BangWas Profile picture
Jan 10 116 tweets 16 min read
Wedon adalah makhluk sejenis pocong.Namanya kurang begitu terkenal dibanding dengan pocong,kuntilanak,genderuwo,buto ijo,tuyul dll.Namun,namanya tidaklah asing bagi sebagian masyarakat di tanah jawa.
Sosok wedon terkenal sebagai makhluk yang jahat.Dimana dia suka mengganggu manusia,bahkan bisa melukai dengan cairan ludah yang disemburkan.Bisa juga sosok itu merupakan kiriman dari dukun ilmu hitam untuk melakukan teror di suatu wilayah.
Peristiwa teror wedon ini terjadi disebuah desa yang berada dikota kecil di Jawa Tengah.Pelakunya sendiri adalah seorang warga desa setempat,dikarenakan wilayah itu adalah lokasi yang dapat menghasilkan beras dengan kwalitas terbaik.
Dari situlah pelaku meminta bantuan dukun untuk meneror warga dengan tujuan agar mereka mau menjual sawah dan tanahnya dengan harga murah.Yang dimana tanahnya nanti akan dibuat sebuah perkebunan dan sawahnya akan ditanami dengan padi.
Sore itu,warga yang sebagian besar yang berprofesi sebagai petani sedang bersiap pulang kembali kerumah masing-masing.Namun,sebelum itu seperti biasa mereka sejenak menyempatkan diri untuk sekedar mengobrol dan beristirahat sambil menikmati sebatang rokok sebelum magrib tiba.
Pak Wiro yang biasa disapa pak Wir.Beliau adl ketua RT serta ketua paguyuban petani didaerah tempat tinggal sekitar.
“Wes mulai usum ketigo pak Wir,Alhamdulillah banyune ora asat” Pak Pujo memulai percakapan
(Udh mulai musim kemarau pak Wir,Alhamdulillah airnya gak kering)
“Iyo iki pak,daerahe dewe akeh sumber banyu.Yen pas ketigo ra mumet golek banyu.”
(Iya ini pak,Daerah kita banyak sumber mata air,jadi pas kemarau gak pusing nyari air)
Sesaat sebelum magrib menjelang,pak wir pun mengajak para petani untuk kembali kerumah masing-masing.
“Yowes ayo bali bapak-bapak,ameh surup siap-siap mangkat neng musola.” Ajak pak Wir seraya menaiki sepeda kesayangannya”
(Yaudah ayo balik bapak-bapak,mau petang siap-siap berangkat ke musola.)
Para petani itu pun mulai membubarkan diri dan bersiap untuk kegiatan selanjutnya,Ada yang mandi kemudian menuju musola,ada yang masih menyiapkan pakan untuk ternak mereka,ada yang mampir ke warung untuk sekedar membeli kopi dan gula.
Malam itu,selepas isya’ para warga berkumpul di pos ronda.Kegiatan itu mereka lakukan setiap hari demi menjaga keamanan desa mereka.
Sebut saja Pak Baskoro.Beliau adalah seorang pebisnis yang terkenal ramah dan dermawan terhadap warga sekitar.Beliau mempunyai sebuah peternakan sapi yang berjumlah puluhan hingga ratusan ekor.
Peternakan itu berada diujung desa agar bau kotoran sapi itu tidak menggangu warga sekitar.Bisa dibilang bisnis yang ia tekuni terbilang sukses.Setiap minggu selalu ada permintaan untuk pengiriman sapi hingga keluar daerah.
“Kopine sampun wonten dereng bapak-bapak?” Sapa pak Baskoro dengan ramah waktu menghampiri
(Kopinya udah ada belum bapak-bapak?)
“Wah,dereng niki juragan hahaha” Jawab pak Cipto sembari tertawa
(Wah,belum ini bos hahaha)
“Ji,ngomong lek jum kon gawekne kopi nggo bapak-bapak,sisan kon gorengne telo ro gedang sing di panen awan mau” Perintahnya kepada parji,org kepercayaannya
(Ji,bilang sama lek jum suruh buatin kopi buat bapak-bapak,skalian suruh gorengin singkong sm pisang yg dipanen siang tadi)
“Sendiko dawuh Bopo” Jawab parji sembari berlalu melaksanakan perintah pak Baskoro
(Siap laksanakan bapak)
Di dalam pos tersebut,terlihat sebuah rumah yang cukup besar,serta pekarangan yang luas dikelilingi oleh pagar yang cukup tinggi.Ya,itu adalah rumah pak baskoro yang terletak didepan pos ronda.
