Siapa yang suka bertanya :
“Sudah siap belum ya gue punya hubungan dengan orang lain?”
Ini check point bisa membantu menilai kesiapan kita dalam relationship. Singkatnya : Menerima. Memaafkan. Membangun.
Yang jomblo boleh merapat ya 😊
A Thread.
Disclaimer : Gue bukan ahli relationship ataupun dukun cinta ya. Ini murni semua pengamatan dan apa yang gue praktekan dalam membangun hubungan.
Gak sempurna, gue pun masih banyak belajar.
Tapi so far, setelah gue mempraktekan hal ini, it makes my life easier.
Gue sebenernya lebih senang buat mengartikan “Love” itu dengan Kasih, bukan Cinta.
Menurut gue, kasih itu maknanya lebih luas dan dalam.
Bisa berbicara ke sesama (teman, kolega), keluarga (Orang tua, anak) dan juga pasangan (Pacar, Istri)
Satu hal yang gue percaya :
Relationship yang baik dibangun oleh 2 orang dewasa (Bisa lebih, tergantung konteksnya), yang mau saling menerima, memaafkan dan membangun satu sama lain.
Keliatannya gampang sih ya, tapi prakteknya susah banget.
Yuk kita bahas satu2 elemen nya.
#1 Menerima
Kenapa “Menerima” itu duluan?
Gak ada orang yang sempurna di dunia ini.
Gak ada hubungan yang sempurna di dunia ini.
Jadi kalau cari yang sempurna itu pasti capek.
Kalau sama2 gak sempurna, ya harus bisa belajar menerima kelebihan, kekurangan masing2.
Gak banyak menuntut dan banyak syarat.
Gak cuma mikirin apa yang bisa diterima, tapi juga bagaimana bisa mengasihi.
Susah loh ini. Karena manusia kan mahluk yang penuh ego ya.
Kita pasti suka mikir agar maunya kita aja yang dituruti. Maunya orang lain gak kita dengar.
Penerimaan itu awal dari segalanya.
Makanya, gue agak kurang setuju dengan istilah :
“Cari pasangan yang kamu bisa terima kelebihan dan kekurangan”
Gak salah sih.
Tapi gue percaya bahwa manusia itu selalu berubah
Kalau nanti, tiba2 dia berubah, bisa gak kita terima?
Gue lebih suka dengan statement ini :
“Bisa gak kita BELAJAR menerima kelebihan dan kekurangan pasangan kita tanpa menuntut berlebihan?”
Karena pasangan kita berubah, ya udah, kita juga belajar untuk TIDAK menuntut pasangan berubah sesuai apa yang kita mau.
Makanya gue pun masih belajar menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Karena ini susah..
Belajar gak menuntut. Belajar buat mengasihi dalam keadaan apapun. Belajar menerima :D
Notes : tapi ya kalau jadi abusive, toxic.. Jangan diem2 aja ya. Cari pertolongan ya.
#2 Memaafkan
Ini yang sangat sulit juga ya..
Susah banget buat maafin orang yang nyakitin kita.
Dari perkataan, perbuatan, sikap dll.
Orang lain aja kalau nyakitin susah ya buat dimaafin, apalagi kalau pasangan.. Sakitnya pasti lebih2 lagi..
Tapi, hubungan itu proses kan.. Dan kadang proses yang gak enak itu lah yang membentuk sebuah hubungan jadi lebih kuat..
Dan pacaran itu kan ya pasti proses penyesuaian 2 individu ya, pasti akan ada cekcok dan bentrok..
Makanya, hati nya ya perlu sabar dan lebar seluas2nya.
Kalo dalam hubungan yang sehat, menurut gue ya, proses memaafkan itu pasti gak akan diitung2.
Ya namanya manusia gak sempurna, pasti ada cekcoknya.
Ya gak sh?
Sama ortu, sama adik, sama kakak, sama teman. Pasti ada gak cocoknya.. Pasti ada bentroknya.
Makanya KASIH itu perlu, bukan cuma sekedar CINTA.
Belajar buat memaafkan gak dihitung2. Itu susah geys.
Nah makanya.. belajar buat handling conflict yang sehat, belajar buat problem solving yang efektif, banyak ngobrol.
Sehingga, kita bisa tau apa yang pasangan kita mau.
Belajar melihat perspektif dari sudut pandang dia.
Mungkin kita akan gak setuju, tapi kalau kita belajar menerima, pasti kita bisa memaafkan dengan baik.
Belajar buat put relationship > individual ego itu susah loh.
Tapi pasti bisa asalkan kita mau :)
#3 Membangun
Kalau kita dalam sebuah relationship, terus ujung2nya gak membangun kita jadi individu yang lebih baik, boring gak sih?
