa gw rasakan detak jantung gw yang sedari tadi telah berdegup cepat kini semakin bertambah cepat.......dan perlahan tapi pasti...
kini sepotong tangan yang menggenggam sebilah golok terlihat keluar dari dalam kamar...hal ini jelas membuat nafas yang tengah gw hembuskan seperti terhenti sejenak
“ golok itu....” ucap gw mengenali golok yang berada dalam genggaman tangan tersebut,
sebilah golok yang sedari kemarin memang telah menjadi obyek pencarian gw dan daru
“ aki....ini pasti aki....” ucap gw pelan, tatapan mata gw seperti terpaku menanti sesosok mahluk yang gw anggap sebagai aki tersebut memunculkan bagian tubuhnya yang lain...
hingga akhirnya gw mulai melihat sesosok mahluk yang gw simpulkan sebagai aki tersebut mulai menyembulkan kepalanya keluar dalam kamar, gelapnya penerangan di luar kamar seperti menampakan potongan wajah dari sesosok mahluk yang gw anggap sebagai aki tersebut laksana
sebuah silhoute hitam yang penuh misteri.... walaupun kini pandangan mata gw terkendala oleh gelapnya penerangan...tapi bisa gw pastikan dari bentuk wajah dan rambut yang menghiasi kepala sesosok mahluk tersebut memang mengarah kepada karakteristik sosok aki...walaupun.......
“ bukan...ini bukan aki...” sangkal gw begitu dapat memastikan bahwa bagian wajah dari sesosok mahluk tersebut terlihat begitu hitam...bahkan kehitamannya itu seakan menyatu dengan kegelapan ruangan di depan kamar, untuk apa yang gw lihat kali ini...
gw terpaksa harus meninjau ulang kesimpulan yang telah gw buat, apa yang tengah gw lihat kali ini....sungguh sangat tidak mendukung dari karakteristik kulit aki yang selama ini gw lihat
hampir beberapa saat lamanya gw hanya bisa -
terdiam terpaku menatap mahluk tersebut berdiri mematung tepat di pintu kamar aki, tatapan mata sesosok mahluk tersebut terlihat lurus memandang ke arah depan, hingga akhirnya....entah karena terpancing oleh rasa keingintahuan gw yang mengkerucut di pandangan mata ini....
kini dengan sangat perlahan mahluk tersebut mulai menolehkan wajahnya ke arah gw
“ Aaaaaaa....”
entah gw harus mengucapkan apa begitu melihat wajah dari sesosok mahluk yang menyerupai aki tersebut, wajah mahluk tersebut yang terlihat begitu hitam seakan menyatu dengan kegelapan,
hanya sorot matanya yang tajam terlihat menatap gw dalam kegelapan...warna merah menyala dari kedua bola mata tersebut seperti ingin menegaskan sebuah ucapan dari bibirnya yang terlihat bergerak gerak....
bisa gw katakan kini apa yang telah tersaji di depan mata gw ini laksana sebuah mantra pelumpuh yang dapat menghentikan semua saraf gerak di tubuh gw ini...bahkan untuk mengalihkan pandangan dari sesosok mahluk tersebut terasa sangat sulit untuk gw lakukan,
diantara rasa ketidakberdayaan gw untuk melakukan sesuatu...masih terlintas di benak gw ini sebuah pemikiran, andai saja saat ini gw diberikan pilihan untuk tetap terjaga menatap mahluk tersebut atau tertidur dalam ketidaksadaran...
gw akan memilih untuk tertidur dalam ketidaksadaran
“ pakk....bapak....tolong danang pak....cepat pulang....danang udah enggak kuat lagi menghadapi ini semua....” ucap gw dalam hati seraya membayangkan sosok bapak yang akan hadir dan mengeluarkan gw dari situasi ini...
hingga akhirnya...
....derrrrrr.....
suara guntur yang terdengar cukup keras terdengar memecah keheningan malam, pandangan mata gw yang semula terpaku menatatap sesosok mahluk yang menyerupai aki tersebut kini seperti terselimuti oleh kegelapan....
mungkin ini adalah salah satu bentuk dari pertolongan tuhan yang mencoba mengeluarkan gw dari ketidakberdayaan, suasana gelap gulita yang tercipta di ruangan ini kini laksana sebuah cemeti yang menyadarkan pikiran gw untuk segera mengambil sebuah tindakan...
dan sepertinya hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran gw saat ini adalah gw harus segera keluar dari dalam rumah ini walaupun dengan resiko gw akan berbenturan dengan barang barang yang ada di dalam rumah ini.......seiring dengan keputusan yang telah gw ambil,
kini gw segera berlari menuju pintu rumah ...kegelapan ruangan yang seakan menutupi pandangan mata ini kini tidak mampu lagi untuk menahan keinginan gw untuk segera keluar dari dalam rumah ini
“ brengsek.....!!!” maki gw begitu mendapati kenyataan pintu rumah yang terkunci,
gerakan jari tangan gw yang gemetar seperti membatasi keluwesan gerakan jari tangan gw dalam membuka kunci pintu, cukup lama juga gw bergelut dengan sesuatu yang seharusnya terasa sangat mudah untuk gw lakukan disaat dalam situasi normal....
kini diantara gerakan jari jemari tangan yang telah berhasil membuka kunci pintu bisa gw rasakan sebuah benda dingin yang menyentuh punggung gw...dan gw yakin benda yang menyentuh punggung gw ini bukanlah sebuah telapak tangan melainkan sebuah benda yang terbuat dari logam...
dan mungkin benda itu adalah...
“ persetannn....” maki gw pada diri sendiri tanpa menghiraukan kesimpulan yang telah gw ambil, seiring gerakan tangan gw yang telah memutar gagang pintu pada putaran maksimal...
sebuah pemandangan yang akan melepaskan gw dari semua kejadian menyeramkan ini kini tersaji di hadapan gw, hembusan angin dingin yang menerpa wajah ini seperti sebuah kata ajakan yang meminta gw untuk segera berlari meninggalkan rumah... tanpa memperdulikan pintu rumah yang masih
terbuka...gw segera berlari menembus kegelapan malam diantara rintik hujan dan hawa dingin yang terasa menusuk kulit ini
“ sinting.... gw bebas...bebas....” gumam gw sambil membungkukan tubuh ini, irama nafas gw yang terasa naik turun seperti mengiringi-
butiran keringat yang keluar dan bercampur dengan butiran air hujan yang membasahi tubuh ini
“ ini bukan main main lagi....ini nyata....” ucap gw sambil mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, terlihat seberkas cahaya yang sedikit menyilaukan pandangan mata gw ini,
tampak di sebuah pos jaga yang terletak tidak jauh dari posisi gw berdiri saat ini, beberapa orang pemuda terlihat memperhatikan gw...salah satunya tampak mengarahkan cahaya lampu senternya ke arah gw, tanpa menunggu para pemuda tersebut menghampiri...
gw segera berjalan menuju pos jaga tersebut
“ nang....danang....?” teriak seorang pemuda sambil tetap mengarahkan senternya ke arah gw
“ lohhh kamu kenapa nang....?” tanya seorang pemuda lagi begitu gw tiba di pos jaga,
untuk beberapa saat gw memperhatikan wajah orang orang yang hadir di pos jaga, kini tampak tiga orang pemuda yang hampir sepantaran dengan gw beserta seorang lelaki paruh baya, dari tiga orang pemuda tersebut tampak salah satunya
adalah pemuda kampung yang pernah terlibat pembicaraan dengan gw sewaktu di mushola beberapa hari yang lalu sebut saja namanya idang..., sedangkan lelaki separuh baya yang bersama para pemuda tersebut adalah pak sunu seorang penjaga keamanan kampung yang
bertugas menjaga kemanan kampung ini sehari harinya
“ nang kamu kenapa....?” tanya pak sunu yang melihat gw masih terdiam, tarikan tangannya kini telah membawa gw memasuki pos jaga, bisa gw rasakan rasa heran di wajah mereka begitu melihat tubuh gw yang basah oleh air hujan serta
tatapan mata idang terlihat memperhatikan kaki gw yang tidak mengenakan sandal dan terlihat kotor oleh tanah basah, untuk sesaat gw kembali terdiam...keinginan gw untuk menceritakan kejadian yang baru saja gw alami seperti terhalang oleh rasa khawatir akan tanggapan yang
kurang baik atas kejadian yang telah gw alami
“ nang....?” ucap salah seorang pemuda sambil menyentuh bahu gw
“ enggak ada apa apa pak sunu....danang hanya ingin keluar rumah aja, tadi kebetulan enggak bisa tidur...ditambah lagi lampu mati....”
seiring dengan perkataan gw, kini bayangan gw akan sosok ibu, kak dira dan daru yang gw tinggalkan di rumah seperti menyadarkan gw akan kelalaian yang telah gw lakukan...sempat terlintas rasa menyesal di hati ini karena telah meninggalkan mereka -
di rumah dalam kondisi gelap gulita seperti itu
“ masa sih nang....” ucap idang karena merasa tidak yakin dengan penjelasan yang baru saja gw berikan, terlihat pak sunu memberikan isyarat mata agar para pemuda yang lain tidak menimpali perkataan idang...
tapi tampaknya tingkat pemikiran dewasa para pemuda tersebut belumlah setara dengan tingkat pemikiran pak sunu, kini gw melihat para pemuda tersebut terlihat seperti saling bermain mata
“ lu masih ingat kan nang...dengan cerita yang gw ceritakan di mushola waktu itu....”
ucap idang kembali berusaha mengingatkan gw dengan pembicaraan yang terjadi di mushola, mendapati hal tersebut...gw hanya terdiam tanpa bermaksud merespon perkataannya
“ aki lu itu mengamalkan ilmu hitam......” ujar seorang pemuda lagi sambil menatap wajah gw...
gw mengenal pemuda tersebut dengan nama panggilan asep, seorang pemuda yang memang sudah sedari kecil terkenal dengan kenakalannya, mendengar perkataan asep kini kembali pak sunu mencoba mengingatkan agar menghentikan pembicaraan, tanpa memperdulikan perkataan pak sunu,
para pemuda tersebut tetap melanjutkan pembicaraannya
“ menurut cerita orang tua gw, dulu sebenarnya aki darwis.... bukanlah orang yang mampu seperti sekarang ini...kehidupannya serba susah....hingga pada suatu waktu, aki darwis ikut serta dalam pemilihan kepala desa....
ya kalian kan tau sendiri berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk meraih jabatan kepala desa....” ucap seorang pemuda yang gw kenal dengan nama bidin
rasa dingin yang semakin terasa menusuk kulit tubuh ini, telah membuat bidin menghentikan perkataannya,
sebatang rokok kretek kini telah tersulutkan di mulutnya, sepertinya tingkat kenakalan gw dalam menghisap rokok masih kalah jauh dibandingkan para pemuda kampung ini
“ pada akhirnya kalian pasti sudah bisa menebak....aki darwis akhirnya kalah dalam pemilihan kepala desa...
sindiran sindiran dari para pengikut kepala desa terpilih kepada aki darwis seperti enggak ada hentinya, mulai dari sindiran halus hingga yang kasar... bisa dikatakan semua sindiran tersebut sudah seperti santapan sehari hari bagi aki darwis....
hingga akhirnya mungkin karena marasa sudah enggak tahan lagi dengan semua sindiran itu, aki dan nini lu itu nang... pergi meninggalkan kampung ini, hampir dua tahun lamanya aki dan nini darwis enggak ada kejelasan kabar beritanya.....
rumah yang sekarang lu tempati itu di tinggalkannya begitu aja....”
mendengar penjelasan bidin tersebut, keingintahuan gw akan sosok aki dan masa lalunya seperti sedikit terungkap, gw sadar...keingintahuan gw untuk mengetahui masa lalu aki tidak akan pernah-
gw dapatkan dari mulut bapak
“ lantas bagaimana kelanjutannya....?” tanya gw kembali kepada bidin, sejujurnya gw lebih senang mendapatkan semua penjelasan ini dari bidin karena bidin terlihat lebih santun dalam memberikan penjelasan dan terkesan tidak menghakimi aki,
hal ini sangat berbanding terbalik dengan perkataan perkataan yang keluar dari mulut idang dan asep
“ setelah dua tahun tidak ada kabar beritanya....tidak ada angin...tidak ada hujan, aki dan nini darwis kembali ke kampung ini dengan membawa-
seorang anak yang tidak lain adalah bapak lu nang......perlahan tapi pasti, perekonomian keluarga aki darwis semakin membaik...dan masih menurut cerita orang tua gw...pada saat usia aki darwis mencapai 38 tahun...keluarga aki darwis mencapai tingkat kejayaannya ” terang bidin,
pak ibnu yang mendengarkan penjelasan bidin sepertinya sudah mengetahui masa lalu dari aki dan nini
“ mencapai tingkat kejayaan....?” tanya gw penuh dengan rasa penasaran
“ iya....keluarga aki darwis semakin kaya dan sangat di takuti.....” jawab bidin singkat
“ di takuti karena kesaktian ilmu hitamnya....” celetuk idang yang terkesan kembali menyudutkan aki
“ buat apa kaya karena ilmu hitam....kaya tapi sengsara...matinya pun akan jelas sengsara...” timpal asep sambil mengeluarkan tawa kecilnya, mendengar hal tersebut...
rasa kesal yang sedari tadi sudah coba untuk gw tahan kini seperti mengkerucut pada jari jari tangan yang mulai terkepal keras, dan sepertinya bidin menyadari itu
“ kalian enggak boleh gitu....biar bagaimanapun kita mendengar cerita cerita tersebut dari orang tua kita...
yang bahkan kita sendiri tidak mengetahui kebenarannya...” ucap bidin berusaha menahan idang dan asep menyudutkan keluarga gw dengan segala pandangan negatifnya
“ enggak mungkin orang tua kita berbohong din...”
ujar asep yang berbalaskan anggukan kepala idang, melihat sikap keras kepala yang di perlihatkan idang dan asep seketika itu juga telah membuat pandangan mata gw yang selama ini gw alihkan dari wajah mereka, kini terpaku tajam menatap mereka....
tidak gw rasakan lagi rasa dingin dari air hujan yang membasahi kaos yang gw kenakan.....mungkin ini adalah efek dari rasa emosi gw yang mulai berjalan menuju puncaknya, perlahan bisa gw rasakan rasa hangat yang menjalar di sekujur tubuh ini....
hingga akhirnya semua rasa hangat itu seperti berkumpul di jari jemari tangan kanan gw yang sudah terkepal
“ ahhh...” gumam gw pelan begitu merasakan rasa hangat yang terkumpul di tangan gw telah berubah menjadi rasa panas,
getaran yang mulai timbul pada jari jemari tangan gw yang terkepal seperti mengisyaratkan adanya energi besar yang terkumpul disana, melihat hal tersebut pak sunu yang sedari tadi hanya duduk mengamati, kini bangkit dari duduknya
“ udah nang....sebaiknya kamu saya antar pulang....” ujar pak sunu sambil berusaha meraih pergelangan tangan gw, tapi begitu melihat tatapan mata gw yang tajam...pak sunu terlihat mengurungkan niatnya
“ sebenarnya apa masalah kalian dengan keluarga gw.....?” tanya gw seraya menatap idang dan asep dengan tajam, entah ini hanya perasaan gw saja ataukah memang ada sebuah kekuatan tak kasat mata yang sedang mengaburkan pandangan mata gw ini....
kini walaupun gw menyadari gw sedang menatap idang dan asep dengan tajam...tapi gw merasakan kesadaran gw perlahan demi perlahan seperti terambil alih oleh sesuatu yang sangat sulit untuk gw jelaskan dengan kata kata
“ brengsek lu nang...lu pikir kami bakalan takut ya....lu tuh bukan aki darwis....lu bukan siapa siapa....” ucap asep seraya mengajak idang untuk bersiap siap menantang gw berkelahi
mungkin itu adalah kalimat terakhir yang gw dengar
sebelum akhirnya kesadaran gw benar benar menghilang....gw benar benar tidak mengetahui apa yang telah gw lakukan setelah idang dan asep mengucapkan kalimat tersebut....hal yang kini gw sadari adalah.....
gw merasakan cahaya matahari yang terasa hangat diantara kelopak mata gw yang masih terpejam...
“ bu.....” ucap gw lirih sambil membuka pejaman mata ini, rasa silau yang gw rasakan seperti mengaburkan pandangan mata gw terhadap keberadaan ibu, kak dira, daru
serta pak ujang di dalam kamar, seiring dengan telapak tangan gw yang menghalangi laju sinar matahari tersebut, kini bisa gw lihat ekspresi kekhawatiran di wajah ibu, kak dira, daru serta pak ujang
“ alhamdulillah kamu udah sadar nang....” seiring dengan perkataan ibu, jari jemari tangannya terasa lembut membelai kening gw
“ apa yang terjadi bu.....?”
“ sebaiknya kamu istirahat dulu nang.....” saran pak ujang sambil mengembangkan senyumnya
“ ya udah teh.....berhubung danang udah sadar, sekarang saya mau membereskan atap dulu....” ucap pak ujang kembali yang berbalas anggukan kepala ibu
“ ra....cepat kamu buatkan teh manis hangat untuk adik kamu...” perintah ibu kepada kak dira, mendapati perintah ibu...
kini kak dira dan pak ujang terlihat berlalu meninggalkan kamar
“ apa yang terjadi sama danang bu.....” tanya gw kembali seraya merasakan pening di kepala ini
“ semalam kamu pingsan nang....kamu diantarkan ke rumah ini oleh pak sunu dan bidin...
menurut keterangan dari pak sunu dan bidin, katanya semalam kamu berkelahi dengan idang dan asep....”
mendengar keterangan yang keluar dari mulut ibu, kini ingatan gw seperti kembali berangsur normal, bisa gw ingat kembali saat saat terakhir asep mengucapkan
sebuah kalimat yang akhirnya mengantarkan gw tidak sadarkan diri
“ astagfirullah....danang minta maaf bu...bagaimana kabar idang dan asep....?” tanya gw dengan rasa cemas, ingatan gw akan rasa panas yang gw rasakan pada malam itu
telah mengantarkan tatapan mata gw kini terarah pada cincin bermata batu hitam yang masih melekat di jari manis tangan kanan
“ apakah cincin ini yang telah membuat gw merasakan hawa panas itu....?” tanya gw dalam hati seraya menunggu jawaban dari ibu tentang kondisi asep dan idang yang terlibat perkelahian dengan gw semalam
“ sejak kapan kamu belajar ilmu bela diri nang.....?” ucap ibu balik bertanya, mendapati pertanyaan tersebut gw hanya bisa menggelengkan kepala, menandakan kalau gw sama sekali belum pernah bersentuhan dengan apa yang dinamakan ilmu bela diri
“ koq ibu bertanya seperti itu....?” tanya gw beriringan dengan kehadiran kak dira memasuki kamar, terlihat di tangan kak dira sebuah gelas yg berisikan air hangat
“ karena semalam itu pak sunu menerangkan kalau kamu berkelahi seperti layaknya orang yg sudah mahir ilmu bela diri”
“ jadi bagaimana kabar idang dan asep bu....” ucap gw memotong perkataan ibu, kak dira yang sedari tadi hanya bisa berdiri terpaku sambil memegang gelas, kini memberikan gelas yang berisikan air teh manis hangat itu ke tangan gw
“ menurut cerita pak sunu dan bidin, idang dan asep kewalahan mengahadapi kamu....walaupun memang di ketahui idang dan asep juga mempunyai ilmu bela diri...tapi itu masih belum sepadan dengan ilmu bela diri yang kamu peragakan semalam...”
“ jadi bagaimana dengan keadaan idang dan asep bu....” tanya gw nada yang agak meninggi, karena ibu tidak kunjung memberikan keterangan tentang keadaan idang dan asep
“ ya mereka mengalami luka luka...hanya idang yang menurut pak sunu sampai mengalami pingsan karena terkena pukulan kamu....”
“ pingsan....?” tanya gw hampir tidak percaya dengan penjelasan yang keluar dari mulut ibu,
kini timbul rasa penyesalan di hati gw karena telah melakukan hal sedemikian rupa terhadap idang...tapi sejujurnya apa yang gw lakukan semalam itu adalah murni seratus persen bukan karena keinginan gw...walaupun gw memang merasakan emosi dengan perkataan idang dan asep...
tapi gw merasa ada kekuatan lain yang mendorong gw melakukan itu semua, ditambah lagi sekarang ibu menjelaskan kalau gw semalam mempunyai kemahiran dalam ilmu bela diri.....hal tersebut semakin menambah keyakinan gw bahwa memang ada kekuatan lain yang telah melakukan itu semua
“ itu cincin siapa nang.....?” tanya kak dira begitu melihat cincin yang gw kenakan
“ ini cincin pemberian dari bidin....” jawab gw berbohong sambil memberikan isyarat kepada daru untuk tidak menceritakan perihal cincin yang gw kenakan, terlihat kak dira menganggukan kepalanya
“ gw kirain cincin punya aki....” gumam kak dira yang berbalas tatapan mata ibu
“ maksud kamu apa ra....?” tanya ibu kepada kak dira
“ maksud dira...sepertinya dira pernah beberapa kali melihat aki mengenakan cincin seperti itu selain golok kecil yang biasa terselip di pinggang aki....” terang kak dira kepada ibu, mendengar hal tersebut kini ibu mengalihkan pandangannya ke arah gw
“ nang....?”
“ benar bu...cincin ini pemberian bidin....justru danang enggak tau kalau aki mempunyai cincin seperti ini, lagipula sebenarnya danang dan daru memang mencari keberadaan golok kecil yang biasa di bawa aki itu....
kira kira golok itu dimana ya bu....” ucap gw berusaha menghilangkan rasa curiga ibu
“ mana ibu tau nang....ibu enggak memperhatikan hal hal seperti itu.....” seiring perkataan ibu, terlihat ibu bangkit dari tempat tidur dan hendak meninggalkan kamar
“ bu.......” mendengar panggilan gw, ibu menghentikan langkahnya dan menatap gw dalam tanya
“ sebenarnya ada yang ingin danang tanyakan sama ibu.....”
“ ohhh iya nang...ibu juga hampir lupa, sebenarnya ada yang ibu ingin tanyakan sama kamu....” ucap ibu seraya kembali berjalan menghampiri gw, lalu kembali duduk di sisi tempat tidur
“ masalah kamu berbohong atau tidak mengenai kamu mempelajari ilmu bela diri...ibu tidak mempersoalkannya, yang ingin ibu tanyakan adalah...kenapa kamu semalam itu meninggalkan rumah dalam keadaan pintu rumah terbuka,
untung aja ibu bangun karena lampu padam...kalau enggak...ibu enggak bisa bayangkan kalau sampai ada orang yang berniat jahat memasuki rumah ini....”
entah gw harus menjawab apa atas pertanyaan yang terlontar dari mulut ibu ini, andai gw harus menjawab jujur atas apa yang gw alami semalam, hal ini tentu akan berbenturan dengan perkataan ibu yang melarang gw untuk menceritakan kejadian kejadian aneh yang gw alami
“ nang....” ucap ibu begitu melihat gw yang hanya bisa terdiam
“ ibu enggak memaksa kamu untuk menjelaskan semuanya....tapi ibu enggak mau kalau kamu berlaku lalai seperti ini lagi, belum lagi...apakah kamu enggak kasihan meninggalkan daru tidur seorang diri di kamar,
coba kamu bayangkan jika daru terbangun dalam keadaan gelap gulita dan enggak menemukan kamu di dalam kamar.....” belum sempat gw mengeluarkan penjelasan atas wejangan yang ibu berikan, terlihat daru menampakan kegelisahannya
“ bu....” ucap daru pelan seakan ragu untuk mengucapkannya
“ kenapa ru....?” tanya ibu begitu melihat daru kembali terdiam
“ boleh daru jujur bu...?” mendapati perkataan daru seperti itu, ibu menganggukan kepalanya, kini seolah merasakan bahwa apa yang akan di katakan oleh daru adalah sebuah hal yang menyeramkan, ekspresi wajah kak dira menunjukan ketidaknyamanannya
“ sekarang daru jadi takut tinggal di rumah ini bu....”
“ lohh ru, kenapa kamu bicara seperti itu...ini rumah kamu, koq di rumah kamu sendiri...kamu takut...”ucap ibu sambil mengembangkan senyum kecilnya, terlihat sekali ibu berusaha memberikan rasa nyaman untuk anak anaknya
“ semalam itu disaat mati lampu...daru itu sebenarnya terbangun bu...tapi daru enggak tau kalau bang danang enggak ada di dalam kamar......”
“ lohhh itu bagus ru...itu berarti kamu pemberani...” ucap ibu memotong perkataan daru
“ bukan begitu bu....justru daru menyangka bang danang ada di dalam kamar sebelum akhirnya daru tau kalau bang danang enggak ada di dalam kamar bersamaan dengan kehadiran pak sunu dan kang bidin yang membawa bang daru masuk ke dalam kamar dalam keadaan pingsan....”
ujar daru memberikan penjelasan lebih lanjut, kini terlihat ekspresi tidak percaya di wajah kak dira dan ibu
“ maksud kamu apa ru...?” tanya kak dira yang semakin menunjukan rasa tidak nyamannya, terlihat daru agak ragu untuk melanjutkan perkataannya mungkin daru takut ibu akan memarahinya karena telah menceritakan hal yang tidak masuk akal disaat ketiadaan bapak di rumah ini,
mendapati hal tersebut kak dira mendaratkan cubitannya ke lengan daru agar daru kembali melanjutkan penjelasannya
“ iya semalam daru merasa bang danang ada didalam kamar....bahkan daru sempat berbicara dengan bang danang walaupun daru merasa aneh dengan cara bicara bang danang yang terkesan agak kaku....
tapi daru berpikir positif, bang danang berbicara seperti itu karena dalam keadaan mengantuk....”
entah gw harus memberikan komentar apa atas kejadian yang telah di alami oleh daru, tapi satu hal yang pasti...
kini apa yang telah dialami oleh daru tersebut seperti memberikan gw lampu hijau untuk menceritakan apa yang telah gw alami di rumah ini
“ cukup....” ucap ibu seraya memberikan isyarat agar daru tidak meneruskan ceritanya
“ lohh bukannya tadi ibu yang memberikan izin kepada daru untuk menceritakan apa yang dialaminya...” ucap gw sedikit memprotes dengan apa yang telah dilakukan oleh ibu
“ nang.....” terlihat ibu menarik nafasnya agak dalam lalu menghembuskannya secara lembut
“ cuma kamu sekarang harapan ibu di rumah ini untuk menjaga ibu...aki..kakak dan adik kamu,
bagaimana kamu bisa memberikan ketenangan di rumah ini jika kamu memperbolehkan cerita cerita yang baru saja di ceritakan adik kamu itu hadir di rumah ini....” ucap ibu sambil membelai rambut daru dan kak dira
“ jadi ibu tidak mempercayainya....?” tanya gw yang merasa bingung dengan perkataan ibu
“ bukan ibu tidak percaya dengan cerita kalian.....hanya waktunya aja yang belum tepat, bisakah semua ini di ceritakan saat bapak kalian ada di rumah ini....”
ucapan yang terlontar dari mulut ibu seperti memberikan gw secercah kebahagian karena mendapati kenyataan bahwa ibu tidak menganggap cerita yang keluar dari mulut kami ini sebagai bualan semata, terlihat kini ibu mengelus elus perutnya yang membesar,
sepertinya ibu sedang merasakan sesuatu di dalam perutnya
detik waktu yang terus berjalan kini telah mengantarkan matahari yang semakin meninggi, bisa gw dengar suara azan zuhur yang terdengar dari speaker mushola menunjukan waktu sudah beranjak pada jam dua belas siang,
samar samar terdengar suara pak ujang yang mengakhiri pekerjaannya memperbaiki atap rumah....mengetahui hal tersebut, gw segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar rumah
“ badannya udah enakan nang....?” tegur pak ujang mengagetkan gw yang sedang melamun sambil memandang beberapa warga kampung yang lewat di depan rumah
“ pak ujang ngagetin aja...sebenarnya saya enggak apa apa pak....” jawab gw sambil mengembangkan senyum,
terlihat kini pak ujang berjalan menghampiri, untuk sesaat pak ujang seperti memperhatikan cincin yang gw kenakan
“ nang....itu seperti cincin aki kamu ya....” gw menganggukan kepala seraya memperlihat cincin yang gw kenakan kepada pak ujang,
bisa gw lihat perubahan ekspresi wajah pak ujang begitu melihat cincin yang gw kenakan
“ ada apa pak....?” tanya gw kepada pak ujang
“ enggak ada apa apa nang, hanya sepertinya saya pernah melihat cincin tersebut di kenakan aki kamu....oh iya kalau saya boleh tau...
golok kecil yg biasa di bawa oleh aki kamu itu sekarang ada dimana ya nang...?”
“ entahlah pak ujang, sebenarnya cincin ini saya temukan secara enggak sengaja disaat mencari keberadaan golok aki itu....” pak ujang mengangguk anggukan kepalanya
“ pak ujang...boleh saya bertanya.?”
bisa gw lihat perubahan ekspresi wajah pak ujang begitu melihat cincin yang gw kenakan
“ ada apa pak....?” tanya gw kepada pak ujang
“ enggak ada apa apa nang, hanya sepertinya saya pernah melihat cincin tersebut di kenakan aki kamu....oh iya kalau saya boleh tau...
terlihat pak ujang agak heran begitu mendengar perkataan gw

