Black id Profile picture
Jun 9, 2022 85 tweets 11 min read Read on X
-KAKEK GOWES-

"TONG MIHEULAAN!"

[A THREAD]

@bacahorror #threadhorror #bacahorror #horrorstory #IDNhoror Image
"Ati ati kalau ketemu sosok kakek yang menggowes sepedanya di area hutan sekitar Jawa Barat. Biasanya deket-deket atau setelah magrib. Tepat di angka jam 6an lah. Karena yang mendahului, bakal ketemu lagi dengannya di depan. Dan terus berlanjut kayak gitu. Sampe Lo tersesat dan
jauh dari tujuan lo. Tersesat sampai matahari kembali terbit kalau lo beruntung, kalau engga berminggu-minggu lo di hutan atau bahkan bisa mati di hutan itu."
Hai, selamat malam semua. Gw mau ceritain soal kisah "Kakek Gowes" yang katanya meneror beberapa orang di sekitar hutan daerah Jawa Barat.
Ada beberapa narasumber yang ingin speak up soal kisah ini, mereka yang kena terror "Kakek Gowes"
Sebelum lanjut, gw tunggu rame dulu yaa hihii
Sosok kakek gowes dengan sepeda tuanya yang sering kali diperbincangkan berada di daerah hutan sekitar Jawa Barat. Gw berasal dari provinsi yang sama tapi belum pernah mengalami terror yang sama seperti para narasumber kita ini.
Tapi, nama kakek gowes sering gw denger dan gak asing lagi di telinga gw.

Informasi yang beredar Kakek Gowes paling tidak mau di dahului oleh siapa pun saat dia sedang menggowes sepedanya, karena dia merasa daerah yang dia lalui adalah wilayahnya sendiri.
Narasumber kita tidak mau memberitahu dan menginformasikan dengan gamblang daerah atau tempat pastinya.jadi buat teman-teman yang membaca cerita ini, yang familiar atau bahkan tahu dengan tempat kejadiannya,tolong dirahasiakan saja.
Jujurly, gw merinding banget setelah mendengar keseluruhan cerita dari mereka yang terterror.
Oke gw bakal mulai cerita dari kejadian yang menimpa Narasumber pertama kita…
Sebut saja Ucup (Nama samaran), pria berumur 35 tahun yang bekerja di warung kecil pinggir jalan. Warungnya tak jauh dari lokasi hutan lebat dan sungai yang suara derasannya terdengar sampai ke warung kecil miliknya.
Seperti biasa tiap pagi Ucup berangkat dari rumahnya menuju ke warung untuk menyiapkan barang dagangannya seperti air mineral, snack, dll. Namun di sore harinya, adalah sore tersial menurutnya. Lebih tepatnya adalah sore terakhir dia melewati daerah itu.
Waktu sekitar pukul 5 sorean mungkin, tiba-tiba saja barang dagangan Ucup laris semua hari itu. Tidak seperti biasanya. Ada sekitar empat sampai 6 mobil yang berhenti di warungnya dan nyaris memborong seisi dagangan di warung kecil Ucup.
Jalanan memang biasanya sepi dan hanya ada beberapa pembeli ke warung Ucup, namun jalan utama menuju ke tempat wisata di tutup karena ada perbaikan sehingga semua kendaraan mencari jalan pintas dan salah satunya ke jalanan tempat warung kecil Ucup.
Fyi, bukan warung Ucup saja yang ada di sekitar hutan lebat itu. Ada sekitar 6 warung kecil lain yang jaraknya agak berjauhan dari Ucup. Namun para wisatawan lebih tertarik dengan warung Ucup karena warungnya cukup bersih dan agak luas, sangat cocok untuk beristirahat sejenak.
"Alhamdulilah dagangan erep jam sakieu eung, jigana bakal loba wisatawan dei nu ngalewat. Rezeki tina jalan utama di tutup yeuh" (Alhamdulilah dagangan udah abis di jam segini, kayaknya bakal banyak wisatawan lagi yang lewat. Rezeki dari jalan utama di tutup nih)
sumringah Ucup sambil membereskan sisa-sisa dagangannya.

