gil Profile picture
May 30, 2022 116 tweets 19 min read Read on X
-- POCONG 'Trembesi' --

[A THREAD]
@bacahorror @IDN_Horor #bacahorror #IDNhoror #threadhorror Image
Silahkan tinggalkan RT dan Like nya dulu ya...

#PocongTrembesi
Pada suatu malam di Jawa Tengah 1991,

Bagio terpaksa terbangun dari tidurnya, karena suara batuk kering yang memekak telinganya.

"Uhuk..uhukk..uhukkk!!".

Seraya mengusap wajahnya, mata Bagio mengrenyit, mengamati sekitar kamarnya, mencari-cari dari mana suara batuk--
--itu berasal. (Jam menunjukan pukul 1 dini hari).

"Wah Mati wae Lik Mukri ki!! Loro kok nyusahi tanggane!!".

(Wah!! Mati saja, Pak Mukri itu, sakit kok nyusahin tetangganya aja!!). Gerutu Bagio menuduh suara batuk itu adalah suara batuk dari Lik Mukri tetangga sampingnya.
Bagio pun mencoba kembali untuk tidur, dengan menutupi kepalanya menggunakan bantal karena suara Batuk itu masih saja mengganggu.

"Uhuk..uhuk..uhukk!!!".

Suara itu terdengar semakin menjadi-jadi. Dan membuat Bagio menjadi agak kesal. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya--
--dan berjalan ke arah jendela, arah yang ia yakini sebagai sumber terdekat dari suara batuk itu.

Dengan perlahan ia menyingkap tirai jendela kamarnya, memasang satu matanya untuk melihat keluar, tapi hanya kegelapan yang ia lihat, meski suara batuk itu masih terdengar.
Ia yang penasaran kini membuka tirai dengan sepenuhnya, namun disini ia mulai agak bingung, karena semakin ia cermati, ia rasa suara batuk itu bukan berasal dari rumah Lik Mukri,

ia tempelkan wajahnya di kaca jendela kamarnya untuk melihat lebi, hingga beberapa saat kemudian--
--suara batuk itu pun mereda,

"Ashhh mbohhh!!!". Ucap Bagio seraya berbalik arah menuju tempat tidurnya tanpa menutup tirai itu kembali.

namun baru mungkin 2 langkah ia berjalan menuju tempat tidurnya. Tiba-tiba.

" Tok..tok..tok.."

Ada suara ketukan di kaca jendelanya.
Spontan Bagio berbalik badan menghadap ke arah jendela. Dan disini detak jantungnya pun seperti terhenti, karena ia melihat sesosok bayangan putih berdiri di balik jendela kamarnya itu. dan Ternyata dari dialah suara batuk itu berasal. ya sosok itu adalah pocong!!. Image
Pemandangan mengerikan pun terlihat ketika pocong itu batuk memuncratkan darah membasahi kaca jendela.

"Uhukkk!!!"

Matanya hitam legam, dengan wajahnya yang Gosong. Bagio Gemetar namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya, Hingga ia yang ketakutan pun jatuh tak sadarkan diri. Image
Singkat waktu ia pun terbangun keesokan harinya. Di atas lantai kamarnya karena sinar mentari yang mulai merangsek masuk ke kamarnya.

Melihat tirai jendela yang masih terbuka, Bagio langsung bangkit dan menghampiri, mengusap-usap kaca jendelanya.
"Fyiuuuuhhhh!!!". Ia menghela nafas, ketika noda darah yang semalam ia lihat kini tak ada, " Wah ngimpi kih!!". Ucapnya. Tapi seketika ia berfikir, "Kalau itu hanya mimpi, tapi kenapa aku terbangun di lantai? bukan di atas kasur". Pikir Bagio.
Hingga pikirannya itu pun teralihkan oleh suara sang ibu yang memanggilnya. Menyuruh Bagio untuk segera sarapan dan berangkat ke ladang.

"Iyo..makkkkkk". Sahut Bagio seraya beranjak keluar kamarnya, mencuci muka dan sarapan.
Setelah selesai sarapan Bagio pun bergegas pergi ke ladang, menyusul ayahnya yang sudah berangkat terlebih dahulu sehabis subuh tadi. Ingatanya tentang kejadian semalam sudah hampir ia lupakan dan menganggap itu hanyalah sebuah mimpi belaka.
Sampai akhirnya di tengah perjalanan, ia di hampiri oleh Bejo, temannya yang juga hendak pergi ke ladang.

