Mas Pur mengendap-endap didalam rumahnya sendiri yang gelap. (lampu sengaja dimatikan)
Ditengah malam, ini dini hari, didengarnya suara tangis bayi.
Memang ada tetangganya yang punya bayi.
Bayinya Mas Takim.
Tapi bukan suara bayi Mas Takim sepertinya. Lain. Lain sepertinya.
Suara ini terdengar sangat sangat mengiris-iris hati. Membuat Mas Pur serasa mau menangis saja. Bulu kuduknyapun jadi ikutan berdiri.
"Duh! bayi aneh ini" batinnya.
"Oek oek oek oekkkkk....o, ekkkkkk...oek...!". tangisnya menggema bersama jatuhnya salah satu kembang kamboja, rebah ketanah.
Jerit tangis suara itu timbul tenggelam dengan semerbak bau menyeruak yang masuk pada ventilasi-ventilasi rumahnya.
Wangi kemboja yang sedang mekar-mekarnya di halaman tetangga pas depan rumahnya, menyengat pula sampai ke hidung.
Kembang kempis cuping hidung Mas Pur antara percaya dan tidak atas apa yang ia cium.
"Kok tiba-tiba juga wangi?" batinnya.
Saat suara tangis bayi itu muncul. Dengan pelan-pelan ia membungkuk. Daun telinganya jadi mengembang.
Mendengar tajam.
Berjalan jongkok, mripit-mripit (mepet) tembok dan matanya menyipit, mengintip dari kaca jendela ruang tamu.
Samar-samar terlihat sosok anak kecil jalan sembari menangis, sambil tangannya mengusap-usap matanya.
Telanjang, tak memakai sehelai baju pun.
"Enggak dingiiin apa?" batinnya.
Diberanikan dirinya keluar rumah.
Nekad campur penasaran!
Karena, ya...paling-paling anak tetangga rumah kaplingannya sendiri.
Atau...
Anak tamu tetangga barang kali.
Tapi, kok telanjang?
Lehernya menjulur keluar jalan.
Sosok kecil itu masih berjalan. Kemudian, dihampirinya...
Ia mendadak belok kanan...
Terus diikutinya...
Wuzzzz....! (loh? loh? loh?!).
Senyap!
Hilang pula suara jerit tangis itu...
"Kok gak ada...? Kemana anak kecil tadi...?" bulu kuduknya bertambah tegak! merinding.
Langsung balik badan, dengan langkah cepat!.
Masuklah kembali ia kedalam rumah dan langsung menuju kamar, tutup rapat! berselimut.
Istrinya masih tertidur nyenyak.
Tak berapa lama, sekitar 15 menitan...suara tangis itu kembali terdengar lagi...
Sayup sayup...
"Oekkkk...oekkkk....oekkk....!"
"Duh! datang lagi..." batinnya.
Sekarang jadi ketakutan.
"Ini bukan anak kecil biasa. Ini pasti apa-apa...tadi hilang, e...sekarang muncul lagi suaranya. Ah! Biarin aja! tidur aja dalam selimut ini".
"Oekkkkk....oekkkkk....oekkkkkk..."
Tangis yang menyayat hati itu tak berhenti.
Terus, terus dan terus...
...
Padahal sudah hampir 1 jam...
"Kenapa kok masih terdengar...? kalau emang anak kecil beneran? beneran...? eh, jangan-jangan, memang bener anak kecil yang menangis...lah, kan kasihan?! sudah satu jam tadi dia menangis terus.
Ah! kulihat dulu aja...nekad" dengan sekujur bulu yang ada di tubuhnya merinding disco. (arggghhhhh...!).
Mas Pur pun keluar.
Dilihatnya anak kecil itu berjalan lewat depan rumahnya. (kok pas gitu loch...! pas lewat depan rumah!).
Terus, kali ini, anak kecil itu kearah kanan menuju rumah Pak Agit.
Mas Pur keluar rumah, dia ikuti...
Dipanggilnya,
"Le, le le le...kenapa kok nangis Le...? Le! tunggu Le...!" sambil tangan kanannya meng awe-awe.
Anak kecil itu tak menoleh sama sekali. Tak menggubris panggilan Mas Pur. Ia terus saja berjalan sambil tetap menangis.
Makin kencang...kencang...kencang lagi tangisnya...hingga... memekakkkan telinga.
Mas Pur menutup kedua telinganya karena suara tangis yang mangkin menyayat itu.
Dan, anak kecil itu malah masuk kedalam tebu-tebuan yang rimbun dan gelap.
Mas Pur kaget!
"Hah! gila! anak kecil kok berani malam-malam masuk ke tebu-tebuan yang jelas gelap sekali itu...? La! suara tangisnya berhenti?!" Mas Pur berdiri diam mematung.
Tak bisa lagi dia bergerak!
Dipaksanya terus! Tubuhnya mangkin kencang saja!
Bulu kuduknya juga ikutan makin kencang aja tegaknya, gak mau lemas.
Terus berusaha! terus terus dan terus! Dan akhirnya! Alhamdulillah...