Satu mobil pick up menepi, membawa penumpang di bagian belakang mobil. Mereka baru keluar dari area hutan dan mau pulang. Semuanya terlihat kecapean.
Ucup kaget karena benar saja dugaannya para wisatawan masih ada yang lewat.

"Duh kumaha yeuh tos erep kieu" (Duh gimana nih, udah abis ini) pelan Ucup berbicara pada dirinya sendiri.
Sopirnya turun dan menuju ke warung Ucup. "Punten mang, aya spirt?" (Permisi pak, ada spirt?)

"Hapuntenna, tos seep. Nembe bade nyandakan barang dei" (Maaf banget, udah abis. Ini baru mau ngambil barang lagi) Jawab Ucup
Sopir itu menghela nafas panjang "Oh kitu mang, hatur nuhun atuh mang" (Oh gitu pak, ya udah makasih pak) dengan senyum pasrah lalu menatap ke orang orang yang ada di mobil.
"Kosong warungna! Arerep" (Kosong di warungnya, pada habis) teriaknya pada mereka.
Ucup buru buru masuk ke warung dan ngambilin sebotol minuman rasa jeruk "Eh mang, candak we ieu. Kur ieu sesana, wios teu kedah di bayar" (Eh pak, ambil aja ini. Cuma ini yang tersisa, gak papa gak usah bayar)
"Hatur nuhun mang, sing langkung langkung rezekina." (Makasih pak, semoga rezekinya makin nambah) jawab sopir itu dengan senyum lega.
Mobil pick up pun pergi, sedangkan Ucup menaiki motornya. "Semangat bawa barang lagi! Alhamdulilah sadayana lancar dinten ieu" (Semangat bawa barang lagi! Alhamdulilah semuanya lancar hari ini)
Ucup mengendarai motornya, jalanan sudah sepi sekarang. Waktu sekitar 6 sore kurang. Ada hal aneh yang Ucup rasakan dan gak biasa. Bulu kuduknya berdiri sepanjang perjalanan. Langit sudah agak gelap, dia pun menyalakan lampu motornya.
"Alhamdulilah aya jalmi oge" (Alhamdulilah ada orang) senyum Ucup senang.
Dia mempercepat laju motornya dan mendekat ke arah kakek-kakek, berniat untuk bertanya padanya. "Kek" sapa Ucup.
Beliau tak menoleh, bahkan sudah beberapa kali Ucup sapa. Tatapannya kosong ke arah jalanan, baru Ucup sadar kalau kakek itu gak berkedip daritadi. Rasa takut Ucup makin menggebu, apa lagi langit sudah semakin gelap.
Suasana di hutan makin sepi sunyi, anehnya lagi suara gowesan sepeda sangat terdengar jelas di telinga Ucup. Angin berhembus begitu dingin tajam ke seisi tubuhnya ucup. Tanpa berpikir panjang lagi, Ucup menggas motornya dan melewati si kakek.
Degup jantungnya berpacu begitu cepat. Beberapa menit kemudian, Ucup menghela nafas lega karena akhirnya bisa melewati kakek yang menurutnya aneh itu.
"Ku naon bapa nu bieu? Bisu apa buta?" (Kenapa bapak yang barusan? Bisu apa buta?) kata Ucup.
tapi Dia kembali di kejutkan dengan sosok kakek bersepeda tua yang sekarang ada di hadapannya lagi dengan jarak yang agak jauh. Ucup membuka mata lebar lebar dan memastikan apakah penglihatannya benar atau salah.
Semakin mendekat ke arah kakek itu, dia yakin kalau itu memang kakek yang sama dengan yang dia lewati tadi, tapi dia sadar ada perbedaan besar.
Kakek yang dia sapa tadi itu kini berlumuran darah dengan rantai sepeda karat di lehernya. Mata si kakek nyaris menonjol keluar dengan berlumuran darah yang berjatuhan.
"Astagfirulloh" Ucup berteriak histeris seluruh badannya sekarang terasa melemas. Dia segera menggas motornya jauh lebih kencang. Di lihat dari kaca spion kakek itu menggowes sepedanya makin cepat dengan wajah seramnya. Ucup mengendarai motor sangat cepat,
sampai dia pastikan kakek gowes tak lagi mengikutinya.

