w a h . Profile picture
Aug 21, 2022 87 tweets 13 min read Read on X
MENDAKI DIANTARA DUA DUNIA

Chapter 2 - Gerbang

Langkahku dicegat oleh keberadaan laki-laki misterius di tengah hutan, lalu memintaku untuk tinggal bersamanya. Tapi....

@bacahorror_id @IDN_Horor #bacahorror #threadhorror #ceritaserem #pendakianhorror Image
Buat yang baru gabung, silakan baca chapter sebelumnya dulu, ya
Saya tidak mulai cerita malam ini. Silakan RT, like, dan tinggalkan sebanyak-banyaknya terlebih dahulu.
Tapi, buat kamu yg sudah gak sabar dan ingin baca duluan. Bisa langsung ke @karyakarsa_id ,ya! Chapter 2 dan chapter 3 sudah tersedia disana. Langsung klik link di bawah 👇🏻

Chapter 2 - karyakarsa.com/wahyuariyantn/…

Chapter 3 - karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 5 saat aku mulai melakukan pendakian. Cahaya matahari bernuansa senja pun menyertai awal perjalananku. Senja dan awan, 2 objek yang sangat indah kini tersuguhkan di depan mataku.
Tidak hanya disitu, dari arah berlawanan, gunung Merbabu yang menjulang tinggi pun juga menambah kesan cantik pemandangan di sore hari kala itu.
“Ya Allah.... Cantik sekali ciptaan-Mu, semoga, aku selalu Kau beri kesempatan untuk melihat keindahan- keindahan ciptaan-Mu yang lainnya”
Di sela-sela perjalananku yang baru mulai ini, dan senja di sore hari, tiba-tiba pikiranku teringat pada seorang perempuan yang selama ini aku sukai diam-diam. Tari, itulah namanya. Perempuan berwajah manis, yang selalu menyita perhatianku dari kejauhan.
Andai, andai aku berani menyodorkan tangan dan berkenalan dengannya waktu itu, mungkin sekarang aku bisa bercengkerama dengannya, atau bahkan bisa menikmati senja sore hari bersamanya.
Tari... Tari.... Semoga kelak kita bisa seperti Merapi dan Merbabu yang saling bersanding.

Ah... Brutal sekali pikiranku...

Semoga, sepulangnya dari sini, keberanian dan kegagahanku terpupuk tinggi seperti gunung Merapi.
Tak terasa, langkahku tiba di persimpangan jalan. Beberapa warung tampak berdiri di sebuah area yang bertuliskan ‘New Selo’ , beberapa warga dan pendaki yang belum lama turun terlihat santai disana, aku tersenyum melihat mereka, sekadar menyapa.
Tidak jauh dari situ, jalanan aspal perlahan berubah menjadi tanah dan cahaya senja perlahan mulai menghilang. Langkahku tetap santai, aku berpikiran kalau Kosim dan Ali pasti sudah sampai di area camp karena mereka sudah mulai perjalanannya sejak pagi-pagi tadi.
Jadi, percuma saja, mau secepat apa langkahku, tidak akan sampai jika ingin menyusul mereka di jalur pendakian.
Tak seorang pun pendaki yang aku lihat menyertai perjalananku, yang ada hanyalah warga-warga lokal yang lalu lalang, “Mungkin sudah terlalu sore” gumamku
Tiba-tiba, dari atas, muncul laki-laki paruh baya dengan arit ditangan kanannya berjalan ke arahku.

“Mau kemana, Mas? Kok sendirian” tanyanya

“Mendaki, Pak”

“Sendiri?”

“Iya, teman saya sudah di atas. Saya mau menyusul”

“Lho, kok berani”
Jawabannya seketika membuatku heran, memangnya ada apa jika sendiri?

“Memangnya kenapa, Pak?” tanyaku

“Rawan, Mas. Hati-hati” ucapnya pelan.

Perkataannya semakin membuatku penasaran.
Aku tersenyum mendengarnya, lalu berkata “iya, Pak. Saya pasti hati-hati”

“Nanti, kalau bertemu sesuatu yang janggal, jangan hiraukan dan tetap jalan saja sesuai dengan tujuanmu”
“Nama bapak siapa?” tanyaku, aku penasaran dengan orang yang menurutku aneh karena tiba-tiba datang dan memberiku petuah seperti ini.