"Bag...!!!!! Bagio!!!". Panggil Bejo dari kejauhan sambil berlari mendekati Bagio yang mulai melambatkan langkahnya.
"Ono opo to su!!, isuk-isuk wes bengak-bengok"

(Ada apa sih njing!! Pagi-pagi udah teriak-teriak). Ucap Bagio kepada temannya itu sambil melempar senyum.

"Asuuuuu.. Asuuuu... Aku mau bengi di weruhi pocongan!!!!".

(Anjingggghh.. Semalem aku dilihatin Pocong). Kata Bejo dengan-
-tampang yang cukup meyakinkan.

"Halaahhh, Ngimpi kui paling".

(Halah, mimpi itu paling). Kata Bagio yang berlagak tak percaya dengan temannya itu.

"Tenan, suuuu!!!! Aku ra ngapusi!!!, opo mergo wingi awak dewe ngombe ning ngisor wit trembesi kui yo!! --
-- kan jare Lik Giman, ning kono ono pocongane!!".

(Benerann njinggg!!!, aku nggak bohong, apa karena kemarin kita minum di bawah pohon trembesi itu ya? Kan kata Lik Giman di situ ada pocongnya). Kata Bejo dengan amat sangat serius.
Bagio sedikit tersentak, ingatannya kembali lagi pada kejadian semalam, begitu juga dengan ingatannya perihal mereka berdua yang pernah minum, minuman keras di bawah pohon trembesi itu. Walau dalam hatinya mulai bergejolak, Namun disini Bagio masih berlagak menampik hal itu.
Hingga pembicaraan itu pun terhenti di sebuah persimpangan yang memisahkan mereka untuk pergi ke ladangnya masing-masing.

Sesampainya Di ladang, Bagio tampak termenung memegang pacul, mungkin karena mendengar cerita dari Bejo tadi, membuatnya menjadi kepikiran.
"Ahhhh luweh!!!". Batin Bagio yang kembali melanjutkan kegiatannya.

Singkat cerita sore pun menjelang, Bagio dan Ayahnya pun pulang, mereka berjalan mengambil jalur yang berbeda, tak seperti jalur yang tadi Bagio lewati saat berangkat.--
--karena menurut ayahnya ini adalah jalan terdekat, meski harus melewati kuburan desa dan kebun bambu yang rimbun. Dengan santai Bagio dan Ayahnya berjalan, diiringi oleh binatang malam yang nampaknya sudah mulai terdengar di suasana sore itu. Mereka pun terus berjalan hingga--
Saat melewati kebun bambu, Entah mengapa Bagio mendadak gelisah, hatinya menjadi tak tenang, sepertinya ia kepikiran dengan hal itu lagi. Bagio yang tadi berjalan di belakang ayahnya pun kini mulai mempercepat langkahnya, hingga berada disamping ayahnya.

"Ngopo? Wedi mesti!!".
(Kenapa? Takut pasti!!!hehehe). Kata Ayah Bagio dengan nada bercanda.

"Ora yoooo.. Ora wedi ..."

(Gakkk lah.. Gak takut). Jawab Bagio dengan mulutnya yang menguncup.
Sampai beberapa saat kemudian sampailah mereka di ujung kebun bambu itu, dan sekira 50meter setelahnya, terlihat ada saung yang berdiri, di bawah pohon Trembesi tua.
Ya!!! Itulah pohon yang di maksut!! Pohon dimana tempo hari Bejo, Bagio dan beberapa kawannya minum-minum-- Image
Bagio terus melangkah dengan rupa yang tak tenang, namun tiada henti matanya selalu melirik ke arah pohon itu. Hingga ia tak sadar sang ayah sudah tidak ada di sampingnya.

Bagio agak panik dan langsung berteriak memanggil ayahnya.
Namun tak ada sahutan, bahkan sejauh pandangan matanya ke depan ia tak melihat ayahnya yg harusnya berjalan tak jauh di depannya.

Bagio sedikit mempercepat langkahnya, tapi ketika Bagio merasa sudah jauh dari Pohon itu. tiba-tiba!!

"Uhuk.. Uhukkk..uhukk!!"

Bersambung
Bagio tersentak, ia sedikit melambatkan langkahnya sambil mengamati benar tidaknya suara itu, tapi..

"Uhukk..uhukk.uhukkk".

Nyatanya memang dia tidak salah dengar. Bagio kini berlari tanpa ia berani menoleh ke belakang, sementara suara batuk itu seperti terus membututinya.
Bagio terus berlari hingga akhirnya sampailah dia di rumahnya. Terlihat Ayahnya yang sudah rapi mengenakan baju koko tengah duduk di ruang tamu menunggu adzan magrib.

