-WEWE GOMBEL-
Tapi kenapa aku yang masih kecil ini bisa melihat hal-hal yang itu?
Sosok-sosok aneh berwarna hitam besar sedang meneteki bayi dengan payudara besar.

-HORROR THREAD-

#bacahorror #bacahoror @bacahorror @IDN_Horor #ceritaserem
Siang itu aku diajak Bapak sama Ibu naik becak.
Becak langganan keluarga kami yang selalu mengantarkan dengan setia kemanapun kami hendak bepergian.

Umurku waktu itu masih empat tahun, kalau diajak keluar rasanya senang sekali.
Aku tahu pasti bapakku akan mengajak ke tempat
yang menyenangkanku.
Tapi tidak menyenangkan untuk Ibuku terkadang.

Pernah suatu kali aku diajak pergi ke bioskop. Tapi sepanjang film berlangsung, Ibu hanya tertidur saja, tidak senang dengan film barat yang sedang diputar.
Ibu hanya suka film India atau film Indonesia saja.
Nasionalis sekali menurutku, tapi ya begitulah, namanya kesukaan tidak ada orang yang bisa memaksakannya.
Ibu terpaksa ikut bepergian denganku, karena hanya ingin membuatku senang saja.
Kami naik becaknya Pak jan.
Wakijan nama lengkapnya.
Kurus orangnya, tapi kuat sekali kayuhannya dan tahan banting pula rupanya.
Sampai sejauh mana tujuannya pasti Pak Jan akan dengan semangat sekali mengantarkan.
Mau kerja apalagi?
Ketrampilan tidak punya.
Cuma kekuatan saja yang bisa dikeluarkannya.

Salah dulu waktu kecil, tidak ada orang yang sudi menyekolahkannya.
Biasa, klasik sekali alasannya, karena faktor ekonomi bilangnya tatkala Pak Jan ngobrol sama aku sembari mengantarkanku ke taman kanak-kanak.

Dia berkata, “Rahid,
kamu harus belajar yang giat, yang sregep” sambil mengayun becak yang sedang aku tumpangi.

“Iya Pak”

“Jangan seperti bapak, buta huruf, gak bisa baca tulis.”
“Pak, memangnya dulu gak sekolah ya?”

“Sulit, sulit sekali pingin sekolah. La wong Bapak Ibunya Pak Jan sudah gak ada mulai Pak Jan masih kecil.”

“Kasihan sekali ya Pak……Tapi aku ndak keluar duit Pak untuk sekolah.”

“Iya, kamu sekarang ada bapak dan Ibumu yang biayai.
Kalau Bapak dulu gak punya apa-apa. Kalau mau sekolah ya harus cari uang sendiri.”

“Berarti enak saya ya pak?”

“Enak sekali kamu Hid, sekolah gak mikir biaya, makanya kamu harus niat kalau sekolah…”

“Heuheuheuheuheuheu….”

“Malah ketawa…”
Itulah ingatanku kenapa Pak Jan buta huruf.

***
Becak yang kami naiki terus melaju, merambat pelan melewati depan kuburan umum.
Cuaca siang itu mendadak hujan rintik-rintik.
Aneh, cuaca terang dan mentari masih begitu panasnya menyengat kulit, malah turun hujan.

Tiada petir dan angin.
Sekilas mataku menerawang pada perkuburan itu.
Lamat-lamat kulihat nampak tiga sosok manusia tinggi besar dan gemuk berada diatas satu maesan.
Kedua sosok nampak sibuk mencari kutu sosok yang satunya.
Satunya lagi sedang menetek bayi kecil yang ada digendongannya sambil
digoyang-goyangkannya.

Hitam semua sosok itu dan berambut panjang. Bajunya hitam dan lusuh seperti pakaian yang dikenakan orang gila yang setiap hari ketika berangkat ke sekolah, sering kuberpapasan berjalan sembari tersenyum-tersenyum sendiri.
“Bapak , Ibu, lihat itu…!” Tanganku menunjuk ke arah kuburan, ke arah sosok itu.

“Ada apa?” Bapak bertanya.

“Itu, ada 3 orang sama bayinya.”

“Mana?”

“Itu Bapak, diatas kuburan…!” tegasku.

