Kebetulan, ya…hidup selalu penuh kebetulan.
Kulihat di dalam, & pada pelataran Masjid Gus Mad, sudah full man…
Alias kebek!
Penuh!
Jadinya…ya, pas sembayang Jum’at kemarén aku ngikutin Pak Yopie makmum di sekitaran makam.
"Ada 5 kuburan tua, sesepuh para pendiri pesantren yang punya Masjid.
Tiga kuburan terbujur didepanku pas sujud, & dua lagi... ada dibelakangku." Kataku dalam hati.
“Itu makam bukan kuburan…” bisik pak Yopie...yang ternyata ia bisa membaca apa yang ada dalam batinku.
“Apa bedanya…?”
“Ya, lebih sopan makam lah…kan disekitaran Masjid….”
“Baiklah….”
"Kulihat pula seorang tua berkopyah hitam buluk mengenakan sarung tidur disamping sebelah kiri kuburan." Batinku lagi.
“Makam…!” tegas pak Yopie walau suaranya dengan nada yang berbisik ditelingaku. Batinku bisa dibacanya lagi. Duh!
“Iya, makam….” (duh! cerewet amat!)
Seorang lagi berdzikir dengan sesekali batuk-batuk.
Dan dibelakangku, 3 anak sedang bersenda gurau.
Entah apa yang mereka guraukan, yang kudengar cuma cekikik²-an. (kayak tuyul pas lagi rebutan yuyu…kik!)
Angin siang berhembus dengan teriknya…(kok angin…? sinar mentari kaliiiii….!)
Heuheuheuheuheu….
“Iya…sinar mentari…”
Iqomah segera berkumandang, maklum yang kami dapet cuma telor cicak.
Itupun masih mendingan…bisa jadi Tuhan malah memberi kami lebih!
“Lebih apa?”
Lebih kecil maksudnya…heuheuheuheu…ya, seumpama telor bekecot lah…kecil tapi banyak! heuheuheuheu.
Datang sudah dalam kondisi doa akhir dan para jama’ah sudah siap² berdiri, apa yang layak kami harapkan...?
Ya…dikasih, ya diterima ajalah…walau telor bekicot....hiks!
***
Selesai sembayang jum’at aku léyéh² & Pak Yopie sibuk dzikir dengan layar sentuhnya.
Sama-sama menunduk dalam duduk bersila.
Aku sier² mengantuk & Pak Yopie jempolnya istiqomah gesek² layar hp.... keatas, kebawah.kekiri dan kekanan… ber kali².
Ya, jelas aku yang kalah kuat melek kalau dzikir model kayak gitu…
Sengaja gak sembayang sunnah ba’diyatan jum’at.
Sungkan dilihat jama’ah yang lainnya.
Kayak nyembah kuburan aja nanti jadinya heuheuheuheu.
Ya, sudah resiko jama’ah telor bekicot…jadi kelihatan jama’ah yang barusan keluar dari Masjid.
“Penunggu kuburan ya?” batin mereka semua, “hiks hiks hiks hiks…”
“Cekikik-an!” gerutuku, “itu gak bener….!”
“La, terus maksudnya apa lama² léyéh² sekitar kuburan?
kalau gak njagain itu kuburan?”
Astoghfirullah…! tega benar tuan menuduhku seperti itu!
Ini makam! bukan kuburan!
Aku tengok Pak Yopie.
“Gimana Pak Pak Yop? bareng aku ta pulang….? pak Nangs sudah ninggal sampêyan sepertinya…” tawarku.
“Sebentar Pak. tak lihaté dulu” sambil ia beranjak keluar dari area kuburan. Eh! Makam ding....!
Dilihatnya pelataran masjid, gak ada yang dicari… pak Nangs kemana...?
Haduhhhh…ditinggal sepertinya…
Balik lagi ke kuburan, e, makam…duduk sila di sebelah kiriku.
Anteng...
Menunggu….
Lumayanlah…
&,
Akhirnya…lewat…sambil sedikit² me loncat², kepanasen kakinya.
(Apes? Fuih...?) ngaco aja…ya,
A itu…symbol dari, A ku dong….A ku! F, Foot heuheuheuheu…”
Biasalah di Masjid, ada saja pengganggunya.