"Bapak ki kok ninggal to?". Ucap Bagio dengan nafasnya yang ter engah-engah.
"Ninggal piye? Lawong pakmu ki wes mulih kit mau awan, mergo sirahku rodo mumet kok".

(Ninggal gimana? Lawong ayah kan sudah pulang dari tadi siang, karena memang lagi agak pusing). Jawab Ayah Bagio dengan santai.
Seketika Bagio tersentak, dan ia pun juga teringat, memang benar tadi siang ayahnya pamit kepadanya untuk pulang terlebih dahulu karena sedang tidak enak badan. Lantas siapa tadi sore yang pulang bersama Bagio?
Disini Bagio hanya terdiam kebingungan, namun tampaknya ia tak mau membahas hal ini lebih jauh, ia pun berlalu, masuk ke dalam rumahnya mandi dan berangkat ke masjid bersama ayahnya.
Singkat waktu sepulangnya dari masjid, Bagio yang berada di kamarnya tampak gelisah. Pikirannya selalu tertuju dengan hal itu.. Hatinya mulai gusar, takut sesuatu itu akan mendatanginya lagi.
Setelah sejenak berfikir, Bagio pun bangkit dari ranjangnya, mengambil senter dan berpamitan kepada Ayah ibunya untuk pergi ke tempat temannya Bejo.

Ia pun mulai berjalan, menyusuri jalan desa yang masih minim penerangan itu, menuju rumah Bejo.
Hampir sampai Bagio ke rumah temannya itu, mungkin sekitar 5 - 10 meter lagi. Namun langkahnya terhenti ketika dari kejauhan ia melihat keramaian di rumah Bejo. Terdengar juga suara teriakan-teriakan dari rumahnya itu. Yang sepertinya adalah suara dari Bejo.
"Ada apa dengan Bejo?". Batin Bagio kala itu. Ia pun mulai mendekat hingga sampai di ambang pintu depan. Ternyata suasana memang cukup ramai. Ia yang penasaran mulai mendesak di kerumunan dan masuk. Dan di Ruang tengah tampak Bejo temannya itu tengah terkapar sambil--
--berteriak histeris. "Kesurupan setan Trembesi kui!!". Ucap salah satu seseorang di kerumunan itu.

Tampak Pak Kaum sedang mencoba untuk mengendalikan Bejo. Hingga Bejo pun kini tak lagi berteriak. Ia terdiam, merebah dengan matanya yang melotot.
"Bocahe teko!!! Bocahe teko!!!".

(Anaknya datang!!anaknya datang!!). Ucap Bejo yang tampaknya masih kerasukan.

Orang-orang di kerumunan itu pun mulai saling menoleh, begitu juga dengan Bagio yang tak paham. Hingga akhirnya orang-orang pun sadar bahwa Bocah yang dimaksut--
--adalah Bagio.

Mau tak mau ia harus maju, mendekat ke Bejo yang kini sudah dalam keadaan duduk di pegangi oleh Pak Kaum dan beberapa warga.

Tapi belum sempat Bejo yang kesurupan dan Bagio saling berinteraksi. Entah mengapa Bejo tiba-tiba saja terhuyung lemas.
Seakan sosok yang merasukinya tiba-tiba saja keluar dari tubuhnya. Mungkin orang mengira semua sudah berakhir. Tapi ternyata tidak karena selang satu hari kemudian Bejo belum juga bangun.

Bersambung
Bagio mulai merasa tertekan hingga akhirnya ia mengaku kepada orang tuanya tentang apa yang telah ia dan Bejo lakukan di sekitaran Pohon Trembesi itu. Bagio sangat yakin inilah penyebabnya sehingga ia terpaksa mengakui itu meski dengan resiko Bagio akan dimarahi orang tuannya.
Bagio juga menceritakan perihal teror pocong yang belakangan ini ia alami.

Benar saja ia kena marah habis-habisan oleh orang tuanya, terutama sang ibu yang tanpa ampun langsung memukulinya dengan gagang sapu.
"Oohhh Bocah kurang ajar!!! Iso-isone kowe mendem ning kono!!! Nek kesiku piye cobo?!!!bocah kok ra mari-mari!!)

(Ohhhh anak kurang ajar, bisa-bisanya kamu mabok di situ!! Kalau kuwalat gimana coba? Anak kok nggak tobat-tobat!!). Ucap ibunya sambil mengayunkan sapunya.
Karena tampaknya ini bukan kali pertama si Bagio ketahuan minum minuman keras.

Hingga perdebatan itu pun di lerai oleh sang ayah yang menyuruh Bagio untuk segera masuk ke dalam kamarnya.