Hampir setiap hari pak baskoro selalu menyediakan kopi hingga camilan untuk bapak-bapak yang sedang berjaga dimalam itu.
Sekitar 30 menit berselang,kopi beserta singkong dan pisang goreng tersaji didepan mereka.
“Monggo bapak-bapak,sami didahar mumpung tesih anget”
(Silahkan bapak-bapak,silahkan dinikmati mumpung masih hangat)
“Wah,maturnuwun sanget pak bas.mbendinten kok dados ngrepoti.” Ucap pak wir sembari menunduk
(Wah,terima kasih banyak pak bas,setiap hari kok jadi ngrepoti)
“Mboten pak RT,kulo nggih maturnuwun dalemme kulo sampun dijagani kaliyan bapak-bapak sedanten”
(Tidak pak RT,saya juga berterima kasih,rumah saya sudah dijaga sama bapak-bapak semua.)
Hingga sekitar pukul 01.00 dinihari,mereka pun mulai melakukan patroli keliling kampung dengan membagi menjadi 2 kelompok.Tidak ada hal yang aneh pada hari itu.Suasana desa masih tetap seperti biasanya.Dan warga lain pun masih beraktivitas seperti biasanya.
Hingga hari berganti,suatu hal yang buruk menimpa para petani.
Padi yang seharusnya minggu depan siap dipanen,tiba-tiba diserbu oleh hama dan menyebabkan para petani gagal panen.
“Pak Wir,pie iki pak?tandurane rusak dipangan omo.Padahal wes bar dirabuk” Ucap pak cipto sedih
(Pak Wir,gimana ini pak?Tanamannya rusak dimakan hama.Padahal udah dikasih pupuk)
Pak Wir yang masih tidak percaya itu pun berusaha menenangkan para petani itu.
“Mungkin awake nembe di uji,sabar rumiyin njih bapak-bapak sedanten”
(Mungkin kita lagi di uji,sabar dulu ya bapak-bapak semua.)
Keesokan harinya para petani mulai membersihkan sawah milik masing-masing,dan mulai menanamkan bibit baru.
Setelah selesai menanam bibit baru,sembari menunggu waktu petang mereka berkumpul untuk beristiharat sejenak.
Banyak yang mereka bicarakan sore itu,hingga tiba-tiba tercium bau amis yang menyengat.
“Mambu opo iki?”
(Bau apa ini?)
“Wes ayo ndang mulih pak,wes magrib iki.” Ajak pak wir agar mereka segera pulang
(Sudah ayo cepet pulang pak,udah magrib ini.)
Kejadian itu sempat membuat mereka bertanya-tanya,dan juga membuat merinding sore itu.
Malamnya pun,seperti biasa.Para warga berkumpul di pos untuk melakukan kegiatan ronda di malam hari.
“Pak Wir,kiro-kiro kae mau mambu opo yo?kok koyo getih”
(Pak Wir,kira-kira tadi bau apa ya?kok seperti darah)
“Wes,rasah dirembug pak.mengko yen ndak malah teko.”
(Dah,gak udah dibicarakan pak.nanti malah datang)
“Emange ono opo to pakdhe?” Tanya seorang warga yang penasaran
(Memang ada apa to pakdhe?)
“Mau bar tandur,pas meh magrib ngerti-ngerti mambu amis getih le!”
(Tadi abis nanem,pas mau magrib tau-tau bau amis darah le!)
“Mosok to pakdhe?”
(Masa to pakdhe?)
“Koe ki kok malah maido!iki lo bapak-bapak nengkene seksine!”
(Kamu itu kok malah gak percaya!Ini lo bapak-bapak disini saksinya!)
“Leres ngoten pak Wir?”
(Benar begitu pak Wir?)
“Wes-Uwes,rasah dirembug meneh.Engko yen teko bahaya!”
(Udah-Udah,gak usah diomongin lagi.Nanti kalo datang bahaya!)

Suasana pun sedikit mencekam malam itu.
“Dengaren pak bas kok rung ngetok nawani kopi?”
(Tumben pak bas kok belum keliahatan nawarin kopi?)
“Hus,ojo jagakne uwong to pakdhe.Yo mungkin pak bas lagi ono perlu neng jobo.Juragan gede ki urusane yo mesti okeh,ora mung nyepaki kopi tok!”Kan wes eneng jadwale dewe-dewe tiap 1 malam nyediani kopi nggo ngronda.saiki jatahe pak man to sing nyepaki kopi?”