Gak semuanya orang baik yang sembayang jum’at…
Mau jadi baik juga bisa.
Yang sudah tobat, dan akhirnya habis sembayang… nyampék rumah kumat lagi, juga bisa…
Atau, kalau mau berbaik sangka, ya…ketuker paling, sama sandal selop itu tadi....
Aku juga pernah ilang sekali…
Sejak itu, ide itu muncul…
“Ide pa?”
Ya men tato huruf pada permukaan belakang sandal.
AF.
"Sudah lama itu….Dasar! plagiat!"
“Biarrrrr…..argghhhhhhhh” (gigi taringku mendadak terasa keluar memanjang…sekejap, berasa langsung berubah jadi lelaki harimau…hauuummmmmm.... Hauummmmm!)
-MAYAT DITENGAH JALAN LADANG-
"Mbah Sutinah bisa nyembuhkan bapakku tah!?" dengan mata melotot, "atau jangan² mbah ya yang menyantet bapakku...?! Hayo ngaku aja mbah?!"
Aku mayat yang tergeletak bersimbah darah di tengah jalan tanah menuju ke ladang.
Leherku penuh lelehan merah & telinga sebelah kananku juga ilang mencelat entah kemana disabet parang....
Begini ceritanya,
Hari itu aku lagi mencari rumput buat empat ekor kambing di rumah.
Pagi² sekali aku berangkat keluar rumah dengan tangan kananku menggenggam sebilah clurit yang kemaren malam sudah ku asah hingga sekarang nampak mengkilap.
-LELE JADI-JADIAN-
Lele itu berenang berputar-putar di wajan yang penuh minyak.
Hidup kembali seperti lele kebanyakan. Tubuhnya tidak melepuh ataupun garing tergoreng minyak yang mendidih!
Kuceritakan kepadamu perihal lele jadi-jadian di tempatku. Pastilah kau akan menertawakannya, karena kau anggap ceritaku ini sebagai omong kosong belaka.
Tapi, coba dengarkan saja dulu, percaya atau tidak, itu persepsi masing-masing orang. Boleh percaya atau tidak, karena terkadang hal-hal absurd itu memang benar-benar ada.
Memang sebelumnya aku sudah berbuat seperti itu. Aku mengancam kekasihku dengan perkataan seperti itu.
"Apa?"
Ya itu tadi...
Aku merengek & berkata, "Kalau kau tak tinggalken tunanganmu, aku akan bunuh diri. Ini serius!"
Kekasihku keder, lalu dia mau bener2 meninggalken tunangannya setelah dipertegas lagi oleh mamaku.
Mamaku bilang, "Maulah dik Dewi... Katemi anak laki2 ibu yang sangat ibu sayangi & dia bener2 mencintaimu... Saking cintanya, ia sampek2 bicara seperti itu.
-KESURUPAN SAKERAH-
Pak Sakerah tampak meringis dengan wajahnya menunjukken rasa puas.
Puas telah bisa menghabisi keponakannya... Brodin, yang telah menggoda istri mudanya, Marlena.
Kisaran tahun kira² 1986, Basoeki melukis Nyi Roro Kidul dengan dua ekor kuda.
"2 ekor kuda?"
Objek yang sangat lain dengan penampakan Nyai yang sebelum² nya (yang biasanya dengan 7 ekor kuda beserta kereta kencananya).
Basoeki menjelasken bahwa dua ekor kuda dalam lukisan itu adalah presentasi dirinya & Panembahan Senopati.
(Pada gambar Nyai dengan warna hitam putih adalah foto dari lukisan Basoeki yang asli... karena gak dapet foto yang berwarnanya, jadi kufoto yang nampak di buku biografinya.
-PAIMAH-
Entah siapa yang melahirkanku.
Yang pasti wanita yang benar-benar biadab! tak berperi kejaninan dan kebayian! masak belum apa-apa aku sudah mau dibunuhnya!
Mereka menyebutku.
Itu kudengar setiap kali pas aku melewati depan rumah-rumah kampung di Ndesan kota Malang.
Tubuhku kurus hanya berbalut kulit saja dan kukenakan rok terusan lusuh! yang selalu melekat ditubuhku dengan berganti-ganti motif warna dan gambar bunga-bunganya.