"Kono!!! Mlebu kamar!! Terus solat!!".
(Sana! Masuk kamar! Terus solat!). Ucap Ayah Bagio.
Bagio pun langsung mengambil wudhu dan masuk ke kamarnya dengan berlinang air mata. Bagio anak paling kuat di desa memang selalu menangis ketika melihat ibunya kecewa.

Bagio pun solat dan setelah itu ia merebah sambil melamun Menyesali kelakuannya itu.
Tak selang beberapa lama, sang ibu masuk ke dalam kamarnya membawakan segelas teh hangat untuk Bagio.

Bagio segera memasang muka lega, ketika melihat ibunya sudah reda dengan kemarahannya.
"Iki wedange!!! Nek ngombe kui, teh opo kopi!!!!, baleni pisan ngkas tak guyang jarang ndasmu!!!".

(Ini minumnya!! Kalau minum itu, teh apa kopi!!!, di ulangi sekali lagi, ibu siram air panas kepalamu!!!). Ucap ibu Bagio yang sebenarnya tentu tak sungguh-sungguh.
"Iyo makkk.. Iyo...". Jawab Bagio dengan kepalanya yang menunduk. Ibunya memang galak, tapi kegalakannya tentu dengan maksut yang baik. Setidaknya Bagio kini sudah lega dengan kejujurannya.
Singkat waktu malam pun semakin larut. Mungkin semua orang di rumahnya sudah tidur. Tapi tidak dengan Bagio yang masih tampak gelisah bergonta-ganti posisi di atas tempat tidurnya.
Entah apa yang ia rasakan, yang jelas ia merasa malam itu hawanya sangat panas. Sungguh hawa yang tak wajar di dareahnya. Bagio yang tak tahan pun mulai keluar dari kamarnya. Mengambil minum dan menghisap sebatang rokok di teras depan rumahnya.
Tak ada yang ia pikirkan kecuali rasa gerah yang ia rasakan waktu itu.

Angin pun mulai berhembus, menerjang tubuh Bagio yang perlahan mulai merasa nyaman. Seraya menyesap rokok ia memandangi langit-langit terasnya itu.
Dan disini lama-kelamaan pikirannya mulai teringat kembali dengan hal itu. Ya tentang pocong itu!!!

Bagio terhentak, tiba-tiba saja semua bulukuduknya berdiri, ia pun segera kembali masuk ke rumahnya.

"Hiiiiiiiiiii". Ucapnya seraya berjalan menuju kamarnya.
Dengan tanpa perasaan apapun, Bagio masuk ke dalam kamarnya. Namun dengan muka pucat ia keluar lagi!!. Karena ternyata ada sosok yang seperti tengah duduk di atas tempat tidurnya.
Bagio takut!! Tapi ia tak begitu yakin dengan penglihatannya itu. Ia pun mulai memberanikan diri untuk masuk lagi ke kamarnya. Namun belum sempat ia melangkah. Tiba-tiba suara khas itu terdengar lagi.

"Uhukkkk...uhukkk.. Uhukkk".
Dengan gemetar Bagio mulai memundurkan langkahnya, selangkah demi selangkah dan berfikir untuk memberitahukan ini kepada orang tuanya.

Namun ketika ia berbalik badan dan hendak berjalan menuju kamar ayah dan ibunya, tiba-tiba!!

"Uhukkkkk".

Sosok pocong kini berada didepannya. Image
Mengangguk-ngangguk sambil terbatuk-batuk.

Pemandangan yang sangat tak lazim ini membuat Bagio ternganga, terpaku, terdiam tak bisa bergerak. Dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk berteriak namun ia benar-benar tak bisa. Matanya pun juga hanya tertuju dengan sosok itu.
Yang terus mengangguk dan terbatuk hingga Bagio melihat perlahan kain kafan yang menutupi tubuh pocong itu mulai terlepas.

Dan kini bukan lagi pocong yang Bagio lihat, melainkan seorang wanita dengan wajah hitam dan rambut yang acak-acakan.. Image
Sosok itu kini menangis dan berjalan perlahan mendekati Bagio yang rasanya sudah seperti mati berdiri.

--- Bersambung ---
Kini muka dari sosok itu benar-benar sudah di hadapannya. Menggeleng, mendesis dan menatap Bagio dengan tatapan kemarahan.

"Melu aku!!!!".

(Ikut aku!!!). Kata sosok itu di depan muka Bagio.
"Ampunnnnn....ampunnnn". Teriak Bagio yang menjatuhkan dirinya ke lantai, hingga teriakkan itu pun membangunkan ke dua orang tuanya.
"Opo to ndullll opo to!!!!".

(Apa sih nak!! Kenapa??).