(Hus,jangan berharap ke orang terus to pakdhe.Ya mungkin pak bas baru ada keperluan di luar.Bos besar itu urusannya ya pasti banyak,gak Cuma menyediakan kopi buat kita aja!
masing-masing,tiap 1 malam menyiapkan kopi buat ngeronda.Sekarangan jatahnya pak man kan yang menyediakan kopi?)

“Njih pak wir,sekedap njih kulo mendet porong kaliyan gelas”
(Iya pak wir,sebentar ya saya ambil teko sama gelas.)
Pak parman pun kembali kerumah untuk membuat 1 teko kopi untuk menemani bapak-bapak yang sedang bertugas ronda.Saat sebelum sampai dipertigaan desa,pak man tiba-tiba mencium bau amis yang cukup jelas.
“Sing guwak batang sopo yo iki?ambune amis tenan.” Gumam pak man sambil menutupi hidungnya dengan sarung
(Yang buang bangkai siapa ya ini?baunya amis sekali.)
Saat mulai mendekat,ada sekelibat kain putih yang menghantam pohon dipekarangan kosong tersebut.
Buuuuk!
Pak man yang terkejut segera berlari mendatangi asal suara tersebut.
“Sopo kui!rene metuo!”
(Siapa itu?Sini keluar!)
Saat pak man sampai ditempat asal suara itu,muncul sesosok makhluk putih yang berdiri tepat dihadapan pak man dengan wajah yang membusuk dan banyak belatung,serta bau amis yang sangat menyengat.
Sosok itu menyerupai pocong,namun terlihat agak tinggi sehingga pak man harus mendongakkan wajahnya keatas.
Pak man yang terkejut melihat sosok mengerikan itu pun langsung berteriak.
“Haaa haaa,Pocong!Tulung!Tulung eneng pocong!Tulung!!” Pak man berteriak sekuat tenaga dan segera menjauh dari sosok itu.Namun siapa sangka,sosok itu mengejar pak man yang sedang mencari pertolongan warga.
“Tulung pak!Tulung!aku di oyak pocong!”
(Tolong pak!Tolong!Aku dikejar pocong!)
Tak jauh dari tempat itu,pocong itu pun meludah kearah pak man dan mengenai lengannya.
“Aaaarrrggghh!Panas!Tuluuuung!Tuluuuung!”
(Aaaaarrggghh!Panas!Toloooong!Tolooong!)
Pak man terus berlari sambil memegang lengannya itu.
“Parman ki malah nengdi iki?gawe kopi kok suwe.”
(Parman ini malah kemana?Bikin kopi kok lama.)
“Lagi tuku neng warunge lek nah paling dhe,wes to dienteni wae.Lagian warunge lek nah kan neng etan deso.”
(Baru beli ke warungnya lek nah mungkin pakdhe,dah ditunggu aja.Lagian warungnya lek nah kan ada ditimur desa.)
Pak wir pun samar-samar mendengar suara orang minta tolong.Dengan sedikit terkejut pak wir bertanya kepada warga yang ada disitu.
“Eh pak,kok koyo eneng suoro uwong jaluk tulung kae krungu ora?”
(Eh pak,kok kayak ada suara orang minta tolong itu kedengeran gak?)
“Ho’o pak,koyo suorone parman”
(Iya pak,kayak suaranya parman)
“Ayo gek ndang parani.Semelange yen eneng opo-opo!”
(Ayo buruan datengin.Takutnya ada apa-apa!)

Para warga pun mulai mendatangi asal suara tersebut.Benar saja,mereka menemui parman yang berlari ketakutan.
“Eneng opo man?eneng opo?” Tanya pak wir penuh kwatir
(Ada apa man?Ada apa?)
“Pooo…pooocong pak pocong!”
“Hah?Endi?nengdi poconge?”
(Hah?mana?dimana pocongnya?)
“Aku diuber-uber pocong pak neng kebon kosong pas meh tekan omah!Trus aku diidoni keno lengenku mloyoh,rasane panas!”
(Aku dikejar-kejar pocong pak di kebun kosong saat hampir sampe rumah!Lalu aku diludahi kena lenganku.Melepuh,rasanya panas!)
“Wedon!kui wedon sing ngoyak koe man!”
(Wedon!itu wedon yang ngejar kamu man!)
“Trus nengdi saiki wedone?”
