Tahun 1982 Klemuk masih berupa jalan setapak yang kiri kanannya hutan pinus serta rerumputan yang rimbun sekali & tinggi.
Hanya bisa dilalui para pejalan kaki, pengendara sepeda motor brong sama sepeda pancal saja.
Roda empat, belum bisa ... ndak cukup lebar jalannya.
Kalau pas musim hujan, sangat licin sekali, lédok (berlumpur) bahaya, hati-hati meskipun kiri kanan sangat hijau indah sekali pemandangannya ...
Angker jalannya wingit, karena masih jarang sekali dilewati orang.
Kalau dari arah Pujon, turun Klemuk, akan didapati sebelah kanan makam umum... turun lagi sebelah kiri makam umum Songgokerto.
E, iya ... hampir lupa.
Sebelumnya di sebelah kiri dari arah Pujon, habis tikungan kiri Klemuk ... ada makam yang banyak orang nyebut makamnya mbah Klemuk.
Seorang Nyai yang konon katanya dulu selalu berada di daerah situ hingga sampai akhir hayatnya ...
Dimakamkan disitu ...
Makamnya sekarang bercat hijau padu kuning berkijing... dulu tidak & tanpa kijing.
Sekarang lebih terawat.
Jadilah Nyi Klemuk diabadiken sekarang menjadi nama daerah perbukitan Klemuk yang lebih terkenal menjadi jalur Klemuk.
Dulu, sebelum jalur Klemuk ramai seperti sekarang ini ... orang tua orang tua dulu sering berpesan, "Kalau kau lewat Klemuk jalan kaki mau ke Songgoriti pemandian air panas ... jangan lupa kau lempar uang dikiri kanannya jalanmu" ujar mbah (nek) Gipuk.
"Kenapa mbah?" Tanya anak wédok (perempuan) cucunya.
Temen-temennya si cucu juga ikut penasaran.
"Ya, buat sedekah saja ... tolak bala agar mereka mereka senang ..."
"Mereka mereka siapa?" Sela teman cucunya.
"Ya orang yang jalan disitu ... kalau nemu uang kan, mereka senang ... heuheuheuheu"
"Gak dikasih ayam hidup aja mbah? Kayak rombongan mantén kalau pas lewat jembatan itu loh?"
"Tidak, lempar koin aja. Ayam éman-éman (sayang), kalian kan masih kecil ..."
Dari Pujon jalan kaki lewat Klemuk ke pemandian air hangat Songgoriti, terus ... setelah dari pemandian Songgoriti, pulangnya dijemput mobil rombongan ke Pujon lewat Payung walau jaraknya 4 kali lipat lebih jauh daripada Klemuk.
Mangkanya, hingga hari ini jalanan Klemuk jadi jalan primadona buat para pengendara di tahun 2022 ini. Deket sih ... & cepat ....
Motong jalanya banyak sekali ... seperempatnya.
Lebih cepat waktu tempuhnya daripada lewat jalan Payung walau kemiringannya ekstrim 45°.
Tahun 1982 dulu masih gak ada kecelakaan ... walaupun terkenal angker ...
Tapi setelah jalannya diperlebar, di cor serta aspal jadi jalan alternatif hingga dilewati banyak kendaraan besar kecil dengan berlawanan arah ...
akhirnya banyaklah terjadi kecelakaan.
Gegara rem blong, ban halus, jalannya licin waktu turun hujan ... serta kopling kendaraan yang sudah gak kuat lagi buat menanjak.
Itu dari faktor yang tampak.
Dari faktor yang tak tampak .. baik diwaktu siang hari, sore maupun malem ...
dibalik pepohonan pinus sekilas, tampaklah Gondoruwo hitam penuh bulu dengan kepalanya bertanduk dua ... banyak sekali.
Bersembunyi malu-malu mengintai darah segar manusia.
Karena semua kendaraan bermotor lewat situ ... jarang yang mau lewat jalan Payung.
Saat terjadi kecelakaan di jalur maut Klemuk... sebagian orang ada yang menghubung hubungkan dengan dedemit penunggu Klemuk.
"Sudah dikasih koin sama orang yang selalu lewat sini masih kurang?" Tanya manusia kepada semua Gondoruwo.
