Black id Profile picture
Jun 16, 2022 69 tweets 11 min read Read on X
-KAKEK GOWES-

"TANAH KEPULANGAN"

[A THREAD]

@bacahorror #threadhorror #bacahorror #horrorstory #IDNhoror Image
"Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama sama"

Alunan lagu terdengar sayup sayup, nyanyian itu berasal dari seorang gadis kecil yang dibonceng kakek gowes di sepeda tuanya. Menuju kegelapan membawa siapa saja yang mendengarnya.
Hai gw kembali lagi, di malam Jumat kemarin gw udah share cerita dari narasumber pertama yg berhasil lolos dari terroran kakek gowes. Ucup nama samarannya, meski begitu dia pingsan selama 6 hari dan kembali melanjutkan hidupnya.
Thread ke 2 ini gw sebut menyeramkan, karena apa? Karena si korban tidak bisa melanjutkan hidupnya lagi, alias mati terterror.
Sebelum lanjut gw tunggu rame dulu yaa.. sekalian RT, Like and komen jugaa gaish
Mytos kakek gowes terkenal di berbagai hutan di Jawa dengan versi yang berbeda beda, tergantung pengalaman orang yang bertemu dengannya. Menurut gw sendiri di berbagai versi cerita dari narasumber mempunyai keseramannya masing-masing.
Di Thread ke dua ini jauh lebih menyeramkan karena muncul sosok gadis kecil yang di thread sebelumnya menyamar menjadi si pemilik gubuk, yang ternyata memiliki keterkaitan dengan sosok kakek gowes.
Sebut saja narasumber kita ini Wulan (Nama Samaran) Wulan mempunyai seorang suami yang cukup sukses dalam usahanya. Namun, dia seorang lelaki hidung belang yang suka merayu wanita lain termasuk pembantu di rumahnya. Sampai akhirnya dia kapok karena ketahuan menghamili pembantunya
kejadian itu sudah bertahun tahun berlalu. Mungkin sekitar 5 sampai 6 tahun yang lalu.

Siang itu mereka berencana untuk pergi ke sebuah kampung, dengan tujuan yang baik. Wulan dan suami (sebut saja Dimas) memakai mobil avanza 2019 berwarna putih.
Perjalanan pun di mulai, Wulan sedikit janggal karena baru saja jalan tiba-tiba dia merasa gatal di sekujur badannya. Hal yang tak pernah dia alami sebelumnya.

"Ada ulatnya kali bun di baju atau di apa kek" ucap Dimas khawatir, sesekali dia menatapi istrinya sembari menyetir.
"Ulat dari mananya mas? Orang ini baju baru di cuci" jawab Wulan sembari menggaruk bagian tangan dan kakinya.

Meski dengan 'gangguan' itu mereka tetap melanjutkan perjalanan. Sampai di tengah perjalanan mereka beristirahat di sebuah warung makan,
niatnya mau mengisi perut yang lapar. Kejadian aneh kembali terjadi, Wulan menyebutnya sebagai peringatan ke 2. Dimas muntah darah di rumah makan dan membuat pelanggan lain merasa jijik.

"Hooeekkk"

Suara Dimas terdengar jelas "Mas kenapa tiba-tiba gini sih? Yuk ke toilet aja"
ajak istrinya yang mulai resah dengan tatapan sinis dari pelanggan lain.

"Bawa ke toilet dong mas nya mba"

"Bikin yang lain gak nafsu makan aja"

Sinis yang lainnya, Wulan meminta maaf mengangguk sopan pada semuanya. "Maaf mengganggu yaa"
Dimas pun di bawa Wulan ke toilet dan sisa muntahannya segera di bersihkan. Alhasil, mereka pun tidak jadi makan. Mereka kembali ke mobil, Dimas berjalan lesu.

"Mas? Mau di batalin aja? Kondisi kamu kayak engga yang memungkinkan. Lebih baik kita ke rumah sakit aja yaa,
kamu baru pertama kalinya lhoo muntah darah" khawatir istrinya sembari memboyong suaminya.

"Engga engga, niat aku udah bulat Bun. Masa aku gagalin hanya karena aku muntah doang" enteng Dimas.
"Itu kan bukan sekedar muntah biasa, kamu muntah darah mas" jelas Wulan lagi.

Suaminya menggeleng "Aku baik baik aja kok, aku engga ngerasa sakit atau apa bund. Jadi tenang aja ya"

Wulan hanya terdiam dan membiarkan suaminya duduk di bangku penumpang tepat di sampingnya
untuk beberapa saat, Wulan mulai mengendarai mobil dan melanjutkan perjalanannya. Langit terlihat gelap, awan hitam menyelimuti area pegunungan. Wulan menarik nafas panjang, perasaannya tiba tiba tak enak.