Karena balik lagi, Pacaran itu kan persiapan buat Pernikahan ya (Menurut gue), kecuali kalo cuma buat main2 aja.
Bisa gak pasangan kita membawa kita lebih dekat ke Tuhan, jadi pribadi yang lebih baik,ngomelin kita kalau kita nya salah, nolongin kita kalau kita susah? Dan pertanyaan lainnya..
Bisa gak kita jadi pasangan yang demikian?
Apa value yang bisa bawa ke sebuah hubungan?
Jadi ya dalam hubungan itu, kita juga ada yang bisa diberikan atau dikontribusikan.
Bukan cuma sekedar meminta dan menuntut, tapi juga memberi.
Karena dalam relationship, susah kalau kita masih ‘egois’ dan kita gak punya kedewasaan untuk memberi.
Makanya, ketika gue cari pasangan, gue selalu berpikir
“Bisa gak ya dia jadi partner yang bisa membangun gue dengan baik?”
Dan pertanyaan itu juga gue tanyain ke diri gue sendiri. Jadi gak timpang sebelah dan gak kebanyakan nuntutt.
Jadi gak ada hubungan yang sempurna yaa..
Yang ada itu hubungan yang sehat, dimana ada 2 orang dewasa (atau lebih, tergantung konteks) yang mau saling menerima, memaafkan dan membangun.
Gak gampang pasti buat nyatuin 2 kepala, tapi pasti bisa kalo sama2 mau.
Jadi, dari pada bertanya
“Udah siap belum ya gue pacaran?”
Mending kita bertanya dan jujur ke diri sendiri
“Sudah siapkah gue belajar menerima? Selalu memaafkan kalau salah? Jadi partner yang membangun?”
Karena kalau jawabannya “Ya, saya mau berproses”
Then you are ready :)
Semoga bisa membantu teman2 yang jomblo/non jomblo yang galau di malam sabtu.
Kalau ada yang kena, kesentil, merasa tertampar dari sharing gue, boleh di share ya ke teman yang membutuhkan.
Sorry kalau ada salah kata. Hope it can bless you guys!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
3 skill dasar yang wajib kamu punya ketika pengen terjun dan mencoba karir di bidang marketing dan menjadi seorang marketer yang jago dan handal.
Sebuah utas 🧵🪡🧶
Kebanyakan dari kita menyamakan Digital Marketing itu sama dengan Marketing.
Padahal,Marketing itu area nya lebih luas daripada Digital Marketing.
Marketing itu strategy besarnya,
Digital Marketing itu cara eksekusinya.
Karena pemahaman yang masih meleset, nah kadang2 orang berpikir bahwa skill yang dibutuhkan menjadi marketing itu terbatas yang berhubungan dengan digital atau tech saja.. seperti :
Copywriting
Data analytic
Content planning
Dan lain sebagainya..
Salah satu pencapaian gue dalam karir adalah membuat campaign buat launchingnya Traveloka di tahun 2014-2015an.
Waktu itu, gue dan tim come up dengan tagline “Traveloka Dulu, Traveling Kemudian”
Mau tau cerita di balik itu?
A Thread
Disclaimer : sharing ini gak menggambarkan strategy besar secara keseluruhannya juga. Prosesnya jauh lebih panjang dan lebih complex dari cuma tweet ini.
Jadi, jangan ditelen mentah2 or dipraktekin langsung ya.
Cuma buat sharing biar temen2 terinspirasi.
Di masa itu, booking pesawat atau hotel melalui Online Travel Agent (OTA) belum menjadi sebuah norma seperti sekarang.
Masih cari cari lewat telpon atau booking ke travel agent langganan. Cara yang traditional dan conventional, kan?
Banyak dari kita (termasuk gue) yang kadang suka bertanya :
"Gimana ya caranya biar kita bisa berdampak di kantor/komunitas/lingkungan/dll?"
Kali ini, gue mau share apa POV gue tentang apa artinya "Impactful"
A Thread
Disclaimer :
Ini adalah berdasarkan pengalaman gue pribadi, dan bukan satu satunya cara yang benar ya. Jadi masih ada pendapat lain tentang topik ini.
Jadi, jangan ditelan atau dipraktekan mentah2 ya.
Perlu kebijaksanaan juga ya :)
Menurut gue, kadang kita terjebak dalam pemikiran bahwa apa yang kita lakukan itu harus sesuai dengan passion atau purpose kita agar apa yang kita lakukan itu BERDAMPAK dan BERARTI.
Gak salah, tapi kadang orang suka kelupaan step awalnya, yaitu BERGUNA.