“ apakah selama pak ujang menjaga aki di rumah ini....pak ujang mengalami hal hal yang aneh di rumah ini....?”
bisa gw lihat perubahan ekspresi wajah pak ujang begitu melihat cincin yang gw kenakan
“ ada apa pak....?” tanya gw kepada pak ujang
“ enggak ada apa apa nang, hanya sepertinya saya pernah melihat cincin tersebut di kenakan aki kamu....oh iya kalau saya boleh tau...
“ lohh koq kamu bertanya seperti itu nang.....” ujar pak ujang berusaha menyembunyikan keterkejutannya atas perkataan yang baru saja di dengarnya
“ sebenarnya saya dan daru telah mengalami beberapa kali mengalami kejadian aneh di rumah ini, hanya kebetulan aja...
saya yang lebih banyak mengalaminya...” mendengar ucapan gw, Pak ujang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan keterkejutannya, sejenak pak ujang terdiam...matanya terlihat memandang ke dalam rumah, seperti layaknya seseorang yang tidak ingin pembicaraannya terdengar oleh orang lain
“ kalau saya boleh jujur....sebenarnya saya mengalaminya juga nang....hanya saja saya berusaha menjaga persaan bapak kamu, saya enggak mau bapak kamu tersinggung, karena hal ini menyangkut dengan anggota keluarganya yang telah meninggal... "
mendengar perkataan pak ujang, kini rasa penasaran gw seperti terusik

“ pak ujang mengalami hal aneh seperti apa.....?”
“ sebenarnya tidak banyak nang....hanya saja walaupun gangguan itu tidak terlalu banyak...hal tersebut tetaplah sebuah hal yang menakutkan buat saya....
saya lebih banyak mengalami gangguan tersebut di kamar uwa odah yang sekarang kamu tempati itu....”
“ kalau saya boleh jujur....sebenarnya saya mengalaminya juga nang....hanya saja saya berusaha menjaga persaan bapak kamu, saya enggak mau bapak kamu tersinggung,
karena hal ini menyangkut dengan anggota keluarganya yang telah meninggal....”
terkejut....mungkin itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati gw saat ini, mendengar penjelasan pak ujang yang mengatakan telah mengalami gangguan di kamar yang sekarang gw tempati,
telah semakin menambah keyakinan gw bahwa kejadian kejadian aneh yang telah gw alami adalah sebuah kejadian nyata
“ pak ujang mengalami hal aneh seperti apa....?”
“ sebenarnya saat malam pertama hingga malam ke tujuh setelah kejadian yang menimpa aki, nini dan uwa odah kamu itu...saya enggak mengalami hal hal aneh...tapi setelah lewat dari malam itu, hal hal aneh mulai terjadi....
mulai dari pintu kamar kamu yang terbuka dan tertutup sendiri, suara tawa dan tangis yang terdengar di dalam kamar...sampai suara tangis bayi yang terdengar memecah kesunyian...hal hal tersebut yang akhirnya melatarbelakangi saya untuk mengunci pintu kamar.....”
“ pak ujang percaya kalau aki mempelajari ilmu hitam....?” tanya gw yang kembali berbalas rasa keterkejutan di wajah pak ujang
“ ehhhhh......”
belum sempat pak ujang meneruskan perkataannya, terlihat ibu keluar dari dalam rumah,
tampak dbeberapa lembar uang berada di genggaman tangan ibu
“ bagaimana pak ujang....apa sudah di perbaiki atapnya....?”
“ udah teh...insha allah kalau nanti hujan turun...enggak akan bocor lagi....” jawab pak ujang yang berbalas rasa lega di wajah ibu,
terlihat ibu menyerahkan beberapa lembar uang kertas yang ada di tangannya kepada pak ujang
“ ini pak ujang....sekedar untuk membeli rokok...” mendapati hal tersebut, dengan sedikit agak sungkan pak ujang menerima pemberian ibu
“ sebaiknya saya pamit dulu....mau langsung ke mushola....” ujar pak ujang berpamitan,
rasa kecewa yang terpancar di wajah gw karena tidak mendapatkan jawaban dari pak ujang sepertinya tidak dapat menahan langkah kaki pak ujang untuk meninggalkan rumah.
sinar lembayung senja yang memayungi sore hari ini seperti memberikan nuansa keindahan tersendiri pada halaman belakang, terlihat daru masih asik menikmati pekerjaannya dalam menuangkan ember demi ember air ke dalam bak kamar mandi
“ nang...cucian terahhir nih....” teriak kak dira seiring dengan kehadirannya dari dalam rumah, terlihat sehelai baju kotor ada di dalam genggaman tangannya
“ huhhh...enak aja, kerjain sendiri ahhh....” gerutu gw kesal karena kak dira tidak menaruh baju kotor yang di tanggalkannya pada saat dia mandi ke dalam ember cucian....mendengar gerutu yang keluar dari mulut gw, kak dira mengembangkan senyumnya
“ yaelahh nang...perhitungan banget sih...” goda kak dira yang kini berbalas tawa kecil dari gw dan daru, kini begitu kak dira meletakan baju kotor ke dalam ember cucian, melihat hal tersebut gw segera mencucinya
“ nang....memangnya benar apa yang telah dikatakan oleh pak sunu itu...?” mendengar pertanyaan kak dira, gw hanya menjawabnya dengan anggukan kepala
“ terus....cerita kalian tentang kejadian kejadian aneh yang terjadi di rumah ini apakah benar juga....” dengan serentak kini gw dan daru menganggukan kepala
“ kak....ini terserah lu mau percaya atau enggak, gw dan daru memang mengalami hal hal aneh di rumah ini....tapi sepertinya memang gw yang lebih banyak mengalaminya....”
“ lebih banyak mengalaminya gimana nang....?” tanya kak dira kembali, kini terlihat daru menghentikan kegiatannya dan memilih untuk mendengarkan percakapan antara gw dan kak dira
“ sejujurnya....banyak kejadian aneh yang gw alami dan sengaja tidak gw ceritakan pada kalian.....” seiring dengan perkataan yang keluar dari mulut gw, kini mengalirlah sejumlah cerita dari beberapa kejadian yang telah gw alami di rumah ini,
mulai dari kejadian pertama di saat gw mendengar suara panggilan yg menyerupai suara panggilan uwa odah, perjumpaan dengan sosok yg menyerupai uwa odah sampai membuat gw memuntahkan isi perut....hingga kejadian terakhir di saat gw menjumpai sosok yg menyerupai uwa odah dan aki.
dan bagi gw kejadian terakhir ini adalah kejadian yang paling menyeramkan karena telah mampu membuat gw memutuskan untuk meninggalkan rumah
“ sebenarnya ada lagi satu hal yang mengganjal di benak daru bang....” ucap daru dengan raut wajah yang serius

“ apa ru...?” tanya kak dira dengan rasa penasaran
“ kak dira masih ingat dengan kejadian pada saat kak dira marah karena kak dira pada saat itu mandinya lama....?” tanya daru kepada kak dira
“ ohhh iya ru...kak dira ingat, tapi kak dira memang merasa enggak marah marah....bagaimana kak dira mau marah, justru pada saat kak dira selesai mandi dan memutuskan menyudahi mandi....
kak dira melihat kalian masih menimba air di sumur ini.....” terang kak dira dengan ekspresi wajah serius
“ ru...itulah yang gw maksud dengan perkataan gw waktu itu, omongan kalian berdua itu enggak ada yang salah...apa yang kalian lihat itu adalah salah satu bentuk dari kejadian aneh yang terjadi di rumah ini....”
“ waduhhh...sumpah deh, kalau kejadiannya seperti ini....gw jadi tambah takut tinggal di rumah ini....” ucap kak dira yang berbalas anggukan kepala daru
“takut itu wajar kak....tapi justru gw penasaran dengan apa yang sebenarnya telah terjadi di rumah ini...” ujar gw setelah menyelesaikan cucian gw yang terakhir
“ penasaran gimana nang...kan udah jelas..nini dan uwa odah meninggal...sedangkan aki kondisinya seperti itu....” ucap kak dira karena merasa aneh dengan rasa penasaran gw
“ kak...apakah lu percaya dengan orang yang telah meninggal secara tidak normal maka akan bergentayangan seperti ini....”
“ maksud lu itu...uwa odah nang....?” tanya kak dira yang berbalas anggukan kepala gw, kini terlihat kak dira menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang gw ajukan
“ ada banyak hal yang gw pertanyakan dengan apa yang telah terjadi pada aki, nini dan uwa odah....antara lain apakah kalian tidak merasa aneh dengan lenyapnya anak yang di kandung uwa odah yang hingga sampai saat ini kita enggak mengetahui keberadaannya...”
mendengar perkataan gw, kini kak dira dan daru terdiam sepertinya mereka memikirkan apa yang baru saja gw katakan
“ kak dira tau apa enggak apa yang menyebabkan gw semalam berkelahi....” kembali kak dira menggelengkan kepalanya begitu mendengar perkataan gw

“ gw enggak suka dengan asep dan idang yang terkesan menyudutkan aki....”
“ menyudutkan aki bagaimana nang....?”

“ iya menyudutkan aki dengan menceritakan kalau aki mendapatkan kekayaan ini karena hasil dari ilmu hitam yang di pelajari aki....”
“ hahhhh....” gumam kak dira dan daru hampir berbarengan, bisa gw lihat raut penyangkalan di wajah mereka

“ enggak mungkin nang....enggak mungkin aki seperti itu....” ujar kak dira masih dalam raut wajah penyangkalannya
“ iya bang....enggak mungkin aki seperti itu....” ucap daru menimpali perkataan kak dira

“ gw juga enggak percaya....makanya kemarin itu gw jadi berkelahi dengan idang dan asep....”

“ bang.....” ucap daru sambil menatap wajah gw

“ apa ru....?”
“ sebaiknya lu lepasin deh cincin itu....enggak tau kenapa gw merasa cincin itu yang membuat abang bisa berlaku seperti semalam itu.....”
“ maksud lu ru...gara gara cincin ini abang jadi bisa bela diri.....” gumam gw pelan seraya memgang cincin yang melingkar di jari gw, sepertinya apa yang dikatakan oleh daru itu memang ada benarnya,
di saat semalam itu gw memang merasakan hawa hangat yang berubah menjadi panas di tangan yang mengenakan cincin ini, terlihat kak dira agak mencibirkan bibirnya karena mengetahui gw telah melakukan kebohongan
“ kalau memang cincin itu milik aki...sebaiknya lu lepaskan nang....” ujar kak dira sambil menarik tangan gw dan memperhatikan cincin bermata batu hitam yang melingkar di jari gw
“ kalau kalian berkata seperti itu....berarti kalian mempercayai ilmu hitam dong....”

“ dangkal banget sih pikiran lu nang....ini kan hanya kesimpulan gw dan daru aja, kalau memang cincin tersebut memang memiliki kemampuan seperti itu...
bukan berarti aki mempelajari ilmu hitam, bisa jadi cincin tersebut merupakan warisan benda pusaka yang di turunkan turun temurun dari keluarganya...” ucap kak dira sambil berusaha melepaskan cincin yang melingkar di tangan gw,
bisa gw rasakan tarikan tangan kak dira pada cincin yang gw kenakan tersebut kini telah membuat kulit jari tangan gw terasa pedih
“ koq susah banget sih nang di lepaskannya....” gerutu kak dira sambil memperhatikan ekspresi wajah gw yang kesakitan
“ udah cukup kak....jangan di paksa, bukannya cincin ini yang lepas...bisa bisa jari gw yang copot...” gerutu gw sambil menarik tangan dari genggaman tangan kak dira, kini dengan menggunakan bantuan sabun untuk mencuci,
gw mencoba melepaskan cincin yang melekat di jari tangan gw, tapi sepertinya usaha gw ini kembali berakhir dengan kegagalan
“ waduh nang...kacau nih....” ucap kak dira dengan nada panik, mendapati hal tersebut....pikiran gw akan cincin ini yang akan tetap melekat di jari tangan ini telah membuat gw merasakan adanya genangan air mata di kelopak mata ini
“ pasti ada jalannya nang untuk melepaskan cincin ini.....” ucap kak dira kembali berusaha menghibur keresahan yang gw rasakan
“ ia bang...pasti ada jalannya...” sebuah kata penghibur yang keluar dari mulut daru, kini mengantarkan rengkuhan tangannya di bahu gw
tepat pukul delapan malam, gw memutuskan untuk keluar dari rumah....kejadian kejadian yang telah gw alami beberapa hari belakangan ini, telah membuat pikiran di otak gw ini terasa kacau,
mungkin dengan cara berjalan jalan di sekitar kampung ini akan membuat semua pikiran kacau ini kembali normal, kini seiring langkah kaki yang menapaki jalan setapak kampung, tampak terlihat pak sunu sedang berbincang bincang dengan seorang lelaki tua dengan perawakan kurus
“ mau kemana nang....” tanya pak sunu begitu melihat gw hendak melewati pos jaga, terlihat lelaki tua tersebut mengembangkan senyumnya ke arah gw, dengan jarak pandang yang sedekat ini,
kini gw dapat mengenali bahwa sosok lelaki tua yang sedang berbicara dengan pak sunu adalah abah iding, seorang lelaki tua yang telah dianggap sebagai sesepuh kampung ini
“ mau ke warung dulu pak....ehhh ada abah iding, maaf bah...saya mau ke warung dulu....” ucap gw yang berbalas anggukan kepala pak sunu dan abah iding, untuk sesaat terlihat abah iding seperti memperhatikan cincin yang gw kenakan....
hngga akhirnya kini abah iding kembali terlibat pembicaraan dgn pak sunu...seiring langkah kaki gw yg mulai menjauh, kembali gw menolehkan pandangan ke arah pak sunu dan abah iding dan tanpa kesengajaan tampak pandangan gw bertemu mata dgn pandangan mata pak sunu serta abah iding
“ sepertinya mereka tengah membicarakan gw....” gumam gw dalam hati tanpa menghentikan langkah kaki ini menuju ke sebuah warung
“ kopinya satu pak itong....” pinta gw kepada penjaga warung, setelah menunggu beberapa saat, terlihat pak itong membawakan segelas kopi panas yang masih menampakan kepulan asap putihnya
“ ehh pak...hampir lupa...saya minta rokoknya tiga batang deh...”
“ wahhh kang danang udah mulai merokok nih....” ucap pak itong sambil berjalan ke arah tempat penyimpanan rokok, kini tiga batang rokok di serahkan ke tangan gw
“ cuma iseng pak....” ujar gw bersamaan dengan kepulan asap yang keluar dari mulut ini, sepertinya kepulan asap yang keluar dari mulut gw adalah perpaduan dari asap rokok dan uap asap karena rasa dingin yang gw rasakan, sesekali terlihat pijaran cahaya biru di langit yang gelap
“ sepertinya akan turun hujan lagi ya pak....”

“ iya kang....sepetinya memang sudah masuk musim penghujan...ohh iya kang danang...kang danang ini yang kemarin berkelahi dengan idang dan asep ya....” tanya pak itong sambil mengambil posisi duduk di samping gw
“ iya pak....ada apa ya....?” entah mengapa pikiran gw langsung tertuju pada sosok asep dan idang yang sampai dengan saat ini gw belum mengetahui keadaannya
“ enggak ada apa apa kang....hanya saja perkelahian antara kang danang dengan asep dan idang udah menjadi pembicaraan hangat di kampung ini.....” ucap pak itong sambil memainkan rokok kretek yang ada di tangannya

“ kalau saya boleh tau....bagaimana kabar asep dan idang pak...?”
“ alhamdulillah asep baik baik saja...begitu juga dengan idang...walaupun menurut cerita bapaknya, ada memar di bagian dada kanannya, tapi menurut abah iding semuanya sudah mulai membaik....kebetulan abah iding yang menangani luka memar di dada idang...”
jelas pak itong, kini terlihat pak itong menyulutkan rokok kretek yang semenjak tadi hanya menjadi penghias jari tangannya, kepulan asap putih kini berterbangan di udara
“ saya sebenarnya enggak bermaksud seperti itu pak......” ucap gw dengan rasa sesal

“ bapak mengerti, kalau saya di posisi kang danang mungkin akan berlaku seperti itu juga...” perkataan yang terlontar dari mulut pak itong terasa begitu bijaksana
“ jadi pak itong enggak percaya kan dengan berita yang mengatakan aki saya itu belajar ilmu hitam.....” begitu mendengar perkataan gw, terlihat pak itong terdiam beberapa saat
“ bapak enggak tau harus menjawab apa kang.....tapi kalau boleh bapak menyarankan, sebaiknya kang danang mencoba suatu cara untuk membuktikannya....?” 