“Saya? Panggil saja Pak Gun”
“Oh ya, dan 1 lagi. Kadang, di atas sering ada pasar, Mas. Jika nanti kamu menemuinya, belilah 1, apa saja, jangan sampai kamu tidak membeli apa-apa dari sana, hitung-hitung membantu mereka”
“Pasar apa to, Pak? Mana ada pasar di hutan?”

Beliau hanya tersenyum. Senyumnya seakan menyimpan arti lain yang aku tidak mengerti.
"Sudah, sudah, kamu lanjutkan saja perjalananmu keburu malam, Mas. Saya pulang dulu, ya, sudah ditunggu istri saya di rumah” ucap Pak Gun sembari meninggalkanku

Mendengar itu, aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum “Iya, Pak. Maturnuwun”
Walau bingung dengan perkataannya, aku tidak begitu ambil pusing, aku kembali melanjutkan perjalananku.
Cahaya senja lamat-lamat menghilang, berganti dengan gelapnya kelambu malam. Suhu udara pun kian dingin seiring dengan langkahku yang semakin naik. Lama berhenti = kedinginan. Jadi, jika hendak istirahat, aku perhatikan benar-benar agak tidak terlalu lama.
Selain karena dingin, aku malas kalau harus bongkar jaket yang sudah aku kemas rapat di dalam daypacak. Lagi pula, dingin hanya akan terasa saat berdiam diri saja, jika bergerak, suhu tubuh akan meningkat dan tubuh akan kembali hangat.
Suara adzan terdengar dari perkampungan bawah, aku berhenti sebentar sembari minum beberapa tenggakan air putih. Sunyi, itulah yang aku rasakan sekarang. Sendirian di gunung yang baru aku daki pertama kali.
Aku kembali berjalan saat suara adzan selesai berkumandang. Headlamp di kepala, dan alunan music pop yang sengaja aku setel menemani perjalanan malamku.
Tak terasa hampir 1 jam setelah melewati pos 1 aku berjalan. Hingga disini, aku masih sendiri, tidak seorang pun pendaki aku temui.
Tapi, tiba-tiba cahaya headlampku menangkap seseorang tak jauh dari tempatku berdiri. Seorang perempuan dengan style pendaki dengan ransel di punggungnya sedang duduk di tepi jalur pendakian
Aku senang melihatnya, karena artinya aku tidak akan sendirian lagi berjalan. Terlebih lagi, dia perempuan.

Kesempatan, haha.... Naluri laki-lakiku seketika muncul.
Aku mempercepat langkah untuk menghampiri perempuan itu. Semakin dekat, semakin dekat, lalu aku menyapanya.

“Mbak.....” sapaku sambil membentuk senyum di wajahku
Dia diam. Aku mengulangnya sekali lagi.

“Mbak.....”
Anehnya, lagi-lagi dia masih diam. Perasaanku mulai tidak enak.

“Ini perempuan kenapa?” gumamku dalam hati

“Mbak, dari mana? Sendiri saja?” aku kembali melontarkan pertanyaan.
Dugaanku benar, dia masih diam.

“Ini suaraku yang kurang kencang, atau si mbak ini yang telinganya bermasalah?”

Aku membenarkan suaraku

“Ekkkhhhmmmm.....Ekkkhhhmmmm”
“Mbak? Sendirian saja disini? Teman-temannya dimana?” ucapku sedikit lantang

Dia menoleh sedikit ke arahku dengan tatapan tajam misterius. Aku yang melihatnya sontak sedikit memundurkan kepalaku.
“Hehe....” Aku tersenyum kepadanya

“Dia manis juga” gumamku

“Sendiri saja, Mbak?”

Dia kembali diam mematung.

