Daniel Ahmad Profile picture
Sep 1, 2022 29 tweets 4 min read Read on X
MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI
CHAPTER 21
@bacahorror @IDN_Horor
#threadhorror #bacahorror #timurtrilogi Image
Jeritan anak kecil kini jadi paduan suara di malam hari. Dari beragam tingkat nyaringnya suara, aku asumsikan kejadian ini telah menyeluruh di kompleks perbatasan utara. Derap kaki kalang-kabut terdengar di luar, disertai ributnya warga yang tengah gamang.
Menindaklanjuti pertanyaanku barusan, kami bertiga lekas pergi memeriksa Faza, adik Erik yang masih berusia tiga tahun. Aku khawatir anak itu mengalami kejadian serupa, karena sejauh ini yang jadi korban hanya anak kecil saja.
Menurut Erik, Faza biasa tidur di kamar ibu mereka, tapi saat kami sampai di sana, anak itu justru tidak ada. Tempat tidurnya kosong, tinggal bantal, selimut kusut, dan bantal guling yang jatuh ke lantai. Wajar jika Erik dan Yanti panik.
“Cari di dapur!” gagas Erik.

Lekas dua bersaudara itu pergi ke dapur, sementara aku tinggal di kamar karena mencurigai sesuatu. Ada meja rias di samping tempat tidur, dan dari bawah kolong meja itu aku menangkap adanya pergerakan.
Saat aku jongkok untuk memeriksa, kudapati sosok berbulu merah, lebat, dengan mata bundar yang hanya sebelah.
“Ya, ampun, Dek!” pekikku kala melihat Faza tengah bersembunyi di kolong meja sambil memeluk boneka beruang merahnya. Segera kugendong anak itu, lalu memanggil Erik dan Yanti.
“Oy, Faza ada di sini!”
Keduanya bergegas kembali, menemuiku di pintu kamar. Erik dan wajah paniknya, Yanti dengan air mata deras dan bibir mewek yang sedikit lagi meledak jadi tangisan.
“Kamu nggak apa-apa, Dek?” tanya Yanti, berusaha mengambil alih Faza.
Sebelum serah terima dilakukan, aku bawa Faza ke ruang tamu karena di sanalah ruang yang paling luas. Cukup luas untuk tiga orang berdiri tanpa berdesakan, cukup lega untuk tiga kepala panas yang sedang gelisah.
Kubaringkan Faza di kursi panjang, lalu aku sedikit menjauh, membiarkan kedua kakaknya memeriksa secara menyeluruh.
Kondisi Faza tampak baik-baik saja. Tidak teriak dan kejang-kejang seperti anak-anak lainnya. Aku hanya sedikit mengkhawatirkan diamnya anak itu yang tidak wajar. Tatapannya kosong, tubuhnya lemas, ia tidak bereaksi apa-apa saat kedua kakaknya mengajak bicara.
“Ketemu di mana?” tanya Erik.

“Sembunyi di bawah meja sambil meluk boneka.”
Erik mendekati jendela, memeriksa ke rumah tetangga. Kulihat anak kecil bernama Aim masih menjerit di teras, tapi kali ini sudah ditemani keluarganya.
“Aku takut kalau Faza juga seperti itu,” ucap Erik.

“Ini lebih mirip kesurupan nggak, sih?” tanyaku sambil mendekati Erik ke jendela.

“Iya, tapi aku nggak pernah dengar ada anak kecil kesurupan.”
Kami sama-sama melihat ke luar, lalu membandingkan situasi yang tengah dialami tetangga dengan kondisi Faza yang bisa dibilang lebih tenang dibanding mereka. Apalagi setelah dipeluk dan dipangku Yanti, Faza sudah mulai mau bicara. Aku dan Erik menghampiri anak malang itu.
“Adek kenapa sembunyi?” tanya Yanti.

“Faza takut, Mbak. Ada hantu,” ucap Faza terbata-bata.
Aku dan Erik saling lirik. Tak terucap, tapi seolah pikiran kami tengah menanyakan hal yang sama. Hantu?

“Nggak ada hantu. Faza cuma mimpi,” hibur Yanti.
“Ada, hantunya kecil, terus anunya hitam. Hitam semua.”