Sudah sekitar satu jam Ucup mengendarai motor dan tak sampai sampai. Jarak yang biasanya Ucup tempuh hanya sekitar 20 menit ke area ramai dekat rumah dan gudang pengambilan barang dagangannya.
Ucup berhenti di pinggir jalan dengan nafas yang naik turun, perasaannya makin resah. Dia segera mengecek hpnya. Rupanya sudah jam 18.30 Ucup melotot kaget dan menatap ke langit yang sudah gelap.
Keringat dingin bercucuran, Ucup kebingungan harus melangkah kemana lagi. "Salila sajam kuring kukurilingan?" (Selama satu jam saya muterin hutan?)
Ucup kembali mengecek layar hpnya, tidak ada jaringan di sana. "Rek kumaha dei, ajaran dei we terus maju nepika bisa balik" (Mau gimana lagi, cobain aja terus maju sampai bisa pulang)
Saat mau menyalakan mesin motornya, tiba tiba saja motornya tidak menyala. "Ku naon dih ieu motor?" (Kenapa lagi ini motor?)
Angin bergerak kencang membawa dedaunan sampai dahan pohon terbang. Ucup memutuskan untuk berteduh di bawah pohon di pinggir jalan. Suara langkah kaki tiba-tiba mendekat ke arahnya, Ucup tak berani membalikkan badannya. Suaranya makin mendekat,
kini suara itu di barengi dengan suara gesekan besi besi. Ucup langsung teringat muka kakek gowes tadi.

"Eta si Kakek nu ngagowes sapedah tadi kan? Rantena di kalungken?" (Itu si kakek yang menggowes sepeda tadi kan? Rantainya di kalungin?) Ucup panik dan makin gemetar.
Suaranya makin mendekat, hingga sentuhan tangan yang terasa dingin hinggap di bahunya Ucup.

"Ku naon mihelaan…?” (Kenapa mendahului?) Suaranya terdengar seperti bisikan dari seorang kakek.
Ucup menelan ludah ketakutan, namun karena rasa penasarannya dia pun menggerakan kepalanya ke samping untuk melihat sosoknya. wajah kakek itu jauh lebih menyeramkan. Ucup melihat jelas muka kakek gowes yang sekarang benar-benar dekat dengan mata Ucup. Kakek gowes wajahnya hancur,
dengan ke dua bola mata nyaris keluar dan rantai sepeda yang di biarkan mengalung di lehernya.

