Lakon Story Profile picture
Mar 14, 2022 131 tweets 18 min read Read on X
TAMAN SESAT GUNUNG ARJUNA

A Thread
Based On True Story

@bacahorror #bacahorror

#lakonstory #lakonmistery #certahorror #ceritaseram Image
Gunung Arjuna.

Bagi kalian yang hobby mendaki gunung, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama gunung yang satu ini.

Benar sekali, selain menyajikan pemandangan yang sangat luar biasa, gunung yang masuk dalam jajaran gunung terbesar di jawa timur ini,
memang kental sekali dengan semua mitos dan cerita cerita mistisnya.

Mulai dari alas lali jiwo, suara gendingnya hingga pasar setannya, sudah menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki yang ingin menaklukan gagahnya gunung yang terletak tepat di utara kota Malang ini.
Dan begitu juga dengan pengalaman teman kita yang satu ini, pendakian yang sebelumnya menyenangkan, sepertinya telah berubah menjadi cerita menyeramkan yang mungkin akan bisa menjadi sebuah pelajaran.

Bismillah...langsung saja.

" Taman Sesat Gunung Arjuna "
Semua nama dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf, jika ada kesamaan.

........

" Dingin banget Dim,,,aku udah gak kuat lagi " rintihku dengan nafasku yang perlahan sudah mulai susah kuhembuskan
" Tahan dulu ya Gun, sebentar lagi sudah pagi, kita pasti ditemuin oleh tim Sar,, tahan dikit lagi ya, " sahut Dimas menenangkan.
" Makanan kita sudah mau habis, air juga hanya sisa setengah botol, kalau nanti gak ada yang nemuin kita, gimana nasib kita Dim " jawabku dengan perasaan yang sudah mulai pasrah dengan semua keadaan yang ada.
Namun anehnya, ditengah tengah aku masih kesakitan karena hawa dingin yang saat itu kurasakan, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya sosok laki laki paruh baya,
yang terlihat berjalan pelan kearah dalam hutan dengan tidak sekalipun menghiraukan keadaanku dan Dimas yang waktu itu sudah tidak lagi bisa bergerak.
Mengetahui hal itu, kamipun seketika reflek berteriak meminta bantuan karena kami menganggap, jika bapak bapak tersebut adalah warga yang tinggal disekitar lereng gunung yang kudaki saat itu.

" Pak...tolong...pak...tolong...pak...pak... " Teriakku dan teriak Dimas bersamaan.
Tapi sayangnya, bukannya menolong, sosok bapak bapak tersebut terlihat terus saja berjalan masuk kedalam hutan dengan diiringi pandanganku yang mulai tidak bisa melihat karena keadaan yang waktu itu memang benar benar sangatlah gelap.
" Kok gak denger sih Dim, kan Bapak Bapak itu deket banget " keluhku.

" Sebentar Gun, sepertinya dia bukan manusia, sudah diem aja, fikiranku gak enak nih " sahut Dimas.

" Hah maksudnya, " jawabku.
" Sudah diam " bentak Dimas dengan meremas tanganku seraya memberi tanda jika saat itu, kami memang sedang dalam keadaan yang berbahaya.
Dan akhirnya, setelah beberapa saat setelah itu, akupun kembali melihat sosok laki laki lain yang juga terlihat berjalan masuk kearah yang sama.

Sosok tersebut waktu itu terlihat lebih muda dari sosok yang kulihat sebelumnya.
Dan anehnya, sosok yang kedua tersebut sempat menoleh kearahku sambil memberikan senyuman tipisnya.

Mengetahui hal itu, jantungkupun seketika berdetak kencang, tubuhku gemetaran diiringi dengan nafasku yang terasa semakin sulit untuk kuhembuskan.
Dan beberapa saat setelah itu, Dimas yang sebelumnya duduk tepat disampingku, waktu itu dia terlihat sedikit bergeser dan menggerakkan kepalanya sembari memberi tanda, jika waktu itu dia sedang mendengar sesuatu.

" Gun, kamu denger gak suara ini " Ucap Dimas tiba tiba.
" Suara apaan " sahutku.

" Sssstttt dengerin lagi " jawabnya.

Waktu itu, setelah aku mengikuti arahan Dimas untuk mendengar lebih dalam lagi,
jantungku kembali berdetak kencang dengan mataku yang seketika menoleh kesana kemari untuk mencari sumber suara yang waktu itu, ternyata memang kudengar dengan sangat jelas.