“Ah, ndak ada siapa-siapa” Bapak menjawab ala kadarnya.
Ibuku cuma tersenyum saja kulihat.
Nampak juga tidak mempercayai apa yang aku lihat.

Aneh, kenapa Bapak sama Ibu tidak melihatnya?
Hujan panas masih dengan setia menemani perjalanan Pak Jan mengayuh becaknya dengan kekuatan super kaki-kakinya.
Aku cuma bisa merenungi apa yang barusan aku lihat.
Tak ada ketakutan sama sekali dengan diriku karena sosok itu kuanggap seperti orang gila yang sering aku lihat.
Apakah tidak sama mata Bapak Ibuku sama mataku?
Sama sepertinya.
Tapi kenapa aku yang masih kecil ini bisa melihat hal-hal yang itu?
Sosok-sosok aneh berwarna hitam besar sedang meneteki bayi dengan payudara besar.

***
Esoknya, di taman Kanak-kanak aku ceritakan kepada teman-teman. Mereka nampak dengan serius mendengarkan ceritaku.

Radit, salah satu temanku nyeletuk, “Itu Wewe Gombel.”

“Apa itu wewe gombel?” tanyaku.

Radit cuek saja.
Radit kemudian bertampang jelek, berekspresi menakut-
nakuti yang lainnya, “Hi, hi, hihihihihii...”

Yang dikejar hanya tertawa nyengir sambil lari ketakutan melihat wajah Radit yang hitam legam.

“Awas… awas…! ada Wewe Gombel… ada Wewe Gombel…”

***
Di tahun ini, masih saja ada cerita-cerita tentang misteri. Tidak terbatas pada segala kondisi zaman.

Jikalaulah jaman 35 tahun yang lalu memang segala macam teknologi canggih jarang ada, membuat orang akhirnya teralih pandangannya pada hal-hal yang bersifat mistis?
itu sangatlah wajar.
Tapi di tahun ini, tahun 2022, tahun yang segala macam teknologi telah tersedia dimanapun kita berada, masalah orang sedikit terkesampingkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, yang berkaitan dengan hantu-hantuan begitu.
Hal itu berlaku setelah aku ceritakan tentang pengalamanku diwaktu kecil, bisa melihat sosok yang dianggap misterius tersebut.
Wewe gombel namanya.
Sosok misterius yang benar-benar masih merupakan teka-teki yang membuat orang selalu menjadi penasaran.
Salah satu temanku, sebut saja Zulina namanya. Telah aku paksa untuk membaca ceritaku tersebut.

Setelah selesai membacanya, langsung ia membalas,
“Mistis sekali ceritanya, bikin merinding. Soalnya aku memang takut banget dengan hal-hal perhantuan begini. Pokoknya jangan sampai dech bertemu dengan yang begituan.” begitu pesan yang tertulis pada sms.
“Ndak usah takut. Sekarang cerita itu gak ada. Itu Cuma mitos, cerita jadul. Sekarang sudah punah” Jelasku.
“Ndak ada gimana…? La wong 2 minggu yang lalu, anak tetanggaku yang masih kecil hilang entah kemana” tegasnya.

“Hilang gimana? Tanyaku semakin penasaran.

“Iya, lagi main sama temen-temennya, tau-tau sampai maghrib, anak itu tidak pulang kerumah.”

“Kok bisa?”
“Sudah dicari kemana-mana, bahkan sampai dilaporkan ke polisi segala sebagai anak hilang. Polisi pun angkat tangan.”

“La, terus?

“Ya, mau gimana lagi? segala daya upaya sudah dilakukan, tapi nihil juga hasilnya.”

“Terus?”
“Teras terus teras terus ae… akhirnya tak suruh aja pergi ke Kiai. Tak kasih alamat, dan berangkatlah mereka."

***
Akhirnya berangkatlah orangtuanya pada seorang Kiai yang ditunjukkan oleh Zulina.
Diungkapkanlah segala macam kebingungannya, bahwa anaknya hilang.

Kiai berkata, “Apa yang telah kaulakukan terhadap anakmu?”

“Saya tidak lakukan apa-apa Kiai”

“Masak? coba kau ingat-ingat.
Atau mungkin kau kurang perhatian terhadap anakmu?”

Yang ditanya, diam sedikit merenung... berat sekali rasanya untuk menjawab pertanyaan Kiai yang terlalu mendesak itu.

