Thread by @Kardjanmalang

-WEWE GOMBEL-
'Wanita mandul!'

-HORROR THREAD-

#bacahorror #bacahoror @bacahorror @IDN_Horor #ceritaserem

Kata-kata itu terdengar sangat menyakitkan sekali.
Tidak hanya sekali saja.
Tapi sudah beribu-ribu kali.

Setiap percekcokan dirumah, pastilah akan dengan enteng kata itu terdengar. Kalimat itu menempel di tembok, kaca, kamar mandi, sisir, sepeda, pakaian, televise, radio dan

semua perabotan rumah telah penuh tertempel kalimat itu.
Akhirnya dendamlah memuncak dalam hati Arta.
Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Selaksa gunung yang mau memuncratkan lavanya, memporak porandakan semua yang ada disekitarnya.

Malah berita yang lagi santer ia dengar, diam-diam suaminya telah beroleh istri muda.
Kawin sirih tanpa seijinnya bahkan tanpa sepengetahuannya.

“Dari pada aku dimadu, lebih baik aku bunuh dia. Mau enaknya saja, disuruh menceraikan aku tapi tidak berani. Pengecut!
Masih mau tetap dengan hartaku tapi masih mencicipi wanita lain. Lelaki macam apa itu?” batin Arta.

Setan tiada capek untuk membisikkan hal-hal jahat kepada

manusia, karena setan tiada pekerjaan lain. Pekerjaannya hanyalah menggoda manusia agar mengikuti jalannya sebagai penghuni neraka kelak.

Makanya banyak manusia berkelakuan jelek didunia dari pada manusia baik. Dari dulu sampai sekarang sedikit sekali manusia baik.

Kejahatan lebih besar dari pada kebenaran, itulah memang cita-cita tertinggi dari setan.
Dan dari itu setan akhirnya memenangkan berhasil mempengaruhi Arta.

Tengah malam dibunuhlah Jaka sepulang dari rumah kekasihnya.
Darah tercecer kemana-mana.

Terhuyung-huyung Jaka ditusuk berkali- kali.

Sang Suami mati.

***

Para warga berbondong-bondong kerumahnya. Mengejek dan akhirnya mengucilkan Arta.

“Wanita tak tahu diri. Tak tahu berterimakasih. Dike’i Ati ngro’go rempelo¹. Sudah untung dulu kau dinikahi Jaka. Ingat siapa kau dulu. Janda yang ditinggal pergi suami pertamamu.

Tega sekali kau bunuh suamimu!”

“Jaka selingkuh!”

“Wajar Jaka selingkuh! Karena kau tidak bisa memberinya anak!" Bentak mertuanya, dan diamini oleh warga.

Dikucilkanlah Arta.
Ia menjadi marah, stress dan akhirnya sering marah-marah sendiri tanpa sebab.

Sering ia jalan-jalan berkeliling kedesa-desa tetangga.
Rambutnya menjadi acak-acakan.

Orang-orang yang melihatnya berbisik, “Dia kena karma dari suaminya. Suaminya gentayangan menuntut balas.”

Arta menjadi gelandangan, menjadi gembel, sembari tersenyum-senyum mengejar

anak-anak kecil. Sontak saja berlarian anak-anak kecil tersebut sambil berteriak, “O rang Gilaaaaa…O rang gilaaaaaa…”

Terkenallah ia akan julukan wanita gembel.
Sering tertidur dikuburan, meratapi nisan Jaka suaminya.

Menyesallah hatinya kenapa dulu ia telah membunuhnya.
Nasi sudah menjadi bubur.
Terlalu sempitlah pikirannya kala itu. Hal itu juga dikarenakan karena ia sangat mencintai

suaminya itu.
Ia tidak mau Jaka setelah menikah, akan meninggalkannya. Itu yang telah membutakan mata hatinya.

Seiring waktu, terkadang pikirannya pun bisa jernih. Ajaran agama yang dianutnya bahkan juga membolehkan. Bukankah lelaki boleh menikahi satu wanita, karena ada alasan

tertentu? Mandul semisal. Tidak mempunyai keturunan.

Bukankah jikalau nanti Jaka beroleh anak dari istri mudanya, pastilah ia juga akan menimang anak itu?

Terlintas selalu pikiran itu.

Tapi waktu tidak bisa di balik. Perputarannya terus menerus berputar dinamis selalu

kedepan, ke masa depan.

Terlalu bosan di kuburan Jaka, berjalanlah ia ke jalan-jalan raya. Matanya menjadi kabur.
Sekilas wajah Jaka ada didepannya. Melambai tangannya dibawah jembatan.

