-ASEM GONDORUWO!-
Besar ini, sebesar timun dengan berat sekitaran setengah kiloan.
Gondoruwo suka tinggal di pohon asem...dan asem jumbo ini, bisa di fantasikan punyaknya Gondoruwo....
Tatkala kami melewati lorong yang kiri kanan full burung di wahana Eco Green Park.
Tiba-tiba pas enak-enaknya melangkah, dikejutkan oleh sesuatu yang aneh!
Aku pegang...keras! berwarna kecoklatan dengan dijulur oleh sejenis tangkai yang memanjang dari atas pohon. (sambil mendongak)
Eh! memang buah dari pohon ini...
Kulirik híngga kulihat lamat-lamat...kiri kananku sembari kupegang buah itu.
eMak-eMak padha senyum-senyum, merah merona malu-malu... (kucing!)
Klencam-klencem dan sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Sesekali terdengar cekikikan dalam senyum yang ngégel-nggégel itu.
Kik kik kik kik (kayak orang ceguken!).
"Hayoooo...mikir apaan...? jadi kepikiran yang dirumah ya? hus! sadar! sadar sadaaaarrrr Mak é...! sadar!" dakwahku. (hem hem! sambil berdehem)
Seketika itu eMak-eMak langsung tersadar.
Tapi tak berhenti hanya sampai disitu.
Mereka belum bisa mengendalikan diri...
Belum bisa tenang.
Terlalu tinggi fantasinya!
(padahal masih siang loh...?!)
Bahkan salah satunya yang bernama eMak Zuli, tulunjuknya langsung menunjuk-nunjuk padaku...
Aku kaget!
"Ayo Pak é Sukri, Pak! Kriiii...! sampeyan foto dan pegang buah antik itu! ayo! ayoooo!" paksanya.
Meskipun masih diliput kaget, akhirnya aku hanya bisa menurut saja, memenuhi hasrat eMak Zuli yang keracukan ini.
Daripada gak nurut, bisa modyarrrr aku nanti.
Di stop kongsumsi siang nanti...(kotakan Padangggg...)
Bisa kurus body ini kalau sampai distop itu kotak...!
Jepret jepret jepret...
Dengan segala macam gaya, aku berpose...memenuhi hasrat eMak-eMak...
"Kaki kanan, kaki kanan...ya! kaki kanan naik Pak. Naik...ya...sip, gitu..."
Tapi besar ini...sebesar timun dengan berat sekitaran setengah kiloan.
Memang Gondoruwo sukanya tinggal di pohon Asem...dan asem jumbo ini, bisa di fantasikan punyaknya Gondoruwo...heuheuheuheu. Tapi itu tafsiran Pak é Didik loh...bebas.
Dari pada penasaran dan salah tafsir, baiknya aku tanyakan pada seorang guide yang ada disitu.
Seorang wanita cantik berkerudung hitam dan berbaju putih plus celana hitam.
Sesi pemotretan selesai.
Waktunya wawancara...
"Mbak-mbak...eh, mbak...apa namanya ini mbak...?" tanyaku.
"O...Kigelia Pak...ini adalah masuk genus tumbuhan berbunga dalam keluarga Bignoniaceae."
"Hmmm..."
"Genus ini terdiri hanya atas satu spesies, yaitu Kigelia Africana, yang tumbuh di seluruh area tropis Afrika dari Eritrea dan Chad selatan ke utara Afrika Selatan, dan barat dari Senegal dan Namibia."
"O..."
"Nama genus ini berasal dari nama Mozambik ‘Bantu’, kigelia keia, sedangkan nama umumnya Sausage Tree (Pohon Sosis) yang mengacu pada buahnya yang panjang dan sepintas mirip dengan sosis."
"Lo, kan Pak é Didik...bukan Asem Gondoruwo kan...?" jelasku.
Si wanita pun melanjutkan,
"Sedangkan nama dalam bahasa Afrikanya adalah Worsboom, yang juga berarti Pohon Sosis. Buah ini telah dikenal ratusan tahun silam sebagai bahan aktif yang akan membuat payudara indah dan kencang."
"Hah!" aku dan Pak é Didik terkejut!
Mas Dani dan Mas Ferly melongo...
Tapi mbak guide gak mempedulikannya...
"Buah ini juga disukai hewan babon, gajah, jerapah, kuda nil...
Buah yang memang lonjong mirip sosis ini katanya berkhasiat juga sebagai obat rematik, penawar bisa ular, syphilis dan kadang difermentasi juga untuk bahan pembuat bir. Katanya sih...saya juga masih katanya. Belum pasti" jelasnya gamblang!
Kalau sampeyan para pembaca masih bingung dan belum puas juga...ya...silahken memuasken diri dirumah masing-masing saja...heuheuheuheu...
Aku mengendarai motor pada jalanan, yang kiri kanannya masih tampak berupa tanah.
Entah mau kemana tujuanku, aku tak tahu pasti, hingga aku berpapasan dengan seorang pengendara motor yang aneh.
Lehernya penuh jahitan hitam seperti habis kena bacok.
Rambutnya cepak semrawut dan wajahnya berjambang.
-K A T E M I-
Katemi, istri guru ngaji yang dituduh sebagai dukun Santet oleh seorang yang mencintainya.
Hoax!
Dulu sudah ada muncul untuk menyingkirken lawan² atau siapa saja yang meng halang² ngi.
Ada yang mempunyai kenangan tersendiri tentang sosok ini?
Kenangan masa kecil yang sampek sekarang njanget ((lekat) gak ilang².
Maklum, dulu sosoknya selalu tayang horror muncul pada tayangan² anak² yang selalu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dengan mata yang meng intip² malu, campur dag dig dug! jed derrrr...!
Dulu, dirumahnya Nenek Kakek ku yang di desa Pangganglele, ada tumbuh bambu kuning bergerumbul... sebelumnya gapura kemerdekaan 1945, jalan yang mau masuk ke pelataran rumah.
Kirinya jalan tanah, ada pagar tanaman hijau tua yang sangat disukai bekicot itu...
La...tepat di ladang yang agak meninggi...tanah disitu...? ada gerumbulan pohon bambu kuningnya.
"Kok ladang di depan sini ditanemin bambu kuning Kek?"
Entah kenapa mimpi basahku selesai, pas bersamaan pula dengan selesainya istirahat tidurku saat adzan subuh Pak War berkumandang...?
Kedua mataku terbuka dan langsung bangun beranjak menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu.
(eit eit eittttt...lo, lo...itu...itu, judulnya mimpi basah h h h h...? lo... kok langsung wudhu? hayooo...gak mandi besar duluuuuu......ta? mandi junub kek?)
Seringkali kita denger peribahasa, “Dunia tak selebar daun Kelor.”
"Apa maksudnya...?"
Bahwa itu menasehatkan pada kita, agar tidak cepat putus asa dalam menghadapi suatu keadaan atau kegagalan, karena masih banyak pilihan lain (karena daunnya kélor kecil²).
Untuk contohnya, silahken di isi sendiri² di kolom koment ya...? kalau mau loh...heuheuheuheu.