"Na- naon salah kuring? Naon nunutur kuring?" (Apa salah saya? Kenapa ngikutin saya?) Teriak Ucup nyaris menangis dan terjatuh ke tanah.
"Tong mihelaan" (Jangan mendahului) ucap si kakek gowes lagi, Ucup terus mundur dan akhirnya jatuh ke jurang ke dalam hutan yang jauh lebih banyak kengerian yang mengganggunya.
Ucup di terror kakek gowes semalaman di dalam hutan, Ucup terus di kejar dengan suara kayuhan sepeda yang nyaris membuatnya gila. "Ieu dimana? Tatangkalan baradag kabeh" (Ini dimana? Pepohonan besar semua) gemetar suara Ucup di temani suara semilir angin di sekitarnya.
"TONG MIHELAAN" (Jangan mendahului) gema suara kakek gowes seisi hutan terdengar nyaring. Ucup berlari sampai terjatuh karena kakinya yang tersandung bebatuan sampai lututnya berdarah. Ucup melewati sungai, sedangkan yang dia tahu area sungai sudah agak jauh dari lokasi hutan.
"Kuring tos sajauh kieu lumpat" (Aku udah sejauh ini lari) Ucup memegangi hpnya dan baru ingat untuk menyalakan senternya. Dia melihat sebuah gubuk tua.
"Sugan di gubuk itu aya jelema" (Semoga di rumah itu ada orangnya) Ucup berlari cepat sandalnya sebelah sudah hilang, meski menginjak bebatuan namun dia tak merasakan sakit sedikitpun.
Angin makin kencang terdengar, Ucup mencoba untuk berlari lagi namun karena rasa sakit di kakinya membuatnya susah bergerak. "Itu kakek kakek teh jurig atau naon?" (Itu kakek kakek hantu atau apa?)
Langkah kakinya terdengar perlahan makin mendekat ke gubuknya, sembari menyoroti gubuk itu dengan senter ponselnya. Ucup merasa tidak ada keanehan di sana, di dalam gubuk juga agak terang karena sepertinya ada lilin di sana.
"Jigana emang bener aya jelema nu cicing di gubuk ieu" (Kayaknya emang bener, ada orang yang tinggal di gubuk ini)
Tangan Ucup meraih ke pintu rapuh itu, berniat untuk mengetuk pintu namun di satu ketukan pintunya malah terbuka lebar. Ucup terkejut, namun dia kembali di kejutkan dengan sosok gadis kecil yang tengah duduk di sebuah kursi yang menghadap ke lilin di meja.
Ucup terkejut melihat wajah pucatnya, bulu kuduknya kembali berdiri dan tubuhnya gemetar parah.
"Aya naon mang? Sasab?" (Ada apa pak? Nyasar?) Tanya gadis kecil itu kini menatapinya dengan tatapan kosong.

"E- e enya neng, emang nyasab ti jalan raya" (iya neng, bapak nyasar dari jalan raya) gelagap Ucup namun mencoba berpikir positif sekarang.
Gadis kecil itu bangun dari duduknya dan mendekat ke Ucup "Lebet we mang, antosan dugi ka enying enying nembe uih. Ayeuna tos poek pisan, teu katingali nanaon" (Masuk aja pak, tunggu sampai pagi hari baru pulang. Sekarang udah gelap banget,
engga keliatan apa apa) kata gadis itu lalu membuka pintunya dengan lebar.

Sejak itu Ucup berpikir kalau gadis ini memang benar manusia, Ucup pun masuk ke dalam gubuk dia sudah gak tau harus kemana lagi dan bingung harus berbuat apa.
"Nuhun pisannya neng" (Makasih banyak ya neng) Ucup tersenyum lega menatapi gadis itu yang kembali duduk di kursinya. Sementara Ucup duduk di lantai kayu.

"Sok ngopi mang?" (Suka kopi pak?) Tanya gadis kecil itu tanpa menatapi Ucup.
Ucup segera mengangguk, mendengar namanya saja isi kepala Ucup terasa langsung rileks. "Osok neng, tapi wios teu kedah ngarepotken" (Suka neng, tapi gak papa deh jangan ngerepotin) sungkan Ucup.

"Teu repot da" (Engga repot kok) jawabnya simple sambil masih menunduk.
Ucup kebingungan namun rasa penasarannya tak sampai untuk mencari tahu gadis kecil itu sedang apa, tiba tiba saja perut Ucup terasa sakit.

"Neng aya jaman? Ngiring ka jaman lah" (Neng ada WC? Ikut ke WC dong) Ucup memegangi perutnya yang mules.
Gadis kecil itu lalu menatap mata Ucup dan menutup mejanya dengan selembar kain batik lusuh. "Aya, di pengker. Tapi kade mang, karesep kakek jamanna" (Ada di belakang. Tapi hati hati pak, kesukaan kakek WC na) lirihnya terdengar seperti suara bisikan.
"Kakek? Kakek gowes neng? Jadi eneng ge di terror?" (Kakek? Kakek gowes neng? Jadi eneng juga di terror?) Panik Ucup.

Dia mengangguk pelan "Mun aya nanaon mah buru buru uih dei ka gubuk we mang" (Kalau ada apa apa, buru buru aja balik lagi ke gubuk pak)
ucap gadis kecil itu seakan menenangkan Ucup.