Ucap Ayah Bagio sambil menggoyang-goyangkan tubuh anaknya yang ketakutan itu.
"Ammpunnn...ampun". Kata Bagio yang tampaknya masih ketakutan. Hingga akhirnya ia pun menyadari kalau itu adalah orang tuannya. Image
"Ono setan pak.. Ono setan!!!"

(Ada setan pak!! Ada setan). Ucap Bagio ketakutan.

"Ndi?? Raono opo-opo?, wes..wes..mlebu kamar!!".

(Mana?? Tidak ada apa-apa?, sudah, masuk kamar!!). Kata ayah Bagio sambil menuntun anaknya itu untuk masuk ke dalam kamar lagi.
Namun di ambang pintu, langkah sang ayah terhenti bersama Bagio di sampingnya yang kini nampak memalingkan pandangannya..

"Lhha tooo, kandani ngeyell". Kata Bagio seraya berpaling.
Ayah Bagio tampak mengrenyitkan dahinya, mencermati dari luar kamar sosok putih yang berdiri di kegelapan kamar anaknya itu.

Sementara Bagio sudah berlari menuju kamar lain, meringkuk memeluk ibunya. Image
"Sopo kui!!!"

(Siapa itu!!). Teriak sang ayah dengan sedikit terbata.

Sosok itu masih berdiri mematung tak bergeming. Ayah Bagio pun memberanikan diri untuk mendekat dan masuk, diraihnya saklar lampu di samping gawang pintu dan!!!
Ayah Bagio pun kini hanya bisa berdiri menatap sosok yang kini terlihat jelas itu.

"Uhukk..uhukk..uhukkk".

Sosok pocong yang mengangguk, dan terbatuk, wajahnya hitam legam, dengan satu mata yang tersingkap, sesekali menatap ayah Bagio yang mulai memundurkan langkahnya. Image
Hingga akhirnya Ayah Bagio pun lari masuk ke kamarnya, ketakutan dan ikut meringkuk bersama anak dan istrinya dalam satu ranjang.

Sungguh di luar nalar memang, tapi inilah yang terjadi saat itu.
Haripun berlalu,

Dan ternyata teror Pocong dari Pohon Trembesi itu tak hanya dialami oleh Bagio ataupun Bejo, melainkan seluruh desa. Suara batuk-batuk itu ternyata sudah berkelililng desa, didengar oleh hampir semua penduduk desa.
Dan setiap ada orang yang berani memeriksanya, dia akan di hadapkan kepada sosok pocong itu. Pocong yang diduga kuat adalah penunggu dari pohon Trembesi di ujung desa.
Dilihat dari terornya yang kini mulai tampak menyeluruh, bisa diartikan penyebabnya bukanlah dari Bagio dan Bejo yang tempo hari sempat menjadikan sekitaran Pohon Trembesi itu sebagi tempat minum, minuman keras. Lantas apa penyebabnya? Mari kita lanjut!!!
Teror Pocong Trembesi kini menghantui seluruh desa, setiap lewat tengah malam, suara batuk itu akan terdengar berkeliling ke setiap rumah warga membangunkan orang-orang yang mungkin sudah terlelap. Sudah seminggu ini sehabis isya, hampir tak ada lagi warga yang berani keluar.
Tapi tidak untuk Lik Giman, yang dengan anehnya ia seperti tertarik dengan fenomena ini.

"Son!! Awak dewe mengko bengi kudu ronda".

(Son!! Kita nanti malam harus ronda). Ucap Lik Giman kepada Warson, saat perbincangan di warung kopi milik Lik Giman sore itu.
"Hehhh, ora lik man!! Aku ora'an aneh-aneh, wedi aku".

(Heeehhh, gak lik Man!! Aku tidak akan aneh-aneh, aku takut!!). Jawab Warson menolak ajakan Lik Giman.
"Hhhahhh!!!! Warson, mbiyen jegere SMA, wedi??"

(Hahhh, Warson, dulu preman SMA ini takut??). Kata Lik Giman mengejek Warson.
"Iki sing di adepi dudu maling lik Giman!!, dudu menungso!! Tapi demit!! Sampean gelem po koyo Bejo kae? Ra menyat telung dino?"

(Ini yang kita hadapi bukan maling, lik Giman!!, bukan manusia!! Tapi demit!!, emang sampean mau, bernasib kayak Bejo? Gak bangun 3 hari?).--
--jawab Warson dengan kesal.

Lik Giman hanya tertawa mendengar itu, hingga percakapan pun berakhir.

