Lima Rekomendasi Jaringan GUSDURian untuk Indonesia
A thread
Pada Jumat hingga Minggu 14-16 Oktober 2022, Jaringan GUSDURian menyelenggarakan Temu Nasional GUSDURian (TUNAS) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
TUNAS merupakan agenda pertemuan rutin tiga tahunan yang diadakan untuk mengonsolidasikan komunitas dan jejaring GUSDURian.
Acara tersebut dihadiri oleh keluarga, sahabat, murid, pengikut, serta pengagu, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari berbagai kalangan.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya istri Gus Dur Sinta Nuriyah, Alissa Wahid, Inaya Wahid, budayawan Zawawi Imron, Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Ketika Gus Dur Meminta Maaf atas Pembantaian Massal 1965-1966
Salah satu peristiwa kelam yang pernah ada di Indonesia adalah pembantaian terduga simpatisan PKI kurun 1965-1966. Luka itu sempat ditutup rapat, terutama oleh pemerintah Orde Baru. Pada 1995, Gus Dur membukanya.
Meski demikian, perbincangan terkait isu tersebut masih sangat terbatas, bahkan pasca Orde Baru sekali pun. Padahal, kejatuhan Soeharto menandai era keterbukaan. Khusus kasus 1965-1966, isu ini masih dianggap sangat sensitif.
Dalam konteks dan derajat tertentu, upaya pengaburan fakta tentang pembantaian massal bahkan dijadikan komoditas politik. Wacana yang digulirkan Orde Baru selama tiga dasawarsa—bahwa pembantaian dilakukan atas inisiatif rakyat karena kebiadaban PKI di masa lalu—masih diteruskan
Juli 2001 situasi Ibu Kota memanas. Gus Dur dipaksa keluar dari istana. Massa pro & kontra berkumpul di depannya. Moncong panser di lapangan Monas pun sudah diarahkan ke gedung.
Gus Dur masih bertahan. Ia baru keluar setelah mendapat 'surat sakti' dari Lurah Gambir.
Hal ini pernah diceritakan oleh Mas @PSambadha, ajudan Gus Dur. Permintaan sang presiden bahkan sampai membuat Lurah Gambir nyaris pingsan. Mungkin sang lurah tidak menyangka bahwa tanda tangannyalah yang membuat seorang presiden akhirnya meninggalkan istana ya wkwkwk.
Dalam sebuah wawancara, Gus Dur pernah berkelakar. Bahwa dalam Islam, jika diusir dari rumah, harus melawan. Namun karena perintah pengosongan rumah berasal dari pemerintah setempat yang sah, maka kewajiban melawan pun 'gugur'. Urusan selesai. Gitu aja kok repot.
PP Muhammadiyah sudah menetapkan awal #Ramadan 1443 H besok 2 April 2022. Sementara NU, pemerintah, dan ormas Islam lain belum bisa memastikan karena harus memantau hilal (rukyatul hilal). Kemungkinan besar 3 April 2022.
Lha kok bisa?
Yang paling dasar adalah metode. Bagi Muhammadiyah, perhitungan sains (hisab) bisa digunakan untuk menentukan awal bulan. NU pun setuju dengan metode hisab. Namun khusus pada bulan-bulan tertentu, bulan tetap harus dipantau dengan mata.
Jika belum terlihat, termasuk karena tertutup awan dsb, bulan sebelumnya disempurnakan menjadi 30 hari. Hari ini (1 April) adalah tanggal 29 Sya'ban. Apabila sore nanti hilal belum terlihat, maka besok masih dianggap sebagai akhir bulan Sya'ban.
Di Indonesia, pemilik warung makan punya beragam cara untuk menghormati datangnya bulan suci Ramadhan. Ada yang menutup warung dengan tirai, ada yang buka jelang magrib, ada pula yang libur sebulan penuh.
Bagi yang tetap buka dan menutup dengan tirai, mereka mempertimbangkan banyaknya orang-orang yang butuh dan tidak terikat dengan kewajiban puasa: orang sepuh, perempuan hamil/menyusui, orang sakit, umat selain Islam, musafir, dll. Di sisi lain mereka menghormati yang berpuasa.
Bagi yang memindah jadwal, mereka merasa bahwa malam hari adalah waktu yang tepat karena melayani pelanggan membutuhkan waktu dan tenaga. Akan sangat letih apabila buka di siang hari. Apalagi bagi warung yang memang ramainya waktu malam. Pemindahan ini jauh lebih efektif.