OM RASTH Profile picture
Jul 19, 2022 176 tweets 25 min read Read on X
"Saya terima nikah dan kawin nya Ranissa Humaira Binti Haji Saifullah dengan maskawin / mahar seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 2 juta rupiah dibayar tunai. "
Senyum bahagia mengiringi selesainya prosesi ijab kabul malam itu,
Orang2 terlihat memuji Haji Saifullah yang berbesan dengan orang yang sama2 berduit.
Mereka berkata anak Haji Saifullah pastilah akan bahagia dan ruhuy rahayu dalam menjalani hidup berumah tangga.

Bahkan Haji Saifullah sudah menyiapkan rumah seharga ratusan juta untuk anak dan menantunya tinggal.
Acara pun di lanjutkan dengan membaca doa selamat.
Lalu pengantin duduk sebentar di atas pelaminan dalam rumah untuk berfoto sambil bersenda gurau.
________

Akan tetapi 7 hari setelah pernikahan nya, Ranissa jatuh sakit.
Tubuhnya membengkak dari ujung kaki hingga ke wajah.
Suhu tubuhnya juga sangat panas.

Sudah di periksakan ke beberapa ahli kesehatan, tapi jawaban yang di dapat berbeda2.

Ada yang mengatakan Nissa terkena penyakit biri-biri, dan ada pula yang mengatakan alergi.
Entah penyakit apa sebenarnya yang menyerang Nissa.
Pihak keluarga pun tak ada yang tahu.

Yang pasti mereka masih berusaha mengobati Nissa.
Tapi di saat2 seperti itu pula lah, suami Nissa malah berniat menceraikan nya dengan alasan yang tidak masuk akal.
"Saya sebenarnya tidak mau mengatakan hal ini, tapi mohon maaf saya terpaksa juga harus mengatakan nya. Awal bulan besok saya akan pergi ke wilayah kotabaru untuk mengurus bisnis ayah saya di sana,
Mungkin saya akan berada di sana selama setengah tahun, dan berhubung Nissa sakit, saya tidak bisa mengajaknya kesana. Maka dari itu saya terpaksa harus mentalak 1 Ranissa Humaira Binti Haji Saifullah. Saat ini juga saya melepaskan tanggung jawab saya terhadap Nissa.
Dan saya serahkan dia kembali kepada Anda selaku orang tuanya. "

Pak Haji Saiful memegangi dadanya yang seketika terasa sesak setelah mendengar ucapan sang menantu.
"Tega sekali kau! " bentak kakak tertua Nissa yang tengah menggendong anak balitanya itu

"Tega bagaimana kak? Ranissa sekarang sakit, untuk merawat dirinya sendiri saja dia tidak bisa, apalagi untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Lagipula saya di sana untuk
Bekerja. Bukan untuk liburan yang bisa membawa atau mengurus istri yang sedang sakit seperti ini. "
Keluarga Nissa benar2 tak menyangka jika perkataan seegois itu di ucapkan oleh lelaki yang berwajah kalem, manis dan murah senyum, seperti lelaki yang sekarang duduk di hadapan mereka itu.
Dengan santainya lelaki itu pergi dari rumah tersebut setelah menjatuhkan talak pada Nissa yang terbaring sakit.

"Kau sabar, sekarang ini kita harus fokus pada kesembuhan Nissa. " ujar kakek Jan (kakek Nissa yang merupakan orang tua dari ayahnya Nissa)
_____

Karena obat2an tak juga bisa menyembuhkan penyakit Nissa, akhirnya pihak keluarga membawa Nissa berobat ke tempat lain. Tempat yang sangat jauh dari kota mereka saat itu,
Butuh 2 hari perjalanan ke sana.

Mereka melewati jalanan yang berbatu bercampur tanah kuning yang tidak bisa di bayangkan licin nya jika hujan lebat turun.
Kiri kanan jalanan selebar 12 meter itu hanya terlihat pepohonan karet yang tinggi dan sama sekali tidak
terlihat ada rumah ataupun warung di sepanjang jalan tersebut.

Saat mobil berbelok ke arah jalan yang lebih kecil, sekitar 500 meter, barulah mereka melihat rumah. Itupun jarak antara rumah ke rumah lumayan jauh.
Ibunya Nissa membuka kaca jendela mobil itu, dan seketika aroma wangi durian merebak masuk kedalam mobil membuat mereka langsung menelan ludah.
Terlihat anak2 tanpa baju dengan tubuh penuh tanah berlarian sambil menenteng durian di tangan nya.

Ibu Nissa tersenyum melihat anak2 itu, ia teringat masa2 kecilnya dulu.
Tanpa ia sadari seorang lelaki tua menatap mobil itu dengan tajam.
"Tutup kacanya ma.! Mama tidak lihat itu ada orang aneh menatap mama terus. " ujar adiknya Nissa yang duduk di belakang
"Hussst.. Jangan bicara sembarangan Ki. " tegur kakek Jan

Rizkia Putri yang saat itu berusia 15 tahun tersebut langsung terdiam, ia sama sekali tak berani menjawab jika kakeknya sudah berbicara.
Entah kenapa, tapi sangat sulit rasanya mengeluarkan kata2 jika kakek Jan sudah berbicara, padahal kakek Jan sendiri bukanlah orang yang pemarah apalagi suka memukul. Kakek Jan tidak seperti itu, beliau lembut dan penyayang.
Sampai2 bila ada musyawarah keluarga, beliau akan mendengarkan dan meminta pendapat setiap keluarga tak terkecuali anak kecil untuk mengutarakan pendapatnya sendiri. Hal yang sangat jarang di jumpai,
Umumnya orang2 yang lebih tua tak akan ambil peduli apa pendapat anak cucu mereka, karena menganggap yang lebih tua lah yang paling berpengalaman. Tapi itu tidak berlaku di keluarga kakek Jan.
Baru 4 km melewati jalanan yang kiri kanan nya terdapat rumah2 warga, kini mereka mulai melihat pemandangan di kiri kanan jalan berupa pohon2 tinggi.

Singkatnya setelah melewati 12 km jalan tersebut, mereka sampai di persimpangan jalan besar yang lebih bagus jika di bandingkan
dengan jalan besar sebelumnya.