Akhirnya Marni nama ibu tersebut tersadar.
Teringatlah ia akan kesibukannya sebagai wanita karir.
Memang
sedikit sekali perhatian yang dicurahkan kepada anaknya.
Mengingat wajah anaknya yang masih polos, semakin terbayang rasa kangennya.
Air matanya tiba-tiba tak terbendungkan.
Tumpah tak terhenti… dan pada akhirnya, pingsanlah ia.

Rinto sang suami membopongnya ke bale’ pondok pesantren, “Bagaimana ini Kiai” Tanya Rinto.
“Ndak papa, biarkan ia istirahat dan tunggui ia.”

Bergejolak dalam kepala Marni saat dalam ketidaksadarannya itu.
Mata batinnya memandang pada sebuah zaman. Zaman yang jauh sekali mundur kebelakang.

106 tahun yang lampau nampak disana, kehidupan disebuah perkampungan.
Terlihatlah sebuah rumah tangga yang selalu diwarnai percekcokan.
Nampak tidak ada kedamaian didalamnya.
Kemudian Marni semakin dapat melihat dengan jelas sekali segala macam permasalahan dari sepasang suami istri tersebut.
Kemudian percekcokan pun menjadi reda di pagi hari.

Nampak Jaka, nama si suami tersebut terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja,
“Arta, aku berangkat dulu, Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam. Hati-hati dijalan ya Mas? Jangan pulang malam-malam.”

“Baik.”

Berangkatlah Jaka mencari nafkah demi menghidupi biduk rumah tangganya.
Menjadi mandor perkebunan teh milik orangtua Marni.
Tapi perjalanan pagi itu tidaklah menuju pada tempat kerjanya. Jalannya berbelok pada suatu tempat, menuju ke sebuah desa tetangga. Ternyata ia menemui madunya. Perawan cantik lulusan dari SMA. Masih terlihat lugu sekali.
Asri namanya.

Masuklah kedalam rumah si perawan.
Bercakap-cakap ia layaknya kangen seorang perjaka kepada gadis pujaannya.

Orangtua Asri adalah buruh pemetik daun teh, dengan senang hati jikalau Mandor mau mampir kerumahnya. Apalagi kelihatannya Mandor jatuh cinta pada anaknya.
Bisa untuk mengangkat derajat perekonomian
keluarganya jikalau sampai mandor memperistri anaknya.

Jauh disana Arta diam merenungi nasibnya. Dihadapan Jaka suaminya terlihatlah ia selalu senang wajahnya. Seperti dia selalu mengalah akan percekcokan pada tiap-tiap malam.
Dalam, apa kata dihati, penuh dengan permasalahan yang terus akan dipendamnya sampai mati.
Batinnya selalu menjerit, jikalau Jaka berangkat kerja.
Kesunyian rumah membuat lamunannya semakin menerawang dengan bebasnya.

“Bagaimana ini, sudah 15 tahun aku belum juga dikaruniai anak. Aku sangat merindukannya. Tangisan seorang anak bayi. Suamiku terus saja mendesakku. Tapi mau gimana lagi? Aku pasrah saja……Mungkin Tuhan masih
belum sepenuhnya percaya pada rumah tanggaku. Atau ada rencana Tuhan yang lainnya?”

Jadilah ia menangis tersedu-sedu.

Sempat Jaka mengutarakan niatnya untuk kawin lagi. Tapi Arta sangatlah marah.
Tiada rela ia dimadu.

Setiap hari yang dipercekcokkan ialah anak,
dan anaaaakkk terus.
Benarlah bahwa suaminya subur, dan Arta sudah jelas-jelas mandul, karena sudah pernahlah keduanya pergi ke dokter.
“Tapi apa salahku?" gerutu Arta, "Aku juga tidak minta mandul... Kalau dikasih Tuhan pilihan, pastilah aku milih jadi wanita subur. Tidak masalah dengan banyak anak. Aku sanggup pelihara berapapun anak yang dapat aku lahirkan. Ya Tuhan, kenapa cobaan ini terus menderaku? Berilah
aku jalan keluar ya Tuhan…”

Air matanya mengalir deras membasahi bantalnya dan sebagian pula kasurnya.
Seperti keadaan rumah-rumah yang habis terkena kebanjiran.
Air mata selalu ada dimanapun tempatnya ia berkeluh kesah.