“ cara apa pak....”
“ sebelumnya bapak minta maaf....ini hanya sekedar masukan untuk kang danang, menurut yang bapak ketahui...apabila seseorang yang terasa sulit meninggal karena ilmu hitam...itu bisa diatasi dengan daun kelor...” ucap pak itong tanpa ekspresi menghakimi

“ daun kelor...?”
“ iya daun kelor....coba saja kamu mengelapkan daun tersebut di seluruh tubuh aki kamu, jika memang terjadi sesuatu, maka bisa di pastikan aki kamu memang belajar ilmu hitam...tapi jika tidak terjadi sesuatu..berarti desas desus yang berkembang selama ini memang tidak benar...”
“ terjadi sesuatu gimana pak....” tanya gw dengan rasa penasaran

“ mempermudah proses kematiannya....” jawab pak itong singkat, untuk sesaat lamanya gw terdiam, bagi gw apa yang dikatakan oleh pak itong tersebut,
walaupun tidak masuk akal tapi memang tidak ada salahnya untuk di coba, dan gw merasa yakin kalau aki memang tidak melakukan apa yang selama ini telah di tuduhkan oleh sebagian besar warga kampung.
“ ini hanya sekedar masukan ya kang danang....boleh dilakukan boleh juga enggak...” ucap pak itong yang berbalas senyuman gw.
Jangan lupa nonton ini jg
“ sebaiknya saya pulang dulu pak....sepertinya akan segera turun hujan....” pamit gw kepada pak itong, setelah menyelesaikan pembayaran, gw segera pergi meninggalkan warung
“ daun kelor....hmmm..apakah benar yang di ucapkan oleh pak itong tadi,
kalau memang benar daun kelor tersebut dapat membuktikan apakah seseorang itu mempelajari ilmu hitam atau tidak..berarti akan ada resiko yang akan gw tanggung jika melakukan petunjuk yang diberikan oleh pak itong tadi,
tapi gw yakin...enggak akan terjadi sesuatu pada aki...” ucap gw dalam hati seraya kembali berpikir apakah gw akan mencoba membuktikan petunjuk yang diberikan oleh pak itong malam ini
“ sebaiknya gw buktikan malam ini....” seiring perkataan yang terlontar dari mulut gw,
kini langkah kaki yang semula hendak berjalan menuju rumah, telah teralihkan ke sebuah jalan setapak yang akan mengantarkan gw kepada seseorang yang mungkin akan dapat memberikan bantuannya malam ini
“ assalamualaikum....”
ucapan salam terlontar dari mulut gw begitu langkah kaki ini terhenti di depan sebuah rumah, cukup lama juga gw menanti jawaban dari dalam rumah, hingga akhirnya setelah kembali mencoba mengucapkan salam seraya mengetuk pintu rumah,
kini terlihat mulai ada tanda tanda keberadaan seseorang di dalam rumah
“ wa’alaikumsalam....siapa ya...” menyadari seseorang telah menyingkap gorden jendela rumah, gw segera menganggukan kepala terhadap seorang perempuan tua sedang menatap gw dari balik kaca
“ saya danang bu....cucunya aki darwis...” ucap gw begitu perempuan tua tersebut keluar dari dalam rumah
“ ohhh cucunya ki darwis, ada keperluan apa nak danang....?” tanya perempuan tua tersebut
“ bidinnya ada bu....?” begitu mendengar pertanyaan gw, untuk sesaat perempuan tua itu memperhatikan gw dengan seksama
“ tunggu sebentar...” ucap perempuan tua tersebut seraya berjalan ke dalam rumah, setelah beberapa saat menunggu,
kini terlihat kehadiran bidin yang berjalan menghampiri gw
“ lohhh danang...ada apa nang...koq tumben banget...” ujar bidin yang merasa kaget dengan kehadiran gw, setelah berbasa basi sebentar, gw segera menjelaskan maksud dari kedatangan gw ini
“ hahhh lu yakin nang....?” tanya bidin dengan rasa tidak percaya
“ sangat yakin din...gw yakin enggak akan terjadi apa apa sama aki...dan gw harap malam ini lu mau menjadi saksinya....”
“ haduhhh nang...bukannya gw enggak mau bantu, tapi gw takut akan terjadi sesuatu pada aki darwis, apa yang telah lu ceritakan tadi itu bukanlah sesuatu yang main main nang....”
“ gw yakin din....tolong bantu gw...sepertinya hanya jalan ini yang bisa membuktikan bahwa aki -
memang enggak pernah mempelajari ilmu hitam....” untuk sesaat lamanya bidin hanya bisa terdiam tanpa bisa memberikan jawaban
“ bagaimana din...tolong....”
“ baiklah nang....gw akan menolong lu, kalau memang nanti terjadi sesuatu sama aki darwis....
gw harap lu akan selalu ingat kalau gw pernah melarang lu untuk melakukan hal ini....” gw langsung menganggukan kepala begitu mendengar perkataan bidin, kini setelah beberapa saat menunggu bidin berganti pakaian,
akhirnya gw dan bidin berangkat ke sebuah tempat yang menurut bidin terdapat keberadaan pohon kelor, setelah terasa berjalan cukup jauh menelusuri jalan setapak kampung, akhirnya gw dan bidin tiba di sebuah anak sungai yang memisahkan antara kampung kami dengan kampung sebelah,
rerimbunan ilalang liar yang tampak sudah meninggi seperti menutupi keberadaan anak sungai tersebut
“ itu pohonnya nang....” tunjuk bidin pada sebuah pohon yang hanya menampakan bagian dahan serta dedauan yang menghiasinya,
seiring dengan angin malam yang berhembus menerpa dedauan, bisa gw dengar suara gemersik daun yang memecah kesunyian
“ sepertinya dasar pohon kelornya ada di bawah sana ya din...?”ucap gw sambil mencoba menyingkap rerimbunan ilalang-
yang menghalangi pandangan gw untuk menatap anak sungai, sepertinya kalau dari posisi gw berdiri saat ini, untuk menuju ke dasar pohon kelor tersebut, gw harus menuruni jalan setapak yang menurun...mungkin dalam hitungan 12 atau 13 langkah menurun,
gw sudah dapat menghampiri dasar pohon kelor tersebut
“ berarti kita harus turun ke bawah din....?”
“ iya...bagaimana nang, apakah mau di lanjut...” tanya bidin seraya memperhatikan gw yang sedang menatap dasar dari pohon kelor tersebut,
keterbatasan pandangan gw akan gelapnya malam, seperti menyamarkan keberadaan aral rintangan yang akan menghalangi laju langkah gw untuk menuju ke pohon kelor tersebut
“ waduhh gelap banget din...”
“ iya nang...maaf..., tadi gw lupa bawa senter...seharusnya kita bawa senter...”
rasanya gw tidak mungkin untuk mengulangi kembali perjalanan ini dengan cara terlebih dahulu mengambil senter ke rumah bidin, diantara rasa bingung yang menggelayuti pikiran gw dan bidin,
kini suara gemuruh guntur yang sudah mulai sering terdengar serta semakin kencangnya hembusan angin malam yang menerpa rerimbunan ilalang liar, seakan akan memberikan sebuah tanda alam...bahwa hujan akan segera turun
“ sebaiknya kita mulai turun din...” bisa gw lihat ekspresi keraguan di wajah bidin begitu gw mengucapkan ajakan tersebut
“ tapi gimana caranya nang.....gelap banget nih....” ucap bidin dalam rasa ragu, belum sempat gw mengeluarkan jawaban atas pertanyaan bidin,
kembali terdengar suara gemuruh kilat yang disertai pijaran cahaya terangnya, untuk sesaat gw dan bidin hanya bisa saling berpandangan
“ sepertinya cahaya itu bisa membantu kita untuk turun din....”
tanpa menunggu jawaban dari bidin,
kini gw mulai melangkahkan kaki menuju batas jalan setapak yang akan menjadi titik awal gw untuk turun menuju ke anak sungai, lama gw terdiam sambil berharap pijaran cahaya kilat kembali menyingkap kegelapan di tempat ini,
bidin yang kini telah hadir di sisi gw terlihat masih belum bisa menghilangkan keraguan yang terpancar di wajahnya
“ duh nang....nyesel dah gw udah nyanggupin mau nolong lu....” gerutu bidin sambil menatap ke jalan menurun yang berselimutkan gelapnya malam,
tidak lama berselang setelah bidin melontarkan gerutuannya itu, terdengar suara gemuruh kilat yang cukup keras diiringi dengan pijaran cahaya terangnya, dalam hitungan sepersekian detik, gw dan bidin melihat ke arah jalan yang menurun...
kini tampak di hadapan kami sebuah jalan menurun yang jika dalam keadaan terang akan terasa sangat mudah sekali untuk kami menuruninya, hanya terdapat beberapa akar besar yang menyembul dari dalam tanah,
dan sepertinya akar besar tersebut kini bisa kami gunakan sebagai tempat kami berpijak sekaligus sebagai tempat kami berpegangan agar kami tidak terperosok jatuh ke bawah
“ ayo din...” ajak gw kepada bidin begitu melihat cahaya guntur tidak lagi menerangi jalan menurun tersebut,
dengan mengandalkan ingatan yang ada di kepala ini, gw mulai merayap turun menuju ke anak sungai, dan sepertinya sesuai dengan yang telah gw perkirakan....akar besar yang menyembul dari dalam tanah kini telah memberikan bantuan yang besar bagi gw dan
bidin dalam menuruni jalan menuju ke anak sungai
“ akhirnya sampai juga din....” ucap gw dengan rasa lega, terlihat bidin berusaha mengelap butiran keringat di wajahnya
“ iya nang....hampir aja tadi gw berpikir untuk menunggu di atas...” ujar bidin sambil mengembangkan senyumnya
, terlihat kini tangannya mencoba mengambil sesuatu dari dalam saku celananya
“ santai dulu nang....menghilangkan tegang...” kelakar bidin sambil tertawa kecil, kini tampak di genggaman tangannya sebungkus rokok dengan sekotak korek api,
gumpalan asap putih tampak mulai berterbangan di udara seiring dengan sebatang rokok yang telah tersulut
“ rokok nang....” ucap bidin sambil menyerahkan bungkusan rokok serta korek api yang ada di tangannya
“ memang luar biasa lu din.....” terlihat bidin agak bingung dengan maksud dari perkataan gw, dengan wajah polosnya kini bidin menatap gw
“ maksud lu apa sih nang....?” tanya bidin begitu melihat gw mulai menyulutkan sebatang rokok,
kepulan asap rokok yang masih tertahan di mulut gw kini gw hembuskan ke wajah bidin
“ pakai nanya lagi.....” gerutu gw sambil mengembalikan bungkusan rokok ke tangan bidin
“ lahhh koreknya balikin nang....nanti gw kalau mau merokok gimana....”
protes bidin begitu melihat gw memasukan kotak korek api ke dalam saku celana
“ ya nanti lu tunggu ada petir aja din.....baru dah lu bisa merokok....” mendapati jawaban gw seperti itu, terlihat untuk sesaat bidin mencoba berpikir akan maksud dari perkataan gw,
hingga akhirnya terdengar suara tawa bidin begitu menyadari akan maksud dari perkataan gw
“ ya ampun nang....maaf...gw beneran lupa kalau membawa korek....” ucap bidin tanpa menghentikan tawanya
“ lupa gara gara takut ya din....” sindir gw yang berbalas suara tawa bidin
kini setelah merasa cukup beristirahat dan menghilangkan ketegangan yang ada, gw segera mengajak bidin berjalan menghampiri pohon kelor yang berada tidak jauh dari bibir sungai, untuk sesaat gw dan bidin mengadahkan kepala menatap batang pohon serta dedaunan
yang terlihat bergoyang goyang mengikuti irama angin malam yang berhembus, sesekali suara gemuruh kilat yang disertai cahayanya tampak memperlihatkan hijaunya daun yang berselimutkan gelapnya malam
“ sebaiknya kita mulai aja nang.....pasti enggak lama lagi akan turun hujan....” ujar bidin sambil mengadahkan kepalanya menatap awan yang gelap, belum sempat gw mengiyakan perkataan bidin, terlihat bidin mengelap wajahnya dengan telapak tangan
“ tuh kan benar apa gw bilang....udah mulai gerimis nih nang...”
“ gerimis...?” tanya gw dalam hati sambil mencoba merasakan butiran air hujan yang jatuh membasahi tubuh ini, mungkin dalam hitungan detik andaikan benar apa yang telah dikatakan oleh bidin
mengenai gerimis yang mulai turun....saat ini pasti gw sudah merasakan butiran butiran halus air hujan yang membasahi tubuh ini....tapi semua itu sama sekali tidak gw rasakan saat ini
“ aneh...koq gw enggak meras........”
....hik...hik...hik....
sebuah suara tangisan yang terdengar lirih diantara suara gemercik aliran air sungai telah memaksa gw untuk menghentikan perkataan, untuk sejenak gw dan bidin hanya bisa saling berpandangan....diantara keinginan gw untuk memalingkan pandangan ke arah aliran sungai...
terlihat ekspresi tegang di wajah bidin
“ suara apa itu nang....” tanya bidin dengan suara pelan, bisa gw rasakan aura ketakutan diantara nada suara bidin yang bergetar, tanpa bisa menjawab pertanyaan bidin...gw segera mengalihkan pandangan ke arah aliran air anak sungai,
kini tampak dihadapan gw gelapnya suasana malam yang menyembunyikan keindahan dari aliran air anak sungai
“ mungkin tadi hanya suara binatang yang terbawa arus aliran sungai ini din....” ucap gw sambil tetap menatap ke arah aliran air anak sungai,
suara gemercik air yang terdengar memecah kesunyian seperti menyembunyikan berbagai macam kemungkinan atas suara yang telah kami dengar, dan sepertinya apa yang telah gw katakan ini adalah salah satu dari berbagai macam kemungkinan yang bisa diterima oleh akal sehat gw
“ lu lihat sendiri kan enggak ada apa apa....ditempat seperti ini kita enggak usah merasa aneh jika mendengar seusatu yang terasa aneh, karena banyak jenis hewan yang bersuara aneh....”
untuk kesekian kalinya gw terpaksa harus mengembangkan senyum diantara penjelasan yang gw berikan, gw berharap semua senyuman itu dapat menghilangkan berbagai macam imajinasi menyeramkan yang mungkin sekarang sudah bersemayam dalam pikiran bidin
“ mungkin apa yang lu katakan itu benar nang....ohh iya sebenarnya tadi lu mau ngomong apa sih....” tanya bidin yang merasa bingung dengan perkataan yang terpotong tadi, terlihat bidin kembali mengarahkan pandangannya ke rerimbunan daun kelor
“ gw cuma bingung aja din, koq gw enggak merasakan gerimis ya.....” jawab gw pelan dan berharap bidin tidak mendengar perkataan gw itu
“ ahh lu gila nang....enggak mungkin...lu lihat nih muka gw....” seiring perkataan yang terucap dari mulut bidin,
terlihat bidin mengarahkan wajahnya ke arah gw, diantara kepulan asap rokok yang bermain main di udara, bisa gw lihat butiran air yang mengalir di wajahnya....sungguh ini merupakan sesuatu yang sangat mengherankan bagi gw,
bagaimana mungkin gw sama sekali tidak merasakan gerimis yang turun...apakah semua ini karena efek dari cincin aki yang gw kenakan
“ loh koq lu malah diam nang.....” tegur bidin yang meras risih melihat gw yang menatap wajahnya
“ enggak mungkin....gw enggak percaya....” sangkal gw akan kesaktian cincin yang gw kenakan, merasakan ada yang aneh dengan apa yang gw alami saat ini, kini dengan secara refles gw langsung mengadahkan kepala menatap ke rerimbunan daun kelor
“ ya tuhannn.....” gumam dalam hati, gw berharap ekspresi rasa terkejut yang berselubung rasa takut di wajah gw, tidak diketahui oleh bidin
besok lagi lur, lagi gak enak badan. insyaallah besok selesai. trs lanjut thread baru.
lama gw terdiam, mencoba berpikir bagaimana caranya meminta kepada bidin untuk segera menaiki pohon kelor ini dan mengambil daunnya, gw merasa andaikan bidin melihat ekspresi wajah gw yang seperti ini, pasti bidin akan langsung menolak mentah mentah permintaan gw
“ lu kenapa nang.....?” tanya bidin penuh dengan tanda tanya begitu melihat gw menundukan kepala, tubuh gw yang terlihat gemetar telah membuat bidin meletakan telapak tangannya di bahu gw
“ nang....?” tegur bidin sambil menggoyang goyankan bahu gw,
bisa gw bayangkan bagaimana perasaan bidin melihat gw yang terdiam dan gemetar di tempat seperti ini
“ enggak tau nih din....koq kepala gw jadi pening gini ya.....” jawab gw berbohong, melihat keringat dingin yang mulai keluar membasahi wajah gw....serta tubuh gw yang gemetar,
sepertinya bidin mulai percaya dengan yang gw katakan
“ haduhh nang....mungkin lu masuk angin, ya udah biar gw aja yang mengambil daun kelor itu...”
sungguh apa yang telah bidin ucapkan kali ini adalah sebuah kalimat yang memang sudah sangat gw nantikan sedari tadi,
rasanya sangat tidak mungkin untuk gw menaiki pohon tersebut dalam kondisi seperti ini, kini tanpa gw berani mengadahkan kepala untuk melihat rerimbunan daun kelor...terlihat bidin mulai menaiki pohon tersebut
“ butuh berapa banyak nang....!!” teriak bidin yang berada diatas pohon
“ secukupnya aja din...kira kira 10 atau 15 lembar daun...” ucap gw tanpa berani mengadahkan kepala, setelah beberapa saat memetik daun kelor sesuai dengan yang gw katakan,
terlihat bidin mulai menuruni pohon, tampak di tangan bidin sebuah ranting pohon yang berhiaskan beberapa lembar daun kelor yang mungkin jika gw jumlahkan melebihi dari 15 lembar daun
“ beres nang....” sambil menyerahkan ranting pohon tersebut ke tangan gw,
terlihat bidin mengembangkan senyumnya dengan rasa bangga
“ ya udah....sebaiknya sekarang kita pulang.....” ajak bidin sambil mengenakan kembali sandal yang tadi dilepaskannya, belum sempat gw mengiyakan ajakan bidin untuk pulang,
sebuah suara tangisan yang terdengar lirih kembali terdengar...tapi untuk suara yang terdengar kali ini, gw sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk mencari sumber suara tersebut...karena gw sudah sangat yakin kalau sumber suara tersebut berasal dari -
sesuatu yang berada diatas pohon kelor
“ suara itu lagi nang....sebenarnya suara hewan apa ya...?” tanya bidin seraya menatap ke aliran air anak sungai, kini tanpa memberikan jawaban...gw segera menarik tangan bidin untuk segera pergi meninggalkan bibir sungai,
dengan bermodalkan cahaya dari batang demi batang korek api yang terbakar, gw dan bidin segera menapaki jalan yang menanjak
“ lu kenapa sih nang.....jadi takut gw kalau lu seperti itu...” tanya bidin kembali begitu tiba di jalan datar, tanpa memberikan jawaban apa apa,
gw tetap meneruskan langkah kaki ini...rasanya cukup lama juga gw dan bidin berjalan, hingga akhirnya tanpa kami sadari dikejauhan mulai terlihat keberadaan warung pak itong yang tampaknya masih belum tutup
“ wahhh belum tutup pak....” tegur gw kepada pak itong begitu tiba di depan warung, terlihat pak itong sedang memasukan beberapa barang dagangannya ke dalam warung, melihat kehadiran gw dan bidin yang tiba tiba, untuk sejenak pak itong tampak memperhatikan gw dan bidin...
sepertinya butiran keringat yang membasahi wajah gw dan bidin telah menarik perhatian pak itong
“ belum kang danang, ini lagi siap siap mau nutup...loh kalian darimana, koq seperti habis berjalan jauh...” tanya pak itong penuh dengan rasa keingintahuan,
pijakan kaki gw pada kaki bidin rasanya sudah cukup untuk memberikan isyarat agar bidin tidak memberitahukan tentang kepergian kami malam ini mencari daun kelor, untuk sesekali terlihat mata pak itong memperhatikan saku celana gw yang mengembang,
sepertinya ranting pohon yang telah gw patah patahkan dan tersimpan didalam saku celana masih dapat menarik perhatian pak itong
“ iya pak...biasa anak muda...jalan jalan sore...” jawab gw sambil mengembangkan senyum dan berharap pak itong tidak-
bertanya tentang apa yang ada disaku celana gw ini
“ ini udah jam 10 malam nang...bukan sore lagi...kalau jam segini sih waktunya jalan jalan buat....hihhhh..” kelakar pak itong sambil mengekspresikan rasa takut di wajahnya,
melihat hal tersebut gw dan bidin hanya bisa tertawa
“ ohh iya pak...kalau bisa, saya mau pesan dua gelas kopi...” mendengar perkataan gw, untuk sejenak pak itong terdiam...tanpa memberikan jawaban apa apa kini terlihat pak itong berjalan memasuki rumah yang
terletak di belakang warungnya, hingga akhirnya setelah beberapa saat menghilang...terlihat pak itong keluar dari dalam rumah dengan membawa dua gelas kopi panas
“ nanti kalau sudah selesai ngopinya...gelas kopinya kalian letakan di meja itu ya...”
ucap pak itong sambil menunjuk ke sebuah meja panjang di depan warung, kini setelah gw membayar dua gelas kopi yang telah terhidang, terlihat pak itong mulai menutup warung
“ saya duluan ya...udah enggak bisa ditahan lagi nih ngantuknya....”
ujar pak itong yang berbalas anggukan kepala gw dan bidin...dan anggukan kepala itulah yang kini mengantarkan pak itong memasuki rumah
“ sebenarnya lu tadi kenapa sih nang...aneh banget....” tanya bidin begitu melihat pak itong telah mematikan lampu di dalam rumah,
melihat gw yang masih belum memberikan jawaban, bidin terlihat menghirup kopi panasnya
“ korek gw nang....” pinta bidin, kini seiring kotak korek api yang telah gw serahkan terlihat bidin mulai menyulutkan sebatang rokok di bibirnya
“ lu mau gw jujur apa enggak.....” ucap gw yang berbalas kecurigaan di wajah bidin
“ wahhhh....kalau lu ngomong seperti itu.....gw beneran tambah curiga nih...” seiring perkataan bidin, gw segera mengambil bungkusan rokok dan korek api dari genggaman tangan bidin
“ ya udah ceritain nang...gw mau lu jujur...”
“ tadi itu...gw sebenarnya melihat sesuatu diatas pohon kelor...” ucap gw sambil menghembuskan asap rokok ke udara, diantara gumpalan asap rokok yang bermain main di udara, bisa gw lihat ekspresi rasa terkejut di wajah bidin
“ melihat sesuatu....?” tanya bidin dengan rasa tidak percaya, untuk sejenak gw hanya bisa menundukan kepala seraya membayangkan akan sosok menyeramkan yang telah gw lihat tadi
“ lu melihat sesuatu apa nang....?” tanya bidin kembali,
sepertinya bidin mulai merasa tidak sabar untuk mendengar penjelasan yang belum juga terucap dari mulut gw
“ entahlah din....gw bingung....” remasan jari jemari tangan pada rambut yang ada dikepala ini sepertinya sudah cukup untuk menunjukan kepada bidin,
akan rasa tertekan gw atas beberapa peristiwa aneh yang telah gw alami
“ apakah yang gw alami ini adalah efek dari rasa takut gw terhadap sosok uwa odah semasa hidupnya....ataukah memang telah terjadi sesuatu terhadap uwa odah...yang membuat arwah uwa odah enggak tenang.....”
“ nang....memangnya tadi itu apa yang lu lihat...sumpah, gw enggak ngerti maksud perkataan lu ini....” ucap bidin dengan ekspresi bingung
“ wajar din kalau lu enggak mengerti....karena memang lu enggak mengenal uwa odah, dan mungkin lu belum pernah berjumpa dengan uwa odah.....
sejujurnya tadi gw melihat sesosok wanita yang duduk diantara rerimbunan daun pohon kelor....”
“ hahhh yang benar nang....?” mendengar perkataan bidin, gw hanya bisa menganggukan kepala, kini sebatang rokok yang sedari tadi menghiasi jemari tangan ini kembali gw hisap dalam dalam
“ sesosok wanita yang menyerupai uwa odah tersebut terlihat menatap kita dengan sorot mata yang tajam, wajahnya yang pucat terlihat seperti topeng putih diantara rambut hitamnya yang menjuntai....bisa gw lihat rambut wanita tersebut terlihat basah....
butir butir air tampak menetes dari rambut wanita tersebut....”
“ astagaaaa....!!berarti air yang tadi jatuh di wajah gw itu adalalah air yang berasal dari....”
“ betul din.....” ujar gw memotong perkataan bidin, terlihat kini bidin memegangi tengkuknya,
sepertinya apa yang telah gw ceritakan ini telah mampu membuat bulu kuduk di tengkuk bidin menebal
“ benar benar sial lu nang.....sialll....kenapa tadi lu enggak bilang....kalau tadi lu cerita seperti ini, gw enggak bakal mau untuk naik ke pohon itu...”
gerutu bidin dalam ekspresi rasa takutnya
“ maaf din....andai gw saat itu masih mempunya keberanian untuk naik ke pohon itu...sudah tentu gw enggak akan meminta lu untuk naik ke pohon itu, tapi bagaimana caranya gw untuk naik,
sedangkan untuk menormalkan tubuh ini agar enggak gemetar aja itu sulit......sumpah din...apa yang gw lihat tadi itu benar benar membuat seluruh saraf di tubuh gw ini serasa mati rasa......” ucap gw yang berbalas dengan keheningan, untuk beberapa saat lamanya,
gw dan bidin hanya bisa terdiam dalam lamunan, ekspresi rasa takut yang semakin tergambar di wajah bidin seperti menyiratkan kalau bidin kini sedang membayangkan tentang sosok uwa odah sesuai dengan apa yang telah gw ceritakan
“ sebaiknya sekarang kita ke rumah gw untuk menyelesaikan apa yang telah kita rencanakan.....” tegukan terakhir gw pada gelas kopi kini hanya menyisakan ampas kopi didasar gelas, terlihat bidin agak ragu untuk mengiyakan perkataan gw
“ tolong gw din...hanya lu satu satunya harapan gw untuk membuktikan bahwa semua omongan buruk tentang aki gw itu enggak benar.....” ucap gw dengan penuh harapan
“ haduhhh nang....apes banget gw ini, gara gara semua omongan itu kini gw yang menjadi tumbalnya....”
seiring perkataan yang terlontar dari mulut bidin, kini bidin mematikan rokok yang ada ditangannya
“ baiklah kalau begitu.....udah kepalang tanggung gw tercebur, semoga malam ini lu bisa mendapatkan jawabannya nang...” mendengar jawaban bidin yang sesuai dengan harapan gw,
tanpa berbasa basi lagi gw segera mengajak bidin untuk bergegas menuju ke rumah, gw tidak ingin hembusan angin malam yang semakin terasa kencang ini akan kembali merubah perkataan bidin
gerimis air hujan yang mulai jatuh membasahi bumi
seperti menyambut kedatangan gw dan bidin di halaman rumah, aroma wangi kemenyan yang terbawa oleh hembusan angin malam seperti membalut udara dingin yang kini semakin terasa menusuk kulit ini
“ ampun dah nang....di rumah lu pasti bakar kemenyan ya...?” tanya bidin yang berbalas anggukan kepala gw
“ untuk apa nang....?” tanya bidin kembali seraya melepaskan sandal yang dikenakannya,
kini keberadaan kami di teras rumah telah dapat membuat kami bisa mendengar akan keberadaan seseorang didalam rumah
“ sepertinya tv lu masih menyala nang....” ucap bidin sambil menempelkan daun telinganya ke pintu, walaupun gw tidak menempelkan daun telinga di pintu,
masih gw dengar suara tv yang masih menyala walaupun sudah tidak lagi menyiarkan acaranya
“ assalamualaikum...” ucap gw pelan seraya mengetuk pintu, tanpa menunggu lama terdengar suara anak kunci yang di putar dari dalam rumah, seiring pintu yang mulai terbuka...
tampak daru berdiri menatap gw dan bidin dengan wajah yang sepertinya daru baru saja terbangun dari tidurnya
“ wa’alaikumsalam....lama banget sih lu keluarnya bang....” sebuah kata sambutan yang seiring dengan mulut daru yang menguap terlontar dari mulut daru,
tampak terlihat tv yang masih menyala tanpa menyiarkan acaranya
“ ehhh ada kang bidin, masuk kang...” ucap daru sambil berjalan mendahului gw dan bidin memasuki rumah, rasa mengantuk yang masih menggelayuti mata daru telah membuat daru kembali merebahkan tubuhnya di kursi panjang
“ ibu dan kak dira udah tidur ru...?” tanya gw yang berbalas anggukan kepala daru diantara pejaman matanya
“ terus...ini tv kenapa masih menyala ru....?” tanya gw kembali sambil mematikan tv
“ gw takut bang....daripada gw harus kesepian sendiri di rumah ini,
lebih baik gw mendengarkan gemersek suara tv....lumayanlah suara gemersek itu bisa membuat gw tertidur....” jawab daru sambil membuka pejaman matanya, terlihat senyum tipis mengembang di wajahnya
“ ohh iya kang bidin....tumben banget kang bidin main ke rumah....
sebenarnya ada acara apa sih...?” tanya daru dengan nada yang agak meninggi, melihat hal tersebut..gw segera memberikan isyarat agar daru memelankan suaranya
“ memangnya ada apa sih bang....?” tanya daru kembali tapi untuk kali ini suara daru terdengar pelan
bahkan jika gw tidak membuka telinga ini lebar lebar, gw tidak akan mendengar perkataan daru
“ gw dan kang bidin akan mengadakan sesuatu malam ini ru....” jawab gw sambil berjalan menghampiri daru, ranting daun kelor yang gw simpan didalam saku celana segera gw keluarkan dan
gw letakan diatas meja
“ ini apa bang.....?” tanya daru heran seraya mengambil ranting berhiaskan daun kelor tersebut, mendengar pertanyaan daru tersebut, gw segera menjelaskan tentang rencana mengelapkan daun kelor tersebut ke seluruh tubuh aki...
ya sebuah rencana yang bersumber dari perkataan pak itong yang gw sendiri masih meragukan kebenarannya
“ hahhhh...lu yakin bang, nanti gimana kalau terjadi sesuatu dengan aki....?” tanya daru penuh dengan rasa khawatir atas rencana yang akan gw lakukan
“ kalau lu bicara seperti itu....berarti lu percaya aki mempelajari ilmu hitam....” jawab gw yang berbalas ekspresi serba salah di wajah daru
“ gimana ru...apakah akan kita teruskan rencana ini....?” mendengar pertanyaan gw, daru tampak terdiam beberapa saat,
hingga akhirnya terlihat daru menganggukan kepalanya
“ kita teruskan bang....gw yakin aki enggak melakukan hal hal yang seperti selama ini orang tuduhkan, lagipula gw juga enggak yakin akan keampuhan ritual yang akan kita lakukan itu....” jawab daru penuh dengan keyakinan,
kini setelah gw dan daru menyepakati akan tetap melaksanakan ritual tersebut, gw segera mengajak daru dan bidin untuk melangkahkan kaki menuju ke kamar aki...
yaa...inilah sebuah langkah awal bagi gw dan daru untuk menyibak misteri yang selama ini menyelimuti kejadian kelam yang menimpa aki, nini serta uwa odah.
begitu memasuki kamar aki, aroma wangi kemenyan yang terbakar seperti menyambut kedatangan kami, terlihat bidin agak sedikit menutupi hidungnya, memang harus gw akui...dengan kondisi kamar aki yang tertutup seperti ini, perputaran udara di dalam kamar ini sangatlah minim,
sehingga aroma wangi kemenyan yang terbakar terasa sangat menyengat sekali
“ nang...tadi lu belum menjawab pertanyaan gw, sebenarnya apa sih tujuan kalian membakar kemenyan seperti ini...?” tanya bidin mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab,
tatapan mata bidin kini nampak menatap tubuh aki yang terbaring di lantai dengan beralaskan tikar, kaos oblong putih yang di kenakan aki nampak menutupi tubuh kurusnya, melihat bidin yang masih tetap berdiri mematung di pintu kamar....
daru segera berjalan memasuki kamar dan mengambil posisi duduk di sisi kaki aki
“ sebentar din....” ucap gw sambil berjalan menuju ke jendela kamar lalu membukanya, seiring jendela kamar yang terbuka...kini bisa gw rasakan udara segar yang memasuki kamar,
merasakan hal tersebut bidin yang semula hanya berdiri terpaku di pintu kamar, kini mengambil posisi duduk di dekat daru
“ tutup pintunya ru...” pinta gw kepada daru begitu melihat bidin meninggalkan pintu kamar masih dalam keadaan terbuka, mendapati permintaan gw...
daru segera bergegas menutup pintu kamar lalu kembali lagi ke tempat posisinya semula...ya..sebuah posisi dimana daru dan bidin duduk dengan membelakangi jendela kamar
“ mengenai pertanyaan lu itu din, mengapa keluarga gw masih membakar kemenyan ini....
hal ini sengaja dilakukan semata mata hanya untuk mengusir bau bangkai yang masih membekas di ruangan ini, enggak ada tujuan lain...” terang gw sambil mengambil posisi duduk bersebrangan dengan daru dan bidin,
kini patahan ranting pohon yang berhiaskan daun kelor gw letakan diatas tikar
“ gila nang....kejadian udah selama itu tapi baunya masih membekas....?” ujar bidin dengan rasa tidak percaya
“ ohh iya din kalau lu mau merasakan langsung baunya seperti apa....
lu bisa merasakannya di kamar gw yang tidak lain adalah kamar bekas uwa odah....kebetulan di kamar gw itu, gw hanya mengandalkan wangi dari hasil pembakaran kemenyan di kamar aki ini....” mendengar perkataan gw terlihat bidin memberikan isyarat tangan penolakannya
“ wahhh enggak deh nang....lebih baik gw mabuk karena wangi kemenyan ini aja deh...” ucap bidin yang berbalas senyuman di wajah gw dan daru
malam yang beranjak semakin larut kini mengantarkan kami pada pukul sebelas malam,
gelapnya langit malam yang sesekali diterangi oleh pijaran cahaya kilat seperti mengantarkan curah air hujan yang turun semakin deras
....brekkk....
suara dari daun jendela yang menutup karena terhempas oleh hembusan angin kini menyadarkan gw,
bidin dan daru yang sedari tadi memang terdiam dalam lamunan, tatapan mata kami yang terfokus pada tubuh aki yang terbaring di lantai seperti terhipnotis oleh gerakan halus di dadanya yang menandakan memang masih ada kehidupan di tubuh kurus yang terbaring tanpa daya ini
“ bang....sekarang kita harus bagaimana....?” tanya daru yang merasa bingung dengan ritual yang akan dilakukan ini
“ gw juga enggak ngerti ru.....gimana din, lu ngerti apa enggak...?” mendengar pertanyaan gw terlihan bidin menggelengkan kepalanya
“ ya udahlah.....sesuai dengan petunjuk dari pak itong, daun daun kelor ini kita elapkan ke seluruh tubuh aki....dan sekarang sebaiknya kita lepaskan seluruh pakaian aki...” ucap gw yang berbalas ekspresi terkejut dari daru dan bidin
“ hahhh lu yakin nih bang...” protes daru atas usul yang gw berikan
“ iya nang....waduhh...biarpun aki lu dalam kondisi seperti ini, tetap aja gw takut....” ujar bidin menunjukan rasa takutnya, terlihat tatapan mata bidin menatap ke kelopak mata aki yang terpejam
“ hanya ini cara satu satunya yang bisa kita lakukan...kalau kalian memang takut, sebaiknya kalian keluar....” tanpa menunggu jawaban dari daru dan bidin, gw segera melepaskan kaos oblong putih yang di kenakan aki,
melihat hal tersebut kini bidin dan daru melakukan hal serupa pada celana yang aki kenakan