Mereka mengambil jalan ke sebelah kanan. Di sepanjang jalan itu mereka berkali2 berpapasan dengan truk dan volvo yang mengangkut batubara.
"Apa masih jauh kek?? " tanya Rizkia/Kia

"Rasanya masih lumayan jauh, kita bahkan belum melewati gunung yang dipenuhi pohon durian, biasanya bila musim durian begini pasti di pinggir jalan di bawah gunung itu banyak orang2 yang pulang mencari durian. Nah setelah itu nanti
sekitar beberapa km ada persimpangan menuju desa, kita masuk ke jalan itu. "

"Aduhh.. " keluh Kia

"Memangnya kenapa? Apa kamu ingin buang air ? " tanya Jumiah yang merupakan saudara kandung Haji Saifullah
"Iya cil. Kepingin buang air kecil. " jawab Kia

Mendengar jawaban Kia, Haji Saifullah yang menyetir itupun lantas menepikan mobil agar Kia bisa buang air kecil di semak2.
Mau tak mau akhirnya Kia terpaksa buang air kecil di semak2 yang ada di pinggir jalan, berbekal setengah botol air mineral sisa minumnya tadi.

Setelah Kia selesai, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.

"Kamu izin kan saat buang air disana tadi? " tanya Kakek Jan
"Tak sempat kek. "

Kakek Jan menghela nafas panjang, mulutnya berkomat kamit seperti sedang berbicara, namun suaranya tidak terdengar sama sekali.
Papan bertuliskan selamat datang di desa D itu terpampang di depan jalan yang menanjak tersebut.

Mobil perlahan2 berbelok dan memasuki jalan menanjak dengan jalan di penuhi batu2 berukuran seperti kepalan orang dewasa.
"Rusak parah jalannya sekarang. " ujar Kakek Jan

Sekitar 400 meteran melewati pepohonan karet yang rimbun, mobil akhirnya sampai di area lapangan bertanah kuning.
Mobil parkir di lapangan tersebut karena rupa2nya jalan ke rumah orang yang akan di datangi itu berada di dalam kebun karet. Sementara para perempuan menunggu, kakek Jan dan haji Saifullah pergi lebih dulu dengan melewati jalan setapak yang panjang.
Kia duduk menunggu dengan wajah yang tampak bosan.
Bagaimana tidak, karena desa yang mereka datangi itu sangat kecil dan banyak sekali terdapat anjing2 yang berkeliaran.

"Kia masih takut anjing? " tanya Acil Jumiah atau yang lebih akrab di panggil Miah
"Masih cil. " jawab Kia pendek

Sekitar hampir setengah jam, akhirnya mereka melihat Haji Saifullah kembali ke mobil.

Ia membawa gerobak yang mungkin di pinjamkan oleh orang yang akan menyembuhkan Nissa.
Nissa di letakkan di dalam gerobak bersama beberapa barang2 yang mereka bawa.

Hj Marlina berjalan lebih dulu bersama dengan Kia. Sementara Acil Miah berjalan di belakang gerobak, sesekali tangan nya mendorong gerobak yang di tarik oleh Haji Saifullah itu.
Setelah keluar dari jalan setapak tersebut, mereka langsung berada di sekitaran halaman yang sangat luas, ayam dan anjing berkeliaran di sekitar halaman itu. Sebuah rumah tunggal berdiri kokoh ditengah2nya, rumah itu membuat siapapun yang melihatnya merasa lebih tenang.
Seorang lelaki berusia 30 tahunan turun untuk membantu mengangkat tubuh Nissa.

Nissa di baringkan di sebuah kamar sempit berukuran 2x2 meter persegi dengan satu ranjang yang juga berukuran kecil.
Setelah pamit pada Kia yang menemani kakaknya tersebut, Lelaki itupun keluar.

Kakek Jan memperkenalkan satu persatu keluarganya yang ikut,

"Ini Marlina menantuku, dan ini Jumiah anakku, adik dari Saifullah. "
Lelaki itu mengangguk dengan bibir tersenyum,

"Saya Robet, anak dari Liyau Amuk. Pak Jan ini berteman akrab dengan ayah saya. " ujar lelaki itu memperkenalkan diri

"Oh iya, adikmu yang namanya Samuel itu dimana sekarang?? Ingat 20 tahun yang lalu aku kemari , Samuel pasti
duduk di pangkuanku. Sekarang tentu dia sudah besar ya. "Ujar kakek Jan

"Samuel itu adik Onyi Tatu denganku, maksudku masih satu kakek. Saat Pak Jan rutin datang kemari itu kan usia Samuel masih kisaran 4-5 tahunan, dan pada usia 7 tahun dia ikut ibunya ke kampung. Saya masih
ingat betul kejadiannya waktu itu, karena kan saya memang lebih tua dari samuel. "

"Pantas 3 tahun yang lalu aku kemari, sudah tak pernah bertemu dia lagi. Kasian anak itu. "

"Lalu setelah kamu lihat tadi, bagaimana keadaan cucu ku si Nissa. Apa memang penyakitnya itu kerjaan
orang? " ujar kakek Jan mengalihkan pembicaraan

"Sepertinya begitu, karena saat saya mengangkat tubuhnya tadi, saya merasa suhu panas di tubuhnya itu agak lain. Tapi nanti malam akan saya pastikan dulu. "

Kakek Jan menghela nafas.

____
Haji Saifullah bersama Istri dan Miah beristirahat di atas kasur tipis yang di sediakan oleh Robet tadi. Sementara Kakek Jan keluar besama Robet.
"Bet, tolong jangan kamu beritahu mereka tentang apa yang aku lakukan 20 tahun lalu itu ya. Kalau mereka tanya katakan saja aku berobat. " ujar kakek Jan mewanti2 pada Robet yang berjalan di sampingnya itu
Robet mengangguk, rupanya ini alasan kakek Jan mengajaknya berjalan2.

Tiba2 dari arah jalan setapak muncul seseorang diiringi seekor anjing yang terus menyalak.

"Mau beli daging babi kah?? " tanya orang itu dalam bahasa dayak murung
"Tidak dulu, aku ada tamu orang masih (orang islam) . " jawab Robet

"Kalau kau mau beli tidak apa2 Bet, jangan pedulikan kami. " ujar kakek Jan

Robet hanya tersenyum pada kakek Jan, namun tetap menolak untuk membeli daging babi dari pemburu yang menjual daging tersebut.
Robet menangkap salah satu ayam kampung yang berkeliaran, ia bermaksud untuk menyembelih ayam itu untuk lauk makan mereka. Para tamunya.