Benar,
Waktu itu, aku mendengar dengan sangat jelas, ada suara kerumunan orang orang yang jika aku tidak salah menebak, suara kerumunan tersebut seperti suara orang yang sedang berada di sebuah pasar tradisional.
Hal itu dikuatkan dengan suara yang terdengar tersebut adalah suara riuh ramai yang diselingi dengan suara beberapa pedagang keliling yang sepertinya sedang menawarkan dagangannya.
( " Malam itu aku mendengar suara tersebut jelas sekali mas, meskipun gak terlalu keras, tapi sangat jelas. Seolah olah berada tidak jauh dari tempatku jatuh, tapi nyatanya, malam itu aku tidak melihat apapun selain kegelapan " ), ucap Narasumber.
Mendengar hal itu, tentu saja tubuhku seketika lemas, jantungku berdetak kencang diringi dengan air mataku yang saat itu juga sudah keluar secara perlahan.
" Ya allah,, suara apa lagi itu Dim, aku sudah gak kuat lagi dengan semua ini, aku ingin pulang " rintihku dengan menyandarkan kepalaku tepat di punggung Dimas.

" Sepertinya itu Suara Pasar Dieng (Pasar Setan ) " jawab Dimas Tegas.
" Ya allah, kok gini amat se nasib kita Dim, sepertinya aku sudah pasrah Dim, aku sudah sampai Batasku. Aku sudah tidak kuat lagi, aku minta maaf ya kalau punya salah sama kamu,. Ayah, Ibu, Gunawan minta maaf kalau selama ini sering nyakitin perasaan kalian.
Aku salah, aku banyak Dosa, ya Allah Aku mohon ampun, aku pasrah jika harus mati disini " rintihku pelan dengan diiringi tangisan yang sudah tidak bisa lagi kutahan.

Malam itu, aku benar benar kembali mengingat dosa, perbuatan dan semacamnya.
Rasa sesal, waktu itu juga benar benar kurasakan tidak karuan.

Di gunung itu, aku sudah seperti diantara hidup dan mati.

Tapi anehnya, ditengah tengah aku sudah pasrah dengan semua keadaan yang ada, Dimas waktu itu tetap teguh dalam pendiriannya.
Bahwasanya, aku akan bisa selamat dan diapun tetap yakin jika semuannya akan tetap baik baik saja.

Padahal nyatanya, waktu itu jika difikir dengan logika, kemungkinan aku bisa selamat hanyalah sebuah angan angan saja.
Persediaan air dan makanan yang menipis disertai dengan kakiku yang masih cidera, membuat kata selamat waktu itu sudah tidak ada lagi didalam fikiranku.
" Tunggu sebentar, jika pasar Dieng memang benar berada tidak jauh dari posisi kita, berarti kita salah jalur gun. Seharusnya, kalau kita tarik garis lurus dari awal kita berangkat tadi, kita seharusnya tidak ketemu Pasar Dieng ini " ucap Dimas.
" Heh Dim, kalau lu bilang itu pasar setan, ya terserah Setannya dong mau buka pasar dimana, kan bisa saja memang mereka buka Pasarnya pindah pindah, " jawabku.
" Gak gitu juga konsepnya Gun, pasar Setan Gunung ini, itu berada disatu tempat, dan tempatnya itu seharusnya jauh dari jalur pendakian kita " ucap Dimas jelas.

" Kamu tau darimana, kan kamu juga sama kayak aku,. Baru pertama kali naik gunung ini " tanyaku.
Namun sayangnya, bukannya menjawab pertanyaanku, waktu itu Dimas terlihat kembali mendengarkan suara riuh ramai tersebut yang memang terdengar semakin lama sudah semakin jelas saja.

" Dim, kamu masih yakin kita bakal selamat ?, " Imbuhku.
" Digunung ini kamu gak boleh ngeluh, gak boleh ngomong aneh aneh, kamu harus tetap percaya jika semuanya akan baik baik saja " terang Dimas.

" Kita terpisah dari rombongan sudah dari kemarin Dim, sudah 2 Hari kita disini gak bisa kemana mana.
Makanan juga sudah mau habis, kamu dan aku sama sama pemula mendaki gunung ini. Kita ini dimana, jalannya kemana dan kita minta bantuan kesiapa, kita juga tidak tau. Ditambah, sejak kemarin, kita gak bertemu orang sama sekali, disini bukan jalur pendakian juga.
Lihat tuh, rumputnya tinggi tinggi dan gak ada jalanan sama sekali, terus kita mau apa lagi kalau gak pasrah " ucapku lesu.
" Kita tunggu sampai pagi, kalau sudah pagi, nanti kita pelan pelan coba mulai jalan gimana, nanti kamu kugendong saja, tas kita, kita tinggal disini, biar aku bisa nggendong kamu. Toh isi tasnya juga
sudah tidak ada kan, makanan kita nanti juga sudah yang terakhir, jadi nanti kita bawa tendanya saja,
Barang lainnya tinggal disini saja, biar aku gak susah gendong kamu, intinya, dipagi nanti, kita pertaruhkan semuanya " terang Dimas.