"Mas kamu yakin ke sini arahnya?" Tanya Wulan memastikan.
"Iya bund, udah ikuti aja google mapsnya" jawab Dimas dengan mata yang tertutup karena mulai mengantuk.

Tubuh Wulan tiba tiba terasa dingin "Duh kok jadi dingin begini ya? Apa mungkin karena cuaca di luar mendung?" Gerutu Wulan menatap ke langit diluar yang makin gelap.
Hujan turun rintik-rintik mengenai kaca mobil depan Wulan. "Yah beneran hujan deh, aku harus tukeran nyetirnya sama mas" gerutunya karena memang Wulan yang tak begitu lancar dalam menyetir. Wulan menepikan mobilnya dan berhenti.

"Mas"
"Mas" Wulan mencoba membangunkan Dimas dengan menggoyahkan tubuhnya yang tertidur lemas.

"Gantian dong nyetir mobilnya" tambahnya.

Dimas sangat sulit di bangunkan, Wulan berhenti sejenak dan menatap keluar mobil. Dia melihat seorang gadis kecil
terlihat berteduh di saung tak jauh dari jarak mereka, gadis itu terlihat sendirian dengan tatapan mata kosong menatap ke arah Wulan.

"Kenapa gadis itu liatin ke sini terus ya? Dan kenapa dia sendirian?" Pelan Wulan merasa tak enak hati.
"Apa jangan jangan dia ketinggalan orang tuanya? Apa dia anak hilang?" Wulan tambah panik.

Makin lama menatapi gadis kecil itu, Wulan makin ngeri. "Dia gak berkedip?" Takut Wulan segera menatap ke arah lain.

"Hah gak mungkin deh, kayaknya ini halusinasi ku aja"
Wulan mencoba menenangkan dirinya sendiri, dia kembali untuk mencoba membangunkan Dimas.

"Mas bangun! Gantiin dong nyetirnya, sekarang diluar hujan aku engga yakin kalau aku bisa nyetir pas ujan. Kita bentar lagi sampai mas" ucap Wulan makin keras mencoba membangunkannya.
Dimas membuka matanya yang terasa berat "Udah mau sampai beneran?" Tanya Dimas menoleh keluar mobil.

"Iya mas, di google maps perkiraan 25 menitan lagi" tambah Wulan.

Dimas lalu menatapi ponsel istrinya lalu mengangguk
"Oh iya, ternyata lebih cepet ya. Baru jam 5 sore kita udah deket sama lokasi tujuan" desisnya tak begitu jelas diiringi Dimas yang menguap.

"Mas mas, liat deh sebelah sana. Ada gadis kecil yang sejak tadi liatin aku terus, kenapa ya?"
Ucap wulan menunjuk ke arah saung tanpa berani melihatnya.

"Gadis kecil mana bund?" Tanya Dimas yang tak melihat siapa pun di sana.

Wulan panik dan segera menatap ke arah saung "Gadis kecil mas, tadi ada di sana. Mungkin usianya sekitar 5 atau 6 tahunan lah" gemetarnya.
Padahal diluar hujan sangat deras, tak memungkinkan untuk gadis kecil itu pergi begitu saja dari saung di sana kecuali memang kalau ada mobil yang menjemputnya.

"Kemana dia ya? Kok engga ada, aneh banget" wajah Wulan berubah menjadi ketakutan.
"Ahh kamu berhalusinasi kali, mana ada anak kecil berdiri di saung sana sendirian? Hujan deras begini? Gila kamu bund" ucap Dimas dengan mata yang menyipit menatapi keluar mobil.

Wulan tak bisa berkata kata tatapannya terpaku pada saung itu
"Udah kita gantian sekarang nyetirnya ya" ucap Dimas.

Setelah bergantian pun, Dimas mengambil alih mengendarai mobilnya. Wulan masih kepikiran soal gadis kecil tadi.

"Mas aku serius tadi lihat anak gadis, mungkin usianya bakal sama sama anak kamu sekarang.
Anak kamu umurnya 5 tahun lebih kan? Apa kamu tahu dia cewek atau cowok?" Tanya Wulan pada suaminya dengan tatapan menekan.

"Kamu apaan sih bund? Jelas jelas aku belum tau, makanya sekarang aku sama kamu mau ke kampungnya kan mau nemuin anak aku.
Kita lihat aja dia cewek atau cowok, dan harus sesuai kesepakatan kita berdua ya kalau anak itu akan kita bawa ke kota" ucap Dimas serius.