"Aku gak mau koin! Koin hanyak untuk manusia sepertimu saja. Maunya darah segar manusia ... sebagai makananku ..." ujar salah satu gondoruwo yang barusan mencelakai pengendara sepeda motor.
"Kenapa harus darah manusia? Darah hewan ajalah ... ayam gitu ... kambing, sapi."
"Gak mau, makananku darah segar manusia ..."
"Emang siapa sih yang nyuruh kamu kayak gitu ...? maunya makan darah manusia saja ..."
"Itu!" Sembari tangan kanan cakar Gondoruwo menunjuk keatas bukit, "raja Ibliz, badannya merah yang selalu berdiri dipuncak bukit Klemuk"
Raja ibliz diatas hanya menyeringai saja.
"Gak turun kebawah ..? Mencelakai manusia sama para gondoruwo gondoruwo kayak kamu ini?"
"Endak! Raja Ibliz turun kebawahnya kalau sudah tercium darah segar manusia saja ... Manusia manusia yang berhasil tak celakai"
"Gila!"
"Biar saja ... itu memang sudah tugas kami sebagai dedemit penunggu sini! Suruh siapa lewat daerah ku ini?"
"Masak semua manusia dipukul rata bisa kau celakai?" tanya manusia lagi.
"Hanya manusia yang sombong saja, yang gak mau permisi serta meremehkan keberadaan kami sebagai demit yang berkuasa disini yang bisa ku celakai. Yang kosong pikirannya."
"Oo ... yang permisi, yang salam assalamualaikum, yang baca sholawat serta gak sombong berarti, kemungkinan besar kamu gak bisa ganggu ataupun sampai kau celakai ya?"
"Iya!"
"La itu tadi barusan pemuda yang mengendarai motor laki?" Sambil tangan kanan manusia itu menunjuk ke arah tikungan turun Klemuk sebelum makam mbak Klemuk, "kenapa sampai bisa ndlosor?"
"HAHAHAHAHAHAHAH!" semua gondoruwo tertawa.
....
Seharian waktu itu daerah Pujon turun hujan deras sampai sore, baru sedikit reda ....
Nampaklah pengendara motor yang sedang pulang kantor menuju rumahnya yang ada di kabupaten Malang.
Hati pengendara itu bisa terbaca okeh demit Klemuk dari cara ia mengendarai motornya yang sedikit agak ngebut.
"Ah, lewat Klemuk sudah hampir 2 tahunan ini, wira wiri Malang-Pujpn gak ada masalah ..." batin Alex dengan mengenakan jaket jeansnya yang sedikit basah oleh rintik
hujan sore itu.
Jalanan aspal Klemuk basah & sedikit licin.
Nampak warna-warna pelangi dipermukaan jalanan aspal hitam legam.
Tapi Alek tetap menggeber motornya dengan kencang walaupun di depannya masih antri 3 mobil lewat turunan Klemuk.
"Ah, salip ajalah ... kelamaan jalannya nih mobil mobil kayak karnaval saja" gerutunya gak sabaran, "wong dari dulu gak papa jalanan ini walaupun sedikit licin habis hijan deras seharian tadi .., rem motor juga masih cekat ini, 'cit! Cit! Cit! Cit!"
Gas lagi.
Alek pun menyalip satu mobil, 'ciitt!'
2 mobil 'ciiitt!' ...3 mobil ... 'ciittt!' masih dengan kecepatan kencang.
Tapi ..,
Pas tikungan kiri klemuk, diremnya lagi depan belakang motornya tangan kanan kiri ...
'Sreeettt ...!'
Langsung nggobat nggobét itu ban belakangnya ... ngiri nganan, terusss 'BRAK!'
jatuh! Tlosooorrr ...
Berhenti seketika ditengah jalan tanjakan.
Ia tertidur sebentar diatas aspal basah tanpa ada yang segera menolongnya.
Terlihat diatasnya 3 mobil putih berhenti semua. Wajah-wajah sopirnya seperti terlihat menggeleng gelengkan kepalanya lalu mantuk mantuk .."Syukuuuur! Udah tau ramai, jalan licin dan menukik tajam... masiiiih aja gak kanténan (gak sabaran) nyalip. Rasain tuh!"