"Pak Jan dan keluarga bisa makan ayam kampung?? " tanya Robet

"Tentu saja bisa. "

"Syukurlah, tapi saya tidak bisa menyembelih ayam
jadi pak Jan saja yang menyembelihnya ya. "

Setelah ayam di bersihkan dari bulu2nya, Acil Miah mulai memotong2 ayam dengan ukuran kecil2.

Semua peralatan memasak pun di bongkar dari dalam lemari yang memang di khususkan untuk tamu yang beragama islam.
Setelah masakan di hidangkan bersama dengan nasi panas yang masih mengepulkan asap itu, keluarga pak Jan dan Robet pun mulai mendekat.

Mereka makan dengan lahap, bahkan Robet berulang2 kali memuji masakan Acil Miah yang sangat lezat itu.
"Kau belum beristri kan bet, dia juga belum bersuami. Kalau kau mau, kau boleh ambil dia jadi istrimu. " ujar kakek Jan diiringi tatapan bingung keluarganya

Robet sendiri hanya tersenyum, ia tau itu hanya gurauan dari kakek Jan yang memang selalu mudah bercanda sejak dahulu.
Malam harinya, sekitar pukul 8 malam, Robet dan kakek Jan masuk ke dalam kamar di mana Nissa berada.

Robet duduk di lantai tepat di samping ranjang itu. Matanya terpejam.
Sebelah tangan nya mengepal, dan yang lain nya di letakkan di kepala Nissa.

Perlahan2 Robet mulai berkeringat dingin, sementara itu kakek Jan hanya memandanginya dari sudut kamar.

Wajahnya ikut menegang manakala tubuh Nissa mulai bergerak2 seolah merespon sesuatu.
Entah kenapa, seketika Robet menarik tangannya yang menyentuh kepala Nissa. Seiring dengan itu, ia menatap lekat kearah kakek Jan yang masih dalam posisi duduk.

"Kita keluar pak. " ujar Robet mengajak kakek Jan
Di luar kamar sudah terlihat anak menantu kakek Jan sudah menunggu mereka berdua keluar dari dalam kamar.

"Bagaimana Nissa?? " tanya Haji Saifullah pada Robet
Robet duduk lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Haji Saifullah.

"Dia terkena panah kala, salah satu jenis panah yang sangat berbahaya karena selain memang pada dasarnya panah (santet khas orang dayak) itu untuk membunuh secara perlahan/memberikan siksaan menjelang kematian,
media yang di gunakan untuk panah kala ini pun merupakan satwa beracun, yang tentu dalam jangka waktu yang telah mereka tentukan akan berakhir dengan kematian si korban.
jujur, saya katakan, kalau orang yang mengirim panah kala ini sangat dendam terhadap keluarga kalian. " ujar Robet menjawab pertanyaan keluarga kakek Jan
Haji Saifullah saling tatap dengan keluarganya.

"Siapa kira2 yang mengirimkan penyakit itu ? "

"Saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semuanya tampak samar, hanya api dendam yang terlihat membara. " jawab Robet semakin membuat keluarga kakek Jan bingung dan berusaha
menerka siapa dalang di balik semua ini

"Lalu bagaimana cara menyembuhkan Nissa? Kalau kau bisa menyembuhkan nya tolong sembuhkan, berapapun biayanya kau tak perlu khawatir karena aku akan melakukan apapun untuk anakku. "

Robet lagi2 menghela nafas panjang sebelum menjawab
pertanyaan itu.

"Masalahnya begini, sesajen untuk ritual pengobatan ini paling tidak besok atau lusa baru terkumpul semua, karena beberapa bahan nya hanya terdapat di hutan hulu sana. Dan perjalanan kehulu bisa menempuh waktu lebih dari setengah hari menggunakan cis.
Belum lagi saat masuk ke hutan kita harus berjalan kaki yang entah berapa lama waktunya, kalau kita beruntung kita akan langsung menemukan benda itu, tapi kalau kena sial, kita bisa bermalam disana dan bersiap2 diganggu para macan. "
(Macan yang di maksud disini, bukan macan hewan. Tapi lebih ke mahluk halus yang sering menganggu orang2 di hutan. Lebih parahnya mereka bisa menyerupai siapapun kerabat atau orang yang di kenal oleh si korban. Sudah banyak kejadian dan kesaksian orang2 yang pernah kena ganggu
mahluk itu. Biasanya mereka ini berkelompok minimal 2.
Untuk mengetahui orang asli atau jelmaan macan itu, kita bisa melihat dari cara duduknya, jika manusia mereka akan duduk sedikit lebih ke tengah, tapi kalau macan, mereka tidak bisa duduk lebih jauh daripada pintu/lobang,
karena itu mereka lakukan untuk menjuntaikan ekornya kebawah, meskipun mereka berubah ke wujud manusia, tapi mereka tidak bisa menghilangkan ekornya. )
"Tapi saya akan usahakan, walau saya sendiri tidak yakin bisa mendapatkan benda itu. Di waktu yang singkat. "

Kakek Jan menghela nafas panjang. Wajahnya terlihat murung dan seperti ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.
Malam itu juga, Robet pergi seorang diri ke hutan.

Ia berpesan, pada keluarga kakek Jan untuk jangan sungkan2 di rumahnya ketika dirinya tidak berada dirumah.

"Dapat atau tidak, saya akan pulang lusa. " ujar Robet sebelum pergi
_____

Pagi itu di bawah matahari yang mulai bersinar terik, kakek Jan memberi makan ayam2 milik Robet dengan pakan ayam yang berada di bawah rumah.

Saat menabur makanan ayam itu, pikiran kakek Jan menerawang ke masalalu.
Masa di mana semuanya di mulai.

Usia Jan saat itu kurang lebih 40 tahunan, dan dulu beliau berprofesi sebagai guru sekolah dasar negeri yang berada di kotanya.
Jan adalah salah satu guru terbaik di sekolah itu, ia sangat di sukai oleh semua anak murid tanpa terkecuali satupun.

Ia juga sudah mengabdikan diri mengajar disana cukup lama.
Dan keinginan nya sedari dulu bukan hanya sekadar menjadi guru pengajar biasa, melainkan ia ingin duduk di bangku kepala sekolah dan menjadi kepala sekolah di sana. Tapi apalah daya, impian nya semakin semu ketika kepala sekolah yang lama meninggal lalu di gantikan oleh kepala
sekolah baru.