Wulan mengangguk cepat "Ya mas, dari awal kan aku sudah bicarakan itu.
Tapi kalau sama ibunya sekalian mau ikut ke kota, aku engga bisa ijinin. Kita tunggu anaknya dewasa aja" jawabnya.

Dimas terdiam dan tak mau berkomentar. Dia menyetir dengan serius, hujan masih turun dengan derasnya. Jalanan yang sepi membuat suasana hati Wulan makin tak enak,
apa lagi setelah gadis kecil itu mengganggu pikirannya. Dimas masih asik menyetir dengan menyanyikan lagu "Mari pulang marilah pulang versi remix" Dimas begitu asik berjoget mengikuti alunan Remix lagu yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak itu.
Sementara Wulan sejak tadi menyembunyikan rasa takutnya. Mereka lalu melihat seseorang mengendarai sepeda ontel tua di depannya, padahal cuaca hujan deras tapi mereka terus jalan?

"Gila kali ya kakek kakek itu, masa ujan deras begini jalan terus nyepeda?"
Ucap Dimas dengan tatapan aneh.

Wulan terkejut, karena yang dia lihat bukan hanya kakek-kakek tua nya saja. Melainkan ada anak gadis tadi yang menatapnya kosong. "Itu dia mas! Anak gadis itu maksud aku, lhaa kok bisa dia di bonceng kakek-kakek naik sepeda sih?
Padahal udah lumayan lama lhoo kita tadi, masa secepet ini?" Panik Wulan.

"Anak gadis? Anak yang mana maksud kamu Bund? Ah sama gilanya kamu sama si Kakek" celetus Dimas sembari menggelengkan kepalanya.
Rupanya Dimas tak bisa melihat anak gadis itu, hanya Wulan yang melihatnya di bonceng oleh kakek Gowes.

"Masa kamu engga lihat mas? Aku serius lho ini jangan bercanda ah" kesal Wulan makin takut kala anak gadis itu kembali menatapnya dengan tatapan kosong.
"Kamu yang bercanda kali bund, masa iya aku boong? Itu kakek kakek nyepeda sendirian ujan ujanan lagi. Masa iya anak kecil di bawa ujan ujanan? Ngawur kamu, udah deh kamu tidur aja bund! Kamu kelelahan makanya banyak ngayal" sahut Dimas resah.
Wulan terdiam dia mencoba mengabaikan tatapan kosong anak gadis itu dari kejauhan "Udah deh mas salip aja kakek nya buruan" perintah Wulan.

"Iya, asal kamu setelah itu tidur. Jangan banyak ngayal deh ah" ucap Dimas lagi.
"Mana bisa aku tidur" pelan Wulan.
Mobil Dimas pun menyalip sepeda kakek gowes yang dengan penglihatan Wulan ada anak gadis ikut bersamanya.

Mereka akhirnya keluar dari area hutan dan memasuki area yang cukup ramai. Di luar dugaan Wulan dan Dimas,
mereka seakan tak percaya ternyata bisa ada pedesaan modern setelah mereka keluar dari hutan yang dalam.

"Wih rame juga ya?" Sahut Dimas menatapi keluar mobil. Rumah rumah warga tertata rapih, beberapa warga terlihat berada diluar rumah dan
bercengkrama hangat begitu pun dengan kendaraan yang berlalu lalang. "Yah, sinyalnya ilang mas. Ini pedesaan apa ya? Andai kalau bisa cek di google maps" sahut Wulan mendengus.

"Gak papa lah gatau nama desanya juga, yang penting kita di perjalanan engga ngerasa kesepian amat"
jawab Dimas.

Wulan mengangguk "Iya juga sih"

Merasa boring di dalam mobil, Wulan memainkan ponselnya dan memotret pedesaan yang gemerlap itu dengan latar pegunungan yang indah. Setelah selesai memotret Wulan melihat sosok anak gadis itu di spion.
Wulan panik, namun enggan untuk mengatakannya pada suaminya takut suaminya ikut panik dan tidak bisa menyetir dengan baik.

"Kenapa anak gadis itu ngikutin aku? Dia setan?" Pikir Wulan saat itu.
Sosok gadis itu lalu menghilang, setelah cukup lama Wulan memejamkan matanya. "Desanya luas banget ya bund?" Sahut Dimas.

"Iya mas" jawab Wulan pelan menyimpan rasa takutnya yang besar.