Bisa digerakkan lagi tubuhnya.
Ia langsung balik badan dan secepatnya lari masuk kedalam rumahnya kembali.
Brak! (loh?! pintu tadi belum ditutup! kok sekarang nutup sendiri?!).
"Ma, Ma, Ma...! bangun Ma! Ma! Ma! Ma! bangun! Banguuunnn!" teriak Mas Pur pada istrinya.
Istrinya gak bisa bangun. Terlalu lelah dia sepertinya. Malah ngorok, Groookkkkk....!
"Oekkkkk...oekkkk...oekkkkk...."
Timbul lagi suara tangis itu!
"La, la la la...! Ah, biarlah! biarlah! sudah jelas bukan anak kecil beneran! jadi-jadian itu! kok bisa-bisanya di kaplingan ini
sampai ada bayi bajanggggg...? Duhhh! bulu kuduk ini...kok berdiri terus sih!?! hush!" tangannya menghalau bulu-bulu pada tangannya yang tampak menegang terus!.
Plak! plak! plak! plak!
Sepanjang malam menuju dini hari itu, matanya gak bisa memejam total.
Bayangan bayi bajang
itu terus menghantuinya...seakan-akan selalu tampak di depan wajahnya!.
¤¤¤
Di tahun 2005, daerah itu masih berupa ladang tebu.
Seorang wanita berumur 21 tampak masuk kedalam rimbun tanaman tebu. Ia membawa cetok! menggali sampai dalam, dan akhirnya mengubur sesuatu yang ada dalam kain putih!
Buntelan, yang gak terlalu besar.
Dimasukkannya kedalam tanah bersama akar-akar tebu.
Ditimbunnya kembali dengan tanah yang tadi digalinya.
Ia terisak terus, dan matanya sembab!.
Aku bisa melihat kegelisahan dan kesedihannya yang teramat sangat mendalam itu. (paranormal kaliiii...)
Suitttt....!
Siang itu di kos kosan cewek milik istri Rektor.
Banyak sekali terdapat bercak darah.
Salah satu penghuni kos, Sukianih mengikuti bercak darah itu,
"Hah! apa ini...kok banyak darah yang tercecer?" batinnya.
Diikutinya terus, terus terus dan terus...penasaran! darah apa atau
darah siapa ini...? eh, ternyata dari kamar kecil, dan betapa terkejutnya ia. Yang keluar dari kamar kecil teman kosnya, Bingah!,
"Kenapa kau Bingah?! kok tubuhmu penuh darah?" tanya Sukianih.
"Ak, ak, ak, ak...aku pendarahan Nih! dari kamar tadi aku berdarah! terus kekamar mandi. Perutku mules, perih sekali!"
"Terus?" tanya Sukianih mangkin penasaran!.
"Bayi yang kukandung jatuh ke kloset, waktu aku duduk! ia Mati. Ini! ini...kubungkus bayiku Nih.."
"Hah!? Astaghfirullah Ngahhhh! kamu hamilkah Ngah?! kok aku gak tahu kalau kamu hamil...?! ada apa denganmu Ngah?!"
Hanya tangis yang bisa keluar dari mulut Bingah. Ia langsung menghambur keluar rumah kos dengan membawa bayinya yang entah berumur berapa bulan.
Didepan sudah menunggu Taxi. Masuklah ia kedalam taxi.
Para tetangga gak ada yang melihat, karena siang itu semua sedang tidur siang. Dan meluncurlah taxi itu menuju Malang kabupaten.
Sebuah daerah yang jauh dari keramaian.
Menuju ladang tebu.
Dan sekarang, bayi bajang itu bertambah besar hingga bisa berjalan-jalan. Tidak merangkak! langsung berjalan.
Ia tidak mati! ia terus hidup sembari menangis mencari wanita yang menggugurkannya.
Bangsat benar wanita itu!
Matanya menyorot tajam merah darah!
Dendam harus dibalas! Nyawa dibalas nyawa!
"Oekkkkk...oekkkkk....oekkkk...."
--------------------------------
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
-BENTUK, RUPA, MALAKUL-MAUT-
Malakul-maut itu laki² hitam, keriting rambutnya, busuk baunya, hitam kainnya, yang keluar dari mulutnya dan lobang hidungnya lidah api & asap.
Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.”
Al Qur’an
Bagaimana rupa Malakul-maut (malaikat pencabut nyawa)?
Banyak orang yang tidak tahu gambarannya bentuk maupun rupanya, yang pastinya akan menjemput hamba yang berdosa dan hamba yang ta’at sesuai dengan surat As Sajadah, ayat ke 11 dalam Al-Qur’an diatas.
- P E S U G I H A N -
Wanita itu pengikut aliran sesat!
Setiap malam bulan purnama, ditengah malam, selalu ia keluar ber putar² mengitari rumahnya, dengan bertelanjang.
-POCONG SUBUH-
"2 hari gudangnya Pak Tohir ada masuk barang² rongsokannya mall². Ada kolam renang kecil bulat, rak buku, almari pakaian, wés pokoknya komplit perlengkapannya mall & terlihat lusuh²."