Seperti tak ada jalan untuk mencapai impian nya.

Belum lagi kepala sekolah yang baru ini, mulai mengambil lebih banyak perhatian dari guru2 lain dan murid2 sekolah.

Padahal tak ada yang berubah, karena murid2 di sekolah tetap menghormati dan menyayangi
Pak Jan seperti sebelumnya.

Namun Jan merasakan hal yang berbeda, yakni semua perhatian murid dan rekan2 gurunya hanya tertuju pada kepala sekolah yang baru itu.
Memang kepala sekolah itu sangat ramah dan baik sekali, bahkan tak jarang Jan mendengar orang tua murid memuji kebaikan pak kepsek.
Itulah yang membuat rasa iri dengki dan ingin menyingkirkan pak kepsek, begitu saja terlintas di benaknya.

Tapi niatnya itu tidak kesampaian, hingga suatu hari ada salah satu temannya yang meminta di antarkan ke pedalaman kalteng untuk berobat dari penyakit non medis.
Karena hanya Jan yang memiliki mobil di lingkungan tersebut.

Akhirnya Jan pun bersedia mengantarkan temannya ke pedalaman,

Awalnya Jan sesumbar tak percaya dengan hal2 seperti itu, tapi setelah merasakan sendiri, barulah ia percaya dan langsung memintaa maaf pada dukun itu
yang bernama Amuk.

Ajaibnya sehabis minta maaf biji kejantanan nya pun kembali lagi ke tempatnya semula.

Dan dari situ muncul lah niat jahatnya untuk menyingkirkan pak kepsek.
(Mohon maaf ponakan, om mau numpang ngiklan dulu. Siapa tau ada yang berminat, om juga ada jual bajakah dan akar untuk mengobati sakit pinggang. Kalau berminat bisa langsung DM atau WA di - 0856 5403 7262 ImageImage
Atau mungkin ponakan2 ada yang sedang putus cinta, atau bermasalah dengan mertua, bos, dan pasangan. Om punya solusinya.
Dan om juga ada berbagai macam minyak kalimantan dengan berbagai macam ragam khasiat. Mulai dari penglaris, pagar diri/usaha/rumah. Pemikat lawan jenis Image
Penunduk lawan bicara, pembuka aura biar di senangi orang2 di sekitar. Untuk kewibawaan(bagus buat ponakan yang selalu di remehkan oleh bos ataupun bawahan) dan minyak Arjuna yang membuat kita akan mudah bergaul/mudah diterima oleh orang2 yang kalian inginkan.
Om juga melayani pemikat jarak jauh(khusus buat yang benar2 serius/siap nikah) kalau berminat dan Tanya2 silahkan hubungi om Rasth melalui DM atau WA di - 0856 5403 7262

Terima Kasih🙏🙏) Image
Sebulan setelah kepulangan nya mengantar sang kawan untuk berobat, Jan pun kembali lagi mendatangi Amuk.

Saat ia datang untuk yang kedua kalinya itu, Jan membawa banyak oleh2 untuk anak2 Amuk. Yakni Robet dan Samuel.

Samuel yang pada saat itu bertubuh lebih kecil dari Robet
tanpa rasa takut langsung duduk di pangkuan Jan. Jan yang pada dasarnya memang menyukai anak2 tentu sangat senang dengan Samuel.
Berbeda dengan Robet yang bertubuh besar dan hanya duduk di dekat pintu sambil terus menatap lekat pada Jan dan Samuel.

Lamunan kakek Jan terhenti ketika mendengar Haji Saifullah memanggilnya. Cerita pun kembali ke masa sekarang.
"Perasaan saya tidak karuan, was2 dan takut. " ujar Haji Saifullah

"Tentu, tentu tak ada orang tua yang bisa tenang di saat anaknya terbaring sakit seperti itu. Aku dulu juga sama sepertimu di saat Miah masih kecil terkena sawan. "
"Apa Robet akan berhasil mengobati Nissa? "

"Kau jangan ragu, aku tau siapa Amuk dan tentu Robetlah yang mewarisi semua ilmunya, dan Robet juga sama seperti dia. "
Mendengar itu hati Haji Saifullah merasa lebih tenang, lalu ia dan kakek Jan duduk di pelataran/teras rumah Robet, mengobrol hangat sebagaimana keluarga pada umumnya.

Sementara di dapur, Acil Miah dan Kia sedang memasak makanan yang mereka bawa dari kota.
Menjelang sore mereka melihat rombongan anjing muncul dari jalan setapak dan terus menatap ke arah rumah, hingga terdengar suara salah satu anjing milik Robet menyalak dari depan rumah. Anjing hitam itu berdiri di depan tangga, dan terus menyalak dengan mata tajamnya menatap
rombongan anjing di ujung jalan setapak.

Anjing hitam milik Robet tak gentar sedikitpun meski rombongan anjing yang berada di ujung jalan itu berjumlah lebih dari 5 ekor.

Ia terus menyalak sampai akhirnya anjing2 tadi berbalik dan pergi.
"Anjing2 milik siapa tadi ya? Kenapa seperti bermusuh dengan anjing milik Robet?? " tanya Acil Miah yang sedari awal mengintip dari celah dinding
Kakek Jan menggeleng,

"Entahlah, bisa jadi itu bukan anjing. " jawab kakek Jan kemudian

"Maksudnya? " tanya Kia

"Banyak yang kau tak tau tentang desa ini Cu. Desa ini penuh dengan misteri. Yang tidak ada di tempat kita, di desa ini sangat banyak. Di sini juga sangat jarang
terdengar kabar pencurian, padahal rumah mereka jarang dikunci saat ditinggalkan. Contohnya seperti rumah Robet ini, coba kau lihat di sekelilingmu, di dinding itu ada mandau berlapis emas yang harganya tidak main2. Dan di sana ada tas dan barang2 lain nya yang kemungkinan
berisi uang. " ujar kakek Jan menunjuk ke arah tas kulit yang tergantung di dekat tanduk rusa

Kia yang penasaran itu langsung berlari menghampiri ke arah tas Robet yang tergantung, matanya terbelalak melihat isinya.