“ maaf...maaf...” gumam bidin pelan disela sela gerakan tangannya membuka celana aki, kini melihat tubuh aki yang sudah tidak mengenakan apa apa lagi, untuk sesaat gw...
daru dan bidin hanya bisa terdiam terpaku memandang tubuh kurus yang tidak lagi berselimutkan pakaian
“ kalau sampai bapak dan ibu tau...haduhh bisa habis kita bang....” gumam daru sambil menggelengkan kepalanya
“ sekarang bagaimana nang...?” tanya bidin sambil mulai melepaskan daun kelor dari rantingnya
“ kita elapkan seluruh tubuh aki dengan daun ini.....” ucap gw sambil mengambil beberapa helai daun yang telah dilepaskan oleh bidin
“ hanya gitu aja bang....” tanya daru karena merasa ritual ini terasa begitu simple
“ iya ru....gw hanya taunya seperti itu....” jawab gw seadanya, karena memang hanya sebatas itu pak itong memberitahukannya, kini setelah masing masing tangan telah memegang lembaran daun kelor,
tanpa di komando lg...gw, daru dan bidin segera mengelapkan daun kelor tersebut keseluruh tubuh aki....sejujurnya..bagi gw pribadi, apa yang tengah gw lakukan malam ini adalah salah satu dari sekian banyak pengalaman menyeramkan yang akan terus membekas dalam ingatan ini
“ dingin banget tubuhnya nang....” ucap bidin yang sekaligus mengakhiri kegiatan kami mengelap tubuh aki dengan daun kelor, mendengar perkataan bidin...gw dan daru hanya bisa terdiam, tatapan mata gw yang terpaku lurus pada tubuh aki seperti memacu irama jantung gw yang-
berdetak semakin kencang
“ bang...apa yang terjadi....?” tanya daru dengan suara pelan, belum sempat gw memberikan jawaban, terlihat gerakan irama nafas di dada aki bergerak semakin cepat, mendapati hal tersebut terlihat ekspresi kepanikan di wajah daru dan bidin
“ gw enggak boleh panik....enggak boleh panik.....” ucap gw dalam hati mencoba mengikis rasa panik yang mulai menjalar di pemikiran ini
“ nang....?” seiring ucapan yang terlontar dari mulut bidin, ekspresi wajahnya terlihat mengharapkan adanya sebuah keputusan
yang terucap dari mulut gw, hingga akhirnya setelah beberapa saat terombang ambing dalam kepanikan, sesuatu yang sangat tidak gw pikirkan akan terjadi kini terjadi.....
“ astagfirullah bang....”
hening....itulah gambaran yang gw rasakan ketika daru selesai mengucapkan kalimat keterkejutannya, detik waktu yang berjalan seperti mendadak terhenti seiring dengan pergerakan nafas aki yang menghilang,
kini diantara wajah wajah yang terdiam dalam rasa ketidakpercayaan atas apa yang terjadi pada aki, keyakinan gw yang semula tinggi dan penuh kepercayaan kini seperti terhempaskan jatuh ke dalam sebuah lubang gelap yang tak bertepi
“ tuhan...apa yang harus gw lakukan...apa yang harus gw jelaskan kepada ibu dan bapak atas apa yang telah terjadi pada aki.....semua orang pasti akan menyalahkan gw....bapak..ibu...kak dira....
bahkan daru pun mungkin akan menyalahkan gw atas kematian aki yang disebabkan oleh ritual konyol yang telah gw lakukan ini....gw benar benar bodoh...bodohh...”
kini seiring dengan rasa sesal yang saling bersahutan di kepala ini,
terlihat daru dan bidin mencoba menggoyang goyangkan tubuh kurus aki dengan harapan aki akan kembali sadar
“ bagaimana ini bang...bagaimana kita menjelaskannya kepada bapak dan ibu.....” ucap daru penuh dengan rasa sesal, tangannya terlihat masih menggoyang goyangkan tubuh aki
“ entahlah ru....gw benar benar bingung, gw enggak menyangka aki akan seperti ini....berarti...”
“ berarti apa bang....?” seiring pertanyaan daru yang memotong perkataan gw, sentuhan telapak tangan gw pada dada aki dapat semakin memastikan gw bahwa aki memang telah meninggal
“ berarti aki kita memang mempelajari ilmu hitam ru...dan entah mengapa firasat gw mengatakan bahwa semua ini ada hubungannya dengan......”
....derrrr.......brekkkk....brekkkk......
suara petir yang terdengar keras memecah kesunyian seperti mengiringi gerakan daun jendela yang terbuka lalu membanting tertutup dengan kerasnya sebanyak dua kali, hal tersebut jelas memancing pandangan mata kami terarah pada jendela kamar
“ sebaiknya enggak usah lu teruskan penjelasan lu nang.....” saran bidin, sambil mengalihkan pandangan matanya yang semula menatap jendela ke arah gw
“ itu pasti karena angin din...lihat tuh...daun jendelanya masih bergerak gerak.....”
ucap gw sambil sekilas menatap bidin lalu kembali lagi menatap ke arah jendela, diantara pandangan mata gw yang menatap ke arah jendela kamar, gw merasakan sebuah keanehan begitu menyadari bidin masih menatap ke arah gw dengan ekspresi wajah yang ketakutan....
entah mengapa perasaan gw langsung mengatakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi wajah itu
“ din....lu kenapa....?” tanya gw yang berbalas kegugupan bidin, terlihat bidin sama sekali tidak bisa mengeluarkan kata kata dari mulutnya, menyadari hal tersebut...
daru yang semula masih menatap jendela kamar kini menolehkan pandangannya ke arah bidin
“ lahh...kang bidin kenapa....?” tanya daru yang berbalas kebisuan bidin, tatapan mata bidin yang masih terpaku menatap gw kini seperti membimbing pandangan matanya ke arah gw
“ astagaaa..aaakk......”
sebuah kalimat tanpa kejelasan makna yang meluncur dari mulut daru kini mengiringi pergerakan tubuh daru yang terlihat menegang.....sangat terlihat sekali ekspresi rasa takut yang memancar di wajah daru, melihat hal tersebut,
keyakinan gw bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak beres di kamar ini kini semakin menguat
“ kalian......”
sebuah sensasi rasa dingin yang gw rasakan pada pergelangan tangan yang masih berada di dada aki kini telah menghentikan keinginan gw untuk bertanya kepada daru dan bidin
mengenai apa yang tengah di lihatnya
“ ya tuhannn...apa ini...” tanya gw dalam hati tanpa berani mengarahkan pandangan ke arah telapak tangan gw yang masih berada di dada aki, bisa gw rasakan kini rasa dingin yang gw rasakan pada pergelangan tangan ini telah berubah menjadi
sebuah cengraman keras yang menahan keinginan gw untuk menarik telapak tangan dari dada aki....tatapan mata gw yang masih terarah kepada daru dan bidin kini seperti mendapatkan sebuah gambaran akan sesuatu yang menyeramkan tengah terjadi menimpa gw
seiring detik demi detik waktu yang berlalu, ritual yang yang telah gw lakukan ini telah mengantarkan gw pada sebuah situasi dimana gw sama sekali tidak mempunyai pilihan selain menghadapinya....kini diantara garis tipis antara kata berani dan putus asa,
perlahan gw mulai mengarahkan pandangan mata ini ke arah tubuh aki....dan seperti yang telah gw perkirakan sebelumnya akan sesuatu yang menyeramkan tengah terjadi menimpa gw...kini telah menjadi kenyataan,
tampak dihadapan gw sosok aki yang semula terbaring dalam ketidakberdayaan bahkan bisa gw pastikan telah meninggal, terlihat tengah menatap gw dengan sorot mata yang tajam...jari jemarinya yang dingin tampak melingkar dengan eratnya di pergelangan tangan gw....sungguh...
apa yang gw lihat ini sangatlah tidak mungkin terjadi....bagaimana mungkin seseorang yang sama sekali tidak terlihat tanda tanda kehidupannya...bahkan untuk jarak wajah yang sedekat ini gw sama sekali tidak bisa merasakan hembusan nafasnya...
kini tengah menatap gw dengan sorot mata yang tajam serta cengkraman tangan yang kuat di pergelangan tangan ini
“ ampun ki...ampunnn...danang enggak bermaksud jahat sama aki....” ucap gw dalam hati diantara sorot tajam mata aki yang terasa mampu menggetarkan dinding rasa takut
yang gw rasakan, entah mengapa disaat ini gw berpikir bahwa kejadian menyeramkan yang tengah menimpa gw saat ini adalah reaksi dari ketidaksukaan aki terhadap ritual yang gw lakukan....sebuah ritual yang membawa aki pada kematiannya
setelah beberapa saat gw terjebak dalam situasi yang sangat menyeramkan ini, kini terlihat mulut aki yang semula tertutup mulai bergerak gerak layaknya seseorang yang ingin mengucapkan sesuatu, hingga akhirnya disaat gw berpikir tidak akan ada kata yang terucap dari mulut aki,
kini sebuah teriakan yang hampir menyerupai jeritan terdengar lantang terucap dari mulut aki....dan entah ini hanya kebetulan saja atau tidak, kini suara daun jendela yang terbanting mengantarkan suasana di dalam ruangan kamar ini menjadi gelap gulita
hening....
itulah gambaran suasana yang gw rasakan saat ini, suara detak jarum jam dinding yang terdengar dalam kegelapan kini laksana sebuah rangkaian mantra yang melepaskan jiwa gw dari keterbelengguan akan rasa takut, perlahan...
seiring dengan menghilangnya tatapan tajam mata aki dari pandangan mata gw ini, bisa gw rasakan rasa dingin yang sebelumnya terasa erat mencengram pergelangan tangan ini...kini tidak lagi gw rasakan, mendapati hal tersebut...
hal pertama yang terlintas dalam pikiran gw adalah mengetahui keadaan bidin dan daru yang sedari tadi seperti tertelan oleh gelapnya ruangan kamar
“ din....nang....” ucap gw pelan yang berbalas keheningan, hingga akhirnya disaat gw ingin mengulangi kembali panggilan tersebut,
suara panggilan ibu yang diiringi oleh bunyi langkah kakinya terdengar dari luar kamar.
belum sempat gw menjawab panggilan ibu yang sepertinya mencari keberadaan gw dan daru, suara gagang pintu kamar yang berputar mengantarkan seberkas cahaya yang masuk dan menyibak kegelapan di dalam kamar, kini diantara sorotan cahaya yang terarah ke wajah gw,
bisa gw lihat kehadiran ibu dan kak dira yang berdiri mematung di depan pintu kamar, setelah tampak terdiam beberapa saat...kini tatapan mata ibu yang terarah ke dalam kamar seperti bergerak selaras dengan gerakan tangannya yang mengarahkan cahaya dari sebuah senter ke seluruh
sudut ruangan kamar
“ ya tuhannn...apa yang telah kalian lakukan.....?” tanya ibu begitu telah mengarahkan cahaya senternya ke seluruh sudut ruangan kamar, sorotan cahaya senter yang terarah ke wajah gw kini seperti menempatkan gw dalam posisi sebagai terdakwa
atas apa yang telah terjadi di kamar ini
“ danang....” jawab gw ragu, belum sempat gw melanjutkan kembali penjelasan yang masih tertahan di mulut ini, gerakan tangan ibu yang menarik pergelangan tangan kak dira...mengantarkan ibu dan kak dira pergi meninggalkan kamar
“ gw benar benar begoo...begooo...apa yang harus gw jelaskan kepada ibu....” maki gw dalam hati, rasa penyesalan yang timbul di hati ini atas ritual yang telah gw lakukan, kini telah membuat lidah ini terasa kaku untuk memberikan alasan
setelah beberapa saat gw kembali terkurung dalam kegelapan ruangan kamar, sinar terang dari cahaya lampu kamar yang telah menyala mulai menyibak kabut hitam di dalam ruangan kamar, sosok bidin dan daru yang semula seperti hilang tertelan oleh kegelapan kamar kini telah terlihat,
wajah mereka yang terlihat tegang seperti mengantarkan keterpakuan mereka menatap gw dan aki
“ din...ru...kalian enggak kenapa napa...?” tanya gw dengan rasa khawatir, kini bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah gw ajukan, terlihat bidin menundukan wajahnya...
gerakan tangannya yang menutupi wajah seakan akan berusaha menyembunyikan suara isak tangisnya yang mulai terdengar
“ lu enggak kenapa napa din....?” tanya gw sekali lagi dan berbalas isak tangis bidin yang terdengar semakin keras
“ apa yang telah kita lakukan bang....kita telah membunuh aki....” raut penyesalan yang terpancar di wajah daru seperti mempertegas ucapan yang terlontar dari mulutnya, kini kehadiran ibu dan kak dira yang berjalan memasuki kamar telah membuat ekspresi wajah daru semakin menegang
, melihat kondisi aki yang terbaring tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya, terlihat kak dira mengalihkan pandangannya
“ aki.....” ucap ibu begitu merasakan sentuhan tangannya pada tubuh aki tidak menemui tanda tanda kehidupan,
sisa sisa daun kelor yang masih berada di tubuh aki kini disingkirkannya
“ cepat kamu ambil kain sarung di lemari itu ru....” pinta ibu kepada daru, seiring dengan dua buah kain sarung yang telah berada di tangan ibu, terlihat ibu mulai menutupi tubuh aki
“ nang....apa yang telah kalian lakukan....?” tanya ibu seraya memandang ke arah gw, daru dan bidin, mendapati pertanyaan tersebut, bidin yang terlihat masih menundukan wajahnya kini menghentikan isak tangisnya...
tatapan mata daru yang terarah kepada gw seperti mempertegas keinginan daru agar gw bisa menjelaskan secara jujur tentang apa yang telah terjadi
“ maafkan danang bu....semua ini memang ide danang dan terpaksa danang lakukan, tapi sungguh.....
danang enggak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini.....”
“ terpaksa kamu lakukan.....?, apa maksud perkataan kamu itu nang.....” pertanyaan yang terlontar dari mulut ibu kini berbalaskan kebisuan dari gw, daru dan bidin
“ dananggg.....!!” bentak ibu dengan nada meninggi, sorot matanya kini terlihat begitu tajam menatap ke arah gw
“ maaf bu....danang udah enggak tahan lagi dengan omongan warga kampung yang mengatakan aki telah mengamalkan ilmu hitam dalam mendapatkan kekayaannya,
dan apa yang telah danang lakukan sekarang ini adalah tidak lain untuk membuktikannya....sumpah bu....danang enggak menyangka akan seperti ini....” seiring dengan penjelasan yang gw berikan kepada ibu,
genangan air mata yang sedari tadi telah tertahan di kelopak mata ini kini mulai menetes
“ danang sama sekali enggak bermaksud mencelakakan aki....danang menyesal....” ucapan yang terucap dari mulut gw kini berbalas perubahan ekspresi wajah ibu,
wajah ibu yang semula terlihat tegang dan penuh dengan kemarahan kini terlihat mulai melunak, sepertinya ibu bisa merasakan kesungguhan dari setiap kata yang gw ucapkan
“ nang....seharusnya kamu sudah dapat berpikir matang atas setiap tindakan yang kamu lakukan,
apakah dengan kamu melakukan ini semua akan dengan serta membuktikan bahwa aki kamu itu mempelajari ilmu hitam....dan andai memang benar kalau benar aki kamu mempelajari ilmu hitam..apakah semuanya akan berakhir sampai disini...
ataukah akan ada kejadian lain yang akan terjadi sebagai efek dari tindakan yang telah kamu lakukan....” perkataan ibu yang terkesan sederhana tapi penuh makna itu kini telah menyindir pola pikir gw yang selama ini terkesan jauh dari kata dewasa
“ danang menyesal bu...danang benar benar minta maaf....”
“ sudahlah nang, sebaiknya sekarang kamu dan bidin memberitahukan apa yang telah terjadi ini kepada pak ujang, agar pak ujang dapat memberitahukan berita kematian ini kepada warga kampung.....dan kamu daru...
tolong bantu kak dira dan ibu membersihkan kamar ini....” ucap ibu yang berbalas kesigapan dari gw dan bidin, belum sempat gw beranjak pergi meninggalkan kamar, kembali ibu berpesan agar sebisa mungkin gw mengabarkan berita kematian aki ini kepada bapak
gerak langkah gw dan bidin yang berpacu cepat menembus kegelapan malam seperti berjalan seiring dengan kebisuan yang membelenggu mulut kami, rintik air hujan yang masih turun membasahi bumi telah membuat bidin sesekali terlihat melindungi kepalanya dari air hujan....
hingga akhirnya ketika langkah kaki kami tinggal menyisakan beberapa langkah lagi menuju ke kediaman pak ujang, rasa bimbang yang terlintas tiba tiba dalam pikiran gw kini menghentikan laju langkah ini
“ kenapa nang....?” tanya bidin begitu melihat gw menghentikan langkah
“ entahlah din....gw bingung.....”
“ bingung kenapa....?” tanya bidin sekali lagi sambil menepiskan butiran air hujan yang kini telah membasahi rambutnya
“ apa yang harus gw jelaskan kepada pak ujang mengenai kematian aki ini....apakah gw harus jujur ataukah....”
“ jangan..!!, lu jangan terlalu polos nang....kalau sampai kejadian yang menimpa aki kamu ini terdengar oleh orang lain, gw yakin....kejadian itu akan menjadi aib bagi keluarga lu...” ucap bidin memotong perkataan gw
“ lu yakin din....?” tanya gw dengan rasa ragu, walaupun perkataan yang terlontar dari mulut bidin itu terdengar sangat bijaksana, tapi hal tersebut tidak dengan serta merta menghilangkan rasa kecurigaan gw terhadap bidin, biar bagaimanapun...
bidin pernah terlibat dalam pembicaraan yang menyebabkan pecahnya perkelahian antara gw dengan idang dan asep
“ lu enggak usah khawatir nang....gw enggak akan pernah menceritakan kejadian yang terjadi malam ini kepada orang lain....” jawab bidin sambil memberikan isyarat mata
agar gw kembali meneruskan berjalan...hingga akhirnya ketika langkah kami terhenti di teras rumah pak ujang, terlihat keadaan rumahnya yang sepi, penerangan cahaya lampu di dalam rumah yang terlihat padam seperti mempertegas bahwa malam ini
pak ujang dan keluarga tengah tertidur lelap, kini melihat gw yang masih berdiri terpaku di teras depan tanpa melakukan apapun, bidin terlihat berjalan menghampiri pintu...kalimat salam yang terlontar dari mulutnya kini mengantarkan gerakan tangannya yang mengetuk daun pintu
“ sepertinya tidur mereka lelap banget din....” ucap gw setelah beberapa saat menunggu dan tidak mendapatkan jawaban dari dalam rumah, belum sempat bidin merespon perkataan yang terlontar dari mulut ini terdengar suara jawaban salam dari dalam rumah,
dan sepertinya suara yang terdengar itu adalah suara pak ujang, kini seiring dengan pintu rumah yang telah terbuka, tampak kehadiran pak ujang yang berdiri terpaku dengan ekspresi wajah terkejut
“ bidin...danang....ada apa....?” tanya pak ujang masih dengan raut wajah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, tatapan matanya yang terlihat silih berganti menatap gw dan bidin seperti memberikan isyarat agar gw dan bidin dapat memberikan penjelasan
akan maksud kedatangan di malam yang sudah selarut ini
“ pak ujang....aki...aki sudah meninggal dunia....” jawab gw dengan gugup yang berbalas dengan ekspresi rasa tidak percaya di wajah pak ujang
“ inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.....” ucap pak ujang setelah beberap saat terdiam karena rasa terkejut
“ bagaimana kejadiannya nang....pak ujang benar benar enggak menyangka....” tanya pak ujang sambil mengarahkan pandangannya ke wajah gw
“ danang juga enggak menyangka pak...tadinya itu saya berpikir aki hanya tidur, tapi saat saya mencoba memastikannya dengan cara memegang tangan serta dada aki, saya sama sekali tidak menemukan tanda tanda kehidupan aki....” mendengar penjelasan gw,
terlihat pak ujang mengangguk anggukan kepalanya, tampak bidin yang sedari tadi hanya bisa terdiam kini menunjukan rasa lega atas penjelasan yang telah gw berikan
“ loh...lantas kamu bertemu dengan bidin dimana nang....?”
pertanyaan yang terlontar tiba tiba dari mulut pak ujang kini dengan serta merta merubah ekspresi rasa lega di wajah bidin
“ ohh kebetulan tadi saya bertemu dengan bidin di jalan....” jawab gw yang berbalas rasa tidak puas di wajah pak ujang atas jawaban gw yang terkesan singkat
“ ya udah....sebaiknya sekarang kalian pulang....biar nanti saya menyusul ke rumah sekaligus memberitahukan warga kampung tentang kematian aki ini....” ucap pak ujang yang berbalas anggukan kepala gw dan bidin,
kini disaat gw dan bidin hendak melangkah pergi meninggalkan rumah pak ujang, ingatan gw akan pesan ibu yang menginginkan agar gw memberitahukan berita kematian aki ini kepada bapak telah menghentikan langkah kaki ini
“ pak ujang....!” panggil gw kepada pak ujang yang baru saja hendak menutup pintu rumah, terlihat kini pak ujang menahan gerakan tangannya menutup pintu rumah
“ ada apa nang....?”
“ pak ujang...kalau boleh, saya hendak meminjam sepeda motor pak ujang....
saya hendak memberitahukan berita kematian aki ini kepada bapak....” tanpa memberikan jawaban apa apa, terlihat pak ujang berjalan memasuki rumah....hingga akhirnya terlihat kembali kehadiran pak ujang yang berjalan keluar dari dalam rumah dengan mendorong sebuah sepeda motor,
melihat hal tersebut...gw dan bidin segera menggantikan posisi pak ujang untuk mendorong motor menuruni teras rumah
“ hati hati dijalan nang...” ucap pak ujang begitu melihat gw mulai menyalakan mesin motor, kini seiring dengan laju motor yang mulai berjalan,
terlihat pak ujang berjalan memasuki rumah
“ sepertinya pak ujang curiga ya nang....” ujar bidin diantara bunyi suara motor yang memecah keheningan malam
“ entahlah din...” perkataan yang terlontar dari mulut gw kini mengantarkan gerakan tangan gw yang mencoba
memacu motor agak lebih cepat, kondisi tanah jalan kampung yang terlihat basah oleh air hujan telah membuat gw beberapa kali menahan laju motor , hingga akhirnya ketika sepeda motor yang gw kendarai telah mencapai jalan raya...
gw pun mulai kembali memacu laju sepeda motor menuju ke sebuah tempat yang menyediakan fasilitas telepon umum
suasana malam yang telah larut, ditambah lagi dengan rintik air hujan yang belum berhenti, membuat kondisi jalan raya terlihat lengang,
kini seiring dengan nomor teman bapak yang telah gw hubungi, terlihat bidin berusaha mengusir rasa dingin yang dirasakannya dengan menyulutkan sebatang rokok
“ lu yakin benar no yang lu hubungin itu benar nang...?”
tanya bidin begitu melihat tidak ada tanda tanda percakapan antara gw dengan orang yang tengah gw hubungi, tanpa menjawab pertanyaan bidin, kini gw kembali mencoba mengubungi no telepon tersebut...dan kembali hanya nada sambung panjang yang terdengar di telinga ini
“ gw yakin benar din...ini memang no pak bramanto, bapak yang menyerahkannya ke gw sebelum berangkat pergi ke lampung....” ucap gw sambil menyerahkan lembaran kertas yang berisikan tulisan tangan bapak kepada bidin
“ mungkin pak bram udah tidur dan tidak mendengar suara telepon ini....” gumam gw berasumsi kecil
“ bisa jadi nang....ya udah sebaiknya sekarang kita kembali ke rumah lu....biar besok pagi pagi kita coba hubungin kembali teman bapak lu itu....”
usul bidin sambil hendak melemparkan batangan rokok yang masih terlihat panjang dari tangannya
“ nanti dulu din....sumpahh...gw masih shock atas kejadian malam ini....” mendengar perkataan gw, kini terlihat bidin mengurungkan niatnya untuk membuat batangan rokok tersebut
“ gw juga sebenarnya shock nang...sekaligus gw enggak enak sama ibu lu....pasti saat ini ibu lu menyangka kalau apa yang telah lu lakukan malam ini adalah saran dari gw...” ucap bidin sambil menyerahkan bungkusan rokok serta kotak korek api yang ada ditangannya
“ bisa jadi din....soalnya bisa dikatakan lu itu kan enggak pernah main ke rumah gw...dan sekalinya lu main ke rumah gw..kejadian buruk yang menimpa aki terjadi...”
“ ahh dasar brengsek lu nang....” gerutu bidin begitu mendengar perkataan gw yang terkesan mendukung
apa yang tengah dipikirannya, ekspresi wajah bidin yang menunjukan rasa bersalahnya kini telah mengembangkan senyum kecil di wajah gw...ya inilah senyum kecil yang untuk pertama kalinya bisa kembali mengembang di wajah gw malam ini,
setelah sebelumnya gw terbelenggu dalam rasa takut dan rasa bersalah atas kejadian yang telah menimpa aki
setelah hampir tiga puluh menit lamanya gw dan bidin mencoba menenangkan kekacauan pikiran ini, akhirnya gw memutuskan untuk segera kembali ke rumah,
bayangan gw akan suasana rumah yang telah ramai oleh warga kampung yang telah mengetahui berita kematian aki, kini akan segera terbukti seiring dengan laju sepeda motor yang gw kendarai memasuki jalan kampung
“ pak itong....?” tanya gw dalam hati begitu melihat seorang laki laki paruh baya yang tengah berlari berlawanan arah dengan laju sepeda motor yang gw kendarai
“ kang danangg...!!” tegur gw pak itong begitu langkah kakinya berpapasan dengan sepeda motor yang gw kendarai,
dari irama nafas pak itong yang terlihat naik turun, sepertinya pak itong telah berlari kecil sedari tadi...tapi entah dari mana dan hendak kemana...kini belum sempat gw membalas teguran yang terucap dari mulut pak itong,
kembali pak itong meminta gw agar segera kembali kerumah saat ini juga
“ lohhh...memangnya ada apa pak...?” tanya gw menaruh kecurigaan atas permintaan pak itong yang terkesan menyembunyikan sesuatu, tanpa mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab pertanyaan gw,
terlihat pak itong kembali berlari kecil meninggalkan gw dan bidin yang masih terdiam dalam kebingungan
“ sebaiknya kita segera ke rumah lu nang....firasat gw enggak enak nih...” ajak bidin yang berbalas pergerakan sepeda motor yang mulai melaju menembus licinnya jalan kampong.
pernahkah anda berpikir akan adanya suatu musibah diantara musibah yang telah terjadi, mungkin itu adalah kalimat yg tepat untuk menggambarkan apa yang tengah ada dipikiran gw saat ini, diantara laju sepeda motor yang terpaksa gw hentikan begitu hendak memasuki pekarangan rumah,
kini nampak di hadapan gw beberapa warga kampung yang tengah sibuk membereskan kursi kursi sebagai persiapan menyambut warga kampung lainnya yang akan hadir untuk melihat kematian aki, seorang warga kampung yang sepertinya menyadari kehadiran gw dan bidin,
tampak berlari memasuki rumah, dan tidak lama berselang kemudian terlihat kehadiran kak dira beserta pak haji aceng keluar dari dalam rumah
“ nang....cepat masuk nang....ibu...ibu...” teriak kak dira sambil melambaikan tangannya ke arah gw dan bidin,
mendengar suara kak dira yang terdengar panik...ditambah lagi kak dira telah mengucapkan kata kata ibu dalam kalimat yang diucapkannya, bayangan gw akan sesuatu yang buruk telah menimpa ibu, kini membuat gw segera berlari meninggalkan motor dan
bidin yang masih terdiam dalam kebingungan
“ ibu kenapa kak...kenapa...” tanya gw dengan panik begitu telah menghampiri kak dira dan pak haji aceng, kini suara isak tangis yang mulai terdengar dari mulut kak dira mengantarkan butiran air mata yang jatuh membasahi wajahnya,
mendapati hal tersebut...bayangan gw akan sesuatu yang buruk telah menimpa ibu kini terasa semakin nyata
“ kak....!!” ucap gw dengan nada meninggi begitu melihat kak dira masih terdiam tanpa memberikan jawaban apapun
“ sebaiknya kamu tenang dulu nang.....” ucap pak haji aceng berusaha menenangkan kepanikan yang gw rasakan, tapi sepertinya usaha yang telah dilakukan pak haji aceng berakhir dengan sia sia....
justru gw merasa apa yang telah diucapkan oleh pak haji aceng itu telah semakin menambah rasa panik yang gw rasakan, kini tanpa berharap kak dira akan memberikan penjelasan atas apa yang telah menimpa ibu, gw segera berlari memasuki rumah
“ dimana ibu...dimana.....!!” bentak gw tanpa tahu tertuju kepada siapa, diantara tatapan mata dari beberapa warga kampung yang ada didalam rumah, kini gw bisa melihat keberadaan daru dan pak ujang yang tengah berdiri di depan pintu kamar ibu
“ ibu....”
itulah sepenggal kata yang bisa terucap dari mulut ini, ketika gw harus mendapati kenyataan bahwa daru dan pak ujang kini tengah berdiri di depan pintu kamar ibu....kini seiring dengan langkah kaki gw yang terasa lemas untuk melangkah,
terlihat daru dan pak ujang berjalan menghampiri gw
“ apa yang telah terjadi pada ibu.....?” bukannya memberikan jawaban atas pertanyaan yang gw ajukan, kini suara isak tangis daru mulai terdengar
“ ya tuhan...ada apa dengan kalian semua....” seiring dengan perkataan yang terucap dari mulut gw, kini rasa panik yang gw rasakan mulai merambat mencapai puncaknya, menyadari gw yang mulai terlihat limbung,
pak ujang segera merangkulkan tangannya ke bahu gw lalu mendudukan gw di sebuah kursi yang biasa gw gunakan untuk menonton siaran televisi
“ jangan panik nang....kamu harus tenang, lebih baik kamu berdoa...semoga ibu kamu baik baik aja....”
ucap pak ujang berusaha menenangkan rasa panik yang gw rasakan, selang beberapa saat setelah pak ujang mengucapkan kalimat tersebut, terlihat kehadiran pak itong bersama dengan seorang wanita tua yang selama ini gw ketahui berprofesi sebagai dukun beranak di kampung ini,
setelah sempat menolehkan pandangannya ke arah gw dan pak ujang, terlihat wanita tua tersebut berjalan memasuki kamar ibu
“ apa sebenarnya yang telah terjadi pak....?” tanya gw kepada pak ujang begitu melihat wanita tua itu telah memasuki kamar
“ saya juga enggak tau pasti nang....setelah tadi saya mengumumkan berita kematian aki kepada warga kampung.....saya segera menuju ke rumah kamu ini, baru saja saya hendak mengetuk pintu rumah, saya seperti mendengar suara orang minta tolong yang terdengar dari halaman
belakang rumah kamu....dari suara yang telah saya dengar...bisa saya pastikan kalau pemilik suara itu adalah kakak dan adik kamu....disaat itulah saya memutuskan untuk segera berlari menuju ke halaman belakang...firasat saya yang mengatakan kalau sesuatu yang buruk telah terjadi
kini menjadi kenyataan, sesampainya saya di halaman belakang, saya melihat adik dan kakak kamu tengah berusaha memapah ibu kamu masuk ke dalam rumah...disitulah saya melihat, pakaian yang dikenakan ibu kamu terlihat bersimbah darah segar...”
terang pak ujang sambil memperhatikan kak dira dan pak haji aceng yang telah memasuki rumah
“ bersimbah darah....?” tanya gw kepada pak ujang, perkataan pak ujang yang menerangkan kalau pakaian yang ibu kenakan terlihat bersimbah darah,
telah membuat timbulnya berbagai penafsiran di pikiran gw ini
“ iya bersimbah darah nang....melihat kondisi kehamilan ibu kamu yang sebentar lagi akan memasuki usia kelahirannya, sepertinya darah tersebut ada hubungannya dengan kondisi ibu kamu itu....”
seiring penjelasan yang keluar dari mulut pak ujang, terlihat kak dira dan daru berjalan menghampiri gw
“ lu baik baik aja kan nang...?” tanya kak dira begitu melihat kondisi gw yang terlihat lemas
“ gw baik baik aja kak....gw hanya cemas akan kondisi ibu sekarang ini,
semoga ibu enggak kenapa napa ya kak...” ucap gw yang berbalas anggukan kepala kak dira dan daru
“ bang...kira kira kapan bapak pulang ya...., gw udah enggak tahan lagi dengan semua kejadian ini bang...gw takut...” gumam daru sambil menundukan wajahnya,
“ besok akan abang hubungi bapak lagi ru...semoga dalam waktu yang enggak lama lagi...bapak akan kembali pulang....” ucap gw berusaha meyakinkan daru akan kehadiran bapak di rumah ini
“ ohh iya ru...bagaimana dengan mayat aki....?”
“ mayat aki masih ada di dalam kamarnya bang...,tadi daru melihat...abah iding beserta beberapa orang warga kampung seperti tengah mendoakan aki...” jawaban yang terucap dari mulut daru itu kini dengan serta merta kembali mengingatkan gw akan keberadaan daun kelor
yang gw tinggalkan di dalam kamar, seakan mengerti dengan apa yang tengah gw pikirkan, terlihat daru membisikan sebuah kabar baik di telinga gw, ya sebuah kabar yang memberitahukan kalau ibu telah menyingkirkan daun daun tersebut dari dalam kamar
seiring jarum jam yang terus berjalan, terlihat kini waktu sudah menunjukan pukul dua pagi, diantara wajah wajah yang terlihat cemas menantikan sebuah kabar baik yang akan terdengar dari mulut wanita tua yang tengah bersama ibu di dalam kamar,
kini terdengar suara tangisan bayi yang memecah keheningan malam
“ ibuuu...!!” teriakan yang hampir serentak terdengar dari mulut gw, kak dira dan daru, kini telah mengantarkan kami untuk segera beranjak dari kursi dan berjalan menuju ke depan pintu kamar ibu
“ sepertinya ibu udah melahirkan....” ucap daru sambil menempelkan telinganya ke pintu kamar, walaupun gw tidak melakukan apa yang tengah dilakukan oleh daru, kini posisi kami yang tepat berada di depan pintu kamar,
telah membuat suara tangisan bayi yang terdengar dari dalam kamar kini semakin terdengar jelas di telinga ini
“ iya ru....dan mudah mudahan ibu baik baik aja....” seiring perkataan yang terucap dari mulut gw, terlihat daru dan ka dira mengaminkan perkataan gw itu
kini setelah kurang lebih lima menit lamanya, kami menunggu akan adanya kabar baik tentang ibu, terlihat seorang wanita yang merupakan warga kampung ini keluar dari dalam kamar dengan membawa pakain ibu yang terlihat kotor dengan noda darah,
begitu melihat keberadaan kami yang berdiri di depan pintu kamar, terlihat ibu tersebut mengembangkan senyumnya...seolah olah ingin menunjukan bahwa semuanya baik baik saja....hingga akhirnya....
“ bang....” ucap daru sambil menyentuh tangan gw, tatapan matanya mengisyaratkan agar gw melihat ke arah pintu kamar yang mulai terbuka, kini terlihat kehadiran wanita tua yang berprofesi sebagai dukun beranak keluar dari dalam kamar
“ bagaimana keadaan ibu kami mak....?” tanya gw dengan tidak sabar akan adanya kabar baik
