Thread by @Ollane304

PETAKA JANIN KEMBAR TIGA

Dinodai Keluarga Suami, Hamil Kembar Tiga dan Diasingkan Suami ke Rumah Ibu. Tapi sepertinya Ada Yang Aneh Dengan Janin di Perutku?

-HORROR THREAD-
@IDN_Horor @HorrorBaca @autojerit @threadhororr
#bacahorror #horror #seram

“Anak-anak ini masih terlalu kecil untuk membuat mereka kenyang.”

Aku terkesiap mendengar gumaman Mas Naufal saat mengusap perutku yang masih ramping.

Lelaki itu yang tadinya merundukkan kepala, kembali mengangkat dagunya, menatapku tajam yang gemetar. Mas Naufal merapikan anak-anak rambutku, bersikap seakan bibirnya tidak sempat mengatakan apapun sebelumnya.

“Menetaplah di rumah ibumu sesuai rencana awal.” Mas Naufal kembali membahas kesepakatan kami. Yang menghantarkanku di sini, sebuah desa asri yang menjadi kampung halaman ibuku, tepatnya di teras rumah ibuku yang sederhana.

Mobil mewah Mas Naufal terparkir di halaman rumah yang becek karena semalam hujan deras.

“Nanti akan kujemput setelah kamu melahirkan,” lelaki itu menurunkan tangannya dari rambutku ke rahang, leher hingga ke tulang selangka. Aku hanya menelan ludah karena usapan tangannya begitu intens membuatku semakin gemetar.

“Untuk ayah dan saudara-saudaraku, tenang saja. Aku akan mengurus semuanya. Kujamin tempat pulang mereka jika tidak penjara, maka neraka.”

Mas Naufal mengulas senyum tipis. Dikecupnya lembut keningku yang berpeluh.

“Jaga dirimu baik-baik, Paula. Mas pergi dan mungkin tidak akan menjenguk sampai kamu melahirkan.” Sebelum pergi lelaki itu kembali mengusap perut rampingku, yang memang dia suamiku tapi bukan dia ayahnya.

Aku hanya menganggukkan kepala, terenyuh saat kepalanya turun dan mencium perutku. Bisikan-bisikannya di perutku terdengar samar, entah apa yang Mas Naufal katakan. Tidak terdengar seperti bahasa yang biasa lelaki itu gunakan di ke sehariannya.

Aku memerhatikannya dengan wajah kebingungan, berniat bertanya tapi Mas Naufal sudah mengangkat kepalanya dan menatapku. “Kembar tiga.” Mas Naufal memberitahu, mungkin hanya menerka-nerka.

Jika yang kukandung anaknya mungkin ini berita bahagia, tapi sebaliknya aku hanya terluka setelah mendengarnya.

Dua bulan yang lalu Mas Naufal pergi ke luar negeri karena urusan bisnis. Karena perjalanan dinasnya memakan waktu sebulan lebih, aku dititipkan ke rumah orangtuanya.

Satu atap dengan ibu, ayah dan adik-adiknya. Sebelum hari itu, aku belum pernah berinteraksi dengan keluarga Mas Naufal. Aku tidak menyangka, akan menjadi sasaran pemuas hasrat mertua dan ipar-iparku sendiri.

Mas Naufal juga tidak bisa kuhubungi selama dia dinas, entah kemana dia pergi sehingga mengirim pesan saja tidak bisa. Setelah Mas Naufal kembali, aku memberanikan diri untuk mengakui apa yang kualami meski sudah diancam untuk tutup mulut.

Mas Naufal sangat murka, perkelahian besar tidak bisa dielakkan di dalam rumah. Setelah itu Mas Naufal membawaku pergi, lelaki itu begitu shock saat tahu aku hamil.

Kupikir dia akan menyuruhku melakukan aborsi. Tapi meski ingin, dia menahan rapat kemauannya dan memutuskan untuk memulangkanku ke rumah ibuku sampai aku melahirkan.

Setelah aku melahirkan, Mas Naufal berjanji akan menjemputku. Dia bilang, apa yang lelaki itu lakukan semata-mata demi keselamatanku.

Takut Mas Naufal kelepasan mengasariku karena terlalu membenci darah-daging haram keluarganya yang kukandung dan selain itu, aku istri yang haram disentuh sampai melahirkan. Mas Naufal tidak mungkin tidak menyentuhku jika aku berdekatan dengannya.

“Di dalam perutmu, mereka terlalu berisik.” Mas Naufal kembali bergumam. Yang lagi-lagi tidak kumengerti.

“Dimana ibumu tadi?” Mas Naufal menanyai. “Sebelum pergi, aku juga harus berpamitan padanya.”

“Mungkin di dalam,” aku memberitahu. “Mau kupanggilkan?”

“Kamu duduk saja,” Mas Naufal mengarahkan dagunya ke kursi rotan. “Biar aku mencarinya sendiri.” Mas Naufal masuk ke dalam rumah, meninggalkanku yang duduk dan beristirahat di salahsatu kursi rotan yang tadi ditunjuknya.

Tak lama Mas Naufal kembali. Lelaki itu menatapku sekilas yang berdiri mendekatinya. “Aku sudah menanyakannya pada ibumu. Di sini kamu tidak memiliki kerabat-kerabat lelaki, kalau begitu jangan izinkan lelaki manapun satu atap denganmu.

Aku takut kejadian yang sama terulang. Maaf, yang awal aku yang lengah.”

Aku hanya tersenyum tipis, sedikit terperanjat ke belakang saat Mas Naufal mengecup bibirku tiba-tiba. Lelaki itu terlihat suram, karena hanya itu yang bisa suamiku lakukan sebagai perpisahan.

Langsung diurainya tangannya dari pinggangku, berjalan meninggalkanku yang hanya melambai tidak rela.