Dalam kegamangan itu, keluarlah Arta dari dalam
rumahnya.
Mengayuh sepeda kumbangnya mencari angin.
Menghibur diri menuju pasar.

Dalam perjalanan, tiadalah air matanya dapat dihentikannya.
Terus mengalir membasahi jalanan bebatuan putih kecoklatan.
Angin berhembus menerpa air mata itu, menjadi kering bercampur debu beterbangan menempel pada setiap sudut-sudut jalan raya.

Jeritannya pilu, 'Anak…anak…anak…'

Berharap ia bisa menemukan anak terbuang untuk dijadikan anak angkatnya.
Tapi hal itu tidaklah mungkin.
Karena banyak anak didesa itu yang mati karena suatu wabah.

Tidak disangka, berpapasanlah ia dengan sepasang kasih yang sedang dimabuk asmara.

Ternyata?

Iya, benar.
Itu adalah Jaka suaminya.

Di stoplah motor Jaka.
“Mas, apa yang kau lakukan? Teganya kau terhadapku!" Bentak Arta.

Asri sang perawan yang dibonceng Jaka, ketakutan lari pulang kembali menuju kerumahnya.
“Asri! Mau kemana kau?” panggil Jaka.

“Aku mau pulang mas, aku takut. Mas selesaikan dulu permasalahan Mas. Asri tidak mau turut campur.” Sambil berlari pulang.

“Asri!” teriak jaka lagi.

Tapi yang dipanggil tidak menyahut. Hilang bersama debu-debu yang beterbangan oleh deru
langkahnya.

Jaka kembali berhadap-hadapan dengan istrinya.
Dengan segala kemarahannya, ia keluarkan sumpah serapahnya.

“Kamu mandul. Kamu tidak bisa memberikanku anak!”

“Apa kau bilang Mas? Aku juga sangat merindukan anak.Tapi mau gimana lagi?!
Segala macam cara telah aku lakukan. Tapi memang Tuhan berkehendak lain.” bela Arta.
“Jangan kau melawan! Aku mau menikahi Asri. Terserah kamu setuju apa tidak. Aku ingin punya anak. Dari Asri. Anak! Kenapa kau tidak mau mengerti…?! Dasar kau wanita mandul!”

“Kalau kau mau menikah lagi, ceraikan aku. Dan angkat kakilah kau dari rumahku.
Pastinya ayahku akan menunjukkan murkanya dengan memecatmu!”

Jaka tidak berkutik.

Sunyi senyap suasana seketika itu. Hening menyergap pada seluruh badan Jaka.

Memanglah dulu siapa yang bermateri, sehingga Jaka bisa memperoleh segala kekayaan tanpa bersusah payah bekerja?
Semua karena belas kasih Ayah Arta. Jikalau ia sampai menceraikan Arta, habis semua kenikmatan yang selama ini ia nikmati.

Pergilah akhirnya Jaka meninggalkan Arta.

'Wanita mandul!'
...... to be continued to part 2.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Kardjanmalang

Kardjanmalang Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Kardjanmalang

May 21
-SOSOK MAYAT SEORANG PEREMPUAN MUDA-
Tubuhku juga sudah mengeluarkan bau busuk yang menyengat!
Dan kuharap, angin bisa membawa bau busuk ini ke hidung siapa saja yang lewat sekitar sini ....

-HORROR THREAD-

#bacahorror #bacahoror @bacahorror @IDN_Horor #ceritaserem Image
Aku tergeletak di pematang sawah ditutupi ilalang² dekat irigasi.
Tubuhku sudah bengkak² sedikit membiru. Leherku terasa sangat sakiiit sekali.

Inginku coba meraba leherku, berharap agar sedikit berkurang rasa perihnya. Tapi apalah daya...aku hanyalah sosok mayat yang tiada
berdaya, hanya bisa diam saja karena ragaku sudah kaku.

Duh!
Betapa dingin disini seperti es.
Tubuhku terus menggigil.

Tubuhku juga sudah mengeluarkan bau busuk yang menyengat!
Dan kuharap, angin bisa membawa bau busuk ini ke hidung siapa saja yang lewat sekitar sini agar
Read 18 tweets
May 20
-WEWE GOMBEL-
'Wanita mandul!'