"Muhun neng" (Iya neng) Ucup berpikir mungkin gadis kecil itu udah biasa atau memiliki keberanian tingkat tinggi dalam menghadapi kakek gowes. Jadi Ucup merasa sedikit lebih tenang.
Ucup pergi ke belakang gubuk, membuka pintu dapur yang langsung menuju ke alam bebas. Terlihat langsung sebuah bangunan kecil dekat sumur yang merupakan Jaman atau WC nya gadis kecil itu. Perasaan Ucup tak enak, namun berkali kali dia meyakinkan dirinya karena gadis kecil itu.
Langkahnya yang ragu membawanya ke WC tua itu, Ucup masih membawa hpnya yang digunakan sebagai senter. dia pun masuk ke WC dan berjongkok di toilet jongkok yang sudah di penuhi oleh lumut. Beberapa menit, Ucup mulai kepikiran.
"Kehela, budak awewe sagede kitu cicing di jero leweng jeung saha? Inung bapa na kamananya peting peting kieu? Eta budak teu sienen?" (Tunggu dulu, anak gadis segede gitu tinggal di dalam hutan sama siapa? Ibu bapaknya kemana malam malam gini? Itu anak engga takut?) Pikir Ucup.
Semilir angin terasa masuk dari luar karena WC itu memang atasnya agak terbuka. Gentengnya tidak di pasang semua, entah memang tidak ada atau terjatuh. Lagi lagi hawa ini Ucup rasakan. Entah kenapa dia ngerasa ingin sekali menatap ke atas WC tepat di bolongnya WC itu.
Bodohnya, Ucup reflek melakukan itu.
(Hawanya udah ngerasa gaenak jadi dilanjutin nanti dulu atau besok yaaaaa hihi)
(Nunggu nanti malem, RT dulu yaaaa)
"Astagfirulloh halaadzim" teriak Ucup histeris dan segera memasang celananya kembali. Dia melihat sosok kakek gowes nongol dari lobang atap dengan wajah hancur, mata yang hampir keluar dan lidahnya yang panjang menjulur sampai mengenai kepala Ucup.
Rasa mulesnya hilang seketika, Ucup berlari kesetanan dan kembali ke gubuk itu sesuai dengan perintah gadis itu. "Neng Neng Neng!” teriak Ucup dan kembali ke tempat gadis itu tadi berada.

"Si kakek mang?" (Si kakek pak?) Tanya gadis kecil itu dengan nada santai.
Ucup duduk di lantai kayu dengan nafas yang ngos ngosan dan keringat yang bercucuran. "Enya neng, reuwas pisan emang letahna meni panjang" (Iya neng, kaget banget bapak lidahnya panjang banget) jelasnya terpotong potong.
"Laun mang nyariosna, tos teu aneh orang die ku kakek gowes mah" (Pelan pak bicaranya, udah engga aneh orang sini sama kakek gowes) kata gadis kecil itu lalu menyodorkan secangkir minuman panas untuk Ucup.
Ucup menerimanya dengan tangan yang masih gemetar "Kopi ieu neng? Nuhun pisannya neng" (Kopi ini neng? Makasih banyak ya neng)

Saat hendak menyeruputnya mata Ucup terbuka lebar, dia terkejut melihat apa isi di dalam gelasnya.
Potongan lidah, 2 bulatan mata, puluhan belatung dan darah. Ucup reflek menjatuhka kopinya dan gelasnya pecah.

"Neng ieu naon neng?" (Neng ini apa neng?) Takut Ucup.

Saat kembali menatap ke arah gadis itu, ucup kaget melihat gadis kecil itu sudah berada di atas
langit-langit kayu dengan kaki yang melingkar di kayu. Badan dan kepalanya menghadap ke depan Ucup. Wajah gadis kecil itu hancur dengan kepala yang hampir putus dari lehernya. Ucup mematung, dia tak bisa berkata apa.

Gadis kecil itu tersenyum sampai taring giginya terlihat
"Mang mihelaan kakeknya?" (Bapak mendahului kakek ya?) Tanyanya diiringi tawaan nyaring.