“Ah, sial, dia cuek sekali. Mungkin dia merasa terganggu dengan kehadiranku”
“Baru saja mau kenalan. Sudah dicuekin dulu” ucapku kesal dalam hati

Sadar diri memang jauh lebih baik untuk saat itu. Aku menjauhkan diri dari perempuan itu, lantas duduk sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.
“Perempuan aneh, diam saja dari tadi apa gak kedinginan? Diajak bicara diam saja. Memangnya tampangku seperti orang jahat?” Gerutuku kesal

“Apa jangan-jangan?” pikiranku mulai merajalela
“Ah, tidak, jelas sekali dia manusia, semuanya lengkap dengan seluruh anggota tubuhnya”

“Tapi kenapa tidak bergerak? Apa dia sakit?”
Berbagai spekulasi berperang di dalam otakku, memikirkan siapa dan sedang apa perempuan itu sebenarnya. Suatu hal yang percuma jika aku kesana dan bertanya “Apa kau baik-baik saja?”

“Ah, tidak. Aku jalan saja”
Aku kembali bangun dan mulai berjalan mendaki lagi. Langkah sengaja ku pelankan, sekadar untuk melihat apa sebenarnya yang perempuan itu lakukan seorang diri.
Saat sudah dekat, perasaan janggal mulai menyeruak ke dalam rasa dan pikiranku. Pasalnya, wajah perempuan itu berubah pucat dengan bibirnya yang membiru. Sontak, aku mendekatinya
“Mbak... Mbak... Apa kamu baik-baik saja?” tanyaku sambil memegang lengannya. Aku hanya takut jika dia ternyata hipotermia dan terlambat ditangani. Dia diam sambil sedikit menganggukkan kepalanya. Aneh, dia benar-benar perempuan aneh.
“Apa kamu perlu bantuan?” tanyaku lagi. Dia menggeleng

“Ya sudah, saya duluan, ya. Jaga diri” timpalku

Setelahnya, dengan rasa curiga dan sedikit cemas, aku kembali berjalan lagi.
“Perempuan aneh” aku terus mengumpatnya dalam hati.

Aku melangkahkan kakiku lagi ke jalan yang sudah didominasi oleh bebatuan dan sesekali kerikil.
Setelah cukup jauh, aku berhenti lagi lalu memutar kepalaku ke belakang. Melihat perempuan aneh di bawah tadi.

“Deggg.....” jantungku seperti berhenti berdetak seketika. Pasalnya, perempuan itu tidak ada disana.
“Kemana dia?”

Seharusnya, dari tempat berdiriku sekarang, aku masih dapat melihatnya. Tapi, kenapa dia sudah hilang seketika?
Seharusnya, dari tempat berdiriku sekarang, aku masih dapat melihatnya. Tapi, kenapa dia sudah hilang seketika?

“Jangan-jangan, dia beneran setan? Ah, sudahlah” rasa takut tiba-tiba datang menyelimutiku.
“Dia tak lebih seperti pemuda-pemuda sekarang yang datang hanya karena penasaran. Setelah terjawab, mereka akan menghilang tiba-tiba. Ironis”
Aku berusaha menepis segala ketakutan yang hinggap dipikiranku. Kembali ku langkahkahkan kakiku, berharap cepat sampai dan pertemu Kosim dan Ali di atas.
Suara musik yang sejak tadi aku putar masih senantiasa mengiringi perjalananku. Walau dengan suara pelan, sudah cukup menemani langkahku yang hanya sendirian ini.
Kebetulan saat itu sedang berputar lagu Dewa-19, Munajat Cinta. Sambil berjalan, mulutku komat-kamit mengikuti lagu yang sedang berputar.
“Tuhan, kirimkanlah aku, kekasih yang baik hati.... Yang mencintai aku apa adanya” begitulah liriknya, sangat relate dengan doa pengharapanku kepada Tuhan pemilik alam semesta ini.
Sura burung beterbangan tiba-tiba muncul dari kejauhan. Hanya terdengar suaranya saja. Mungkin burungnya ada di lembahan sana.
Beruntung, rasa janggal dan takut yang sempat muncul tadi tersingkirkan oleh musik-musik dari hp lawasku. Beruntung, aku membawanya kala itu. Entah sudah berapa lama dan berapa langkah yang ku habiskan malam itu.
Tidak ada pemandangan, hanya ada kabut tipis yang menemani perjalananku kala itu.
Hingga, tiba-tiba pandanganku tersita oleh sesuatu di depanku. Sebuah gubuk layaknya gubuk sawah milik petani- petani desa tiba-tiba muncul di depanku. Aku menghentikan langkahku, sejenak diam lalu memperhatikan.
“Ada gubuk disini? Milik siapa?” tanyaku. Karena baru kali ini aku melihat gubuk begini di jalur pendakian.