"Banyak sekali uangnya disini. Kenapa paman itu
meninggalkan uang segini banyak tanpa disimpan. Padahal ada tamu, Kia pun bisa khilaf kalau melihat uang seperti ini. "
Kakek Jan tersenyum,

"Jangan sampai ada niat burukmu Ki, bahaya. "

Mendengar ucapan kakeknya Kia lantas mengembalikan tas itu pada tempatnya tanpa mengambil sesuatu pun dari tas itu.
"Kalau di ambil memang nya kenapa kek?? " tanya Kia polos

"Rumah2 orang di desa ini rata2 di pasangi minyak lantuk, minyak yang bisa membuat orang yang akan mencuri menjadi kaku tak bisa bergerak sedikitpun. Meski keluarga si orang itu datang untuk mengeluarkan nya, ia tetap
tidak bisa bergerak. Kecuali kalau si pemilik rumah memaafkan perbuatannya, barulah orang itu bisa bebas. "

Kia bergidik ngeri membayangkan hal itu.

"Ya kalau pemilik rumahnya baik pasti di maafkan, tapi berbeda cerita kalau pemilik rumahnya jahat, wuiihh.. " gumam Kia
"Makanya jangan sampai ada niat yang tidak baik saat kau memasuki rumah orang2 di desa ini. Kakek pun dulu waktu pertama kali kemari, pernah di kerjai ayah nya Robet. Sampai kakek minta maaf, barulah kakek bisa bernafas lega. " lanjut kakek Jan bercerita
"Kakek di cekik rambut2 panjang yang keluar dari dinding kah, jadi membuat kakek tidak bisa bernafas?? " tanya Kia penasaran dengan raut wajah yang serius

Kakek Jan tertawa terbahak2 mendengar pertanyaan Kia di tambah ketika melihat expresi wajah gadis itu.
Obrolan mereka terhenti ketika mendengar suara batuk seseorang dari bawah rumah. Diikuti suara anjing dan benturan di tiang rumah.
Membuat Kia langsung merapatkan tubuhnya pada sang kakek.
Ternyata yang datang adalah Robet, dengan membawa 1 pakalu penuh durian yang bercampur dengan layung, karantungen dan siwaw.

(Gambar buah2an nya) ImageImageImage
Kakek Jan dan Haji Saifullah tampak kaget begitu melihat siapa yang datang itu.

"Bukan nya katamu pulang lusa?? " cecar kakek Jan dengan pertanyaan

"Iya pak, memang niat saya pulangnya lusa, tapi berhubung saya lagi beruntung jadi saya tidak terlalu lama mencari benda ini,
dan langsung dapat. " ujar Robet seraya menunjukkan akar berwarna merah darah

"Alhamdulillah." ucap Hj Marlina dan Acil Miah bersamaan

"Saya malah sempat ikut mencari buah2 ini pak, jadi silahkan di makan, memang disini sekarang sedang musim buah, jadi banyak yang kehutan
untuk mencari buah liar seperti ini. Itupun tadi saya disuruh bawa banyak, cuma berhubung pakalu sudah penuh jadi saya tinggal sebagian di hutan. " ujar Robet
Kia bergegas ke dapur untuk mengambil parang, lalu ia meminta ayahnya untuk membuka buah2 itu.

Namun Haji Saifullah tampaknya sangat kesusahan membuka buah yang asing dan bahkan baru kali ini ia melihatnya.
Robet yang baru saja akan pergi ke dapur langsung mengambil alih parang yang di pegang Haji Saifullah.

"Sulit mencari hapatnya karena duri2 nya yang panjang, jadi kita belah dua begini saja agar lebih mudah. " ujar Robet mengajari cara membuka buah karantungen tersebut pada
Haji Saifullah

"Mmmm.. Enak sekali.. " ujar Kia mengambil lagi dan lagi isi buah itu

Robet tersenyum melihat tingkah anak dara itu,

"Coba yang ini.. " ujar Robet memberikan buah Layung yang baru ia buka pada Kia

"Ini enak jugaaa.. "
"Tapi makan nya jangan terlalu banyak ya, nanti mabuk. " ujar Robet mengingatkan

Kia langsung menatap Robet,

"Benarkah bisa mabuk paman? "

"Iya, kalau kamu memakan nya terlalu banyak. "
"Buah seenak ini kok menakutkan. " ujar Kia membuat Robet tergelak

"Nanti kamu coba buah rambutan hutan itu ya, rasanya juga enak. Dan hanya tumbuh di hutan. "
"Macam2 buah disini ya paman?? "

"Oh iya, tadi sore ada sekumpulan anjing yang muncul dari jalan setapak itu, tapi oleh anjingmu mereka di salak hingga akhirnya pergi. " ujar kakek Jan
"Biasa itu pak, mereka melihat siapa yang datang. "

Obrolan terhenti ketika Robet pamit untuk makan ke dapur.

------

Kakek Jan sebenarnya ingin menanyakan kapan cucunya bisa di obati, tapi ia urungkan karena melihat Robet sudah tertidur.
Pagi harinya ketika Robet memberikan ayamnya makan, kakek Jan menghampirinya.

"Kapan kira2 Nissa bisa di obati?? " tanya Kakek Jan

"Malam ini pak. " jawabnya singkat
"Tapi kira2 apa cucuku bisa sembuh?? "

"Kalau penyakitnya saja bisa di bikin, berarti obatnya juga bisa menyembuhkan nya. "

Kakek Jan menghela nafas panjang sambil mengangguk,

"Aku percaya padamu. " ujar kakek Jan kemudian
Selesai makan pagi, Robet berpamitan untuk pergi. Entahlah dia mau kemana saat itu.

Yang pasti ketika ia pulang sekitar pukul 12 siang, ia membawa beberapa macam bunga2an dan bambu yang sudah di potong.
Rupanya Robet akan membuat lemang, dan setelah lemangnya matang, Robet lanjut memasang kain di ruangan yang akan di adakan ritual pengobatan nanti.
Ia juga mengambil darah ayam beserta hati ayamnya secara hidup2. Kia yang melihat itu dari jendela dapur terlihat bergidik.

"Kasian ayamnya ya Cil. " bisik Kia pada Acil Miah
Selanjutnya Robet mulai menata bahan2 untuk perlengkapan ritualnya di tengah ruangan,

Ia juga mengambil telur ayam dari dalam kandang ayamnya.
Lalu telur itu di letakkan di atas beras di dalam sebuah wadah.
Setelah Robet keluar, Kia berjalan kearah ruangan yang akan di gunakan untuk ritual pengobatan.