" Terus kita jalan kemana " Sahutku,
" Ya pokoknya jalan aja turun, entah kita sampai dimana, kalau kita jalannya turun terus, sepertinya kita lama lama bisa sampai dibawah " ajak Dimas.

" Lah kalau Jurang gimana " jawabku,
" Ya makanya harus tetap hati hati, pokoknya nanti kita jalannya pelan pelan sambil terus teriak, mudah mudahan tuhan menyelamatkan kita " Ucap Dimas Mantap.

Dan setelah beberapa jam kemudian, akhirnya pagipun tiba.

Masih sangat teringat jelas dikepalaku,
Pagi itu adalah Hari sabtu, hari yang tidak kusangka sangka menjadi sebuah hari yang bisa dikatakan sebagai hari penentuan hidup dan matiku.
Semuanya kupertaruhkan dihari itu, pilihannya jika aku tidak berhasil bertemu seseorang dihari itu, kemungkinan aku bisa selamat akan semakin kecil mengingat dipagi itu, 3 Roti bulat sudah kumakan habis bersama Dimas.

bersambung.....

bagian 2 end
karena fitur twitter dibatasi,,,cerita lakon story kini dibagi menjadi 2 part. Untuk cerita full story, sudah tersedia dan bisa kalian baca di karyakarsa
3 Roti bulat sudah kumakan habis bersama Dimas.

......

Air yang sudah kuminum, pagi itu benar benar tersisa hanya sekitar setengah gelas saja.

Dan hingga akhirnya, sekitar pukul 05.30 pagi, akupun mulai digendong Dimas dan kitapun mulai berjalan turun secara perlahan.
Pagi itu, kita benar benar turun dengan sangat pelan, karena selain Dimas harus dengan menggendong tubuhku, waktu itu jalan yang kulalui benar benar tidak ada sama sekali. Yang ada hanyalah tumbuhan ilalang yang lebih tinggi dari tinggi tubuhku.
Waktu itu, Dimas secara perlahan menyingkirkan ilalang tersebut satu persatu dengan aku yang sesekali berteriak meminta bantuan.

Selama perjalan turun, aku benar benar tidak bisa melihat apapun selain rumput dan pepohonan yang berdiri dengan sangat lebat,
Tubuhku lemas dengan kakiku yang kulihat juga sudah terlihat semakin bengkak tidak karuan.

Dan akhirnya, sudah sekitar 3 jam kami berjalan, waktu itu kami tidak kunjung melihat tanda tanda adanya jalan setapak.
Semuanya masih sama dengan hanya ada tumbuhan ilalang yang berdiri tidak beraturan.

Namun anehnya, setelah terus berjalan, aku dan Dimaspun mulai sadar jika sedari tadi, kami ternyata masih berada ditempat yang sama.
Hal itu dikuatkan dengan bekas ilalang yang dipinggirkan oleh Dimas, waktu itu kembali terlihat dan tumbuhan yang sebelumnya kulihat pun, saat itu juga kembali kulihat.

" Lo kok kita balik lagi keisini sih Dim, " tanyaku heran,
" Masak sih Gun, kayaknya enggak deh, kan dari tadi kita lewat jalan turun terus gak ada yang naik sama sekali,. Kalau kita memutar, seharusnya ada jalanan yang menanjak kan,. Nah ini, kita dari tadi jalannya turun terus lo Gun " Ucap Dimas.
" Perhatikan baik baik rumput ini, tadi ya rumput ini yang kamu singkirkan, dan lihat bekas itu didepanmu, itu kan bekas jalan yang kau buka tadi, kamu inget gak " jawabku.
" Iya juga sih Gun, kok aneh ya " sahut Dimas.

" Mending kita berhenti saja Dim, daripada kita muter muter terus " ajakku.

" Mending aku mati dalam mencoba, daripada aku gak berbuat apa apa " ucap Dimas dengan semakin mempercepat langkahnya.
Dan akhirnya, siang itu waktu sepertinya sudah menunjukan pukul 01.00 siang.

Terik matahati yang menyinari, membuat kami kelelahan yang akhirnya kamipun duduk bersandar disalah satu pohon yang memang terlihat lebih teduh dari yang lainnya.
Pohon tersebut terlihat lebih besar dengan bentuk yang berbeda dengan yang lainnya.

Dan tidak hanya itu, sepertinya Pohon tersebut juga terlihat jauh lebih tua daripada pohon yang berdiri disekitarnya.