-HORROR THREAD-

#bacahorror #bacahoror @bacahorror @IDN_Horor #ceritaserem Image
Kata-kata itu terdengar sangat menyakitkan sekali.
Tidak hanya sekali saja.
Tapi sudah beribu-ribu kali.

Setiap percekcokan dirumah, pastilah akan dengan enteng kata itu terdengar. Kalimat itu menempel di tembok, kaca, kamar mandi, sisir, sepeda, pakaian, televise, radio dan
semua perabotan rumah telah penuh tertempel kalimat itu.
Akhirnya dendamlah memuncak dalam hati Arta.
Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Selaksa gunung yang mau memuncratkan lavanya, memporak porandakan semua yang ada disekitarnya.
Read 33 tweets
May 20
-PESUGIHAN TUYUL-
"Astaghfirullah...! matanya merah! benar-benar aneh! matanya melotot kearahku! seperti gak terima aku masukkan kedalam plastik!" Sambung Pak Agit.

-HORROR THREAD-

#bacahorror #bacahoror @bacahorror @IDN_Horor #ceritaserem
Hampir jam tengah malam, Untung yang masih kelas 4 SD tiba-tiba terbangun dan melihat ada yang aneh, sosok hitam kecil merangkak dilantai deket pintu masuk,

"Yah, Yah! ini apa Yah?!" ujarnya.

Sambil tulunjuknya mengarah ke sosok itu.

"Apa, apa? ada apa? kamu nemu apa?" betapa
terkejutnya Agit Ayahnya, "hah!? ini, ini cuyu lé (nak). Hah!? Ada talinya juga...dan...hah! ditemani semut hitam beşar juga."

Segera Pak Agit yang juga tetanggaku berjarak 3 rumah dari kediamanku, keluar menuju tetangga lain yang masih terbuka pintunya.
Read 33 tweets
May 19
-BACAKAN YASSIN BUATKU ... AKU RASA SUDAH TIBA HARI KEMATIANKU-
"Bu...bu Modin, tolong bacakan yassin ya...? Tolong... "

-HORROR THREAD-
@bacahorror #bacahorror
Wanita setengah baya itu tertunduk.
Matanya terpejam.

Tak lama, ia pun membuka matanya.

Berdiri...

Ia terlihat berjalan menuju ke kamar kecil, kemudian kembali lagi duduk.
Tubuhnya terlihat masih kuat.
Matanya kembali terpejam dalam kepal tangan kanannya bak the thinker
Socrates...

Kali ini kembali matanya sedikit terpejam agak lama, & berujar kepada ibuku, "Din, tolong bacakan yassin ya?"

Ibuk sontak terkejut!
Read 19 tweets
May 19
-HANTU LIDAH MENJULUR DENGAN MATA MELOTOT!-
Kubuka lagi sedikit mataku...penasaran!
Akh!
Sosok hitam itu menjulur-julurkan lidahnya dibelakang Ayah!.

-HORROR THREAD-
@bacahorror #bacahorror
Namaku Axl...
...
Umurku masih 4 tahun.
Rambutku keriting dan kurus sekali badanku.

Orang-orang sering memanggilku "Kréwol", karena keriting rambutku.

Aku suka minum dan sedikit makan.
Dan, karena keseringan minum itu...
Pak Dé ku akhirnya memanggilku dengan panggilan 'Klowong.'

Hah!
Klo wong.

Dan hasilnya, tubuh kurus dengan perut buncit.! Heuheuheuheu...(kayak anak-anak cacingen)

Ada sedikit cerita.
Read 29 tweets
May 19
-BAYI BAJANG-
Di ladang tebu.

-HORROR THREAD-
@bacahorror #bacahorror
Mas Pur mengendap-endap didalam rumahnya sendiri yang gelap. (lampu sengaja dimatikan)

Ditengah malam, ini dini hari, didengarnya suara tangis bayi.

Memang ada tetangganya yang punya bayi.
Bayinya Mas Takim.
Tapi bukan suara bayi Mas Takim sepertinya. Lain. Lain sepertinya.
Suara ini terdengar sangat sangat mengiris-iris hati. Membuat Mas Pur serasa mau menangis saja. Bulu kuduknyapun jadi ikutan berdiri.

"Duh! bayi aneh ini" batinnya.
Read 34 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(