Ucup segera keluar dari gubuk dan di depannya sudah di sambut oleh kakek gowes dengan wajah yang hancur. Dia memainkan rantai sepeda berbalut darah di tangannya.
"Rek mihelaan dei?" (Mau mendahului lagi?)

"Moal moal" (Engga engga) kata Ucup gemetaran, dia segera berlari kemana saja mencoba untuk menjauhi ke dua sosok mengerikan itu. Semalaman Ucup berlarian sambil membaca doa mengharapkan bisa keluar dari hutan itu.
tak terasa waktu sudah mulai pagi.

Entah gimana, Ucup merasa dia diarahkan oleh sesuatu untuk mengikuti sebuah jalan. dan benar saja, Ucup bisa keluar dari dalam hutan dengan tubuh lemas dan tak berdaya. Dia duduk di pinggir jalan dengan nafas ngos ngosan dan wajah pucat.
Ada pengendara lain yang lewat sebelum akhirnya Ucup pingsan dan tak sadarkan diri.

Setelah kejadian itu, Ucup pingsan selama 6 hari tak makan dan tak minum. Ucup tak berani lagi untuk melewati area hutan itu.
Hanyakalmah da osok paneri (Penyesalan selalu datang di akhir) begitulah kata - kata yang selalu Ucup ucapkan setelah mengalami kejadian mengerikan itu.
——THE END——

Ok guys untuk cerita Kakek gowes kali ini segini dulu yg gue dapet dari si ucup…sorry kalo masih berantakan soalnya thread pertama gue…sumpah gue diceritain pertama kali setakut dan semerinding itu sampe kalo denger sepeda takut sendiri wkwkwk see u next story guys

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Black id

Black id Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ausi_susilawati

Aug 4, 2022
Anna adalah anak satu²nya yg dimiliki oleh Dino dan juga harta satu²nya yg dia miliki setelah kematian sang Istri. Anna baru menginjak usia 9 tahun dan baru menduduki bangku Sekolah dasar di kelas 3.

Heru bekerja keras untuk putri semata wayangnya,
dia selalu memberikan apa pun yg terbaik yg bisa dia berikan padanya.

Meski pada nyatanya mereka hanya berasal dari kalangan biasa, namun Dino adalah sosok ayah yg menjadi idaman untuk semua anak. Meski dia hanya bekerja di resto sederhana di seberang kota.
Read 58 tweets
Jul 21, 2022
"Banyak dari mereka tak menyadari, bahwa kutukan atau Tulah itu benar-benar ada"

TULAH

[A THREAD]

@IDN_Horror @bacahorror @horrorfess @P_C_HORROR @HorrorBaca @HorrorTweetID #ceritaserem #threadhorror #horrorfess Image
Hi people, pernah denger gak apa itu Tulah? Atau hal-hal yg berkaitan dengan Tulah? Yess, gw sendiri tahu makna Tulah itu adalah kutukan yg menimpa siapa saja dari perbuatannya yg kurang baik atau bahkan menyakiti orang lain.
Atau mungkin aja Tulah itu di ucapkan oleh orang yg merasa tersakiti secara langsung.

Oke, di sini gw mau share beberapa Thread Horor yg berkaitan dengan Tulah dan bagaimana cara Tulah bekerja?
Read 51 tweets
Jun 16, 2022
-KAKEK GOWES-

"TANAH KEPULANGAN"

[A THREAD]

@bacahorror #threadhorror #bacahorror #horrorstory #IDNhoror Image
"Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama sama"

Alunan lagu terdengar sayup sayup, nyanyian itu berasal dari seorang gadis kecil yang dibonceng kakek gowes di sepeda tuanya. Menuju kegelapan membawa siapa saja yang mendengarnya.
Hai gw kembali lagi, di malam Jumat kemarin gw udah share cerita dari narasumber pertama yg berhasil lolos dari terroran kakek gowes. Ucup nama samarannya, meski begitu dia pingsan selama 6 hari dan kembali melanjutkan hidupnya.
Read 69 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(