Setelah Alek berusaha bangun walau dengan berjuang sekuat tenaga gak bangun bangun... motor berat banget! akhirnya datanglah dua orang pengendara motor brong yang habis ngarit datang menolongnya.
"Hati-hati mas, licin ... habis hujan soalnya" ujarnya sambil menuntun motor ke tepi.
"Iya pak, licin ..."jawab Alek, "matursuwun (terimakasih) pak"
"Hati-hati"
***
Mata mata gondoruwo yang memerah haus darah itu agak nampak kecewa ... gak jadi dapet darah segarrrr.
Gak jadi makan serta gak dapet pengikut baru.
Pengendara motor masih selamat, cuman luka besét (lécét sedikit) serta kesléo tangan kirinya saja.
"La kok bisa sampai gagal membuat mati itu orang?" Tanya manusia kepada gondoruwo tadi.
Langsung saja sosok sosok hitam didepan manusia tadi lari mundur ...
Terus datanglah raja Ibliz turun dari atas bukit.
Tubuhnya tanpa bulu ...
Merah darah dengan dua tanduk dikepalanya agak panjang melungker ...
Kain hijau penutup keranda jenazah berlafadz 'Laa ilaa ha illallah' (tauhid) tergeletak di rumah duka Pak Nawi yang ibunya meninggal karena diabetes akut.
Lupa gak dikembaliken di tempat asalnya yaitu ke rumahnya pak Modin.
Beruntun sehari 2 orang meninggal dunia.
Yang pertama anak bayi dan yang kedua adalah nek Gipuk, ibunya pak Nawi.
Rumah Pak Nawi sabtu pagi itu didatangi pak Tarji ... "Maaf pak Nawi ... ada penutup keranda kemarin ketinggalan disini?" dengan napasnya yang ngos ngosan.
Aku mengendarai motor pada jalanan, yang kiri kanannya masih tampak berupa tanah.
Entah mau kemana tujuanku, aku tak tahu pasti, hingga aku berpapasan dengan seorang pengendara motor yang aneh.
Lehernya penuh jahitan hitam seperti habis kena bacok.
Rambutnya cepak semrawut dan wajahnya berjambang.
-ASEM GONDORUWO!-
Besar ini, sebesar timun dengan berat sekitaran setengah kiloan.
Gondoruwo suka tinggal di pohon asem...dan asem jumbo ini, bisa di fantasikan punyaknya Gondoruwo....
Tatkala kami melewati lorong yang kiri kanan full burung di wahana Eco Green Park.
Tiba-tiba pas enak-enaknya melangkah, dikejutkan oleh sesuatu yang aneh!
-K A T E M I-
Katemi, istri guru ngaji yang dituduh sebagai dukun Santet oleh seorang yang mencintainya.
Hoax!
Dulu sudah ada muncul untuk menyingkirken lawan² atau siapa saja yang meng halang² ngi.
Ada yang mempunyai kenangan tersendiri tentang sosok ini?
Kenangan masa kecil yang sampek sekarang njanget ((lekat) gak ilang².
Maklum, dulu sosoknya selalu tayang horror muncul pada tayangan² anak² yang selalu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dengan mata yang meng intip² malu, campur dag dig dug! jed derrrr...!
Dulu, dirumahnya Nenek Kakek ku yang di desa Pangganglele, ada tumbuh bambu kuning bergerumbul... sebelumnya gapura kemerdekaan 1945, jalan yang mau masuk ke pelataran rumah.
Kirinya jalan tanah, ada pagar tanaman hijau tua yang sangat disukai bekicot itu...
La...tepat di ladang yang agak meninggi...tanah disitu...? ada gerumbulan pohon bambu kuningnya.
"Kok ladang di depan sini ditanemin bambu kuning Kek?"
Entah kenapa mimpi basahku selesai, pas bersamaan pula dengan selesainya istirahat tidurku saat adzan subuh Pak War berkumandang...?
Kedua mataku terbuka dan langsung bangun beranjak menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu.
(eit eit eittttt...lo, lo...itu...itu, judulnya mimpi basah h h h h...? lo... kok langsung wudhu? hayooo...gak mandi besar duluuuuu......ta? mandi junub kek?)