Ia tercengang menatap susunan bahan2 itu, ada berbagai macam bunga, dedaunan seperti daun sawang hijau dan merah.
Darah ayam di dalam wadah, beras dll.

Plukk.. Pundak Kia di tepuk oleh ibunya, membuat terlonjak kaget.

"Kenapa kamu ? " tanya sang ibu

"Itu lihat sesajen nya. Ngeri juga ya?"
________

Sekitar pukul 9 malam, Robet keluar dari dalam kamarnya, ia mengenakan bawahan dari kain hitam dengan sabuk yang terbuat dari kain juga.
Acil Miah tampak terperangah melihat tubuh Robet yang tanpa baju tersebut. Ditangannya yang berotot terlihat sebuah tato yang semakin menambah gagahnya tubuh lelaki itu.
"Cieee.. " goda Kia

Kia meringis ketika Acil Miah mencubit lengan nya.

Ia juga mengenakan kalung yang seperti terbuat dari taring hewan, entah itu taring babi atau taring beruang.
"Cil, kalung nya itu taring apa? " bisik Kia

"Taring babi sepertinya, tapi entahlah Acil juga tidak tau. "

Sebelum melakukan ritual itu, Robet terlebih dulu izin kepada Haji Saifullah dan Kakek Jan, untuk rela dan ikhlas apapun yang terjadi.
Dengan berat hati mau tak mau mereka mengiyakan.

Dan Robetpun memulai ritual itu.

Ia memejamkan matanya, perlahan tubuhnya mulai bergerak2.

Robet berdiri dengan mata tertutup ia berjalan selangkah demi selangkah mengelilingi tubuh Nissa yang terbaring. Tubuhnya
Benar2 bengkak.

Perlahan2 langkah itu semakin recap, dan kemudian Robet mulai menari.
Tarian nya aneh dan cukup membuat bulu kuduk merinding. Apalagi ketika ia mulai membuka matanya, sepasang mata itu berwarna merah. Kia yang ketakutan langsung memeluk ibunya dengan erat.
"Miah, cobakamu bawa Kia masuk ke dalam kamar. " ujar ibunya Nissa

"Tidak ah, aku malah takut di dalam kamar kak. Sini Kia, kalau kamu takut biar Acil bantu tutupkan matamu. "
Kia merapatkan tubuhnya pada Acil Miah yang memeluknya dengan erat.

Robet mengambil akar merah yang berada di antara sesajen, ia menggigit dan mengunyah akar itu seperti kerupuk, membuat kakek Jan seketika menutup mulutnya.
Akar itu sangat kuat dan tidak mudah patah, juga baunya yang menyengat serta rasanya yang pahit. Tak mungkin jika manusia biasa semudah itu mengunyahnya.

"Dulu ayahnya juga begitu ketika menyembuhkan orang,
Selama ritual, mereka berada di bawah pengaruh mahluk lain, atau yang di sebut dengan kerasukan. " Bisik kakek Jan pada Haji Saifullah
Tiba2 lampu di ruangan itu mati ketika angin mulai berhembus. Kia semakin erat memeluk ibunya.

Kini langkah Robet tak terdengar sama sekali, derit lantai papan yang di injaknya pun hening.
"Hewan itu!! Hewan itu menjilat kak Nissa bah!! " jerit Kia menunjuk ke arah Nissa di baringkan

Haji Saifullah lekas menoleh, namun sama sekali tak melihat apapun. Semuanya begitu gelap.
Lampu kembali menyala, seketika semua mata tertuju ke arah tubuh Nissa yang sudah basah dan berlendir.

Sementara Robet, duduk cukup dekat jaraknya dengan kepala Nissa.
Di tangan nya tergenggam daun sawang, sementara di mulutnya sudah tergigit besi patahan pisau.
Untuk sesaat tubuh Robet mulai bergetar, seolah ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

Hening..

Di luar rumah, anjing terus2an menyalak.
"Pertanda apa ya.?? " gumam Acil Miah

"Doakan saja semoga keponakanmu berhasil di sembuhkan. "

Keluarga kakek Jan hanya bisa menunggu, tanpa tau apa yang sedang terjadi pada Robet.
Lelaki paruh baya itu berhadapan dengan Robet, apa yang keduanya pakai pun hampir sama.

Pedang dengan ujung mata mengkilat berada di genggaman tangan kedua orang itu.
Robet memulai percakapan yang disini tidak di beritahu lebih jelas isi percakapan nya seperti apa.

Namun si lelaki paruh baya tak mau menggubris, dan malah menyerang Robet lebih dulu. Robet yang sudah bersiap, tentu dengan mudah menghindari serangan itu.
"Daripada salah satu di antara kita mati disini, lebih baik kau tarik penyakit itu dan kembalikan pada orang yang menyuruhmu! " ujar Robet sambil terus berusaha menghindar
Craaakkk.. Tangan nya terkena tebasan pedang si lelaki paruh baya.

Kali ini Robet benar2 sudah marah, dengan gencar ia menyerang si lelaki paruh baya hingga benar2 terpukul mundur dalam pertarungan.
Si lelaki paruh baya terbatuk darah. Ketika Robet sudah bersiap hendak menghujamkan pedang di perutnya, dengan suara memelas dan terbata2 ia memohon maaf pada Robet, dan bersedia mencabut penyakit dari Nissa dan mengirimkan nya kembali pada
orang yang menjadi dalang di balik semuanya.

"Baik, aku pegang kata2mu. Tapi kalau kau ingkar, kita akan kembali bertemu disini. Dan jika itu sudah terjadi satu di antara kita berdua pasti ada yang mati. Atau kita akan bertarung hingga sama2 mati.! "
Robet membuka matanya, ia menyeka keringat di tubuhnya. Nafasnya masih tak beraturan.

"Bagaimana Bet?? " cecar kakek Jan dengan pertanyaan
"Dukun yang mengirimkan penyakit itu bersedia mengembalikan penyakit tersebut pada orang yang menyuruhnya.. "

"Tapi apa kau yakin dia akan mau mengembalikannya?? " tanya kakek Jan
"Saya tidak yakin, maka dari itu saya akan pantau terus. "

"Apa kau sudah tau siapa dalangnya Bet?? " tanya Haji Saifullah

Robet tak menjawab, matanya menatap kakek Jan.