Singkat cerita malam harinya,

Ternyata Lik Giman tak main-main, ia nekad membuka Warung kopinya sampai hampir tengah malam.
Sekira pukul 11.30 malam, tampak Lik Giman tengah duduk di depan warung kopinya, lengkap dengan senter dan klewang yang sudah siap berada di dekatnya.

Wajah Lik Giman tampak gelisah, seakan menyembunyikan ketakutanya.

"Setan Asu!! Goro-goro kowe warungku dadi sepi!!".
(Setan anjing!!, gara-gara kamu, warungku jadi sepi!!). Gerutu Lik Giman pelan.

Suara pentas wayang dari radio, menemani Lik Giman malam itu. Seraya mengisap rokok dan menyesap kopi, sesekali ia arahkan senter di kegelapan samping warungnya itu.
"Wes!!!! Tak tunggu!!! Ketemu yo ketemu!!!". Batin Lik Giman.

Waktu pun berlalu, mungkin sekira 1 jam kemudian, suasana mulai berubah menjadi membosankan.

Lik Giman pun kini merebah di kursi panjang depan warungnya itu, sambil mendekatkan radionya di samping telinganya.
Lik Giman mulai mengantuk dan perlahan matanya pun terpejam, meski telinganya masih sadar mendengarkan radionya.

Namun disaat Lik Giman mulai terlarut membayangkan pementasan wayang kulit yang ia dengarkan itu. Tiba-tiba..

"Uhukkkkk...uhukkkk..uhukkkk".
Suara yang ia tunggu itu terdengar!! Memecah dan membaur diantara suara gamelan di radio yang berada di sampingnya.

Mendengar itu Lik Giman tentu langsung tersentak, dan Bangkit, ia yang semula mengantuk kini tampak sadar dan tegang. Jantungnya pun berdegup dengan kencang.
"Uhukkk..uhukkk..uhukk..".

Suara itu terdengar semakin jelas!! Lik Giman pun kini bangkit dan bersiap dengan senter dan klewangnya.

Menyoroti kegelapan di sekitarnya. Dan ia pun kembali duduk untuk menata hati serta keberaniannya.
Namun baru beberapa detik saja pantatnya menempel di tempat duduk. Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang memanggilnya.

"Gimannn.... Wagimannn". Suaranya tidak keras, tapi juga tak pelan.

" Wagimannn... Gimannn..".

Lik Giman tentu langsung bangkit dan berdiri lagi.
Menyorot ke sekeliling sambil berkata.

"Sopo kowe!!!, nek wani metu!!! Karepmu pie!!!!".

(Siapa kamu!!!, kalau berani keluar!!!, maumu gimana!!!). Ucap Lik Giman dengan sedikit terbata mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Dan "Uhukkkk...uhukkk..uhukkk".

Suara batuk itu muncul lagi, kini sepertinya benar-benar dekat. Seakan menghentak di telinga Lik Giman.

Dan ketika ia menoleh ke arah suara itu. Apa yang di harapkan oleh Lik Giman pun terjadi.
Sosok bungkusan putih kini duduk di bangku yang tadi diduduki oleh Lik Giman. Sosok pocong dengan ikatan kepalanya yang seperti sudah terlepas. Image
Lik Giman yang sempat melihat, kini langsung memalingkan pandangannya. Nyatanya, ia tak sebernyali itu.

Tapi Lik Giman yang merasa sudah kepalang tanggung pun kini mencoba untuk memberanikan dirinya.
Ia mulai berdoa dalam hatinya, sambil mengacungkan klewangnya dengan gemetar ke arah sosok pocong itu meski itu ia lakukan tanpa menatapnya. Lik Giman mencoba berbicara.

"Wesss!!! Lungo!! Ojo ganggu ning desoku!!!".

(Sudah!!!! Pergi!! Jangan mengganggu desaku!!). Ucap Lik Giman
Mungkin hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutnya. Kata makian yang sudah ia rangkai sedari sore tadi, mendadak ciut dan lenyap dari Pikiran Lik Giman.

Sosok itu pun kini tertawa, mengikik parau serak dan lemah. Image
Dengan suara perempuan sosok itu pun menjawab.

"Aku njaluk wadal!! Ono sing ngising ning jedingku!!!"

(Aku Minta tumbal!!!! Ada yang berak di tempat mandiku!!!). Kata sosok itu yang kemudian hilang entah kemana.
Hingga Lik Giman yang sadar sosok itu sudah tak ada pun, langsung berlari tunggang langgang, pulang kerumahnya tanpa sempat menutup warungnya..

---Bersambung---
"BAJINGANNNNNN!!!!".

