Entah kenapa mimpi basahku selesai, pas bersamaan pula dengan selesainya istirahat tidurku saat adzan subuh Pak War berkumandang...?
Kedua mataku terbuka dan langsung bangun beranjak menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu.
(eit eit eittttt...lo, lo...itu...itu, judulnya mimpi basah h h h h...? lo... kok langsung wudhu? hayooo...gak mandi besar duluuuuu......ta? mandi junub kek?)
Ah, sok tahu kamu!
Tahu apa tentang mimpi basah?!
Sretttt! (Pendengar tiba-tiba mengkeret!)
Hawa subuh ini segar dan sejuk.
Gak gerah, ongkep panas seperti hari-harì kemaren.
Sekarang beberapa anggota tubuhku jadi basah terguyur air kran dan aku segera melangkah ke Langgar belakang rumah.
Loh?
Mana ceritanya...?
Katanya mimpi basah h h h...? ayo....sudah tegang nih...!?
Aku mau denger ceritanya...mimpi basah h h h (dengan mulutnya menganga)
O...? ( aku kok jadi ikutan melongo?)
Okelah,
Begini ceirtanya...
Aku bersama tiga temanku touring ke Singosari.
Saat perjalanan, kita melewati sebuah tempat luas berpagar bambu yang didalamnya ditumbuhin ilalang yang telah meninggi semrawut.
Dan ditengahnya ada berdiri sebuah bangunan tua yang besar.
Mirip kayak bioskop yang sudah gak terpakai.
Ada dua penjaga yang mengenakan jacket kulit warna hitam.
Keduanya tersenyum menyambut kedatangan kami.
Kami berempat memarkir motor pas didepan pintu loket. Membayar beberapa puluh rupiah, untukku, Pak Nanang Soleh, Pak Amir dan Pak Mahfudz.
Kami dipersilahken masuk ke bangunan aneh itu.
Biasanya sih, kalau masuk ruangan didepan ada suatu ruangan yang luas.
Tapi ini malah baru masuk, didalam nampak luas penuh air.
Kulihat dibawah ada beberapa undak-undak (tangga dengan banyak anak tangga yang menuju ke bawah).
Tanpa pikir panjang, kami langsung menuruni anak tangga masuk kedalam air yang jernih dan bening itu.
Tak pakai selang oksigen seperti pada kehidupan biasanya para penyelam air.
Kami jalan seperti biasanya dan kulihat teman-teman juga sudah dalam air.
Rasanya basah dengan rambut masing-masing melambai-lambai terkena arus air.
Tanpa rasa bingung seperti orang yang sudah terhipnotis.
Kulihat-lihat sekeliling...tampak bangunan-bangunan megah yang terbuat dari tebing-tebing berbentuk kayak candi.
"Seperti candi yang terendam dalam air?" batinku.
Bangunan-bangunan itu besar, raksasa membuat takjub siapapun yang melihatnya.
Langkah kami terus, terus dan terus sampai kebelakang.
Melewati beberapa tembok-tembok bangunan yang berwarna coklat tua.
Aneh, napas juga gak kehabisan oksigen.
Kami bernapas seperti biasanya.
Seperti Deny manusia ikan dengan insangnya..Padahal, sudah beberapa gelembung udara yang dikeluarkan, terlihat menggelembung-ngelembung keluar menuju keatas.
"Sudah semangkin jauh kita masuk Pak Nanang...kok semangkin ngeri saja rasanya ya?" ujarku, "apa, kita balik aja, aku kuatir ada apa-apanya nanti"
Ketiga temanku menuruti apa yang kuanjurkan.
Tak menjawab, walau sepatah katapun.
Kami balik badan dan kembali...melangkah dengan masih melihat kiri kanan.
Ketakjuban masih menyelimuti pandangan kami.
Aku didepan, berjalan pelan...dan ketika kulihat pas belakangku...ada Pak Nanang.
Aku terkejut!
Pak Nanang Soleh yang sama sekali tak pernah merokok...tiba-tiba menghembuskan sesuatu.
Tangan kanannya menggapit sebatang rokok filter dari japitan jari-jarinya.
Dengan tenangnya ia menyedot itu rokok dan menikmati asap yang dikulumnya kemudian menghembuskan asapnya.
Jelas!
Gak keluar itu asap...karena diair...
Cuma gelembung-gełembung udara bening saja.
Aneh...?! (ah! biasa saja!)
Ah, biar saja..(sip!)
Kami terus berjalan, menuju keluar.
Dan tiba-tiba langkah kembali terhenti.
Kami berempat memandang pada sekeliling.
Kami saling pandang...
"Bangunan apa ya ini...?" batin kami sepertinya saling bertanya dengan maksud yang sama...
Dan dengan kompak menggeleng-gelengkan kepala tanda tak tahu.
Tangga naik keatas, adalah jalan menuju pintu keluar.
Naik dengan beratus-ratus anak tangga kayak tadi, dan....
Byarrrr....
Kami akhirnya mentas ke udara bebas...
Kulangsung tanya pada penjaga loket, "Sudah mau tutup? soalnya aku tadi berasa sudah mau tutup? makanya secepatnya keluar..."
"Iya Pak, jam 1 siang ini tutupnya" jawab penjaga loket dengan tersenyum,
"kalau mau lihat-lihat belakang bangunan ini, bapak-bapak bisa berjalan memutar kok...menyisir bangunan. Nanti akan bisa dilihat keindahan bagian belakangnya"
"O...?" kami berempat melongo. "ada yang indah lagi...?"