Kabut tipis agak menghalangi penglihatanku. Karenanya, aku berjalan mendekat, berharap bisa melihat gubuk itu dengan jelas.
Saat semakin dekat, jantungku tiba- tiba berdetak semakin kencang seperti genderang mau perang. Bukan, bukan karena lagu dewa-19 yang ku putar, tapi memang jantungku berdetak kencang karena ada seorang laki-laki yang ku lihat sedang duduk bersila di atas gubuk itu.
Saat menyadari keberadaannya, reflek, kakiku terhenti, rasa takut kembali datang dan menahan kakiku untuk melangkah ke atas. Rasaku bergejolak, berpikir sampai kapan aku diam seperti ini.
“Apa dia manusia sepertiku?” aku melihatnya dengan teliti. Seluruh badannya lengkap sepertiku. Satu hal yang beda, pakaian yang ia kenakan adalah pakaian adat jawa berwarna serba hitam.
“Sial, siapakah dia? Kenapa penampilannya tidak biasa” berbagai pertanyaan berkecamuk dipikiranku
Tubuhku mulai kedinginan karena hanya diam diantara kabut yang datang.
Tidak hanya kabut yang menyelimuti tubuhku, tapi, juga keraguan. Keraguan apakah aku harus kembali turun, atau terus mendaki. Jika turun, langkahku sudah sejauh ini, dan kedua temanku sudah menungguku di atas sana.
Jika naik, kenapa rasa takut menahanku untuk melangkah lebih jauh lagi. Aku benar-benar bingung, tapi, aku kudu berpikir cepat mengenai apa yang harus ku lakukan.
Setelah berpikir cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, aku memutuskan kembali melangkah.
“Bismillah... Tidak akan terjadi apa-apa. Aku berani” ku mantapkan hatiku sambil menghentakkan kakiku 3 kali di atas tanah. Sudah kebiasaanku demikian, jadi, jangan ditanya apa arti menghentakkan kaki 3 kali di atas tanah.
Tak sedikitpun mataku berani melirik ke arahnya. Aku hanya membungkukkan tubuhku tatkala melewatinya, sebagai unggah-ungguh orang Jawa saat melewati orang yang lebih tua.
Tapi, tiba-tiba....

“Leee......”

“Mau kemana? Dari mana datangmu? Mau apa kamu disini?”

Sebuah suara tiba-tiba muncul di telingaku. Suara yang tidak begitu keras tapi terdengar sangat bijaksana. Aku yang mendengarnya pun sontak berhenti lalu menolehkan kepalaku.
Bulu kudukku seketika berdiri. Ternyata benar, suara itu berasal dari laki-laki itu.
“E.... ee......” rasa takut membuatku bingung harus mengatakan apa. Rasanya, aku ingin segera berlari dari tempat ini.

Tapi, dia bertanya lagi denganku dengan suara lantang.

“Lee... Apa kamu tidak mendengar perkataanku? Kemarilah”
Keringat dingin berjatuhan dibalik kaosku, saking takutnya, bahkan aku bisa merasakan tetesan demi tetesan keringat yang mengalir di tubuhku.
Tubuhku masih mematung, bingung, antara kabur dari tempat ini, atau mendekat ke gubuk dimana ada laki-laki misterius itu. Laki-laki itu sepertinya sedang memperhatikan dan menatapku dengan tatapan mata yang sangat tajam.
Ya Allah, lindungi aku.... Aku hanya sendirian.... Masa depanku masih Panjang.... Siapa laki-laki itu, Ya Allah.....

Lagi-lagi laki-laki itu menyentakku, menyuruhku menghampirinya.
Aku menarik nafas panjang, lalu ku keluarkan perlahan. Setelahnya, dengan keberanian yang hampir tidak ada, aku berjalan ke arah laki-laki itu dengan kepala tertunduk. Mataku sama sekali tidak berani menatap ke arahnya.
Saat sudah dangat dekat dengan gubuk dimana dia duduk diatasnya, dia kembali menanyakan hal yang sama.