Teriak Lik Giman sambil berlari, nalarnya begitu kacau saat itu. Hantu yang seumur hidupnya hanyalah dongeng belaka. Kini benar-benar ia lihat.
Sesampainya dirumah, dengan gelagapan ia pun mnceritakan apa yang tadi ia lihat kepada istrinya.

Tangannya masih gemetar memegang gelas berisi air putih yang di berikan oleh istrinya.

"Asuuu!!! Pocongan trembesi njaluk wadal dek!!". Ucap Lik Giman dengan terbata.
Sang istri masih menanggapi ucapan Lik Giman itu dengan tidak begitu serius. Sampai akhirnya Lik Giman yang lemas pun kini mulai merebah di samping istrinya.

Mungkin selang satu atau dua jam, sang istri tampak sudah tertidur.
Sementara Lik Giman, tentu masih terjaga setelah apa yang dilaluinya tadi. Baru kali ini ia benar-benar merasa ketakutan.

Kata-kata dari sosok pocong itu terus saja terngiang di telinga dan pikirannya, membuat mata Lik Giman tak mungkin bisa terpejam.
Singkat cerita keesokan harinya, buru-buru Lik Giman pergi kerumah Pak Jumali, kepala dusun sekaligus sesepuh dari desa ini.

Lik Giman bercerita perihal Pocong yang meminta tumbal itu kepada Pak Jumali begitu juga dengan penyebabnya. Yaitu ada seseorang di desa ini--
--yang telah dengan sengaja buang air besar di mata air Belik ( pemandian umum) samping pohon Trembesi itu. Karena memang itulah satu-satunya tempat mandi di desa ini.
"Njaluk wadal meneh!???".

(Minta Tumbal lagi??). Ucap Pak Jumali setelah mendengar cerita dari Lik Giman tersebut.

" Hah!! Meneh? Opo mbiyen tau njaluk wadal mbah?".

(Hah!! Lagi!?, apa dulu juga pernah minta tumbal mbah?). Jawab Lik Giman Keheranan.
Jadi ternyata menurut Pak Jumali, dahulu selang 1 generasi di atas Lik Giman, penunggu dari Pohon Trembesi itu memang pernah meminta tumbal, dengan sebab yang kurang lebih sama, yaitu ada seseorang yang mengotori mata air di samping Pohon itu.
Tapi untung tak ada korban setelah tumbal itu ditukar dengan kepala kambing.

"Ayo ning pak kaum, karo mbah Gotro!!'.

(Ayo kita ke Pak kaum dan Mbah Gotro!!). Ucap Pak Jumali menutup pembicaraan itu.
Singkat cerita, Pak Jumali selaku kadus, Pak Kaum selaku ahli agama dan Mbah Gotro orang paling kejawen di desa itu bersama para warga berbondong-bondong menuju Pohon Trembesi itu, untuk membuktikan perkataan Lik Giman tentang penyebab dari semua teror ini.
Sesampainya disana tepatnya di depan mata air "Belik Trembesi" Itu. Lik Juwari selaku hansip desa langsung membuka penutup dari mata air itu. Karena memang, katanya sejak kejadian teror dahulu, mata air ini dilindungi dengan tembok semen di sisi yang melingkarinya--
--membentuk segi empat dan tutup seng di atasnya.

Dan benar saja setelah dibuka, munculah gumpalan-gumpalan kecil yang tak tenggelam, yang di duga kua adalah kotoran manusia.
"Ohhhh ha menungso celeng!! Dadi wingi aku adus karo sikatan, nganggo banyu resepan tai!!".

(Ohhh!!! Memang manusia Babi!!, jadi aku kemarin mandi dan sikar gigi menggunakan air resapan tai!!). Ucap salah satu warga setelah melihat itu semua.
Dan dengan alat seadanya, Lik Juwari dengan risih mulai memunguti gumpalan-gumpalan kotoran itu hingga bersih.

"Ohhh..sing ngising ning kene tak dongangke silite kobong!!!".

(Ohhh, yang berak disini saya doakan duburnya kebakar!!). Ucap Lik Juwari dengan keras sambil memunguti-
-kotoran itu. Entah siapa orang iseng dan tolol yang dengan bodohnya buang air besar di situ. Padahal jelas-jelas dalam jarak 6-7 langkah saja, tempat khusus BAB juga sudah disediakan.
Singkat cerita duduk permasalahan pun kini sudah di ketahui, Mbah Gotro sebagi orang yang bisa berkomunikasi dengan lelembut pun kini melakukan mediasi yang menurut beliau berjalan cukup alot, karena sosok pocong penunggu pohon trembesi itu terus saja ingin meminta nyawa seorang-
--manusia. Mungkin kini kepala kambing tak cukup untuk menggantinya. Meskipun begitu, Mbah Gotro tetap terus berusaha, karena menurut beliau se salah-salahnya manusia, nyawa bukanlah hal yang tepat untuk menebusnya. Meski itu adalah nyawa dari orang yang buang air besar di tempat
--itu.