“Arta… kesinilah Arta…ikutlah dengan ku…” kilasan bayangan wajah Jaka masuk kedalam derasnya kali Brantas.

“Mas Jaka! Mas Jaka! Jangan pergiiiii!! Arta ikut Mas...” teriak Arta berkali-kali.

Putus asa… yang dipanggil tiada muncul lagi dari arus kali, akhirnya melompatlah ia dari atas jembatan.

Terbang bebas meluncur bak meteor yang jatuh ke bumi dari angkasa luar.

Badannya remuk

menabrak batu kali yang besar.
Mati seketika itu, karena terlihat darah mengalir deras dari tengkorak kepalanya.

Bunuh diri orang awam menyebutnya. Tidak kuat menghadapi cobaan hidup. Hanya karena mandul, tidak bisa beranak.
Anak…, anak itulah sumber segala permasalahannya.

Tak ada orang yang mencarinya setelah kematiannya, mayatnya juga tak ada yang menemukannya, karena telah tersapu derasnya air kali.

Begitu juga dengan orangtuanya. Karena rasa malu, tak di perhatikanlah anak yang telah tega membunuh suaminya itu.

Memang kali brantas itu deras airnya, dan dalam pula dasarnya.
Mungkin mayatnya tersangkut di tebing dalam air atau malah telah dimakan buaya-buaya yang dengan setia menunggu bangkai apa saja yang lewat.

***

Waktupun berlalu, dua bulan setelah kabar hilangnya Arta, seringkali anak kecil usia 4-5 tahunan melihat sosok hitam besar berada di kuburan.

Tersebarlah berita wanita gembel itu hidup lagi. Wanita yang membunuh dirinya terjun dari atas jembatan.

Akhirnya terkenalah ia

menjadi wewe gombel.
Wanita gembel yang sangat buruk sekali wajahnya.

Suka mengambil anak-anak kecil untuk ditimang-timangnya. Karena ia sangat mendambakan sekali seorang anak kecil.

Disusuinya anak kecil kalau berada pada pangkuannya. Dikasih makanlah tai atau kotoran

manusia.

Dirubahlah tai itu oleh si wewe agar nampak sebuah makanan yang sangat disukai anak tersebut.

Anak kecil yang telah berada dalam gendongannya, pastilah akan terhipnotis melihat makanan tersebut dan mau akhirnya ia memakannya dengan begitu lahap.

Kenapa wewe sangat

tega sekali memberi makan seperti itu?
Karena ia juga mempunyai rasa takut apabila warga memburunya.

Hal tersebut dilakukannya agar anak yang diberi makan tadi menjadi bisu sementara.
Tidak bisa menceritakan siapa yang telah menculiknya.
Ia tidak akan mencelakai anak kecil tersebut. Ia begitu sangat sayang sekali dengan anak kecil.

“Aku menculik anak-anak yang ditelantarkan

sama orangtuanya. Orang tua yang tidak mau memperhatikan anaknya. Nanti pasti aku kembalikan lagi kalau si Ibu terutama telah sadar karena menelantarkan anaknya. Biar kapok, biar belajar jadi Ibu yang baik bagi anak- anaknya. La wong aku saja sangat mendambakan anak….

masak, sudah dikasih anak malah tidak diperhatikan. Terlalu sibuk mencari uang, berkarir tanpa kenal waktu.” begitu gerutu Wewe gombel.

***

Bayangan sebuah desa dan sosok Wewe gombel itu lenyap dari mimpi Marni.
Hilang sudah tiada berbekas gambarnya.

Tapi masih teringat dengan jelas pesannya.
Lama juga ia pingsan, dilihatnya Kiai dan suaminya masih berada disitu, duduk dikursi ruang tengah.

“Sudah sadar kan?

Gimana, dapat wangsit apa? Kiai bertanya sambil tersenyum mengajak sedikit bercanda.

“Sudah Kiai, saya barusan disadarkan oleh mimpi saya."

“Sekarang carilah anakmu disetiap kuburan. InsyaAllah dia akan ada disitu.”

“Terimakasih Kiai”

“Hati-hati”

Pegilah kedua suami istri

tersebut. Mencari-cari pada setiap kuburan yang ada dikota itu.
Dan ternyata benar, anak itu telah diketemukan berada di kuburan dekat dengan rumahnya....

Kuburan daerah sekitaran wisma Tumapel.

Wajahnya melamun dan mulutnya….

Bisu….

---------------