Anehnya, Dimas dan Wulan melihat sosok kakek yang menggowes sepedanya lagi tepat
di depan mereka. Dan perasaan tak enak di hati Dimas pun mulai muncul. "Lha itu kakek kakek yang tadi?"

"Iya mas, sama anak gadisnya" jawab lirih Wulan dengan rasa takut yang makin menggebu.
"Gila kamu Bun! Udah stop kata aku, di sana engga ada anak gadis" marah Dimas.

Di saat yang bersamaan, mobil Dimas melindas sesuatu dengan ukuran besar hingga mobilnya terasa sedikit oleng. "Eh eh" panik Wulan.

Dimas menghentikan mobilnya "Apa yang kamu lindes mas?
Kenapa engga merhatiin jalan?" Tanya Wulan marah.

"A-aku gak tau bun, ini karena kamu yang terus terusan bilang ada anak gadis sama kakek kakek itu dari tadi. Itu ganggu konsentrasi aku banget" marah balik Dimas dengan perasaan takut.
Ke duanya pun segera turun dari mobil untuk mengecek. Betapa terkejutnya Dimas dan Wulan melihat darah berceceran di depan mobilnya. Namun anehnya warga warga di sana seakan tak menyadari hal itu dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing,
termasuk si kakek yang terus mengayuh sepedanya dengan jarak yang sudah agak jauh. Dimas dan Wulan menatap ke bawah mobil rupanya anak gadis itu yang tertabrak.

"Mas dia maksud aku, dia anak gadis yang dari tadi aku liat sama kakek kakek itu" jelas Wulan panik.
Dimas terlihat hilang akal dan takut, dia menatap ke sekeliling pedesaan "Mereka engga sadar kan? Bund kita kabur aja ayo" ucapnya lalu menarik tangan istrinya. Mereka berdua kembali masuk ke dalam mobil.

Sejak itu, Wulan sadar kejadian aneh yang mereka alami sejak awal
adalah gangguan dari kakek gowes dan anak gadis itu.

Masih dalam area pedesaan, Dimas dan Wulan makin aneh karena pedesaan itu tak ada habis-habisnya. Mereka di anehkan kembali setelah melihat sosok Kakek gowes di depannya padahal mereka lama mengemudi.
Wulan melihat jam di ponselnya, pukul 18.06. Hujan sudah mulai reda dan menyisakan jalanan basah, suasana sangat sepi.

"Kok kakek itu bisa ada di depan lagi?" Panik Wulan.
Terror di mulai, break dulu ahh auranya udah engga enak nihh🙈
Malam gaish, gw mau lanjutin threadnya nih. Stay on dan jangan lupa ramein yahh😘
"Argghh tau lah, bisa gila aku lihat kakek kakek itu terus dari tadi" marah Dimas untuk menutupi ketakutannya. Dia menancap gasnya untuk kembali menyalip.

Terdengar alunan lagu dengan sayup sayup "Mari pulang marilah pulang, marilah pulang bersama sama"
suaranya berasal dari si anak gadis yang di bonceng di bagian depan kakek gowes.

Betapa terkejutnya Wulan dan Dimas saat melihat tubuh anak gadis itu hancur dengan kepala yang nyaris putus namun dia tetap menyanyikan lagunya dengan tatapan kosong.
Kakek itu memeluknya dari belakang.

"SE- SETANNNN" teriak Dimas ketakutan lalu menancap gas mobilnya kencang.

Hal itu membuat mobil mereka hilang kendali dan terperosok ke dalam hutan. Beruntung nyawa mereka masih terselamatkan.
Wulan dan Dimas segera bangun dan bertanya keadaan satu sama lain. Kondisi yang terparah adalah Dimas, ada luka di perutnya yang cukup dalam.

"Mas ayo cari tempat duduk dulu" ajak Wulan.

Mereka menepi ke bawah pohon, langit kian malam.
Di ponsel menunjukkan pukul 19.15. "Gimana ini luka kamu berat banget" sahut Wulan lagi.

"Gak papa ko, aku masih idup. Tenang aja" jawabnya.

Wulan mencari sinyal, namun tak ada. Tiba tiba suara kayuhan sepeda terdengar mendekat, diiringi lagu marilah pulang oleh anak gadis itu.
Dimas terlihat pucat.

"Setan itu kenapa ngikutin kita sih bund?" Lirih Dimas dengan frustrasi.