“ ibu kalian baik baik aja....dan sekarang kalian udah mempunyai seorang adik laki laki..sebaiknya kalian lihat sendiri kondisi ibu kalian di dalam....”
jawab wanita tua tersebut sambil mengembangkan senyumnya, mendapati hal tersebut...kak dira terlihat berjalan mendahului gw dan daru memasuki kamar
“ terima kasih mak...” ucap gw sambil menarik tangan daru memasuki kamar,
kini tampak kak dira yang telah terlebih dahulu memasuki kamar, tengah duduk di sisi ibu sambil memperhatikan adik bayi yang terlihat tengah memejamkan matanya, balutan kain yang melekat ditubuhnya tampak melindungi tubuh mungilnya dari hawa dingin
“ bu...ibu baik baik aja kan....?” tanya gw dengan rasa cemas begitu melihat wajah ibu yang terlihat pucat, sepertinya proses kelahiran yang terkesan agak dipaksakan ini telah membuat kondisi ibu terlihat lemah
“ ibu baik baik aja nang....bagaimana dengan bapak kamu nang....apakah besok bapak akan pulang....?” tanya ibu dengan penuh harapan, melihat kondisi ibu yang lemah seperti ini, keinginan gw untuk berkata jujur perihal bapak yang belum bisa gw hubungi
terpaksa gw pendam dalam dalam
“ insha allah...besok bapak pulang bu...sebaiknya ibu istirahat aja dulu....” jawab gw yang berbalas anggukan kepala ibu, setelah terasa cukup lama menemani ibu di dalam kamar, terlihat kini ibu mulai memejamkan mata
Akhirnya tepat pukul sepuluh pagi, proses pemakaman aki pun dilakukan....kekhawatiran gw akan adanya kejadian aneh yang mengiringi proses pemakaman aki...kini sama sekali tidak terjadi, tapi walaupun tidak terjadi kejadian kejadian aneh selama proses pemakaman aki,
gw masih mendapati beberapa warga kampung yang terlihat menghentikan pembicaraannya begitu gw menangkap basah pembicaraan yang terjadi diantara mereka
“ sebaiknya kamu berpikir positif aja nang, mungkin warga kampung itu tidak sedang membicarakan aki...”
ucap ibu begitu mendengar pengaduan gw tentang tingkah laku dari beberapa warga kampung selama proses pemakaman aki, kak dira yang terlihat memperhatikan pembicaraan ini...kini terlihat menganggukan kepalanya sebagai tanda menyetujui perkataan ibu
“ bisa jadi sih bu, tapi andai aja ibu dan kak dira melihatnya sendiri, mungkin ibu dan kak dira akan mempunyai pikiran yang sama dengan apa yang danang pikirkan...” sepertinya perkataan yang terlontar dari mulut gw ini terdengar sangat masuk akal,
ketidakhadiran ibu dan kak dira disaat prosesi pemakaman aki tadi , telah membuat adanya sedikit perbedaan pandangan antara gw dan ibu dalam menyikapi pembicaraan yang telah dilakukan oleh beberapa warga kampung tersebut
“ ohh iya nang...kira kira pukul berapa bapak kamu akan tiba di rumah...?” tanya ibu begitu menyadari ketiadaan bapak di rumah ini, mendengar pertanyaan tersebut, gw segara mengarahkan pandangan mata ini ke arah jam dinding,
terlihat kini waktu sudah menunjukan pukul dua siang hari
“ sepertinya nanti malam bu.....” jawab gw yang berbalas keterkejutan di wajah ibu, andai saja ibu mengetahui kalau berita kematian aki yang gw sampaikan kepada bapak...baru bisa gw lakukan pagi ini,
tentu ekspresi wajah ibu tidak akan menampakan keterkejutannya seperti ini
“ ya udahlah nang...mungkin bapak kamu memang sedang sibuk mengurusi proses pengunduran diri nya, ditambah lagi...bapak harus mengurus juga proses perpindahan sekolah kalian.....tapi ibu harap...
bapak kamu bisa pulang malam ini....” perubahan intonasi suara ibu ketika mengatakan harapannya akan keberpulangan bapak malam ini, telah menimbulkan tanda tanya besar di hati gw ini, dan sepertinya kak dira dan daru pun menyadari perubahan intonasi suara ibu tadi
“ bu...boleh danang bertanya sesuatu....?” tanpa memberikan jawaban apapun, terlihat ibu mengarahkan tatapan matanya ke arah gw, ekspresi wajah ibu yang terlihat tegang, seperti menggambarkan adanya sebuah beban berat yang tengah bersemayam dalam pikirannya
“ danang hanya ingin tau bu...apa yang sebenarnya telah ibu alami malam itu....” tanya gw kembali yang berbalas butiran air mata yang terlihat mulai menggenang di kedua kelopak mata ibu
“ nang...firasat buruk ibu mengenai efek negatif dari ritual yang telah kamu lakukan terhadap aki kamu itu sepertinya kini telah menjadi kenyataan.....” ucap ibu seraya mengarahkan pandangan matanya ke arah adik kecil yang sedang tertidur lelap di sisinya
“ menjadi kenyataan...,menjadi kenyataan bagaimana bu....?” tanya kak dira yang merasa bingung dengan maksud perkataan ibu, lama ibu terdiam dalam tatapan kosongnya, genangan air mata yang sedari tadi masih tertahan di kedua kelopak matanya kini mulai terlihat membasahi wajahnya
“ sebenarnya ibu telah melihat sesuatu malam itu.......” kembali ibu terdiam, getaran suara dari perkataan yang baru saja terucap dari mulutnya seperti menggambarkan adanya imajinasi menyeramkan yang sedang bermain main dalam pikiran ibu, mendapati hal tersebut...
daru yang sedari tadi hanya duduk terdiam mendengarkan pembicaraan ini kini terlihat menggenggam tangan ibu yang terlihat gemetar, dan sepertinya apa yang telah daru lakukan itu... kini telah dapat memberikan sebuah motivasi keberanian
bagi ibu untuk kembali melanjutkan perkataannya, kini seiring dengan rangkaian kata kata yang mulai terucap dari mulut ibu, entah mengapa gw merasakan rangkaian kata kata tersebut seperti dapat menyalurkan imajinasi menyeramkan yang ada dalam pikiran ibu ke dalam pikiran gw...
dan hal itu jelas membuat bulu kuduk di tengkuk gw ini seperti menebal
“ astaga bu....ibu yakin apa yang telah ibu lihat itu adalah sosok aki dan uwa odah....?” tanya kak dira begitu ibu telah mengakhiri perkataannya
“ entahlah ra....malam itu semuanya terlihat begitu gelap, diantara keterbatasan pandangan mata ibu...ibu hanya melihat sesosok wanita yang sedang berdiri di pinggir sumur...hembusan angin malam yang ibu rasakan malam itu seperti memainkan rambut panjang wanita tersebut....
walapun posisi wanita tersebut membelakangi ibu...tapi ibu yakin kalau wanita itu sedang menangis sambil mengarahkan pandangannya ke dalam sumur......seiring dengan suara gema isak tangisnya yang semakin terdengar jelas di telinga ini...di saat itulah ibu mulai merasakan takut,
hingga akhirnya ibu memutuskan untuk segera beranjak pergi dari halaman belakang....tapi... baru saja ibu membalikan tubuh ini untuk melangkahkan kaki menuju pintu rumah...ibu melihat ada sesosok yang pria tengah berdiri di depan pintu rumah sambil menggenggam sebuah
golok kecil ditangannya, kulit tubuhnya yang berwarna hitam gelap...seperti membungkus kedua bola matanya yang terlihat tajam menatap ke arah ibu....ingin rasanya disaat itu ibu berteriak meminta tolong kepada daru dan dira yang ada di dalam rumah....
tapi semua itu urung ibu lakukan karena ibu merasakan sorot mata pria tersebut seperti mampu membungkam mulut ibu dalam ketidakberdayaan....” untuk sejenak ibu kembali terdiam, butiran air mata yang mengalir dari kedua belah kelopak matanya kini terlihat semakin deras,
mendapati hal tersebut...kini kak dira melayangkan pelukannya ke tubuh ibu
“ udah bu....jangan ibu teruskan lagi ceritanya...” bisik kak dira di telinga ibu
“ ya tuhannn...ibu benar benar tidak mempunyai keinginan untuk melahirkan adik kalian dalam situasi seperti itu....
ketakutan yang ibu rasakan semakin terasa menjadi begitu melihat sesosok pria tersebut mulai melangkah menghampiri ibu, hal inilah yang membuat ibu akhirnya jatuh terjerambab ke tanah.....diantara rasa sakit yang mulai ibu rasakan...
kini sesosok pria yang semula ada dihadapan ibu terlihat mulai memudar....dan tergantikan oleh kehadiran dira dan daru yang berlari keluar dari dalam rumah.....” ucap ibu mengakhiri penjelasan atas apa yang telah di alaminya, seiring dengan isak tangis ibu yang mulai terhenti...
kini bisa terlihat ekspresi rasa lega di wajahnya
“ semoga nanti malam bapak udah ada di rumah ini bu....” ujar kak dira sambil melepaskan pelukannya pada tubuh ibu
“ semoga ra...karena ibu mempunyai firasat...semuanya ini akan semakin bertambah buruk tanpa adanya kehadiran bapak di rumah ini....”
sepertinya perkataan yang terlontar dari mulut ibu, kini mengakhiri percakapan kecil antara gw, ibu, kak dira dan daru di dalam kamar,
seiring dengan perputaran jarum jam yang terus bergerak....tampak terlihat sinar lembayung senja yang sedari tadi tengah memamerkan pesonanya mulai tergantikan oleh kumpulan awan hitam yang bergerak bebas mengikuti hembusan angin.
“ kecilkan volume tv nya ru....”
suara kumandang azan magrib yang mulai terdengar dari sebuah mushola kini mengantarkan permintaan gw agar daru mengecilkan volume tv yang sedang ditontonnya
“ koq bapak belum pulang juga ya bang....?” tanya daru sambil mengecilkan volume tv,
tatapan matanya terlihat memandang ke arah luar rumah melalui daun jendela yang terbuka
“ kan gw udah bilang ru...mungkin bapak akan tiba malam ini...” jawab gw sambil beranjak dari kursi lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudu,
kini terlihat daru berjalan mengikuti gw dari belakang, andai saja gw dan keluarga ini belum mengalami kejadian kejadian buruk di rumah ini...tentu saja saat ini gw sudah mentertawakan tingkah laku daru yang terkesan menunjukan rasa takutnya
“ bang....” tegur daru begitu mengakhiri sholatnya, gw yang masih terdiam dalam doa, kini menolehkan pandangan ke arah daru
“ apa ru....”
“ lu percaya dengan apa yang dikatakan ibu tadi....?” tanya daru kembali seraya melepaskan kopiah sholat yang dikenakannya
“ perkataannya yang mana...? kalau mengenai ibu melihat sesosok mahluk yang menyerupai aki dan uwa odah dihalaman belakang...gw percaya....”
“ bukan itu bang....tapi mengenai efek negatif dari ritual yang telah kita lakukan terhadap aki...”
perkataan yang terlontar dari mulut daru kini menempatkan gw dalam posisi sulit untuk menjawabnya, rasanya tidak semudah itu untuk gw mengatakan kalau kejadian menyeramkan yang telah menimpa ibu adalah efek negatif dari prosesi ritual yang telah kami lakukan terhadap aki
“ mengenai itu, gw belum terlalu yakin ru...karena apa yang telah ibu alami, sebenarnya telah gw alami juga....dan apa yang telah gw alami itu terjadi sebelum prosesi ritual yang telah kita lakukan....” mendengar penjelasan gw,
terlihat untuk beberapa saat daru hanya bisa terdiam, mencoba mencerna perkataan yang telah gw ucapkan
“ lantas...mengenai firasat buruk ibu mengenai efek negatif itu maksudnya apa ya bang.....apakah akan ada tumbal atau sejenisnya....”
tanya daru kembali, bagi gw kini apa yang telah ditanyakan oleh daru melebihi kemampuan gw untuk menjawabnya
“ gw enggak tau ru....itu hanya firasat ibu aja, lu tau sendiri kan...yang namanya firasat itu...bisa terjadi...bisa juga enggak...
jadi lu enggak usah berpikir terlalu jauh, apalagi sampai menghubung hubungkannya dengan tumbal....” seiring dengan perkataan yang telah terucap dari mulut gw ini, entah mengapa gw merasakan ada yang aneh dengan kata kata tumbal...
kata kata itu seperti terhubung dengan sesosok wanita...yaa...sesosok wanita yang selama ini intensitas penampakannya paling sering gw temui
“ uwa odah.....” gumam gw pelan dengan tatapan mata kosong menatap daru
“ uwa odah...?” tanya daru sambil menggerak gerakan telapak tangannya di depan wajah gw, sepertinya daru merasa risih dengan tatapan kosong mata gw yang menatap wajahnya
“ iya uwa odah....bisa jadi uwa odah ini adalah tumbal dari ilmu hitam yang telah aki amalkan selama ini....”
“ ahhh...gila lu bang...koq lu bisa berpikir seperti itu sih...” ujar daru merasa tidak percaya dengan apa yang telah gw katakan
“ ini hanya analisa gw aja ru....tapi andai gw menghubungkan sosok uwa odah ini dengan sebuah kisah yang pernah bidin ceritakan, bisa dikatakan..
ada hubungannya..., karena pada waktu itu bidin pernah mengatakan bahwa hampir dua tahun lamanya aki dan nini meninggalkan kampung ini...hingga akhirnya setelah dua tahun lamanya menghilang...aki dan nini kembali lagi ke kampung ini dengan membawa serta anaknya yaitu bapak....”
kembali gw terdiam beberapa saat mencoba mengingat ingat kembali perkataan yang telah bidin ucapkan malam itu
“ berarti...andaikan benar kalau uwa odah ini adalah kakak dari bapak, jadi selama dua tahun menghilangnya aki dan nini dari kampung ini,
sebenarnya mereka telah mempunyai dua orang anak....yaitu bapak dan uwa odah....jadi bisa dikatakan..selama kurun waktu sampai dengan saat uwa odah ditemukan..uwa odah...”
“ diasingkan....” ujar daru memotong perkataan gw,
mendapati hal tersebut gw hanya menganggukan kepala sebagai tanda menyetujui perkataan daru
“ lantas andai saja memang benar kalau uwa odah itu adalah tumbal dari ilmu hitam yang aki amalkan, kenapa sampai dengan kurun waktu tersebut...uwa odah masih tetap hidup...?”
tanya daru yang berbalas kebingungan gw, entah gw harus menyikapi apa atas pertanyaan daru ini...tapi apa yang telah dikatakan oleh daru tadi seolah olah semakin membuka sebuah tabir misteri yang selama ini telah terkubur bersama dengan kematian aki
“ anak uwa odah...ya anak uwa odah...” jawab gw dengan tiba tiba begitu ingatan gw kembali teringat dengan kisah yang pernah diceritakan oleh bidin waktu itu
“ lu boleh percaya...boleh juga enggak ru....tapi gw merasa kalau anak uwa odah yang kini menghilang...
bukanlah anak uwa odah yang pertama...gw sangat yakin...”
“ yakin....yakin dari mana bang...?” tanya daru atas perkataan gw yang terkesan melantur, bisa gw mengerti kebingungan yg daru rasakan, karena selama ini daru tidak pernah mengetahu kisah yg pernah di ceritakan oleh bidin
“ bidin pernah menceritakan...bahwa pada usia aki mencapai umur 38 tahun, aki mencapai masa kejayaannya...selain kaya ..disaat itu aki menjadi orang yang disegani di kampung ini....jadi bisa dikatakan pada masa masa itu andaikan memang benar ada tumbal atas
ilmu hitam yang aki pelajari.....berarti uwa odah telah melahirkan seorang anak pada saat itu....” mendengar penjelasan gw yang terkesan penuh dengan kemungkinan itu, terlihat daru memegangi tengkuknya
“ ini benar benar gila bang.....gw benar benar enggak menyangka...kalau memang benar aki kita seperti itu.....ahhh gw enggak bisa bayangin...kalau selama ini kita telah tinggal dengan seseorang yang sangat jahat...” ucap daru dengan pikiran yang menerawang
“ lu jangan berpikir seperti itu dulu ru....kan apa yang gw katakan itu hanya baru sebatas kemungkinan...bisa jadi apa yang gw katakan itu salah....” ujar gw berusaha menjauhkan pikiran buruk daru tentang aki
“ enggak tau dah bang....firasat gw koq mengatakan apa yang telah lu katakan itu memang benar....”
“ nah itulah firasat ru....firasat...bisa benar...bisa juga enggak...” seiring dengan perkataan yg terlontar dari mulut gw, kini terdengar suara panggilan kak dira dari luar kamar,
mendapati hal tersebut gw segera bergegas berjalan keluar dari dalam kamar, dan kini nampak kak dira sedang berjalan menjauhi kamarnya sambil memapah ibu
“ nang...tolong jaga adik kamu dulu, ibu mau ke kamar mandi....” pinta ibu yang berbalas anggukan kepala gw,
melihat ibu dan kak dira yang telah berjalan menuju ke kamar mandi, gw segera bergegas kembali masuk ke dalam kamar untuk menanggalkan kain sarung yang masih gw kenakan serta membereskan sajadah yang masih terhampar di lantai
“ mau kemana bang...” tanya daru begitu gw hendak membuka pintu kamar
“ jagain adik bayi....kalau lu takut sendirian di kamar ini...lu bisa ikut juga ke kamar ibu, biar bisa sekalian gw jagain....” seiring dengan ledekan yang keluar dari mulut gw,
terlihat daru mencibirkan bibirnya...dan hal ini jelas memancing tawa kecil gw mulai terdengar dari mulut ini
“ sepinya....” ucap gw begitu menutup pintu kamar dan berjalan ke kamar ibu, rasa sepi yang gw rasakan malam ini
seperti berbanding terbalik dengan banyaknya warga kampung yang hadir pagi hingga siang tadi disaat prosesi pemakaman aki
“ andai aja...ibu seperti warga kampung yang lain...yang mengadakan acara selametan setelah adanya peristiwa kematian,
mungkin suasana malam ini tidak akan terasa sesepi ini....” gumam gw sambil menghentikan langkah kaki ini di depan pintu kamar ibu, seakan tidak ingin berlama lama terjebak dalam rasa sepi,
kini putaran jari jemari gw pada gagang pintu telah memberikan gw sedikit gambaran akan adanya kehadiran seseorang di dalam sana yang akan menyambut gw dengan senyuman manis dari wajah mungilnya....seiring dengan gerakan tangan gw yang mulai mendorong pintu kamar...
hal yang sama sekali tidak terbayang dalam pikiran gw kini tersaji dihadapan gw.....sungguh...ini tidaklah seindah dengan apa yang telah gw bayangkan...
“ astagfirullahh....” perkataan yang seiring dengan melonjaknya adrenalin di tubuh gw ini,
kini telah mengantarkan pandangan mata gw kepada sesosok wanita yang sedang duduk di sisi tempat tidur dengan posisi membelakangi gw, dari pandangan matanya yang terarah kepada adik kecil gw,
sepertinya sesosok wanita tersebut tengah memperhatikan adik kecil gw yang tengah tertidur pulas diatas tempat tidur, hingga akhirnya...dengan sangat perlahan kini mulai terlihat tangan dari sesosok wanita tersebut mulai bergerak seperti layaknya seseorang yang hendak
merengkuh adik kecil gw dengan kedua tangannya
“ ya tuhan....jangann...jangggannn........” seiring dengan perkataan yang terlontar dari mulut gw ini, kini bisa gw rasakan ketidakberdayaan gw untuk melakukan sesuatu terhadap ancaman yang mungkin tengah mengancam
kehidupan adik kecil gw....sungguh...disaat ini gw hanya bisa berdiri terpaku menatap adik kecil gw yang mulai terengkuh oleh tangan dingin wanita tersebut...hingga akhirnya disaat tangan wanita tersebut mulai mengangkat tubuh kecil adik gw laksana sebuah boneka.....
gw bisa merasakan adanya sebuah sentuhan halus di bahu gw ini...merasakan hal tersebut...kini lonjakan adrenalin yang sedari tadi telah rasakan semakin melonjak hebat...hingga akhirnya...
“ nang....kamu sedang apa....?”
sebuah suara yang terlontar dari mulut seseorang yang telah sangat gw kenali kini sedikit membuyarkan keterfokusan pandangan mata gw ini dari sesosok wanita yang tengah mempermainkan adik kecil gw ...hingga akhirnya... kini gw kembali merasakan sebuah tepukan di bahu ini...
dan untuk kali ini gw merasakan tepukan tersebut terasa begitu keras dan meninggalkan rasa pedih di bahu ini...rasa pedih yang kini gw rasakan di bahu ini kini telah memudarkan kehadiran wanita tersebut dari pandangan mata ini
“ kamu sedang apa nang....?” tanya ibu, begitu gw telah menolehkan pandangan mata ini ke arah ibu dan kak dira yang telah berdiri dibelakang tubuh gw
“ adik bu....adikkk.....” jawab gw sambil menunjukkan jari tangan ini ke dalam kamar
“ iya adik kamu kenapa nang......?” tanya ibu kembali dengan rasa heran, melihat gw yang masih terpaku di depan pintu kamar tanpa memberikan jawaban apapun, kini terlihat kak dira segera memapah ibu untuk memasuki kamar...dalam posisi ibu yang telah berada di atas tempat tidur,
tampak gerakan tangan ibu memberikan isyarat agar gw segera memasuki kamar
“ kamu kenapa...?” tanya ibu berusaha mencari tahu tentang apa yang baru saja gw alami
“ tadi...tadii danang seperti melihat ada seorang wanita dikamar ini bu...
seorang wanita yang tengah memainkan adik danang ini seperti layaknya sebuah boneka......” mendengar hal tersebut, terlihat ibu memberikan isyarat tangan agar gw menghentikan penjelasan ini
“ sebaiknya malam ini...kamu ajak adik kamu tidur di kamar ibu aja nang....ibu merasa...
ada sesuatu yang buruk yang tengah mencoba memberikan terornya kepada keluarga kita....” ucap ibu yang berbalas ekspresi rasa tidak nyaman di wajah kak dira, mendapati hal tersebut, gw segera bergegas keluar dari dalam kamar untuk mengajak daru pindah ke kamar ibu
malam yg semakin beranjak larut, telah mengantarkan waktu menunjukan pukul sepuluh malam, suara gemersik angin yg mengantarkan rasa dingin menembus celah celah lubang angin, memaksa gw dan daru kembali melipatkan tubuh ini ke dalam kehangatan kain sarung yang melekat di tubuh ini
“ bang....” tegur daru begitu kepalanya menyembul dari dalam kain sarung, rasa ngantuk yang belum bisa gw rasakan malam ini, telah membuat gw kembali menolehkan pandangan mata ini ke arah daru
“ kenapa ru...?” tanya gw begitu melihat daru memutarkan bola matanya keseluruh sudut ruangan kamar
“ lu bisa bayangkan enggak bang....kalau setiap malam...kita akan seperti ini...terdiam dalam rasa takut...tanpa berani melakukan apapun di rumah ini....”
“ gw enggak mau membayangkannya ru...karena gw yakin, semua ini pasti akan berlalu....” ucap gw sambil mengarahkan pandangan ke langit langit kamar, kini setelah cukup lama gw dan daru kembali terdiam dalam keheningan,
sebuah suara yang menandakan kehadiran seseorang di rumah ini terdengar secara samar di telinga ini
“ bapak....!!” teriak daru begitu ikut merasakan apa yang telah gw dengar, kini tanpa menunggu gw beranjak dari tempat tidur,
terlihat daru mulai berlari keluar dari dalam kamar untuk menjumpai seseorang yang selama ini telah kami nantikan kehadirannya di rumah ini
sungguh....kegembiraan yang gw rasakan malam ini terasa sulit untuk gw gambarkan dengan kata kata,
disaat gw untuk yang pertama kalinya melihat kehadiran bapak diantara gerakan daun pintu rumah yang mulai terbuka, ekspresi wajah bapak yang terlihat lelah...seakan akan tidak bisa melunturkan pesona kewibawaannya sebagai seorang lelaki
yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap keluarga ini, kerinduan daru yang teramat besar kepada bapak kini telah membuat daru langsung berlari keluar dari dalam rumah dan memeluk bapak
“ koq malam banget sampainya pak....?” tanya daru seraya mengambil sebuah tas jinjing yang berada ditangan bapak, melihat hal tersebut...gw segera membantu bapak memasukan beberapa box kardus kecil ke dalam rumah
“ sebenarnya bapak udah sampai di rumah ini beberapa menit yang lalu....” jawab bapak seraya meletakan box kardus yang terakhir ke atas lantai, kini terlihat daru menutup pintu rumah
“ loh...koq kami bisa enggak tau pak...” tanya gw karena merasa heran tidak mengetahui kehadiran bapak di rumah ini
“ iya nang...tadi bapak memang sengaja tidak mengetuk pintu rumah, karena bapak ada sedikit keperluan dengan abah iding...”
jawab bapak sambil menghempaskan tubuhnya di kursi, kini terlihat bapak mulai melepaskan sepatu yang dikenakannya
“ abah iding...” gumam gw pelan, karena merasa heran dengan perkataan yang bapak ucapkan, tanpa berkata apapun atas gumaman gw,
terlihat bapak mulai beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke kamar aki, kini seiring pintu kamar aki yang telah dibukanya, tampak untuk beberapa saat lamanya...bapak hanya bisa berdiri terpaku menatap ke dalam kamar aki,
hingga akhirnya..terlihat bapak mulai kembali menutup pintu kamar dan berjalan menghampiri gw dan daru
“ dimana ibu kalian....?” tanya bapak dengan suara yang agak bergetar, matanya yang terlihat basah karena air mata seperti menggambarkan rasa sedih yang tengah dirasakannya
“ ibu dan kak dira udah tidur pak...” jawab daru dengan tatapan mata tidak berkedip menatap bapak
“ pak...ada sesuatu yang ingin danang ceritakan kepada bapak...tapi...danang takut bapak akan....”
kini suara tangisan dari adik kecil yang terdengar dari dalam kamar menghentikan perkataan gw, dan sepertinya suara tangisan tersebut telah dapat merubah ekspresi wajah bapak yang semula terlihat sedih kini berganti dengan ekspresi rasa bahagia
“ itu pasti adik kalian....” ujar bapak seraya melangkahkan kakinya menuju kamar.
kini layaknya sebuah pertemuan antara sepasang suami istri yang telah lama berpisah, kehadiran bapak yang secara tiba tiba memasuki kamar, telah bersambut rasa suka cita di wajah ibu, seakan tidak bisa lagi menutupi kerinduannya,
terlihat bapak menghampiri ibu dan mencium keningnya...ini adalah sebuah momen dimana gw bisa melihat kembali ekspresi rasa nyaman di wajah ibu setelah dalam beberapa jam belakangan ini ibu terjebak dalam situasi buruk di rumah ini
“ ini anak kita kang.....” ucap ibu sambil memperlihatkan wajah adik kecil yang berada dalam pelukannya kepada bapak
“ alhamdulillah ning....kalian semua baik baik aja....tadi setelah akang tiba di rumah ini, akang sengaja mampir terlebih dahulu ke rumah abah iding,
untuk menanyakan perihal apa yang sebenarnya telah terjadi di rumah ini...dan melalui mulut abah iding juga, akang juga jadi mengetahui kalau kamu sudah melahirkan....” seiring dengan perkataan yang telah terucap dari mulut bapak,
kini sentuhan halus jari jari tangan bapak mulai mengusap wajah adik kecil
“ maafkan ning ya kang, karena selama akang pergi, ning enggak bisa menjaga ketentraman di rumah ini...banyak hal hal buruk yang telah terjadi setelah kepergian akang.....”
ucap ibu dengan penuh rasa bersalah, mendengar hal tersebut, kini bukannya marah atas apa yang telah ibu katakan, terlihat bapak mengembangkan senyum tipis di wajahnya sebagai tanda bapak tidak mempermasalahkan apa yang telah terjadi
“ sebaiknya kamu istirahat dulu ning....biar besok semuanya kita bicarakan, kebetulan besok akang memang sengaja mengundang abah iding untuk datang ke rumah ini...”
terlihat ekspresi wajah ibu menunjukan keterkejutannya begitu mendengar kalau bapak telah mengundang abah iding yang tidak lain adalah sesepuh kampung ini untuk datang ke rumah ini
“ abah iding....untuk apa kang...?” tanya ibu yang berbalas kebisuan bapak untuk menjawabnya,
melihat hal tersebut kini kebisuan yang kini telah bapak perlihatkan, cukuplah menjadi tanda bagi gw dan daru untuk segera memejamkan mata ini
keesokan harinya, sesuai dengan apa yang telah bapak katakan, kini abah iding telah terlihat kehadirannya di rumah ini,
dari pembicaraan yang terjadi antara bapak dan abah iding di teras depan...sepertinya pembicaraan mereka itu terkesan serius, dan tampaknya topik pembicaraan mereka masih mengarah kepada sosok aki yang telah meninggal,
hal ini dapat terlihat dengan beberapa kali bapak berjalan keluar masuk dari kamar aki seperti layaknya seseorang yang tengah mencari sesuatu, hingga akhirnya terdengar suara panggilan bapak yang memanggil nama gw
“ ada apa pak....?” tanya gw begitu menghampiri panggilan bapak di teras depan, bukannya memberikan jawaban atas pertanyaan yang gw ajukan, terlihat bapak dan abah iding untuk beberapa saat lamanya hanya terdiam sambil memperhatikan gw,
hingga akhirnya tampak abah iding menunjukan jari tangannya ke arah tangan gw yang mengenakan cincin bermata batu hitam
“ cincin itu yang abah maksud tam.....” ujar abah iding yang berbalas gerakan tangan bapak yang meminta gw untuk segera melepaskan cincin tersebut,
kini setelah beberapa saat gw mencoba melepaskannya... terlihat bapak mengernyitkan dahinya begitu melihat gw yang agak kesusahan untuk melepaskan cincin tersebut
“ coba kemarikan tangan kamu nang....” seiring permintaan yang terucap dari mulut bapak,
kini tangan gw yang masih mengenakan cincin tersebut telah berada dalam genggaman tangan bapak, dan seperti tanpa adanya hambatan apapun,...sebuah gerakan cepat dari jari jemari bapak yang menarik cincin tersebut keluar dari jari tangan gw tampak terlihat begitu mudah,
mendapati hal tersebut abah iding terlihat mengangguk anggukan kepalanya seakan akan apa yang telah dilihatnya itu adalah sesuatu yang telah diperkirakannya
“ sekarang kamu percaya kan tam...dengan apa yang abah katakan....”
untuk sesaat lamanya bapak hanya bisa menundukan wajahnya begitu mendengar perkataan yang terucap dari mulut abah iding, entah apa yang tengah dipikirkan oleh bapak saat ini, tapi bagi gw...
apa yang tengah bapak perlihatkan saat ini menggambarkan adanya sebuah beban berat yang tengah bapak pikirkan
“ mudah mudahan saat magrib nanti kita bisa sama sama membuktikan, apakah yang telah abah omongkan ke kamu itu memang benar adanya....”
terlihat bapak menganggukan kepalanya sebagai tanda menyetujui perkataan abah iding
bingung....itulah gambaran perasaan yang gw rasakan saat ini begitu mendengar pembicaraan antara abah iding dan bapak, seluruh perkataan yang terlontar dari mulut mereka,
tidak ada satupun yang gw mengerti akan maksud dan tujuannya, sepertinya mereka memang sengaja merahasiakan arah pembicaraan ini dari gw ataupun keluarga gw
“ udah pulang abah idingnya...nang...” tanya ibu begitu melihat kehadiran gw memasuki kamar,
mendapati gw yang tidak menjawab pertanyaannya, terlihat ibu mengembangkan senyumnya
“ kamu kenapa....?” tanya ibu penuh dengan kesabarannya, kini terlihat ibu memberikan isyarat tangan agar gw duduk di sisinya
“ entahlah bu....danang agak kesal sama bapak....sepertinya bapak dan abah iding tengah merahasiakan sesuatu kepada kita...” jawab gw dengan nada merajuk
“ mungkin itu hanya perasaan kamu aja nang....ibu sangat mengenal baik bapak kamu, apapun yang bapak lakukan..pasti semua itu ditujukan untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga kita, andai saat ini...mungkin bapak kamu tengah merahasiakan sesuatu...ibu yakin..
semua itu telah melalui pertimbangan bapak yang matang....dan pada akhirnya pasti akan bertujuan untuk kebaikan keluarga ini juga....” perkataan bijaksana yang terucap dari mulut ibu, kini telah bisa memudarkan rasa kesal yang gw rasakan,
walaupun hal tersebut tidak dengan serta merta menghilangkan pertanyaan yang masih menggantung di hati gw
kini seiring detik waktu yang terus berjalan, keberadaan gw, kak dira dan daru yang sedang menonton siaran televisi,
sedikit terusik oleh tingkah laku bapak yang sedang berada di teras depan, untuk beberapa kali terlihat bapak berjalan mondar mandir layaknya seseorang yang tengah berpikir keras untuk memecahkan sebuah masalah.
“ bapak kenapa sih nang...?” tanya kak dira sambil mengarahkan pandangannya ke teras depan, mendengar pertanyaan kak dira...daru yang semula masih asik menonton siaran televisi, kini ikut mengarahkan pandangannya
“ gw enggak tau kak....sepertinya bapak mulai terlihat aneh semenjak terlibat pembicaraan serius dengan abah iding...”
“ pembicaraan serius...” tegas kak dira yang berbalas anggukan kepala gw
“ apalagi setelah abah iding mengatakan bahwa akan membuktikan sesuatu pada saat magrib nanti di rumah ini....” mendengar perkataan yang terucap dari mulut gw, keterkejutan yang diperlihatkan oleh kak dira dan daru kini telah mengantarkan
pandangan mata mereka yang dengan hampir serempak melihat ke arah jam dinding
“ berarti...tinggal sebentar lagi dong bang...” ujar daru begitu melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah enam sore, sebenarnya tanpa harus daru melihat ke arah jam dinding...
sebuah lantunan ayat suci yang terdengar dari speaker sebuah mushola yang berada tidak jauh dari rumah, cukuplah menjadi tanda bahwa magrib akan segera tiba
“ pembuktian apa ya nang....koq dilakukan pada saat magrib sih...” ucap kak dira sambil menunjukan ekspresi wajah berpikir, belum sempat gw memberikan jawaban kepada kak dira, kini terdengar suara seseorang yang mengucapkan salam dan berbalas jawaban salam dari bapak
“ abah iding....” gumam daru begitu melihat seorang lelaki tua menyalami bapak, dan tidak lama kemudian terlihat kehadiran pak ujang di teras depan
“ koq perasaan gw jadi enggak enak gini ya nang...”
ucap kak dira seraya memperhatikan pembicaraan antara bapak dengan abah iding serta pak ujang
“ sebaiknya....lu temanin ibu di kamar kak...udah hampir magrib nih...” usul gw yang berbalas anggukan kepala kak dira,
kini terlihat kak dira beranjak dari duduknya dan berjalan memasuki kamar, tidak lama berselang setelah kak dira memasuki kamar...suara azan magrib yang mulai terdengar kini seperti mengantarkan rasa dingin dari kabut tipis yang mulai turun
“ nang...tolong buatkan segelas kopi pahit...” pinta bapak begitu memasuki rumah, seiring ucapannya...terlihat bapak mempersilahkan abah iding dan pak ujang untuk langsung berjalan memasuki kamar aki
“ segelas apa dua gelas pak....?” tanya gw karena merasa heran dengan permintaan bapak untuk membuatkan segelas kopi