"Katakan saja. " ujar kakek Jan
"Saya belum tau. " ujar Robet

"Biarkan dulu cucuk bapak di sini, malam ini saya akan secepat mungkin menyelesaikannya. " lanjut Robet
Robet melangkah masuk kedalam kamar meninggalkan keluarga Kakek Jan. Entah apa yang akan ia kerjakan seorang diri di dalam kamarnya.
Mereka mengira semuanya sudah berakhir, namun ternyata sedikitpun itu belum berakhir.

Hampir 2 jam lamanya Robet berada di dalam kamar yang terkunci, suasana semakin menegang ketika
sayup2 terdengar suara beberapa orang yang barucau mengelilingi rumah itu berulang2 kali.

(Barucau-artinya orang2 yang berbicara secara bersamaan hingga terdengar tidak jelas apa yang mereka bicarakan.)
Haji Saifullah mengepalkan tangan dan meletakkan kepalan tangan di depan mulut seolah sedang menghalangi mulutnya berbicara.

Sementara kakek Jan beberapa kali berdehem, untuk memberitahukan keberadaan orang di dalam rumah pada orang2 yang barucau di luar.
Kriiieeeetttt, braaaakkk... Pintu terbuka lebar.
Angin kencang masuk kedalam rumah membawa aroma busuk menyengat.

Ibunya Nissa lantas beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu lalu kemudian menutup dan menguncinya.
Tapi tidak berapa lama kemudian, ketika ibunya Nissa akan kembali duduk, pintu itu kembali terbuka lebar.

Robet berjalan keluar kamar, dan mengambil lemang yang di ujung2 lemang sudah di beri telur ayam dan hati ayam rebus. Ia membawa beberapa lemang itu keluar rumah.
Anehnya begitu Robet keluar rumah, terdengar suara langkah berat yang mengikutinya dari belakang.
Dan pelan2 pintu itu tertutup dengan sendirinya.
Mengagetkan Kia dan Acil Miah yang sedari tadi mengikuti pergerakan Robet.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam kala itu. Mata mereka sudah berat karena mengantuk, tapi tak ada satupun yang bisa memejamkan mata sebelum mendengar penjelasan dari Robet.
Robet adalah orang yang penuh misteri, entah apakah yang sedang ia coba sembunyikan dari mereka.

Tapi dari gelagatnya yang aneh tidak seperti sebelumnya itu membuat mereka menjadi semakin penasaran.
Kakek Jan mengikuti Robet turun ke tanah, mata tuanya menangkap tubuh Robet di depan jalan setapak sedang berdiri di sana.

Ia berjalan menghampiri Robet, namun tiba2 dari arah belakangnya terdengar suara yang tak asing memanggilnya.
"Mau kemana pak?? " tanya Robet

Ketika kakek Jan menoleh, memang itu adalah Robet. Dengan sebuah lemang di tangan nya.

Lalu yang berdiri di depan jalan tadi??

Dan deeerr... Jantung kakek Jan berdegup tak karuan ketika kembali melihat ke arah depan jalan setapak, disana tak
ada siapa2.

"Ada apa ini sebenarnya Bet?? Aku yakin kau pasti sudah tau siapa dalangnya bukan?? Kenapa kau merahasiakan nya?? "

Robet menghela nafas panjang,

Ia mengajak kakek Jan duduk di bangku yang terbuat dari bambu, lalu pelan2 ia mulai menceritakan semuanya
"Bapak ingat dengan orang yang menjadi saingan bapak dulu? "

"Si kepala sekolah itu? "

"Ya."
"Tapi bukankah dia sudah lama mati ?? "

"Dia memang sudah lama mati, dia mati di tangan liyau ayahku, di bawah suruhan bapak waktu itu. "
"Ya lalu?? "

"Keluarganya menuntut balas pak. Dan cucu bapak yang terkena imbasnya. "

"Sekarang bagaimana? "

"Panah kala itu sudah di kembalikan. Tapi saya ragu ini akan jadi akhir semuanya. Karena balas membalas hanya akan melahirkan dendam lain nya. "
Kakek Jan terdiam, pikiran nya berkecamuk.
Tak tau apa yang harus ia katakan.

"Mari masuk pak. " ujar Robet
"Tunggu.. Siapa keluarganya itu?? " tanya kakek Jan

"Menantu anak bapak. Suami dari cucu bapak sendiri. " jawab Robet singkat

"Kau serius?? "

Robet tersenyum,

"Tak ada alasan untuk aku berbohong pak, bahkan bapak sendiri tidak menceritakan kehidupan cucu bapak kepada saya
kan? Lalu bagaimana saya mengetahuinya? "

Robet benar, mereka tidak menceritakan apa2 tentang Nissa, selain penyakitnya.

Robet masuk mendahului kakek Jan, dan memulai ritual selanjutnya.
Bunga2an itu ia tebarkan di sekitaran tubuh Nissa. Dan telur itu ia gunakan untuk di gelindingkan di tubuh Nissa yang bengkak.

Cukup lama ia melakukan hal itu di tubuh Nissa. Sampai akhirnya ia mengoleskan darah ayam pada bagian lantai diujung kepala Nissa, di samping kiri
kanan, dan juga di bagian kaki.

"Malam sudah sangat larut, kalian beristirahatlah. Semuanya sudah aman. " ujar Robet

_______

Pagi itu, Acil Miah mendekati Robet, ia tak sanggup lagi memendam rasa penasarannya dan hari itu ia bertekad untuk bertanya sendiri pada Robet tentang
dalang di balik sakitnya Nissa, sang keponakan.

Di cecar oleh pertanyaan2 itu membuat Robet pusing. Disatu sisi ia tak ingin membongkar rahasia gelap kakek Jan, dan di lain sisi ia tak ingin membuat Acil Miah merajuk.
"Orang jauh. " jawabnya singkat

"Lalu alasan nya mengirimkan itu pada Nissa apa?? "

"Dan bukan nya di awal kau mengatakan kalau yang mengirimkan penyakit itu adalah orang yang sangat dendam dengan keluarga kami. Kau pasti menyembunyikan sesuatu. "
"Miah! Kenapa kau menganggu Robet hah? " ujar kakek Jan

"Aku penasaran dengan dalang nya, dan aku ingin meminta jawaban jujur dari Robet. Apa salah? "
"Salah! Karena kau memaksa! " bentak Kakek Jan

Acil Miah terdiam,

Robet yang melihat Acil Miah seperti itu, menjadi tidak tega.