" Aku bener bener sudah capek Gun, kita
Image
" Aku bener bener sudah capek Gun, kita istirahat disini saja ya, kalau nanti aku sudah gak capek, kita lanjut lagi " ucap Dimas dengan raut wajah yang terlihat sudah sangat kelelahan.
Dan singkat cerita, akhirnya siang itupun kami berdua ketiduran dibawah pohon tersebut dengan tenaga yang memang sama sekali sudah tidak tersisa.
Hingga akhirnya malampun tiba.
Malam itu, kami berdua terbangun sekitar pukul 19.00 wib.
Suara adzan Isya, malam itu tiba tiba bisa terdengar meskipun dengan suara yang sangat pelan.
" Dim Kamu denger suara adzan itu " ucapku dengan tubuh yang semakin lemas dengan diiringi rasa lapar yang sudah semakin terasa menyakitkan.
" Iya Gun, itu suara adzan dari bawah, " jawab Dimas.

" Merdu sekali ya Dim, aku nyesel dulu gak pernah sholat meskipun Rumahku deket Masjid. Dulu aku denger suara adzan terdengar biasa biasa saja, tapi kalau sekarang, suaranya benar benar sampai ke hati.
Aku bener bener nyesel " terangku sambil sedikit membenarkan posisi kakiku.

" Iya Gun, kalau sudah seperti ini, semua orang akan sadar jika Hidup didunia ini tidak selamanya, semua orang harus siap menerima semua akibat atas perbuatannya.
jika semasa hidupnya mereka berbuat baik, tentu saja mereka akan mendapatkan balasan yang sepantasnya. Akan tetapi jika mereka yang hidupnya selalu berbuat jahat, ya celakalah mereka , hidup ini singkat Gun.
Coba rasakan lebih dalam lagi, pasti kamu akan merasakan bahwasanya hidup di dunia ini benar benar sangatlah singkat " ucap Dimas dengan tidak sekalipun menatap wajahku.
" Jika kali ini aku bisa sampai rumah dengan selamat, aku pasti akan hidup lebih baik lagi, kali ini aku benar benar bisa merasakan jika sebuah penyesalan adalah hal yang sangat menakutkan " imbuhku.
Dan setelah obrolan kami malam itu, aku dan Dimaspun kembali saling bersandar dengan tidak sekalipun berusaha bergerak.

Rasa lapar, lelah, putus asa, hingga kecewa, malam itu benar benar bercampur aduk menjadi satu.
( Malam itu aku sudah pasrah mas, kami memang sengaja gak diriin tenda lagi karena kami memang ingin segera mengakhiri perjalanan kami. Biar mati kedinginan ) ucap Narasumber.
Dan untungnya, Tuhan berkehendak lain.

Malam itu sekitar pukul 22.00 malam, ditengah tengah aku yang sudah mulai tidak kuat bicara, Dimas yang sebelumnya tertidur lelap, malam itu dia seketika bangun dari tidurnya dan kembali menggendongku dengan sisa sisa tenaganya.
Mengetahui hal itu tentu saja aku hanya diam dengan tidak sekalipun menolaknya karena akupun tau, jangankan berbicara, membuka mata saja waktu itu aku sudah tidak kuat lagi rasanya.
Dan disitulah aku merasakan jika Dimas tiba tiba bisa berjalan dengan lebih cepat dari sebelumnya, dan tidak hanya itu, dia juga terlihat lebih kuat dan seolah olah tau arah jalan mana yang sepertinya bisa membawaku keluar dari area hutan tersebut.
Hal itu ti bisa pulang,..ayo tuntun aku,. Tuntun aku,,,dimana jalan itu,,, dimana..." Ucap Dimas berulang ulang dengan nada yang terdengar sangat pelan.

Waktu itu, bengkak di kakiku, juga terasa semakin sakit hingga akhirnya membuat seluruh badanku menjadi meriang tidak karuan
Dan tidak hanya itu, waktu itu aku tiba tiba juga mencium aroma tubuh Dimas berubah menjadi aroma Parfum yang sepertinya tidak pernah kucium sebelumnya.
Bau parfum tersebut seperti bau parfum wanita yang akupun tau selama aku mengenal Dimas, aku tidak pernah sekalipun mencium aroma tubuh Dimas beraroma seperti itu
Dan akhirnya, malam itupun aku tertidur digendongan Dimas karena tubuhku yang terasa sudah semakin tidak kuat saja
Namun anehnya, ditengah tengah aku tertidur malam itu, aku bermimpi seolah sedang berada di tengah tengah perkampungan yang semua penduduknya menatapku dengan tatapan yang terlihat penuh kebencian.
Dan tidak hanya itu, didalam mimpiku, waktu itu aku melihat Dimas juga terlihat duduk disalah satu rumah yang ada dikampung tersebut dengan wajahnya yang terlihat bahagia sambil menunjukkan jarinya tepat kearahku.
Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu aku juga seperti melihat kedua orang tuaku yang terlihat sedang melambai lambaikan tangannya tepat diujung jalan perkampungan yang kulihat dalam mimpiku tersebut.
Mengetahui hal itu, akupun seketika berlari kearah orang tuaku dengan sekuat tenaga.