(Trus dimana sekarang wedonnya?)
“Ra ngerti pak,aku wedi ngawasne mburi”
(Gak tau pak,aku takut ngeliat belakang)
Sesaat kemudian lek parman pun pingsan,Warga yang mulai panik mulai membawa tubuh parman kembali kerumahnya.
Istri parman pun terkejut saat melihat kondisi suaminya.Sontak sang istri pun menangis.
“Bojoku kenopo pak wir?”
(Suamiku kenapa pak wir?)
“Wes,ayo digowo neng nggon turu disik yu.Ngko tak critani.”
(Dah,ayo dibawa ketempat tidur dulu mbak.Nanti aku ceritain.)

Setelahnya,pak wir mengutus satu warga untuk pergi kerumah mbah Sud dengan maksud meminta pertolongan.
Orang itu pun segera bergegas mendatangi rumah mbah sud.Begitu sampai dipekarangan,warga itu pun melihat mbah sud sedang menikmati kopi dengan sebatang rokok.Belum sempat orang itu bicara,mbah sud langsung berkata.
“Ngopo le?Wes eneng korban?”
(Kenapa nak?Udah ada korban?)
Orang itu pun terkejut ketika mendengar perkataan mbah sud.
“Kok wes ngerti yo?padahal aku rung ngomong opo-opo.”
(Kok udah tahu ya?Padahal aku belum bilang apa-apa.)
“Sopo sing keno?” Tanya mbah sud lagi
(Siapa yang kena?)
“Aaa anu mbah,si parman mbah sing keno.”
(Aaa anu mbah,si parman mbah yang kena.)
“Yowes,koe disiko rono aku meh jupuk banyu disik.”
(Yaudah,kamu duluan kesana.Aku mau ambil air dulu.)
Warga itu pun segera kembali dan mengabarkan kepada pak wir jika mbah sud akan segera tiba.
Tidak lama berselang,mbah sud pun tiba dan langsung mendatangi lek parman yang menjadi korban wedon tersebut.
Sambil merapal sesuatu,mbah sud mulai mengolesi luka yang ada dilengan parman dengan air yang ia bawa.Luka yang sebelumnya tampak melepuh itu perlahan mengering.Namun,luka itu tidak dapat hilang dan menjadi seperti luka bakar.
“Nduk,bekas larane iki ora bakal iso ilang,bakal nepak sakteruse.Nanging koe rasah kwatir.mugo wae sesok yen bojomu wes tangi,tangane wes ra kroso loro.” Pesan mbah sud kepada istri parman
(Nak,bekas luka ini gak akan bisa hilang,akan terus membekas selamanya.Tapi kamu gak usah khawatir.Semoga saja besok kalo suamimu udah bangun,tangannya udah gak terasa sakit.)
“Nggih mbah,matur sembah nuwun.” Ucap istri parman sambil sesenggukan
(Iya mbah,Terima kasih sekali.)
Begitu selesai,mbah sud menuju teras rumah untuk duduk dan meminum secangkir kopi yang disiapkan oleh anaknya parman.
Pak wir pun mendatangi mbah sud yang sedang duduk dengan maksud untuk bertanya sesuatu.
“Mbah?” Sapa pak wir
“Eneng uwong sing meh ngrusuhi deso kene.Mbuh opo karepe.Wedon-wedon kui ra bakal lungo seko kene sakdurunge isoh nemu sing ngirim sopo,utowo iso mateni setan-setan kui.Iki ngilmu ireng,wes ngabdi karo iblis!
Yen carane ngene,bakal okeh wong mati mergo polahe menungso kui!” Kata mbah sud yang langsung menerangkan kejadian
(Ada orang yang mau neror kampung sini.Entah apa maunya.Wedon-wedon itu gak bakal pergi dari sini sebelum bisa menemukan siapa pengirimnya,atau bisa membunuh setan-setan itu.Ini ilmu hitam,udah mengabdi sama iblis!
Kalo caranya seperti ini,akan banyak orang mati karena ulah manusia itu!)

Pak wir yang kaget mendengar pernyataan mbah sud hanya bisa terduduk lemas.
“Lajeng pripun mbah?”
(Lalu bagaimana mbah?)
“Mulai sesok,yen wes surup ojo metu seko ngomah!Nganti aku iso balekne kiriman kui karo sing ngirim.Sesok aku meh moro nggone boloku,ameh jaluk tulung.Yen aku ijen sing ngedepi,podo wae mung golek mati!”
