Sebelumnya, pasukan Yuan tercatat sempat berhenti di Ko-lan atau Pulau Belitung pada bulan Januari 1293. Pada Februari 1293, Ike Mese dan salah seorang komandan bawahannya berangkat terlebih dahulu untuk membawa perintah Kaisar mereka ke Singasari.
Pasukan utama dibawah Ike Mese itu lalu berlayar ke Karimunjawa, dan dari sana mereka berlayar ke Tuban.
Mereka membagi pasukan menjadi dua bagian. Pasukan pertama akan turun ke darat dan pasukan yang kedua tetap menggunakan perahu.
Sementara Shi Bi berlayar ke muara Sedayu, dan dari sana pergi ke sungai kecil bernama Kali Mas.
Bukan mustahil, pasukan darat di bawah Gao Xing inilah yg dicatat dalam kidung Panji Wijayakrama.
Versi Pararaton? Agak saya singkirkan. Ada cukup banyak kejanggalan terpenggal
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bila ada salah satu negara dari Eropa Barat yang akan segera merespon perkembangan di Ukraina, bukan mustahil itu adalah Jerman. Jerman bagian timur secara geografis sangat dekat dengan Ukraina dan hanya berjarak Polandia di timurnya.
Dan benar, di utara, Jerman langsung melakukan antisipasi dan dikabarkan telah bersiap memimpin 1.610 pasukan. Itu terdiri dari personil tentara Jerman, Norwegia dan Latvia.
Kepada Presiden Latvia Egils Levits, Kanselir Jerman Olaf Scholz berkata, Jerman punya hak untuk berperang. Pernyataan itu dia katakan pada 17 Februari 22 saat menyertai 350 pasukan dari negaranya bergabung dengan pasukan Nato yang terpusat di negara itu.
KAREL DOORMAN PUN MENYELINAP PERGI.
.
.
SEPERTI DI UJUNG SENJA KITA MASIH TERUS BERDEBAT MENCARI JAWAB DAN SESEKALI MELIRIK PADA RUMPUT YANG BERGOYANG. SIAPA TAHU DI SANA ADA JAWABNYA.
.
.
.
.
Janjinya, sesuai kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, konon Belanda akan kembali bicara soal Papua barat. Bukan setahun atau dua tahun, bahkan hingga 10 tahun kemudian niat itu tak pernah mereka wujudkan.
Presiden Soekarno pun marah. Ide mengambil paksa beliau gaungkan. Menjadi masalah, negara ini tak memiliki alutsista memadai bagi pengambilan paksa tersebut.
Pilihan pertama, pada AS lah kita utarakan niat untuk membeli alutsista..
DI LAUT ARMADA MONGOL BUKAN LAWAN SEIMBANG PELAUT NUSANTARA
.
.
.
Ketika lebih dari 500 kapal dan 40.000 pasukan harus dikerahkan oleh Dinasti Mongol saat menginvasi Jepang namun pada invasinya di Nusantara
mereka justru harus perlu menerjunkan armada kapal perangnya hingga jumlah mencapai 1.000 kapal namun pasukan yang disertakannya hanya 20 hingga 30 ribu saja, ini tentu terkait strategi.
.
.
Ini terkait dengan kelebihan lawan yang berbeda-beda yang akan mereka hadapi kelak.
Dan terkait strategi perang, pada saat itu, Mongol adalah jagonya. Buktinya adalah Eropa Timur meliputi Rusia, Ukraina, Polandia, Bulgaria, hingga Asia Tengah dan Asia dimana China, India hingga Pakistan mereka gulung dalam satu libasan saja pada perang yang mereka kobarkan.
Ketika kamu lelah, istirahatlah. Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, bukalah lebih lebar pintu hatimu dengan apa itu makna teman.
Ketika penat melanda pikiranmu, ketika semua peristiwa tampak seolah menyatu dalam rumit tumpang tindih jejak yang tak lagi mudah diurai, mundurlah.
Seperti ketika kita berada dalam pusaran air, di sana, hanya ada dinding berputar tertampak & kita lalu terjebak pada pengulangan dan pengulangan. Selalu & selalu, dan hanya peristiwa-peristiwa itu saja yang hadir dalam putaran waktu kita dan kita merasa hilang. Kita terjebak...
Kiroen : "Apa kalo bukan dajal namanya coba? Undang undang dibuat cuma buat jegal orang. Dzolim namanya tahu??"
Parno : "Undang undang apaan?"
Kiroen : " Undang undang Pilkada bego!! Loe tahu ga sih, ini inkonstitusional? Ini rezim dajal, rezim ga tahu diri!! Rezim yang ketakutan kalah makanya main curang."
Parno : "Emang ruginya apa buat loe Roen?"
Kiroen : " jiailaaahh...,ngaca! Ngaca loe sana!! Gubernur gw diikat dua tahun tauk??😡"
KONSISTENSI, KATA ITU LEBIH MUDAH KITA UCAPKAN DIBANDING DENGAN MENJADIKANNYA SEBAGAI MILIK MELEKAT.
.
.
ITU BARANG MAHAL
.
.
.
Bila Budiman Sudjatmiko terlihat selalu konsisten berdiri pada sisi sebarang "jalan milik" Soeharto, Fadli Zon melakukannya pada Jokowi. Keduanya adalah sedikit dari banyak politikus negeri ini yang tahu apa itu makna konsisten.
Keduanya berani berdiri pada sisi benderang sebuah pilihan. Bukan abu-abu warna sebagai iya dan tidak. Bisa kanan bisa kiri. Bisa menjadi siapa saja tergantung ke mana arah angin bertiup.