Namun anehnya, kakiku waktu itu ternyata sudah kulihat tidak ada bentuknya.
Kakiku terlihat seperti bekas dipotong seseorang yang akhirnya membuat aku berjalan ngesot agar aku segera sampai ditempat orang tuaku berdiri tersebut.
Intinya, didalam mimpiku waktu itu, aku bersusah payah menuju kearah orang tuaku yang ada diujung kampung dengan kondisi tubuhku yang sudah terlihat tidak memiliki kaki.
Aku juga melihat ada darah dimana mana dan anehnya, waktu itu, aku juga melihat adanya sekumpulan orang yang terlihat sedang memainkan alat musik khas jawa.

Ada gamelan, saron, gong dan disertai alat alat musik tradisional yang akupun tidak tau apa itu namanya
Disitu, aku mendengar suara alunan tersebut berbunyi dengan sangat keras hingga akhirnya, membuat aku terbangun dari tidurku dan akupun mulai sadar,
jika waktu itu aku sedang bermimpi dengan aku yang masih berada digendongan Dimas dengan dia yang masih terus berjalan mencari jalan keluar.
Tapi anehnya, waktu aku baru bangun dari tidurku, malam itu aku ternyata benar benar kembali mendengar suara gamelan yang sama seperti suara gamelan yang kudengar didalam mimpiku barusan.

Suara nada gamelan tersebut terdengar sama namun dengan volume yang sedikit jauh berbeda.
Malam itu, aku mendengr suara gamelan tersebut terdengar sedikit lebih jauh dengan aku yang sama sekali tidak bisa melihat bagaimana bentuknya sumber suara tersebut.

Dan singkat cerita, akhirnya Dimas pun sepertinya sudah sampai pada batasnya.
Malam itu entah jam Berapa, yang jelas waktu itu aku dan Dimas sudah kembali berbaring direrumputan yang ada disitu dengan tenaga yang sepertinya sudah sampai pada terakhir kalinya.

" Aku sudah gak kuat lagi Gun, aku bisa menemanimu sampai disini saja, " ucap Dimas.
Dan dengan tidak menjawab perkataan Dimas, akupun perlahan menutup mataku dan akhirnya akupun tidak mengetahui kejadian apa yang selanjutnya terjadi.
Dan singkat cerita, sekitar pukul 09.00 pagi, aku tiba tiba terbangun sudah berada disebuah Gubuk bambu dengan ditemani seorang bapak bapak tua yang sepertinya beliau adalah penduduk sekitar yang hendak mencari kayu bakar.
Pagi itu, aku juga diberikan air minum dan makanan bekal dari bapak pencari kayu bakar tersebut.

Dan tidak hanya itu, waktu itu kakiku juga terlihat dibasuh air dengan selanjutnya diikat dengan sobekan kain yang akupun tidak tau entah darimana asalnya.
" Alhamdulillah, mas sudah bangun " ucap bapak bapak tua tersebut.

" Aku ada dimana pak " ucapku,

" Kamu bapak temukan tadi pagi sekitar 1km dari sini, tadi pagi waktu bapak baru sampai sini, bapak denger ada suara anak minta tolong.
Terus setelah kuikuti suaranya, bapak lihat kamu sudah dalam keadaan tertidur lemas. Dan karena saya hanya kuat gendong kamu sampai sini, akhirnya kamu hanya bapak bawa sampai sini saja, karena kufikir, kamu hanya pingsan " ucap bapak bapak tersebut.
Mendengar hal itu, tentu saja akupun seketika berterimakasih kepada bapak bapak tersebut sembari berkali kali menciumi tangannya.

" Oh iya pak, temanku satunya kemana ?, Kemarin dia tidur pas disebelahku " tanyaku.
" Bapak gak lihat siapa siapa selain kamu mas, tadi cuma ada kamu " imbuh bapak bapak tersebut.

Dan akhirnya, karena aku berfikir jika Dimas sudah turun terlebih dahulu,
akhirnya akupun kembali beristirahat digubuk tersebut sembari menunggu bapak bapak tersebut selesai mencari kayu bakarnya.

Dan sekitar pukul 15.30 sore, akhirnya aku bersama bapak bapak tersebut turun dari gunung itu dengan berjalan kaki perlahan.
Karena kakiku yang masih sakit, akhirnya waktu itu aku turun dengan sangat perlahan hingga akhirnya, aku sampai di kediaman bapak bapak tersebut sekitar pukul 20.30 malam.
Dikediaman bapak bapak tersebut, aku dijamu dan akhirnya akupun memutuskan untuk menginap semalam sebelum keesokan harinya aku pulang.