“ cukup segelas aja nang, nanti tolong kamu antarkan ke kamar aki...” seiring jawaban yg terucap dari mulut bapak, kini terlihat bapak berjalan memasuki kamar aki
“ benar benar aneh nih bang...” gumam daru begitu melihat gw hendak beranjak dari kursi, tanpa meladeni gumaman daru...gw segera melangkahkan kaki ini menuju dapur untuk membuat segelas kopi pahit seperti apa yang telah bapak perintahkan
seiring segelas kopi pahit yang telah terbuat, kini irama langkah kaki gw yang berjalan menuju ke kamar aki seperti berjalan beriringan dengan pertanyaan yang tengah bermain main dalam pikiran gw
“ pak....ini kopinya....” suara ketukan tangan gw pada daun pintu kini mengantarkan kehadiran pak ujang yang membuka pintu kamar, tanpa berkata apapun...pak ujang mengambil gelas kopi pahit yang ada ditangan gw, lalu kembali menutup pintu kamar
“ sialll....jangankan mengajak gw masuk ke dalam kamar, mengatakan terima kasih juga enggak...” maki gw dalam hati begitu melihat pak ujang yang menghilang seiring dengan pintu kamar yang tertutup, kini baru saja gw hendak melangkahkan kaki meninggalkan kamar,
aroma wangi kemenyan yang tercium dari dalam kamar kembali membuat gw mengurungkan niat untuk melangkah.
“ aneh...untuk apa mereka membakar kemenyan lagi, bukankah aki udah enggak ada...” tanya gw dalam hati, seiring dengan daun telinga gw yang telah menempel pada pintu kamar aki, sama sekali gw tidak mendengar pembicaraan antara abah iding, bapak dan pak ujang...
semuanya terasa begitu hening...entah apa yang kini tengah mereka lakukan di dalam kamar, mendapati hal tersebut...gw segera memutuskan untuk berjalan meninggalkan kamar aki