“Anunya, hi-tam?” tanyaku sambil mengernyit, mencoba menyimpulkan apanya yang hitam, karena kata ‘Anu’ bisa jadi punya seribu makna berbeda, tergantung bersih dan kotornya pikiran seseorang.
“Mukanya?” tebak Erik.

“Semuanya hitam. Ada tanduknya dua. Terus matanya merah, takut.”
Faza membenamkan wajahnya ke dekapan Yanti. Kami sepakat tidak memaksa anak itu mendeskripsikan ketakutannya lagi, dan fokus menenangkan Faza, terlebih setelah anak itu bertanya kenapa di luar ribut sekali, dan kenapa Aim menangis.
“Udah jangan takut lagi, di sini ada Cak Dani, dia calon kiai, jadi hantunya pasti udah pergi sekarang, ya kan, Cak? Oy, Cak?”
Erik sampai menoleh ke belakang karena aku tidak menjawab, dan tanpa sadar juga aku sedikit menjauh dari mereka.

“Kenapa?” tanya Erik.
Aku hanya menggeleng. Bagi Erik dan Yanti, apa yang dikatakan Faza mungkin hanya terdengar seperti mimpi buruk anak kecil, tapi bagiku lebih dari itu.
Merangkum pengalaman Sugik, memadukannya dengan sosok hitam misterius yang beberapa kali kulihat, cerita dari Faza seperti melengkapi kepingan gambar besar yang meski belum utuh, setidaknya mulai bisa kumengerti.
“Pi-pinjam motor,” ucapku.

“Hah?”

“PINJAM MOTOR, AKU MAU PULANG!”
Bersambung hari senin, yak.

Terima kasih buat teman-teman yang udah baca sampai sini.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Daniel Ahmad

Daniel Ahmad Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @DanieloAhmad

Feb 2, 2023
MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI
CHAPTER 38, 39

@bacahorror @IDN_Horor
#threadhorror #bacahorror #timurtrilogi Image
CHAPTER 38

Lembu hitam besar menghadang di tengah jalan. Tergeming memperhatikan kami lewat matanya yang merah menyala, seolah ingin menegaskan bahwa ia tidak semata ingin melintas, tapi ia punya tujuan, dan tujuan itu adalah menjemput apa yang ia rasa adalah miliknya.
Read 81 tweets
Jan 26, 2023
MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI
LEGENDA BATU LEMBU - BAGIAN SATU.

@bacahorror @IDN_Horor
#threadhorror #bacahorror #timurtrilogi
LEGENDA BATU LEMBU - BAGIAN 1

Keseharian Hayati saat pagi hari tak jauh dari tungku dan sumur. Menjaga agar tungku tetap menyala, serta memastikan peralatan masak bersih dari noda.
Read 111 tweets
Jan 5, 2023
Kakek dan Mbah Sopet harus pulang dengan berjalan kaki. Setelah semua aksi mereka yang membuatku kagum, aku baru sadar kalau keduanya tidak bisa mengendarai sepeda motor.
Read 23 tweets
Dec 22, 2022
CHAPTER 35

Butuh waktu untuk memproses perkataan Pak Edi agar terdengar masuk akal. Ada sebagian kalimat yang tidak jelas kutangkap, tapi sesuatu tentang menghidupkan anak yang sudah mati,--
Read 97 tweets
Dec 15, 2022
Teman-teman yang baru bergabung, silakan lewat pintu masuk dulu.

CHAPTER 33

Usai mendengar cerita dari Mbah Sopet, kami memutuskan untuk segera menyusul kakek. Di luar dugaan, Sugik masih setia menunggu.
Read 62 tweets
Dec 8, 2022
MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI
CHAPTER 31, 32
@bacahorror @IDN_Horor

#threadhorror #bacahorror #timurtrilogi Image
CHAPTER 31

Saat masih sekolah dasar dulu, aku ikut pelantikan Pramuka. Kami di lepas pukul sembilan malam, berjalan kaki melewati jalan sepi di perbatasan desa, dengan kuburan sebagai garis finishnya.
Read 113 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(