Segera kami memutar, dan benar juga...lamat-lamat terlihat, mulai tampak bulan besar separuh diatas ilalang yang tumbuh liar.
Bulan putih transparan muncul seperti kala senja...tapi kok warnanya putih ya?
Akhirnya, pada bagian belakang bangunan seperti ada tempat untuk memandang jauh dan pada depan sebelah kiri bangunan ada dua pohon besar yang dibawahnya terlihat akar-akar berserabut besar mengeluarkan sumber mata air yang melimpah!
Keluar terus air itu tanpa berhenti sama sekali.
Dari batang pohonnya juga keluar air, begitu juga dari tanah yang dicengkeram akar-akar tersebut.
Pas belakang bangunan ada banyak kembang setaman mayoritas warna merah, bergeletakan menebar wangi setiap udara yang kami hirup.
Ada dua kolam besar berisi air dan sejauh pandangan mata terlihat bulan besar separoh itu.
"Jam satu siang, kok bulannya sudah turun mau tenggelam kayak sudah mulai senja...?" Kata Pak Amir lirih.
"Penampakan model apa ini...?" sambung Pak Nanang Soleh.
Badan dan pakaian kami masih basah terus, tapi gak ada rasa menggigil...seperti biasalah...ya, otomatis semua dompet akan basah...
Tapi kami gak sempat berpikir kearah situ.
Cuek saja, seperti gak terjadi apa-apa...
Dengan berdiri dan bersandar kedua tangan menopang pada pagar kayu, kami berempat menikmati bulan putih yang separoh itu, dengan debur suara dari sumber mata air yang keluar dari dalam kedua pohon besar itu.
Inikah yang disebut Petirtaan Singosari...?
"Ah, jangan-jangan ini Petirtaan Singosari yang disamping rumahnya Pak Nanang Bustomi waktu kita kesana dulu pas acara koperasi?" ujar Pak Mahfudz.
"Ah! yang kesana kan cuma aku saja Pak...? sampeyan-sampeyan bertiga kan enggak...?" ujarku.
"Heuheuheuheu"
"Bisa jadi loh." jawab Pak Amir gak nyambung.
Pak Nanang Soleh hanya mengangguk saja.
Aku berfikir...ini pasti Petirtaan yang lain...
"Allahuakbar Allahuakbar..."
Kedua mataku terbuka.
"Pak War adzan" batinku.
Kuraba seluruh tubuhku...kering.
Tak basah.
Tapi, tadi aku mimpi basah!
"Halaaaaah...mimpi basah apaan?! mana tegang-tegangnya....? mana?!"
'Byurrrr...' Kusirampakan seember air dari kran.
Ia menggigil...mengkérét, mengecil dan akhirnya plushhhh! menghilang.
----------------------------------------------
Petirtaan Ken Dedes Watu Gedé di Singhasari kab. Malang Jawa Timur.
Sekilas seperti inilah gambaran dalam mimpinya ....
Patung Ken Dedes.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Aku mengendarai motor pada jalanan, yang kiri kanannya masih tampak berupa tanah.
Entah mau kemana tujuanku, aku tak tahu pasti, hingga aku berpapasan dengan seorang pengendara motor yang aneh.
Lehernya penuh jahitan hitam seperti habis kena bacok.
Rambutnya cepak semrawut dan wajahnya berjambang.
-ASEM GONDORUWO!-
Besar ini, sebesar timun dengan berat sekitaran setengah kiloan.
Gondoruwo suka tinggal di pohon asem...dan asem jumbo ini, bisa di fantasikan punyaknya Gondoruwo....
Tatkala kami melewati lorong yang kiri kanan full burung di wahana Eco Green Park.
Tiba-tiba pas enak-enaknya melangkah, dikejutkan oleh sesuatu yang aneh!
-K A T E M I-
Katemi, istri guru ngaji yang dituduh sebagai dukun Santet oleh seorang yang mencintainya.
Hoax!
Dulu sudah ada muncul untuk menyingkirken lawan² atau siapa saja yang meng halang² ngi.
Ada yang mempunyai kenangan tersendiri tentang sosok ini?
Kenangan masa kecil yang sampek sekarang njanget ((lekat) gak ilang².
Maklum, dulu sosoknya selalu tayang horror muncul pada tayangan² anak² yang selalu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dengan mata yang meng intip² malu, campur dag dig dug! jed derrrr...!
Dulu, dirumahnya Nenek Kakek ku yang di desa Pangganglele, ada tumbuh bambu kuning bergerumbul... sebelumnya gapura kemerdekaan 1945, jalan yang mau masuk ke pelataran rumah.
Kirinya jalan tanah, ada pagar tanaman hijau tua yang sangat disukai bekicot itu...
La...tepat di ladang yang agak meninggi...tanah disitu...? ada gerumbulan pohon bambu kuningnya.
"Kok ladang di depan sini ditanemin bambu kuning Kek?"
Seringkali kita denger peribahasa, “Dunia tak selebar daun Kelor.”
"Apa maksudnya...?"
Bahwa itu menasehatkan pada kita, agar tidak cepat putus asa dalam menghadapi suatu keadaan atau kegagalan, karena masih banyak pilihan lain (karena daunnya kélor kecil²).
Untuk contohnya, silahken di isi sendiri² di kolom koment ya...? kalau mau loh...heuheuheuheu.