“ mau ngambil wudhu bang....?” tanya daru begitu melihat gw berjalan ke kamar mandi,
melihat gw yang menanggukan kepala terlihat daru beranjak dari kursinya untuk ikut serta mengambil air wudhu

“ gw kirain lu bakalan ikut masuk ke kamar aki bang....” ujar daru ditengah air yang terasa dingin menyentuh wajah gw.
“ jangankan masuk ru, ngucapin terima kasih juga enggak....kalau tau begitu, lebih baik kak dira aja dah yang buatin tuh kopi...” ucap gw yang berbalas tawa kecil daru, kini seiring dengan basuhan air yang terasa dingin menyentuh kaki gw,
bisa gw rasakan aroma bau busuk yang terasa begitu menyengat, merasakan hal tersebut...gw dan daru kini hanya bisa bertukar pandang dalam benak tanya

“ gila....bau apa nih bang...?” tanya daru sambil menutupi hidungnya
“ gw enggak tau ru....tapi sepertinya bau ini seperti bau bangkai binatang....” jawab gw sambil mencari keberadaan sumber bau tersebut di dalam kamar mandi
“ sepertinya enggak mungkin deh bang, kalau bau tersebut berasal dari dalam kamar mandi...karena sedari tadi kita enggak mencium bau ini di kamar mandi....” perkataan yang terucap dari mulut daru kini menghentikan pencarian gw akan keberadaan sumber bau tersebut di kamar mandi,
dengan mengendus enduskan hidungnya terlihat daru mulai mencari keberadaan bau tersebut di luar kamar mandi....hingga akhirnya terlihat kehadiran bapak, beserta abah iding dan pak ujang berjalan menuju ke halaman belakang,
tampak di tangan pak ujang sebuah pelastik hitam serta sebuah wadah yang berbahan dasar tanah liat, kepulan asap putih yang keluar dari wadah tersebut untuk sesaat mampu menghilangkan bau busuk yang gw rasakan, melihat hal tersebut..
gw dan daru hanya bisa saling berpandangan sebelum akhirnya mengikuti langkah mereka yang menuju ke halaman belakang

“ mau apa mereka ru....?” tanya gw begitu melihat bapak, abah iding dan pak ujang berada di pinggir sumur,
pandangan mereka yang terarah ke dalam sumur seperti tengah mencari sesuatu

“ gw enggak tau bang....tapi....” belum sempat daru meneruskan perkataannya, terlihat abah iding mengambil posisi bersila agak jauh dari sumur,
wadah yang terbuat dari tanah liat itu kini diletakan di hadapannya, untuk sesaat tampak abah iding terdiam...hingga akhirnya seiring dengan mulutnya yang terlihat komat kamit seperti membaca sesuatu, kini dengan tangan yang terkepal..
abah iding meletakan tangannya di atas kepulan asap putih yang bermain main di atas wadah, dalam jarak yang sedekat ini, kini gw bisa melihat sebuah benda yang berada dalam genggaman tangan abah iding

“ cincin itu.....” gumam daru sambil mengarahkan pandangannya ke tangan gw,
begitu melihat kini gw tidak lagi mengenakan cincin tersebut, daru kembali mengarahkan pandangannya ke abah iding

entah ini karena pandangan mata gw yang mulai terbatasi oleh suasana gelap yang mulai menyelimuti halaman belakang,
kini gw melihat tangan abah iding yang menggenggam cincin tersebut terlihat bergetar hebat...hingga akhirnya dari wadah yang membakar kemenyan tersebut terlihat sebuah percikan api yang diiringi membumbungnya bunga api ke udara....kini seolah olah tertiup oleh hembusan angin,
bunga api tersebut untuk sejenak terlihat seperti melayang layang di udara sebelum akhirnya bergerak jatuh memasuki sumur, bersamaan dengan bunga api yang jatuh memasuki sumur....gw bisa mendengar suara percikan air yang terdengar menggema dari dalam sumur
“ turunkan ember itu jang....” pinta abah iding kepada pak ujang, kini dengan sigapnya pak ujang mulai menurunkan tali timba ke dalam sumur, sesaat setelah pak ujang menurunkan tali timba tersebut...
terlihat tali timba tersebut mulai bergoyang goyang layaknya ada sesuatu yang tengah menggoyangkannya dari dalam sumur...hingga akhirnya kini abah iding meminta pak ujang untuk kembali menarik tali timba tersebut
“ ini enggak mungkin.....enggak mungkin...” ucap gw begitu melihat sebuah benda ikut tersangkut dalam ember yang telah tertarik ke atas.
inilah sebuah benda yang selama ini telah gw cari keberadaannya di rumah ini, seiring dengan kemunculan ember dari dalam sumur, kini nampak sebuah golok kecil berada di dalamnya, mendapati hal tersebut...
tampak abah iding meminta agar bapak mengambil golok tersebut dan menyerahkan kepadanya

“ ini golok abah.....bagaimana bisa ada di dalam sumur....?” tanya bapak yang berbalas terlepasnya genggaman abah iding pada golok tersebut
“ iya tam...ini milik abah kamu...luar biasa jahatnya golok ini....bahkan hanya dengan menyentuhnya...abah bisa merasakan golok ini seperti membakar telapak tangan abah...” ujar abah iding seraya memperlihatkan kulit telapak tangannya yang memerah,
kini seraya merapalkan sesuatu di mulutnya, abah iding kembali memungut golok tersebut dan menyatukannya dengan cincin bermata batu hitam yang ada di dalam genggaman tangannya
“ bah....kenapa golok abah ini bisa berada di dalam sumur....?” tanya bapak kembali sambil memperhatikan gerakan tangan abah iding yang meletakan genggaman tangannya di atas kepulan asap putih yang keluar dari dalam wadah,
lama abah iding terdiam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun dari mulutnya, kedua bola matanya yang terpejam seperti mempertajam ekspresi wajahnya yang menunjukan bahwa abah iding sedang merasakan sesuatu
“ abah kamu kecewa tam, apa yang telah abah kamu tumbalkan untuk kali kedua ini tidak dapat menolong jiwa ibu kamu, karena memang perjanjian yang abah kamu buat itu hanya untuk kesaktian dan kekayaan...bukan untuk memperpanjang masa hidup seseorang...
.kekecewaan yang abah kamu rasakan telah membuatnya memutuskan untuk membuang golok tersebut di dalam sumur ini...pilihan abah kamu yang memilih untuk menyiksa diri dengan cara tidak makan dan tidak minum telah membuat abah kamu semakin lemah bahkan seharusnya mati...
tapi kematiannya itu tidak semudah itu, perjanjian ghoib yang telah abah kamu lakukan telah membuat abah kamu terperangkap dalam hidup dan mati....begitu juga dengan golok milik abah kamu ini....seharusnya jika abah kamu sehat...
dimanapun golok ini dibuang pasti akan kembali lagi ke abah kamu tapi karena kondisi abah kamu yang sudah terperangkap dalam hidup dan mati bahkan sekarang abah kamu sudah meninggal maka golok ini terperangkap juga dalam sumur ini....
dan akhirnya golok ini sekarang kembali menampakan wujudnya karena memang sudah ada seseorang yang terikat dengan golok dan cincin ini...... dan percayalah tam... golok ini jugalah yang telah menyamarkan keberadaan tumbal kedua yang ada di sumur ini....”
abah iding seraya mengeluarkan sehelai kain putih dari dalam pelastik hitam
“ tumbal kedua...?” tanya bapak dengan rasa tdk percaya atas apa yg telah dikatakan oleh abah iding
“ iya tam...tumbal yg kedua, kakak kamu telah mempunyai dua orang anak...ini adalah tumbal yang kedua.”
“ astagfirullah..” ucap pak ujang yang merasa tidak nyaman dengan perkataan abah iding

“ kalian ikut bantu abah....” entah tertuju kepada siapa perkataan yang terucap dari mulut abah iding ini, tapi dari sorot matanya yang tertuju ke arah gw dan daru,
sepertinya perkataannya itu memang ditujukan kepada gw dan daru, untuk sejenak gw yang masih terdiam karena mencoba mencerna perkataan abah iding tadi telah tersadarkan oleh gerakan tangan daru yang menarik pergelangan tangan gw
“dan akhirnya golok ini sekarang kembali menampakan wujudnya karena memang sudah ada seseorang yang terikat dengan golok dan cincin ini....apa maksud semua kata kata itu....siapa yang terikat dengan perjanjian ghoib yang telah aki buat ini....” tanya gw dalam hati,
belum sempat gw mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu, terlihat abah iding menyerahkan kain yang dipegangnya kepada bapak

“ sekarang kalian pegang setiap ujung dari kain ini, dan bentangkan di atas sumur...”
untuk sesaat gw dan daru hanya bisa saling berpandangan dalam tanya begitu mendapati perintah tersebut, hingga akhirnya kembali terdengar perintah abah iding yang meminta kami untuk segera memegang setiap ujung dari kain tersebut dan membentangkannya di atas sumur,
kini setelah melihat kain tersebut terbentang di atas sumur, abah iding kembali seperti merapalkan sesuatu seraya menggenggam golok dan cincin tersebut di atas kain

“ sekarang kalian bisa melepaskannya....”
ucap abah iding yang berbalas terlepasnya pegangan tangan kami pada kain tersebut secara serentak

“ ini benar benar enggak masuk akal....” ucap gw dalam hati begitu melihat kain tersebut masih terbentang di atas sumur tanpa menunjukan tanda tanda akan terjatuh ke dalam sumur,
setelah beberapa saat kembali terdiam dalam rapalannya, kini gerakan tangan abah iding mulai terarah ke kain putih tersebut

“ ya tuhannnn....” ucap gw dengan rasa tidak percaya atas apa yang tengah gw lihat,
kini begitu gerakan tangan abah iding yang lebih tepat dikatakan sebagai sebuah rengkuhan itu mulai menyentuh kain putih tersebut...tangan abah iding terlihat seperti memegang sesuatu lalu merengkuhnya
“ apa itu bah...?” tanya bapak begitu melihat abah iding mulai membungkus benda yang berhasil di rengkuhnya itu dengan kain putih, seiring dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut bapak,
kini gw bisa merasakan aroma bau busuk yang sedari tadi telah tersamarkan oleh aroma wangi kemenyan yang terbakar, mulai bisa tercium kembali, dan sepertinya...sumber dari aroma bau busuk itu berasal dari benda yang kini ada dalam rengkuhan tangan abah iding
“ ini anak dari kakak kamu tam...anak ceu odah....” ujar abah iding tanpa memperlihatkan bentuk dari kondisi phisik anak uwa odah

“ astagfirullah...” ucapan pak ujang seakan akan mewakili rasa keterkejutan kami atas perkataan yang baru saja di ucapkan oleh abah iding
“ ya tuhannn...setega inikah abah terhadap anaknya...” ratap bapak sambil menyentuh sesosok anak uwa odah yang berselimutkan kain putih

“ semua ini sudah terjadi tam....apa yang telah abah kamu lakukan itu hanyalah sebuah bagian dari perjalanan hidup....”
nasehat abah iding begitu melihat keterpurukan jiwa bapak

“ apa yang harus kita lakukan selanjutnya bah....?”

