Amar makruf nahi munkar itu artinya ialah “menyuruh” dan “melarang”. Misi ini punya dua level; personal dan komunal.
Pada level personal, setiap Muslim berkewajiban menjalankan misi ini, namun sebatas ekspresi hati dan lisan, bukan tangan alias main kepruk, sebab justru beresiko dikepruk – entah dirinya atau teman dan komunitasnya- karena posisinya lemah, dan lalu mati konyol.
Islam tidak menghendaki orang mati konyol. Ini bukan bela diri. Bela diri, kalaupun mati, matinya tidak akan pernah disebut konyol.
Di level inipun masih diperlukan sederet persyaratan, seperti mengerti hukum Allah dan efektifivitas penunaian misi ini ( lihat QS. Al-Taubah [9]: 122.) Kalau dipastikan tak efektif, apalagi kontraproduktif, menimbulkan mudarat, dan tak tau banyak hukum Allah, ...
... maka lacikan saja surat perintah amar makruf nahi munkar. Mending nonton sinetron Turki aja, daripada bikin gaduh dan anarki karena setiap orang akan jalan sendiri-sendiri seenak pendapat dan seleranya sendiri.
Pada level komunal, misi ini tidak bisa dijalankan oleh sembarang orang, karena sudah lebih bersifat eksekusi, bukan eksperesi, rekomendasi, imbauan dst, sehingga hanya bisa dilakukan oleh sekelompok orang yang mewakili rakyat/umat, ...
... yaitu para pemegang otoritas alias pemerintah; “(Yaitu) orang² yg jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya... menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yg mungkar” (QS. Al-Hajj [22]: 41) sbb pemerintahlah yg punya otot u/ mengepruk pelanggar hukum.
Jadi, orang atau ormas yang suka ngotot atau main kekerasan, dalam pandangan Islam jelas tidak berhak bertindak yang menjurus pada eksekusi. Kalau mau ke level eksekusi (bi al-yad/main tangan), harus menempuh jalur demokrasi yang juga diakui oleh Islam, ...
... tentu dengan penjelasannya sendiri tentang demokrasi yang sah dan lurus. Ini karena Islam tidak pernah mengajarkan pemaksaan.
Dulu yang dihajar oleh pasukan Muslim itu bukan umat beragama, melainkan pasukan zalim dan penguasa tiran.
Sedangkan kepada umat beragama lain, Islam hanya mengatakan, “Monggo, nJenengan mau pilih apa?
Sak karepmu.”
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Keistimewaan Nabi Muhammad: Akhlak, Akhlak, Akhlak
Seperti seorang ratu dalam film Snow White (Putri Salju) yang bertanya ke cermin ajaib siapa yang paling cantik, sejarah peradaban manusia pun bertanya-tanya siapakah yang paling rupawan atau tampan.
Tidak hanya kisah kanak-kanak, bahkan seorang filosof seperti Nietzsche pun menulis Thus Spoke Zarathustra yang bicara mengenai konsep ‘manusia unggul’ (Übermensch) yang lebih dari lainnya.
Ini sekali lagi mengingatkan kita pada komik yang kemudian difilmkan mengenai ‘manusia baja’ alias Superman. Berasal dari planet di luar bumi dan memiliki kekuatan super di atas kemanusiaan penduduk bumi.
Al-Imam Muhammad
Al-Baqir as.:
"Saling memaafkanlah kalian sebelum Hari 'Arafah karena Nabi Muhammad SAAW. bersabda: "Pada hari 'Arafah seluruh amal diangkat menuju Allah kecuali amalan orang-orang
yang saling bermusuhan."
Doa Hari Arafah
خير الدعاء دعاء يوم عرفة، وأفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي : لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
رواه الإمام مالك
"Sebaik-baik do'a adalah do'a pada Hari Arafah. Dan sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan begitu juga Para Nabi sebelumku adalah:
Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariika Lahu, Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Yuhyii Wa Yumiitu Wa Huwa 'Alaa Kulli Syai'in Qodiir
Habib Ahmad bin Novel bin Salim Bin Jindan dlm salah satu ceramahnya di Istana Negara, menegaskan keharusan seorang muslim u/ menampilkan akhlak yg baik dgn bertutur kata sopan, tidak mengandung unsur cacian atau makian kepada sesama umat muslim maupun umat agama lain.
Cara santun seperti itu merupakan ciri seorang muslim sebagaimana telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam setiap dakwahnya.
Seorang Habib yang dikenal karena keramahannya itu mengisahkan, ketika Nabi dalam keadaan berperang dan banyak sahabat yang terbunuh, ...
... banyak sahabat yang bersikeras untuk mencaci dan mengutuk kaum kafir yang telah memerangi umat Islam. Namun demikian, Nabi melarangnya, dan mengatakan bahwa tujuan Nabi diutus ke dunia bukan sebagai pencaci maki atau pelaknat, melainkan sebagai penebar kasih sayang.
Sebagian saudara kita memang gemar sekali mengutip riwayat seolah Nabi itu suka emosian, pemarah dan gemar melaknat. Mereka hendak mencari pembenaran terhadap kelakuan buruk mereka lantas dinisbatkan kepada Nabi. Na’udzubillah.
Nabi Muhammad Saw itu ma’shum dan dijaga Allah. Itu sebabnya Allah mendidik Nabi langsung dengan pengajaranNya berupa ayat al-Quran. Maka akan berbahaya kalau kita memotong riwayat hadits dan tidak menjelaskan pandangan ulama tentang hadits itu, dan langsung menyimpulkan sendiri.
Orang-orang yang sedang berangkat menuju Baitullah, tentu
menyadari bahwa ia sedang berjalan menuju akhiratnya.
Perumpamaannya seperti orang yang sedang mendekati
sakaratul maut, ia akan memanggil orang-orang yang dicintainya
dan mengucapkan salam perpisahan padanya.
Sebelum berangkat Haji, ia melakukan hal yang sama, berpamitan
dengan keluarga, meninggalkan pekerjaan dan harta benda, serta
pangkat dan jabatan. Ia hanya berbekal kain putih yang melilit
tubuhnya.
#JumatBerkah #Repost
✍Gus @na_dirs
Gestur santri ketika menghadap para Kiai itu lebih powerfull dari sekian kata-kata. Kepala ditundukkan, badan membungkuk, pandangan ke bawah tak berani mengangkat wajah dan diam menyimak nasehat, atau bahkan teguran, para Kiai.
Tak ada perdebatan. Tak ada suara meninggi. Tak ada kata-kata merendahkan apalagi mencemooh. Semuanya dilandasi kasih sayang. Para Kiai adalah guru dan sekaligus orang tua kita.
Anda boleh seorang penceramah terkenal, atau seorang guru besar sekalipun, atau pengusaha dan penguasa, namun saat sowan kepada para masyayikh, gestur anda menunjukkan siapa jati diri sebenarnya.