Penari ceweknya lemah gemulai me ngepyak² ken selendangnya diatas pentas.
Berlenggak lenggok kesana kemari bagai merak berahi menampilken keindahan bulu² nya dengan iringan rancak gending banyuwangian.
Hingga tanpa sepengetahuan penari cewek tersebut, ada sepasang mata sosok
lelaki yang memperhatikennya dari depan pentas sebelah kanannya.
Sepasang mata lelaki tersebut bener² tertarik untuk mendapatken perhatian juga.
Tapi apalah daya...
Waktu penari lelaki naik keatas pentas & ikutan berlenggak lenggok, si wanita mencuekinnya...nyingkrih! (pergi).
Tapi, terus saja lelaki tersebut berusaha keras untuk mendapatkannya dengan kobar semangArt '45, me ngejar² terus larinya si wanita itu kemanapun perginya.
Hingga akhirnya, lelaki lelah....
"Tak ada jalan lain...harus ada jalan keluar" pikir penari lelaki tersebut.
Penari lelaki tersebut segera bersimpuh sujud di depan gong...
Tangannya mengeluarkan sesuatu segenggam dari kantong celananya.
“Sun matek ajiku si Jaran Goyang,
tak goyang ing tengah latar upet-upetku lawe benang
pet sabetake gunung gugur,
pet sabetake lemah bangka,
pet sabetake segara sat,
pet sabetake ombak gede sirep,
pet sabetake atine si… (sebut nama orang yang bakal di tuju) bin…
(sebut nama orang tuanya), cep sido edan ora mari-mari yen ora ingsun sing nambani”.
Kembang wewangian hijau muda yang sangat sedap sekali aromanya langsung di lemparkannya dengan sebelumnya telah dicium oleh bibirnya dengan mengucapken mantera² pekasihan pada wajah penari wanita.
'Pyuuurrrr....'
Kelopak² kembang bertaburan di sekujur tubuhnya.
& penari wanitapun akhirnya lulut, manut, mau di persandingnya....
Cinta pun berbalik 360 ˚C
Sekarang gantian si lelaki yang di kejar² oleh si wanita....
Lelaki jual mahal, pura² sudah gak mau.
Gantian yanh lari kesana kemari, di kejar² oleh si wanita.
Tapi akhirnya... keduanya pun mau.
Kerana ajian Jaran Goyang....tak goyang di pinggir lawang.
“Sun matek ajiku si Jaran Goyang,
tak goyang ing tengah latar
upet-upetku lawe benang
pet sabetake gunung gugur,
pet sabetake lemah bangka,
pet sabetake segara sat,
pet sabetake ombak gede sirep,
pet sabetake atine si… (sebut nama orang yang bakal di tuju)
bin… (sebut nama orang tuanya), cep sido edan ora mari-mari yen ora ingsun sing nambani”.
***
"Kang Mas...? Kang Mas...dimanakah kau sembunyi Kang Mas...? Kang Mas...?"
"Kang Mas sembunyi disini di Ajeng...dibalik pintu... kemarilah"
-----------------------------
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Hampir jam tengah malam, Untung yang masih kelas 4 SD tiba-tiba terbangun dan melihat ada yang aneh, sosok hitam kecil merangkak dilantai deket pintu masuk,
"Yah, Yah! ini apa Yah?!" ujarnya.
Sambil tulunjuknya mengarah ke sosok itu.
"Apa, apa? ada apa? kamu nemu apa?" betapa
terkejutnya Agit Ayahnya, "hah!? ini, ini cuyu lé (nak). Hah!? Ada talinya juga...dan...hah! ditemani semut hitam beşar juga."
Segera Pak Agit yang juga tetanggaku berjarak 3 rumah dari kediamanku, keluar menuju tetangga lain yang masih terbuka pintunya.
Wanita setengah baya itu tertunduk.
Matanya terpejam.
Tak lama, ia pun membuka matanya.
Berdiri...
Ia terlihat berjalan menuju ke kamar kecil, kemudian kembali lagi duduk.
Tubuhnya terlihat masih kuat.
Matanya kembali terpejam dalam kepal tangan kanannya bak the thinker
Socrates...
Kali ini kembali matanya sedikit terpejam agak lama, & berujar kepada ibuku, "Din, tolong bacakan yassin ya?"
Aku sebenarnya malu untuk menceritakan ini kepadamu kawan... perihal cerita ketika aku disunat.
Tapi, sekedar untuk kenangan saja, tentulah hal itu tidak menjadi sebuah masalah.
Agar bisa kau tahu, kenapa selalu kau tanyakan awal muasal ibuku yang stress itu.
Kau selalu penasaran tentang ibuku yang suka sekali tersenyum sendiri dan tiba² berganti menangis sesenggukan ketika bertemu dengan anak yang berseragam SD.
Terutama yang berada dikelas SD penghabisan. Mereka² yang duduk dibangku klas 6.
-RAYUAN GHOIB (Sopir Truk Tebu & Wangi Parfum)-
Tiada sanggup Rojim melawan cekikan tangan istrinya yang semakin lama seperti tambah menguat kesetanan.
Dan akhirnya, gelejotan dari kepala dan tubuh Rojim sudah tiada kentara.
"Rojiiiim!
Rojiiiim!
Keparat kau Rojiiim!
Bau parfum siapa ini Rojim! Baunya wangi banget! Heran aku!
Kaos, jacket, celana?! Bahkan topimu juga wangi. Diapakan aja kau Rojiiiim! Bak Raja saja kau ini Rojiiiim!
Kau kira aku ini babumu apa? cucian seabreg begini? Sudah capek² aku mencuci? Tapi apa balasannya? Kau selingkuh ya...? Gak seperti biasanya pakaianmu kok masih wangi? Wangi parfum orang lain lagi. Baunya menyengat! Menggairahken! Parfum wanita! Sudah pasti ini!