Hingga akhirnya setelah proses negoisasi yang cukup alot, sosok penunggu "Belik Trembesi" Itu pun mau memaafkan dengan tumbal kepala sapi.
Dan mau tak mau, para warga pun dengan suka rela memberikan itu.

Dan benar saja, setelah tumbal kepala sapi itu dikuburkan di dekat pohon Trembesi itu. Berangsur-angsur teror mulai hilang.
Suara Batuk-batuk yang meneror setiap malam dalam kurun waktu kurang lebih 1 minggu ini sudah tak terdengar lagi, mengilang perlahan bersama ketakutan seluruh warga desa.
Namun dari semua kejadian ini, ada 1 misteri yang tak pernah terungkap. Bahkan sampai sekarang saat cerita ini ditulis, misteri itu adalah, siapa orang iseng yang melakukan itu?
Tamat,

Demikian cerita "Pocong Trembesi" Yang mungkin cukup singkat ini. Saya bawakan dengan seadanya. Maaf bila ada banyak kata kasar di dalam cerita ini, atau ada tulisan yang sekiranya salah dan menyinggung.

Sekian, Sampai jumpa kapan-kapan :))
Cerita-ceritaku di karyakarsa

Rumah Sarang (Bagian 1) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Rumah Sarang (Bagian 2 - Tamat) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Gembung 1968 karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Dahlia (Bagian 1) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Popok Wewe (Tamat) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Dukung saya di @karyakarsa_id karyakarsa.com/AgilRSapoetra biar saya lebih semangat buat nulis cerita..

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with gil

gil Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @AgilRSapoetra

Mar 22
GUMBOLO PATI #11

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
Bagian sebelumnya di @X :

Selanjutnya di @karyakarsa_id :
11.

12.

13. (Tamat) - ongoing.

*****

GUMBOLO PATI #11

Tiga hari berlalu sudah, sejak ‘Bedhong Mayit’ itu di ambil kembali dari almarhum Pak-
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
-Broto. & sudah selama tiga hari ini pula Pak Dirja hampir dibuat putus asa, karena teror dari jin kafan yg semakin mengerikan saja.

Bagaimana tidak, semalam ada kejadian yg hampir saja mencelakai Darwis. Cucu mendiang Mbah Gajul atau anak Pak Dirja itu hampir menelungkupkan ke-
Read 71 tweets
Mar 15
GUMBOLO PATI #10

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu. @bacahorror @IDN_Horor @menghorror @ceritaht #bacahorror Image
Part sebelumnya #9

On @karyakarsa_id

10.
11.
12.
13 -Tamat. (On going)

“GUMBOLO PATI” #10.

Sore ini, sekira pukul 16.00.
Tampak Pak Dirja & Darwis sudah berada di dekat mulut-
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
-terminal, di dalam mobil pinjaman dari kantornya, mereka menunggu Pak Sukoco untuk melayat ke tempat Pak Broto.

Sekira 5 menit menunggu, Pak Sukoco pun muncul, dengan pakaian rapinya, ia langsung masuk ke dalam mobil, dan mengajak untuk segera berangkat.

“Ayo berangkat”. Ka-
Read 74 tweets
Feb 23
GUMBOLO PATI #7

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu.

@bacahorror @IDN_Horor @menghorror #bacahorror #menghorror #Idnhorror Image
10.
11.
12.

GUMBOLO PATI #7

Pak Dirja dan Darwis pun baru sampai di huniannya sekira pukul 23.30 malam, ini tentu teramat tak masuk akal, karena dibutuhkan waktu hampir 11 jam untuk mereka sampai di-karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Read 66 tweets
Feb 9
GUMBOLO PATI #4

Bedhong Mayit 2

"Terlambat, kita sudah terlanjur terikat, ku ucapkan selamat datang wahai inangku sekarang, akulah 'GUMBOLO PATI', Sang Gembala Kematian penjaga 'Kain Rombeng' itu.

@bacahorror @IDN_Horor @menghorror #bacahorror #menghorror #Idnhorror Image
9.
10.
11.

GUMBOLO PATI #6

Adzan subuh sudah berkumandang sekira tiga puluh menit yg lalu, namun Pak Dirja & Darwis, masih dalam keadaan yg sama, saling diam, dengan mata terjaga, bahkan dari semalam, ham-karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Read 77 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(