" Kamu aslinya mana " tanya bapak bapak tersebut memulai percakapan.
" Aku aslinya dari Desa Mawar pak, gak jauh dari sini kok hehehe " jawabku,

" Kok bisa naik gunung ini lewat jalur sini, kan jalur ini gak ada yang tau kalau tidak warga sekitar sini " jawab bapak bapak tersebut.
" Aku juga bingung kok pak, jadi aku naik itu 5 orang. Pas ditengah tengah jalan, kami istirahat dan aku pamit buang air kecil. Waktu selesai buang air kecil, aku kembali teman temanku sudah tidak ada semua, hanya tinggal 1 orang saja namanya Dimas.
Kata Dimas, teman teman yang lain pada gak sabar nunggu aku buang air kecil, katanya aku lama 1 jam an, padahal waktu itu aku buang air kecil cuma 3 menit. Dan setelah aku lanjut naik sama Dimas, aku tersesat pak, jalur yang sebelumnya ada di depanku, waktu itu tiba tiba buntu.
Karena aku gugup, akhirnya aku dan Dimas kembali sambil teriak teriak, tapi yang ada aku malah jatuh. Seingetku, waktu itu aku seperti didorong orang dari belakang, tapi nyatanya, waktu itu tidak ada siapa siapa.
Dan saat jatuh, kakiku terkilir dan betis kaki kiriku sobek. Akhirnya aku tidak bisa jalan dan tetap diam ditempat terakhir aku jatuh tersebut dengan harapan, keesokan harinya aku bisa kembali bertemu teman temanku ketika mereka sudah turun dari puncak.
Tapi anehnya, bukannya ketemu, aku malah seperti dipindah dari jalur tersebut.

Waktu itu, aku tiba tiba sudah berada di pojokkan tanaman Ilalang dengan tidak terlihat sedikitpun adanya jalan.

Disitu, akhirnya aku dan Dimaspun kebingungan dan ketakutan.
Dan puncaknya, setelah bekal kami habis, akhirnya aku digendong Dimas Turun, dan setelah Dimas kehabisan tenaga, aku pingsan.

Kalau gak salah, aku sudah sekitar 3-4 harian digunung ini pak,. Aku lupa pastinya " terangku jelas.
" Astgfirullah,. Kamu naik hari apa coba, " ucap bapak bapak tersebut.

" Kamis malam, " sahutku,

" Pantesan, naik Gunung ini kok malam Jumat, ber 5 lagi, ya jelas di sisihkan 1 " imbuh bapak bapak tersebut jelas.
" Iya pak, aku sepertinya dipindah, aku kemarin juga denger ada suara banyak orang dan denger suara gamelan " jawabku.

" Oalah, ya tapi syukurlah, kamu masih diperbolehkan keluar. yasudah, sekarang kamu istirahat saja, besuk bapak antar pulang kerumahmu.
Dan setelah obrolan panjangku malam itu, akhirnya akupun tidur dirumah bapak bapak tersebut dengan perasaan yang penuh syukur meskipun sebenarnya aku masih memikirkan bagaimana keadaan Dimas.
Keesokan harinya, setelah aku sarapan dan membersihkan diri, akhirnya akupun diantar pulang oleh bapak bapak tersebut hingga sampai di rumahku.
Sesampainya dirumah, tentu saja aku sudah ditunggu oleh orang tua, saudara dan semua teman temanku yang sebelumnya ikut mendaki bersamaku.
Tapi anehnya, yang paling membuat aku terkejut adalah, waktu itu Dimas ternyata juga sudah ada didalam rumahku bersama dengan teman teman yang lainnya.
Tapi sayangnya, belum selesai aku kebingungan, tiba tiba aku melihat bapak bapak penolongku tersebut, terlihat menarik sedikit bajuku dari belakang sambil sidikit membisikkan sesuatu.
" Yang namanya Dimas, yang Itu ya mas " bisik bapak bapak tersebut sambil menunjuk kearah Dimas yang siang itu memang sedang duduk santai diruang tamu rumahku.

" Iya pak " jawabku
Dan belum sampai aku memikirkan semua itu, tentu saja akupun seketika disambut oleh semua orang yang memang sudah menunggu kepulanganku.
" Ya allah, alhamdulillah anakku slamet, slamet, slamet, seger waras alhamdulillah moleh ya allah " teriak histeris ibuku dengan air matanya yang terlihat penuh rasa syukur atas kepulanganku.
Dan tidak hanya itu, waktu itu akupun disambut oleh beberapa saudara, tetangga dan teman temanku yang waktu itu terlihat cemas memikirkanku.