“ seperti apa yang telah abah katakan sebelumnya....abah hanya bisa membantu kamu sebatas ini tam...,
setelah ini abah akan meminta ujang untuk membuang kedua benda ini ke tempat yang jauh...” ucap abah iding seraya memberikan isyarat pada golok kecil serta cincin bermata batu hitam yang masih ada di dalam genggaman tangannya
“ andai memang benda ini nantinya akan kembali lagi ke rumah ini...berarti....” belum sempat abah iding mengakhiri perkataannya, terlihat bapak memberikan isyarat tangan agar abah iding tidak meneruskan perkataannya
“ baiklah kalau begitu....untuk tidak menimbulkan banyaknya omongan dari warga kampung, maka kita akan menguburkan anak kakak kamu ini tengah malam nanti....” ucap abah iding yang berbalas anggukan kepala bapak
“ pak....apakah ibu dan kak dira perlu diberitahukan tentang penemuan anak uwa odah ini...?” tanya gw yang berbalas keraguan bapak, hingga akhirnya abah iding memberikan saran agar gw memberitahukan penemuan anak uwa odah ini kepada ibu...
karena menurut abah iding biar bagaimanapun ibu adalah adik dari uwa odah walaupun bukan adik kandung seperti bapak

adalah hal yang sulit untuk gw memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang masih terlihat lemah karena kejadian buruk yang telah dialaminya,
kini setelah gw berputar putar berbicara tentang hal hal indah yang gw alami selama masa kehidupan aki, akhirnya gw mulai dapat memberitahukan tentang penemuan dari anak uwa odah yang telah meninggal kepada ibu serta kak dira,
walaupun ibu sempat terlihat shock begitu mendengar berita tersebut...tapi semuanya itu tidak berlangsung lama, keyakinan ibu akan sesuatu yang buruk telah menimpa anak uwa odah telah memberinya kekuatan untuk tidak terlalu lama bergelut dengan rasa dukanya
“ sepertinya ini waktu yang tepat untuk menguburkan anak kakak kamu.....” ucap abah iding setelah beberapa saat lamanya terlibat pembicaraan dengan bapak, detik demi detik yang berlalu kini tanpa terasa telah mengantarkan kami pada pukul satu malam
“ sepertinya begitu pak......” ucap bapak sambil mengarahkan pandangannya ke arah gw dan daru yang berada tidak jauh dari posisi bapak dan abah iding berbicara, setelah mengucapkan kata kata tersebut, kini terlihat bapak berjalan menghampiri kami
“ sebaiknya kalian tunggu di rumah menemani ibu...biar bapak dan abah iding saja yang menguburkan anak uwa odah....” ucap bapak sambil mengelus rambut gw dan daru, seperti tidak mau untuk berlama lama menunda prosesi pemakaman anak uwa odah,
terlihat bapak kini mengambil cangkul yang ada di halaman belakang lalu membungkusnya dengan kertas...sepertinya bapak memang tidak ingin apa yang akan dilakukannya bersama abah iding malam ini diketahui oleh warga kampung
“ sudah siap tam...?” tanya abah iding sambil menghimpitkan kain putih yang berisikan anak uwa odah ditangannya...layaknya seseorang yang tengah membawa sesuatu, mendapati pertanyaan tersebut terlihat bapak menganggukan kepala sebagai tanda kesiapannya, hingga akhirnya....
bapak dan abah iding mulai beranjak pergi meninggalkan rumah menembus kegelapan malam

rasa lelah yang gw dan daru rasakan malam ini, telah membuat mata kami begitu mudah untuk dipejamkan,
tapi mungkin bukan hanya rasa lelah yang membuat kami terasa mudah untuk memejamkan mata ini....gw merasa apa yang telah bapak tunjukan malam ini, memberikan gw sebuah pelajaran akan arti sebuah tanggung jawab dari seorang bapak..
..ya...sebuah tanggung jawab besar untuk memberikan rasa aman...rasa nyaman terhadap keluarga yang di pimpinnya...dan hal tersebut telah dibuktikan oleh bapak malam ini

tanpa terasa udara pagi yang terasa segar mulai gw rasakan memasuki indera penciuman ini,
diantara pejaman mata gw yang mulai terbuka, tampak terlihat disekitar gw.... bapak,ibu,kak dira,daru,serta adik kecil gw yang belum mempunyai nama masih terlihat tertidur pulas dalam balutan dingin udara pagi, suara azan shubuh yang mungkin sebentar lagi akan terdengar,
kini memaksa gw untuk segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi...seiring dengan langkah kaki yang berjalan menuju ke kamar mandi...sama sekali tidak terlintas dalam pikiran gw akan rasa takut
atas penampakan sosok sosok aneh yang menyerupai uwa odah atau pun aki...hal ini mungkin karena keyakinan gw yang begitu yakin atas tindakan yang telah dilakukan oleh bapak malam tadi telah mengakhiri segala bentuk gangguan menyeramkan di rumah ini
“ brengsek...airnya habis...” gerutu gw begitu melihat air di dalam bak kamar mandi yang hampir mengering, tanpa berpikir panjang, kini gw segera berjalan menuju ke halaman belakang untuk mengambil air dari sumur...tapi...
baru saja gw membuka pintu rumah dan berjalan beberapa langkah keluar dari dalam rumah...gw merasakan seperti ada sesuatu yang terantuk oleh langkah kaki gw ini...dan benar saja, begitu gw menolehkan pandangan ini ke arah tanah...
kini gw melihat dua buah benda yang seharusnya sudah tidak ada lagi keberadaanya di rumah ini

“ ini enggak mungkin....enggak mungkin.....” sangkal gw atas apa yang tengah gw lihat....kini tatapan mata gw memandang kepada dua buah benda yang berada di atas tanah..
..yaa...kedua benda itu adalah golok kecil beserta cincin bermata batu hitam....dua buah benda yang seharusnya sudah menghilang bersamaan dengan kepergian pak ujang untuk menyingkirkan benda benda tersebut dari kehidupan keluarga kami
“ apakah ini yang dimaksud dengan perkataan abah iding yang mengatakan... andai memang benda ini nantinya akan kembali lagi ke rumah ini...berarti...” lama gw terdiam mencoba mencerna setiap kata yang terangkai dari perkataan abah iding tersebut,
tapi semakin lama gw mencoba mencerna setiap rangkaian kata tersebut, semakin bertambah juga kebuntuan gw untuk memahami semua perkataan itu

“ sialll.....sepertinya hanya bapak yang mengerti dengan maksud perkataan abah iding tersebut...
dan gw harus menanyakan apa maksud dari semua kejadian ini kepada bapak...” ucap gw seraya mencoba memungut kedua benda tersebut dari atas tanah
“ nang....?” suara teguran yang terdengar secara tiba tiba dari belakang tubuh gw ini dengan serta merta membatalkan keinginan gw untuk memungut kedua benda tersebut dari atas tanah

“ ini enggak mungkin.....” ucap bapak seiring dengan pandangan mata gw yang terarah ke arah bapak
, terlihat bapak yang berdiri mematung di depan pintu dengan tatapan mata tidak percaya atas apa yang telah dilihatnya

“ apa sebenarnya maksud dari semua ini pak....?” tanya gw seraya meneruskan keinginan gw untuk memungut kedua benda tersebut dari atas tanah,
lalu menyerahkannya kepada bapak, lama bapak terdiam memperhatikan kedua benda tersebut...walaupun tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut bapak, tapi dari ekspresi wajah yang diperlihatkan bapak sudah cukup memberikan gw keyakinan
kalau apa yang telah terjadi kali ini adalah sebuah peristiwa yang sebenarnya telah bapak perkirakan sebelumnya walaupun bapak memang tidak berharap kejadian tersebut benar benar terjadi
“ pak...bapak kenapa....?” tanya gw kembali diantara tatapan mata bapak yang masih memperhatikan kedua benda tersebut

“ bapak enggak kenapa napa nang....semua yang terjadi ini hanyalah sebuah kejadian biasa, biar nanti pagi....
bapak akan membawa kedua benda ini ke rumah abah iding.....” jawab bapak sambil mengembangkan senyum kecil di wajahnya

“ kalang memang begitu...danang ikut pak....”

“ kamu sebaiknya di rumah aja nang...jaga ibu..kakak dan adik adik kamu.....
biar semua ini bapak yang menyelesaikannya, kamu harus percaya sama bapak...mulai hari ini...semuanya akan kembali normal kembali....” ucap bapak menolak keinginan gw yang ingin ikut serta menemani bapak ke rumah abah iding,
tapi entah mengapa gw merasa kalimat penolakan yang diucapkan bapak tersebut terasa begitu janggal...bahkan kini gw semakin merasa yakin kalau apa yang telah dikatakan oleh bapak tersebut adalah sebuah perkataan yang mencoba membungkus
sebuah peristiwa besar yang mungkin akan terjadi

tepat pukul tujuh pagi, bersamaan dengan acara sarapan pagi yang biasa kami lakukan bersama...tidak terlihat sama sekali tanda tanda kalau bapak akan menceritakan perihal kembalinya
golok kecil dan cincin bermata batu hitam tersebut kepada ibu, kak dira ataupun daru, tatapan mata bapak yang sesekali terarah ke wajah gw seperti memberikan gw sebuah isyarat agar gw merahasiakan semuanya ini kepada mereka
“ senang rasanya...akhirnya kita bisa berkumpul lagi seperti ini...tanpa ada rasa takut dan khawatir lagi...” ucap ibu sambil mengarahkan pandangannya ke wajah bapak

“ iya bu....dira enggak bisa bayangkan, kalau kita menghadapi semua kejadian ini tanpa ada bapak di rumah ini....
untungnya bapak cepat kembali....” mendengar perkataan kak dira, terlihat bapak mengembangkan senyum kecilnya, hal ini sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajah yang gw perlihatkan

“ bapak gitu loh....” ujar daru dengan candaannya,
dan hal tersebut membuat senyum kecil di wajah bapak berubah menjadi sebuah tawa kecil, diantara wajah wajah yang ceria tersebut, tampak ibu memperhatikan ekspresi wajah gw yang sama sekali tidak menunjukan keceriannya
“ kamu kenapa nang...?” tanya ibu seraya bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri gw, terlihat ibu menyentuhkan telapak tangannya ke kening gw

“ kamu sakit....?” tanya ibu kembali yang berbalas tatapan mata dari bapak, kak dira dan daru ke arah gw
“ danang enggak sakit bu...mungkin danang cuma lelah aja...” jawab gw beralasan, karena sangat tidak mungkin untuk gw menceritakan apa yang tengah gw rasakan kali ini

“ sebaiknya kamu istirahat aja nang...wajarlah bu danang lelah...kan selama bapak enggak ada di rumah ini,
danang yang menggantikan peran bapak di rumah ini....” ucap bapak dengan menunjukan ekspresi wajah bangganya, terlihat ibu, kak dira dan daru mengembangkan senyum kecilnya begitu mendengar perkataan bapak

“ ohh iya bu...habis sarapan ini, bapak mau ke rumah abah iding...”
ucap bapak kembali yang berbalas rasa heran di wajah ibu

“ ke rumah abah iding...? memangnya ada apa lagi pak...bukankah semua kejadian ini sudah berakhir...”

“ memang sudah berakhir bu....bapak hanya ingin bersilaturahmi sekaligus mengucapkan terima kasih kepada abah iding,
karena semalam itu bapak lupa untuk mengucapkannya....” jawab bapak yang berbalas anggukan kepala ibu sebagai tanda ibu memahami maksud tujuan bapak ke rumah abah iding, setelah mengucapkan jawaban tersebut, terlihat bapak bangkit dari kursinya dan berjalan memasuki kamar,
setelah beberapa saat lamanya bapak berada di dalam kamar, terlihat bapak sudah keluar kembali dengan membawa sebuah tas ransel di tangannya

“ loh...apa itu pak...?” tanya ibu yang berbalas rasa heran di wajah gw, kak dira dan daru
“ ohhh...ini semua pakaian bekas aki dan nini, bapak mau menyerahkannya ke abah iding, siapa tau bisa mereka pergunakan lagi...”

“ betul pak....dari pada mubazir, lebih baik disumbangkan...” ucap kak dira yang berbalas belaian tangan ibu di rambutnya
“ ya..udah...kalau begitu bapak ke rumah abah iding dulu....” mendengar perkataan bapak, terlihat ibu berjalan ke arah bapak dan mencium tangan bapak, begitu juga dengan kak dira dan daru

“ nang...” tegur ibu begitu melihat gw yang masih terdiam di kursi,
melihat gw yang masih belum juga beranjak dari kursi, terlihat bapak berjalan menghampiri gw dengan senyum kecilnya

“ kamu sudah dewasa nang....bapak bangga sama kamu....” ucap bapak seraya memainkan rambut gw dengan telapak tangannya,
mendapati hal tersebut gw segera bangki dari kursi dan memeluk bapak...butiran air mata yang smenjak tadi masih tertahan di kedua kelopak mata ini kini berangsur angsur mulai mengalir seiring dengan isak tangis gw yang mulai terdengar,
mungkin apa yang gw lakukan saat ini akan membuat ibu, kak dira dan daru akan merasa heran...karena apa yang gw lakukan saat ini seperti layaknya seseorang yang baru saja bertemu setelah sekian lama berpisah atau seseorang yang memang hendak berpisah dalam kurun waktu yang lama
“ haduh nang....nanti sore bapak kamu juga pulang...ibu jadi ikutan sedih nih...” ucap ibu diantara senyum dan matanya yang berkaca kaca
“ iya nang...aneh lu...kayak lagi main drama aja...” canda kak dira yang berbalas gelak tawa daru, akhirnya setelah tidak ada satu kata pun yang terucap dari mulut gw...pelukan gw yang semula terasa erat...kini terasa semakin melonggar...bahkan kini terlepas sama sekali...
seiring dengan langkah bapak yang mulai berjalan ke luar dari dalam rumah dan menghilang dari pandangan mata ini.
EPILOG
detik demi detik waktu yang berjalan, kini mengantarkan gw kepada lantunan suara ayat suci yang mulai terdengar, sebagai pertanda bahwa waktu magrib akan segera tiba...
sinar lembayung senja yang mulai meredup kini mengantarkan kehadiran seseorang yang memasuki pekarangan rumah

“ abah iding...?” tanya gw dalam hati begitu telah dapat memastikan kalau seseorang yang telah memasuki pekarangan rumah ini bukanlah seseorang yang telah gw nantikan
kepulangannya setelah kepergiannya pagi tadi

“ assalamualaikum....” ucap abah iding yang berbalas jawaban salam yang hampir serempak dari mulut gw, kak dira dan daru yang memang telah sedari tadi menantikan kepulangan bapak
“ ehh abah iding....saya pikir tadi bapak yang pulang...” ucap gw sambil mempersilahkan abah iding untuk duduk, terlihat abah iding mengembangkan senyum tipis di wajahnya

“ ibu kamu ada nang....?” tanya abah iding seraya menatap wajah gw, kak dira dan daru
“ sebentar bah....biar dira panggilkan...” jawab kak dira mewakili jawaban gw yang belum sempat terucapkan, kini terlihat kak dira berjalan memasuki rumah, dan tidak lama kemudian...terlihat kehadiran ibu keluar dari dalam rumah,
sepertinya kak dira kini menggantikan posisi ibu untuk menemani adik kecil di kamar

“ ehhh...ada abah iding, tumben bah sore sore mampir kesini.....kebetulan kang tama belum pulang ke rumah semenjak pergi pagi tadi.....” seiring perkataan yang terlontar dari mulut ibu,
terlihat ibu mencium tangan abah iding...untuk sesaat lamanya tampak abah iding hanya terdiam sambil memainkan sehelai kertas yang ada ditangannya

“ ada keperluan apa ya bah...” tanya ibu kembali begitu melihat abah iding telah cukup lama terdiam
“ sebenarnya...tujuan abah kemari, bukan untuk mencari keberadaan suami kamu....tapi tujuan abah kemari itu untuk memberitahukan sesuatu yang menyangkut suami kamu....” mendengar perkataan yang terucap dari mulut abah iding, terlihat ekspresi keterkejutan di wajah ibu
“ memberitahukan apa bah....?” tanya ibu dengan suara yang bergetar, melihat hal tersebut kini firasat buruk gw akan sesuatu yang tidak baik telah menimpa bapak seperti bermain main dengan rasa khawatir yang mulai gw rasakan
“ sebenarnya...abah enggak tega untuk mengabarkan ini semua ning....tapi....ini sudah menjadi amanat dari suami kamu....” untuk sesaat abah iding menghentikan penjelasannya, sepertinya abah iding merasa berat untuk menjelaskan apa yang telah di ketahuinya
“ apa yang telah terjadi bah....kang tama kenapa...?” tanya ibu kembali dengan air mata yang mulai membasahi wajahnya

“ sebenarnya suami kamu itu adalah orang yang terpilih untuk melanjutkan perjanjian hitam yang telah dibuat oleh aki darwis
kepada penguasa kegelapan yang bersemayam di atas kaki gunung sana (menyebutkan sebuah gunung yang berada di jawa barat), pada awalnya...abah hanya menebak nebak perihal isi dari perjanjian ghoib itu, karena dari apa yang abah telah lihat...
sepertinya perjanjian yang telah aki darwis buat itu telah melibatkan keluarga kandungnya sendiri....dan hal itu ternyata terbukti dengan beberapa pembuktian yang telah abah dan suami kamu lakukan...”

“ pembuktian...pembuktian apa....!” ucap ibu dengan nada yang meninggi
“ ada dua pembuktian yang telah abah lakukan...yang pertama ketika cincin yang dikenakan danang bisa dilepaskan dengan mudahnya oleh suami kamu, sedangkan yang kedua....benda benda tersebut sebenarnya memang telah dibuang oleh ujang ke sebuah tempat yang jauh dari kampung ini..
.tapi entah bagaimana caranya, benda benda tersebut kembali ke rumah ini...hal ini membuktikan...memang benda benda tersebut kini mempunyai keterikatan kepada suami kamu, seharusnya kalau memang benda benda tersebut tidak mempunyai keterikatan dengan suami kamu...
benda benda tersebut sudah menghilang seiring dengan kematian aki darwis....”

“ golok dan cincin itu.....? ini enggak mungkin bah...enggak mungkin.....” sangkal ibu kembali dengan isak tangis yang terdengar semakin keras,
pandangan mata ibu yang terarah ke gw kini telah membuat gw memilih untuk menundukan kepala dari pada gw harus menceritakan perihal kembalinya kedua benda tersebut di rumah ini...karena gw yakin, apa yang akan gw ceritakan tersebut akan membuat hati ibu akan semakin terasa sakit
“ itulah kenyataanya ning....suami kamu hanya mempunyai dua buah pilihan, yang pertama...suami kamu bisa menolak semua itu dengan resiko ancaman bagi seluruh anggota keluarganya...
karena benda benda tersebut akan terus memberikan gangguan yang mungkin akan membahayakan keselamatan kalian...dan hal itu akan terus terjadi terus menerus sampai dengan suami kamu mau mengakui keberadaan benda benda tersebut...sedangkan pilihan yang kedua....
suami kamu mengakui keberadaan benda benda tersebut sekaligus mewarisi perjanjian kesaktian dan kekayaan yang telah dibuat aki darwis kepada penguasa kegelapan yang bersemayam di atas kaki gunung sana (menyebutkan sebuah gunung yang berada di jawa barat)..
.dan semua itu juga ada harganya,...apa yang telah aki darwis lakukan terhadap ceu odah adalah syarat dari perjanjian ini...sebenarnya...anak yang telah dilahirkan oleh kakak ipar kamu itu adalah darah daging dari aki darwis...
dan darah dagingnya itulah yang harus menjadi korban untuk mencapai kesempurnaan perjanjian itu....”

“ astagfirullah....” ucap gw dan daru hampir serempak tas apa yang telah abah iding jelaskan,
sungguh gw sama sekali enggak menyangnya jika di dunia ini ada orang yang akan tega berbuat seperti itu untuk sebuah kesaktian dan kekayaan

“ dan harga itulah yang harus dibayar suami kamu jika harus meneruskan perjanjian yang telah aki darwis buat....dan pagi tadi...
suami kamu datang ke rumah abah dengan membawa kedua benda tersebut...disitulah abah menjelaskan tentang apa yang telah abah ketahui....hingga akhirnya suami kamu memutuskan untuk pergi entah kemana....”
“ berarti bapak...bapak...telah meneruskan perjanjian itu...?” tanya gw dengan mencoba menahan genangan air mata di kedua kelopak mata ini

“ entahlah nang.........hanya bapak kamu yang mengetahuinya, mungkin jawabannya ada di kertas ini...
kertas ini dititipkan oleh bapak kamu untuk diserahkan kepada keluarganya.....” jawab abah iding sambil menyerahkan lembaran kertas itu ke tangan gw, mendapati hal tersebut gw langsung menyerahkan kertas itu kepada ibu, lama ibu terdiam dalam isak tangisnya...
hingga akhirnya ibu memutuskan untuk membacanya

"maaf....mungkin itulah kata yang tepat untuk bapak tuliskan di kertas ini, apa yang telah bapak perbuat dan putuskan ini semata mata untuk memberikan rasa aman kepada keluarga ini....
mungkin pada saat kalian membaca surat bapak ini...bapak telah berada di suatu tempat di mana aki/abah kalian memulai semua perjanjian itu....dan di tempat itu jugalah bapak akan mengakhiri semuanya....
keterikatan bapak atas semua perjanjian ini telah membuat bapak tidak mempunyai pilihan lain selain mengakhirinya....semoga apa yang telah bapak lakukan ini adalah sebuah jalan terbaik untuk keluarga yang telah bapak bangun ini...
kecintaan bapak terhadap kalian telah menanamkan keberanian di hati bapak untuk melakukan semua ini....

teruntuk danang...jadilah imam yang baik untuk keluarga kita....bapak titipkan keluarga ini kepada kamu...jaga baik baik...ibu..kakak..dan adik adik kamu”

TAMAT

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with kalong

kalong Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @cerita_setann

Apr 25
Sebuah kisah tentang ISTRI yang melakukan pernikahan gaib dengan IBLIS demi KETURUNAN !!!

A Thread Horror
"SANG PENGANTIN IBLIS"

#bacahorror @asupanhororrr @IDN_Horor @bacahorror #pengantiniblis Image
September 1999

"Srekkk ... Srekkk ... Srekkk...."

Malam itu, suara langkah Kinanti terdengar mantap ketika menapaki jalanan tanah kering. Wajahnya terlihat datar, matanya menyorot penuh keberanian.
Ia terus saja berjalan menyusuri jalanan, sebelum akhirnya menghentikan langkahnya tepat di depan pintu sebuah rumah tak berpenghuni.

Hening dan gelap suasana di dalam rumah itu, membuat kesan seram begitu terasa. Namun hal itu tak membuat tekadnya goyah.
Read 53 tweets
Mar 11
-WARISAN PENARI-
"SAMPUR & KAWATURIH"

Jujur, banyak sekali DM yang masuk dan pembahasannya menarik semua. Mulai dari Gagar Mayang, Sampur / selendang, dan Kawaturih.

Tapi malam ini kita akan sedikit membahas tentang kengerian warisan sampur & kawaturih.

a thread

#bacahorror


Image
Image
Image
Image
Nah disini saya mau cerita sedikit tentang profesi seorang penari tradisional. Bisa di bilang seperti penari ronggeng atau semacamnya. Di cerita ini si ibu yang sudah terjun bertahun-tahun menjadi penari harus mengalami kengerian.
Di mana, yang seharunya itu di wariskan kepada anaknya, tapi si ibu ini memilih untuk tidak. Kenapa? Karena beliau tahu bagaimana rasanya dan kengeriannya ketika di ambang kematiannya. Beliau tidak mau anaknya akan bernasib sama.
Read 42 tweets
Mar 6
-POCONG CULI-

Sekitaran Demangan - Gejayan

"Tok...tok...tok...." pas di buka pintunya, ada pocong ngomong "...Culi"

a thread

#bacahorror #asupanhorror @asupanhororrr @IDN_Horor @merapi_uncover Image
Bagi teman-teman yang sudah lama tinggal di jogja, khususnya di daerah Demangan, pasti gak asing sama cerita pocong culi.

Menurut beberapa sumber, dulu di tahun 2000an, masyarakat sekitar Demangan di gegerkan sama teror pocong culi.
Ngerinya, pocong culi ini meneror warga sekitar dengan mengetuk pintu dan berteriak “culi...culi...” yang di artikan kalau pocong itu meminta untuk di lepaskan tali pocongnya.
Read 70 tweets
Mar 5
-BEGAL PESUGIHAN JALAN WATES-

Jalanan lurus, ngebut, kecelakaan = minimal rumah sakit dan maksimal kuburan

a thread

#bacahorror @gudangmistery @IDN_Horor Image
Banyak perbincangan tentang jalan propinsi jogja-wates yang terkenal dengan pemasangan BEGAL PESUGIHAN.

Jalanan lurus, ngebut, kecelakaan = minimal rumah sakit dan maksimal kuburan.
Di Kilometer berapa pemasangan pesugihannya, saya juga kurang tau, hanya saja, sepanjang jalan itu sering banget terjadinya kecelakaan. Bahkan kalo pas apes, kadang melihat beberapa kali korban sudah tergeletak di pinggir jalan atau di bawah kolong truk.
Read 22 tweets
Feb 12
THE REAL "SANTET LORO JIWO"

“Lanang menang milih, wedok menang nolak.”

A Thread

#bacahorror @gudangmistery @IDN_Horor Image
Sumatera 2018

Namaku Anis. Aku tinggal di Sumatera. Kejadian ini aku alami setelah menikah. tapi jauh sebelum itu, ketika masih sekolah, ada lelaki yang pernah suka sama aku. Namanya sebut ajaa Bowo.
Awal mula kita deket ketika ibuku jatuh sakit karena kecelakaan. Dikarenakan jarak sekolahan dgn rumahku jauh, aku gak bisa pulang buat jenguk ibuku. Dari sinilah aku meminta tolong Bowo untuk datang ke rumahku untuk melihat kondisi ibuku. Itu dikarenakan rumah kita memang dekat.
Read 58 tweets
Feb 7
“Ya beginilah, niatnya mondok mau cari ilmu agama, malah nemu hal munkar yg udah lama tersembunyi di pesantren. ((Bukan tempatnya)) Tapi ada penghuni di dalam tempat tersebut yg pernah ngelakuin hal biadab dan berusaha ia sembunyikan.”

a thread

#bacahorror Image
“Namanya Marlina. Dia salah satu santriwati di pondok pesantren ini. Dulu ketika mondok, dia menjadi korban bully karena bisu. Hal itu membuat Marlina ini mentalnya down. Sampai suatu ketika, karena kekurangannya itu,
ada salah satu oknum yg jg pengurus pondok sekaligus pemuka agama, melakukan tindakan munkar dan tak bermoral kepada Marlina. Marlina di lecehkan di salah satu ruangan pondok, sesaat setelah di suruh untuk mengembalikan buku hafalan.
Read 64 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(