"Tenang mas, tenang. Istigfar, baca ayat kursi" ucap Wulan dengan memegangi tangan Dimas gemetar.
Suaranya makin mendekat, seakan menunggu kedatangannya mereka hanya duduk diam dengan perasaan takut yang terus bertambah. Makin dekat, tiba tiba suaranya berhenti. Wulan dan Dimas bertatapan. Di belakang ke duanya sudah ada sosok yang berdiri.
Di belakang Wulan ada si anak gadis dengan kepala yang nyaris copot dan tubuhnya hancur dengan jeroan yang nyaris keluar semua. Sementara di belakang Dimas ada sosok kakek gowes dengan rantai bersimbah darah dan wajahnya yang hancur.

"Aaarghh mas ayo mas"
teriak Wulan segera menarik tangan Dimas dan mengajaknya untuk lari sekencang kencangnya.

Tanpa Wulan sadari, Dimas tertinggal. Wulan berhenti di tengah hutan. Nafasnya ngos-ngosan sambil mencari Dimas.

"Mas, kamu dimana?" Teriaknya.
"Di sini Wulan, kemari" jawabnya kencang.

Wulan segera mencari sumber suara, namun sosok gadis itu mengejarnya dengan bersembunyi dari belakang pohon ke pohon. Wulan ketakutan, pikirannya tak tenang. Dia cepat cepat berhenti saat tahu di depannya jurang.
"Hampir saja" gerutunya, dia terduduk lalu merebahkan dirinya tanah. Wulan memejamkan matanya, berusaha untuk setenang mungkin dan melawan rasa takutnya.

Namun saat dia kembali membuka matanya sosok gadis itu muncul di hadapannya,
wajahnya hancur dan sudah tak berbentuk gadis kecil itu memutar kepalanya sampai akhirnya terputus dan menggelinding di wajah Wulan sampai ke tangannya.

"Arrrggghhhhhh" teriak histeris Wulan.
Wulan pingsan saat itu juga, dia tak tahu apa yang menimpa Dimas suaminya bermalam malam. Karena setelah sadar, rupanya Wulan pingsan selama 3 malam 2 hari dan suaminya dinyatakan meninggal dengan luka membusuk di perutnya.
Setelah memeriksa ponselnya, foto yang Wulan ambil di area pedesaan rupanya tak berbentuk pemandangan yang sama seperti sore itu Wulan lihat. Isinya hanyalah area hutan pinggir sungai deras.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Black id

Black id Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ausi_susilawati

Aug 4, 2022
Anna adalah anak satu²nya yg dimiliki oleh Dino dan juga harta satu²nya yg dia miliki setelah kematian sang Istri. Anna baru menginjak usia 9 tahun dan baru menduduki bangku Sekolah dasar di kelas 3.

Heru bekerja keras untuk putri semata wayangnya,
dia selalu memberikan apa pun yg terbaik yg bisa dia berikan padanya.

Meski pada nyatanya mereka hanya berasal dari kalangan biasa, namun Dino adalah sosok ayah yg menjadi idaman untuk semua anak. Meski dia hanya bekerja di resto sederhana di seberang kota.
Read 58 tweets
Jul 21, 2022
"Banyak dari mereka tak menyadari, bahwa kutukan atau Tulah itu benar-benar ada"

TULAH

[A THREAD]

@IDN_Horror @bacahorror @horrorfess @P_C_HORROR @HorrorBaca @HorrorTweetID #ceritaserem #threadhorror #horrorfess Image
Hi people, pernah denger gak apa itu Tulah? Atau hal-hal yg berkaitan dengan Tulah? Yess, gw sendiri tahu makna Tulah itu adalah kutukan yg menimpa siapa saja dari perbuatannya yg kurang baik atau bahkan menyakiti orang lain.
Atau mungkin aja Tulah itu di ucapkan oleh orang yg merasa tersakiti secara langsung.

Oke, di sini gw mau share beberapa Thread Horor yg berkaitan dengan Tulah dan bagaimana cara Tulah bekerja?
Read 51 tweets
Jun 9, 2022
-KAKEK GOWES-

"TONG MIHEULAAN!"

[A THREAD]

@bacahorror #threadhorror #bacahorror #horrorstory #IDNhoror Image
"Ati ati kalau ketemu sosok kakek yang menggowes sepedanya di area hutan sekitar Jawa Barat. Biasanya deket-deket atau setelah magrib. Tepat di angka jam 6an lah. Karena yang mendahului, bakal ketemu lagi dengannya di depan. Dan terus berlanjut kayak gitu. Sampe Lo tersesat dan
jauh dari tujuan lo. Tersesat sampai matahari kembali terbit kalau lo beruntung, kalau engga berminggu-minggu lo di hutan atau bahkan bisa mati di hutan itu."
Read 85 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(