Singkat cerita, setelah semuanya selesai, akhirnya akupun memulai obrolan yang memang sudah lama kutunggu tunggu.
" Kalian turun kapan ? " Tanyaku memulai percakapan.

" Kami sampai rumah kemarin malam sekitar pukul 19.00 an lah Gun,. Kami semua bingung, ketika tau kamu hilang pas baru bangun tidur kemarin.

" Maksudnya, " sahutku,
" Kemarin pagi, ketika kami semua bangun tidur, kamu tiba tiba sudah gak ada, kamu itu kemana " sahut salah satu rekanku.
" Tenang dulu, mungkin kalian gak akan percaya dengan apa yang akan aku ceritakan. Waktu itu, aku pisah dengan kalian sekitar hari kamis malam, waktu kita baru saja jalan mendaki gunung " ucapku,

" Hah,,ngarang, orang kamu ikut naik sama kita kok " jawab temanku,
" Bentar bentar, biar kujelaskan. Kalian inget gak, malam itu aku pamit buang air kecil ? " imbuhku,

" Iya,,terus kenapa, kan itu masih beberapa jam kita jalan kan " sahut temanku,
" Benar, setelah selesai buang air kecil itu, aku kembali kalian sudah gak ada, yang ada cuma Dimas yang nunggu aku. Kata Dimas, malam itu kalian semua naik dulu karena kelamaan nunggu aku buang air.
Akhirnya, aku jalan naik sama Dimas, eh terus jalanannya buntu, aku bingung, muter muter terus aku sempat jatuh sampai kakiku bengkak.
Dan akhirnya, aku dan Dimas tersesat beberapa hari duduk diem sambil nunggu kalian balik turun, eh taunya aku gak ketemu kalian lagi " terangku sambil menunjukan luka kakiku yang saat itu masih dibalut kain.
" Kamu ini ngomong apa, orang aku ikut naik temen temen kok, waktu itu kamu juga ikut naik kok Gun, malahan kamu jalannya paling cepet, terus pas selesai dari puncak, kamu tidur duluan di Tenda " jawab Dimas menyangkal semua penjelasanku sambil berdiri mendekatiku.
"Tunggu deh, kalian inget gak, sepanjang perjalanan, Gunawan memang aneh loh, kalian nyadar gak sih? Dia lebih tau jalan daripada kita, kan dia baru pertama kali naik gunung itu, dan satu lagi, dia jadi lebih diam daripada sebelumnya lo."
Ucap salah satu temanku yang saat itu ikut mendaki bersamaku.

Namun anehnya, ditengah tengah kami masih kebingungan dengan semua yang terjadi, akhirnya bapak bapak penolongku tersebut terlihat tersenyum dan ikut memberikan sedikit omongan.
" Maaf, mas Dimas kenal pak Pak Mangun ?, Beliau dulu kalau gak salah, petinggi di desa ini " ucap bapak penolong tiba tiba.

" O iya, itu kakek saya, bapak kenal dengan kakek ? " Sahut Dimas jelas.
" Oh pantesan, kok mirip banget hehehe,, iya mas, saya kenal dengan kakek mas, Pak Mangun itu orang pintar, sepertinya mas Dimas ini punya penjaga yang diberikan oleh pak Mangun.
Nah waktu di gunung kemarin, sebenarnya Mas Gunawan ini dipindah ke alam lain waktu buang air kecil, lalu mas Gunawan ditemani penjaganya mas Dimas. andai saja mas Gunawan ini gak ditemani penjaganya mas Dimas, mungkin Mas Gunawan gak bakal selamat seperti ini,
dan sosok Mas Gunawan yang bersama rombongan ikut naik, itu sebenarnya adalah jin dan bukan mas Gunawan lagi. Hal seperti itu sudah beberapa kali terjadi di Gunung itu, biasanya penyebab semua itu karena ada alasan tertentu.
Hari naik yang gak pas, pendakinya sombong, pendaknya jumlahnya ganjil dan sebagainya. Tapi untuk kasus kali ini untungnya kalian selamat. " Terang bapak bapak tersebut jelas.
Dan setelah mendengar semua penjelsan dari bapak bapak tersebut, akhirnya kamipun sedikit lega dan bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk kembali pulang.
Dan tidak hanya itu, setelah aku turun dari gunung tersebut, kini aku menjadi pribadi yang bisa dikatakan lebih dekat lagi dengan agama.
Semua kepribadianku sekarang sudah berubah drastis dibanding sebelumnya karena pengalaman, yang sudah memberikanku sebuah pelajaran yang tidak akan pernah bisa kulupakan.
Semoga, dengan adanya pengalaman ini, bisa menjadi pelajaran agar kita lebih berhati hati lagi ketika bepergian.
( Dalam cerita, ini kami sudah mendapatkan ijin publikasi dari semua orang yang terlibat,. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 90.an dan pendakian mereka melewati jalur ilegal yang hingga kini masih kerap digunakan oleh pendaki lokal )
Terimakasih teman teman, semoga cerita ini Menemani Hari Hari Kalian.