“Mau kemana? Dari mana datangmu? Ada perlu apa kamu kesini?”

“Sa.... Sa.... Saya hendak mendaki....” Jawabku dengan suara terbata-bata karena sangat ketakutan.
Dia tertawa mendengar perkataanku. Tawanya menggelegar mengisi keheningan malam itu.

“Ba....Bapak siapa, ya, kalau saya boleh tau?”

“Kamu, kamu berani tanya begitu kepadaku? Hahaha” jawabnya sambil tertawa
“Kamu tidak perlu tau-menau siapa aku. Merapi, adalah rumahku. Burung-burung yang sejak tadi kau dengar itu semuanya adalah bangsaku”

“Kamu, kalau berani macam-macam disini. Habis kamu”
Perkataannya membuatku mati berdiri. Aku bingung harus apa setelah ini. Apa dia akan menculikku? Atau, atau....
Segala macam doa ku panjatkan, memohon perlindungan kepada Tuhan pemilik alam semesta ini.
Entah mengapa rasa penasaranku datang, penasaran dengan laki-laki yang dari tadi hanya duduk bersila di atas gubuk itu. Pelan-pelan, aku tegakkan kepalaku, lalu menatap jeli ke arah laki-laki itu. Tapi, sialnya, saat mataku sampai di wajahnya, laki-laki itu sedang tajam menatapku
“Apa? Sekarang kamu mau apa?” tanyanya
Aku kembali menundukkan kepalaku. Satu hal yang dapat ku lihat dalam waktu singkat tadi. Laki-laki itu seperti laki-laki berusia 40an dengan wajah seperti manusia pada umumnya. Jauh dari bentuk hantu yang sering aku lihat di layer kaca TV.
“Kamu disini saja ikut denganku. Ya?”

“Tidak... Saya mau menyusul teman saya di atas... Biarkan saya berjalan mendaki lagi. Tolong...” ucapku memohon kepadanya

-Bersambung-

Akan lanjut pada Chapter 3 - Tersesat
Cuplikan Mendaki Diantara Dua Dunia chapter 3 - Tersesat :

Edi, tolong aku....” Suara Kosim semakin keras, seiring langkahku yang semakin dekat dengan batu besar itu.Tapi, kali ini disertai dengan tariakan minta tolong. Pikiranku semakin kalut.
Aku mempercepat langkah, walau dengan susah payah karena badan yang terus terasa berat. Hingga akhirnya, bagaikan pelari yang baru saja sampai garis finish, akhirnya aku sampai di batu yang dimaksudkan oleh laki-laki tadi.
“Tidak, ini pasti keliru. Mataku pasti salah” aku tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Berkali-kali aku menggosok-gosok mataku, berharap apa yang ku lihat berubah sesuai apa yang seharusnya.
Tapi, ternyata tidak. Pandanganku tetap. Hanya ada jurang yang sangat dalam, yang siap menangkapku, jika aku maju 3 langkah saja. Mungkin, jika aku melihat ke belakang tadi, aku sudah jatuh ke dasar jurang sana.
Aku berdiam cukup lama, kakiku gemetar tatkala aku ingin mengangkat kaki dan melanjutkan langkahku.

“Apakah aku akan mati disini? Apakah semuanya akan berakhir disini?

Yg mau baca duluan bisa langsung ke @karyakarsa_id dengan cara klik tautan dibawah!

karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Di @karyakarsa_id , cerita "Mendaki Diantara Dua Dunia" sudah saya selesaikan hingga akhir. Buat yg mau baca duluan dan menuntaskan semua rasa penasarannya, langsung klink tautan di bawah, ya!

Chapter 3 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…

Chapter 4 Final Chapter : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Bagi yg mengalami masalah dalam mengakses cerita saya dan bertransaksi di @karyakarsa_id melalui aplikasi, bisa dicoba untuk mengaksesnya melalui browser (Chrome/ opera/ semacamnya) ya! Maturnuwun 🙏🏻
Bisa cek artikel ini untuk lebih jelasnya

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(