"Biarkan saja dia bet. " ujar kakek Jan menghalangi Robet yang akan mengejar Miah masuk ke dalam rumah
Keadaan Nissa hari itu sudah berangsur2 membaik, bahkan bengkak ditubuhnya pun sudah mulai mengempis sedikit demi sedikit.
Peluh terus keluar dari tubuh nya, dan Kia lah orang yang paling setia mengelap tubuh kakaknya.
_____

"Terima kasih Robet. Nanti kalau kau ke provinsi kami, mampirlah ke rumahku. Kami akan sangat senang menyambutmu. " ujar kakek Jan

Robet tersenyum.

"Kalaupun saya kerumah bapak, mungkin saya akan langsung melamar. "

Kakek Jan terperanjat kaget. Sementara Acil Miah
hanya tersenyum2 dengan wajah menunduk.

Haji Saifullah tertawa nyaring menatap Miah..

"Syukurlah kau tak jadi perawan tua.. " ujar haji saifullah terdengar seperti mengejek

Membuat raut wajah Acil Miah menjadi masam.
Mereka tertawa di akhir perpisahan hari itu..

_____

Sementara dari kabar yang beredar ketika keluarga kakek Jan sampai di daerah tempat tinggal mereka. Mereka mendengar kabar bahwa menantu Haji Saifullah meninggal dunia dalam perjalanan bisnisnya.
Mereka menganggap itu karma karena menceraikan istri yang sakit. Namun kakek Jan tak berkomentar sedikitpun. Beliau lebih banyak diam setelah mendengar kabar itu.

Entah, mungkin penyesalan sudah mulai merasuk hatinya.

SELESAI...
Kalau ponakan2 mau nyawer/berdonasi, bisa berupa pulsa ya ponakan. Ini nomornya-0856 5403 7262

Terima kasih sudah menjadi pembaca setia tulisan2 om rasth🙏🙏🙏🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Apr 20
PENGANTIN

Nama orang dan tempat sudah diubah, untuk menjaga privasi dari narsum.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
"Cepat bah kamu ini lama sekali !!" teriak seorang ibu2 pada seorang pemuda berusia 16 tahunan

"Sebentar.. Ini baru selesai..." Jawab pemuda itu sambil berlari keluar kamar membawa tas yang tampak sangat penuh
"Kau bawa apa sebanyak ini ndi?" Tanya ibunya dengan alis mata mengerut menatap tas yang dibawa anaknya tersebut

"Kita kesana 1 minggu kan?? Aku bawa baju, celana, sabun, handuk topi, kacamata...."

"Ya sudah, cepat angkat, bawa keluar. Sebentar lagi travelnya datang.." Potong
Read 75 tweets
Mar 24
SANTET SIND'AH
(Santet Kiriman Kakak Ipar Perempuan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Kepalaku benar2 sakit. Di bawa duduk saja rasanya seperti berputar2." Ucap Vivi pada suaminya, Rigen.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Jangan mengerjakan pekerjaan rumah dulu.
Nanti aku saja yang bereskan setelah pulang kerja."ujar rigen seraya mengelus kepala istrinya itu

"Terima kasih ya..."

"Sama2 sayangku.." Balas rigen seraya mencium kening istrinya lalu berpamitan untuk berangkat kerja
Read 190 tweets
Mar 16
HANTU SANDAH
Berasal Dari Perempuan Yang Memakai Ilmu Pirunduk

Sandah ini pernah menggemparkan kalsel tepatnya disalah satu/beberapa desa, pada tahun 2007an.

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Nama desa maupun orang dalam cerita akan sebisa mungkin om ubah, agar tidak menyinggung beberapa pihak yang mungkin masih terkait dalam cerita.
_____

Beberapa orang lelaki berusia awal 30an, terlihat sedang mencari2 sesuatu di area pahumaan/sawah.

Mereka memakai senter dikepala dan membawa peralatan seperti wadah berukuran sedang yang memiliki tutup diatasnya. Wadah itu diikatkan pada pinggang mereka.
Read 97 tweets
Mar 8
PANGULUH SANG PEMANGSA DARI PEDALAMAN KALIMANTAN TENGAH

"Mereka memburu apapun yang bisa dimangsa. Bahkan mayat yang sudah dikubur pun tidak lepas dari ancamannya"

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhoror
#omrasth

(Gambar hanya pemanis) Image
Panguluh, adalah manusia jadi2an yang bisa merubah dirinya menjadi binatang.
Mereka dikenal sangat brutal ketika memangsa mayat maupun saat mengganggu wanita2 hamil dan melahirkan.
Mereka ada di desa2 pedalaman, kehulu dari muara teweh hingga atas purukcahu/murungraya.
Di desa om rasth sendiri (dihilir purukcahu, tapi masih masuk wilayah kabupaten murung raya) masih terdapat sangat banyak mahluk ini.
Di beberapa thread, om rasth sudah pernah menceritakan berbagai pengalaman tentang panguluh.
Read 181 tweets
Feb 24
BULIK

(Nama tempat dan tokoh sudah disamarkan.)

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahoror
#bacahorror
#threadhorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
2008.

Raut wajah pak budi terlihat murung, helaan nafasnya terdengar berat.

"Kita tidak ada pilihan selain pulang kekampung. Disini, dikota besar ini kita tidak akan bisa bertahan. Dan lagi uang tabungan kita sudah mulai menipis karena memaksa bertahan disini." Ujar pak budi
Ia menatap istrinya yang duduk disampingnya.

"Ya, aku setuju kalau kita pulang ke kampung saja. Mungkin dikampung kita bisa memulai usaha baru lagi."
Read 237 tweets
Jan 22
PELET CELANA DALAM

@IDN_Horor
@bacahorror
@ceritaht
#ceritahorror
#bacahorror
#threadhorror
#kisahnyata

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Eh sum, bujurankah rumah kosong dihiga wadah ikam tu ada yang mandiami sudah?
(Eh sum, betulkah rumah kosong didekat rumahmu itu sudah ada yang menempati?)" tanya yayah pada isum yang pada saat itu mereka sedang berada
Disebuah rumah yang akan mengadakan acara pernikahan

"Iih pinanya, pang rami kamarian urang bahangkut parabut kasitu. (Sepertinya iya, karena kemarin ramai orang mengangkut barang kerumah itu." jawab isum
Read 149 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(