Sampai jumpa di cerita cerita kami selanjutnya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Lakon Story

Lakon Story Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Lakonstory

Nov 16
BAHAYA !

sdah bnyk DM masuk cerita seperti ini.

Akibat "SIHIR PEMISAH" rumah tangga mereka hancur. Setiap hari di tiduri rekan kerja.

A Thread 21+ Image
Sihir,

Ya kalau kita bahas sihir mungkin hingga detik ini masih banyak menimbulkan kontroversi, ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya.
Namun semua itu sah sah saja karena setiap orang memang memiliki hak nya masing-masing untuk percaya atau tidak dengan suatu hal.
Read 101 tweets
Nov 14
Asal Usul Rumah Hantu Darmo,

Rumah paling angker di surabaya yang pernah diangkat ke layar lebar.

A Thread. Image
Jika kita mendengar nama rumah Hantu Darmo, mungkin seketika fikiran kita akan mengarah ke rumah terbengkalai yang ada di surabaya. Image
Hal itu memang bisa dibilang wajar karena angkernya rumah hantu darmo memang sudah terkenal hingga kemana mana. Image
Read 17 tweets
Nov 11
BERDASARKAN KISAH NYATA !

Gara gara lupa lepas tali pocong, 2 daerah di kabupaten malang ini di terror pocong keliling.

Ngeri !

Cong culi den

A Thread Image
Cong culi den, cong culi den,

Pocong uculi moden.
(Lepaskan tali pocong ku pak Mudin )

Bagi warga kota Batu, kota Malang hingga kabupaten Malang,mungkin kalian sudah tidak asing dengan terror pocong yang saat itu pernah menggemparkan warga desa
Tidak sekedar mengganggu, sosok pocong tersebut benar-benar mendatangi rumah warga satu persatu dengan cara mengetuk pintunya sembari berkata

"Cong culi den" yang jika diartikan, (saya pocong dan tolong lepaskan tali pocong saya wahai pak mudin ).
Read 72 tweets
Oct 17
KOTA SANTET BANYUWANGI !.

Minimal baca ini biar tau kalau suku osing memang terkenal sakti sudah dari dulu

Sebuah utas

#lakonstory Image
Ya kalau ngomongin banyuwangi, pasti seketika fikiran kita akan mengarah ke sebuah kota yang ada di ujung pulau jawa.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Banyuwangi juga dijuluki sebagai kota santet loh, kok bisa sih,
Ini penjelasannya.

Sejak dulu, Banyuwangi ini memang kental dengan budaya Mistisnya, bahkan disana, juga ada perkumpulan dukun, perkumpulan ahli spiritual ataupun semacamnya.
Read 18 tweets
Oct 12
KISAH NYATA !

Bukti dan dokumentasi lengkap.

Sampai Thread ini sya tulis semua ini masih terjadi, Ini bukan setan, tapi iblis.

lukisan Baphomet,bntuk dlm rumah sprti rumah pemujaan.

(Slruh keluarga twas, bundir di sumur, kebakaran, Dihuni puluhan setan)

..
Sebuah utas. Image
RUMAH GENTENG IJO.

Benar, rumah yang akan kami ceritakan kali ini adalah sebuah rumah yang orang2 menyebutnya dengan sebutan rumah genteng ijo.(Hijau).
Disebut demikian, karena rumah ini memiliki genteng yang berwarna hijau.

Dan anehnya, Meski warna genteng sudah di cat bolak balik dan diganti warna apapun, pasti akhirnya kembali lagi ke warna semula yaitu warna hijau.
Read 63 tweets
Oct 5
Ada yang ingat thread tentang rumah tusuk sate yang ramai kemarin ?.

Asi keluar darah.
Hanya kuat tinggal 40 hari.
Tokoh agama muntah darah bunuh diri dan masih banyak lagi.

Setelah kami telusuri ternyta lokasinya di Tulungagung.

Ada dokumenter video

A Thread Image
Ya bagi yang belum baca, cerita tentang rumah tusuk sate yang waktu itu kami bagikan memang paling seram diantara cerita yang lainnya.
Bagaimana tidak, penghuni yang mengaku bernama bu Ningsih Ambarwati tersebut benar2 hanya mampu bertahan 40 hari saja.
Read 21 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(