(Mulai besok,kalo udah magrib jangan keluar dari rumah!Sampai aku bisa mengembalikan kiriman itu sama yang ngirim.Besok aku mau datang ketempat kawanku mau minta tolong.Kalo aku sendiri yang melawan,sama aja Cuma cari mati!)
Saat pagi hari,mbah sud mulai berangkat menuju rumah kawannya yang terletak didaerah pegunungan.Butuh waktu 2 sampai 3 hari untuk sampai disana.
Menjelang malam,keadaan desa menjadi lebih mencekam.Tidak ada aktivitas warga diluar rumah.Jaga malam pun mereka tiadakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Waktu tengah malam tiba,dirumah salah satu warga ada yang mengetuk pintu.
“Toktok..Toktok..”
“Sinten nggih?”
(Siapa ya?)
Tidak ada jawaban yang terdengar dari balik pintu,hanya suara pintu yang terus diketuk.
Saat pintu dibuka,tidak ada siapa-siapa diluar sana.
“Lah,kok ra eneng uwong?”
(Lah,kok gak ada orang?)
“Meh nengdi pak kok bukak lawang?Ojo metu-metu sik,lagi okeh demit”
(Mau kemana pak kok buka pintu?Jangan keluar-keluar dulu,baru banyak setan)
“Po koe ra krungu mak eneng sing dodoki lawang?”
(Apa kamu gak denger bu ada yang ngetuk pintu?)
“Ora pak.Lha sopo yoan sing meh namu tengah wengi ngene iki?eneng-eneng wae.Wes ayo bali turu!”
(Gak pak.Lha siapa juga yang mau bertamu tengah malam kayak gini?Ada-ada aja.Dah ayo tidur lagi!)
Saat berbalik,tiba-tiba pintu kembali diketuk.Namun ketukan kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.Dan yang lebih menakutkan,ada bau aneh yang tiba-tiba.
“Dakdakdakdakdak…!” Pintu itu seperti digedor dengan keras secara terus menerus hingga terlihat bergetar.
Orang itu pun mulai memberanikan dirinya untuk mengetahui apa yang ada dibalik pintu itu.
Pintu dibuka kembali,tapi tetap saja tidak ada siapa-siapa diluar.Dengan perasaan yang campur aduk,mereka mulai ketakutan.
Cepat-cepat mereka menutup pintu.Saat berbalik,sosok itu sudah berada didalam rumah!Sosok itu muncul dengan bentuk yang sangat menyeramkan.Mereka yang kaget hanya bisa diam dengan mata yang melotot dan mulut yang menganga.
Mereka tidak menyangka jika makhluk itu akan datang kerumahnya.Tidak kuat dengan keadaan saat itu,mereka pun pingsan.Beruntung sosok itu tidak menyakiti mereka.
Pagi harinya,warga pun mengadakan pertemuan dadakan diaula kampung mereka.Beberapa dari mereka yang sudah tidak kuat dengan teror,memutuskan untuk singgah sementara ditempat kerabat yang ada diluar kota.
Dan ternyata,ada sebagian warga yang juga mengalami kejadian serupa.Mereka sudah benar-benar putus asa dan ingin menjual tanah serta sawah mereka untuk membeli lahan ditempat lain.
“Pak Wir,mbah sud kok dereng wangsul?Yen ngeten niki terus,kulo pun mboten kuat yen diparani saben wengi.”Keluh warga tersebut
(Pak Wir,Mbah Sud kok belum kembali?Kalo gini terus,saya udah gak kuat kalo didatengin tiap malam)
“Sabar bapak-bapak,ibu-ibu.Ngeten mawon,mulai mengkeh ndalu,kito nginep sesarengan ten aula mriki.Dinten niki gotong royong damel sekat kagem istirahat ibu-ibu lan larene.Lajeng bapak,tileme gentosan kajenge enten sing jagani.
Sing jatah melek,ngaji lan dzikiran.Mangkeh pendak tigang jam,gentosan kaliyan sanese.Pripun bapak-ibu sedoyo?”
(Sabar bapak-bapak,ibu-ibu.Gini aja,mulai nanti malam,kita nginep bersama di aula sini.Hari ini gotong royong membuat sekat buat istirahat ibu-ibu dengan anak kecil.Lanjut bapak tidurnya gentian biar ada yang menjaga.
Yang jatah jaga,ngaji sama dzikiran.Nanti tiap tiga jam,gentian sama yang lain.Gimana bapak-ibu semua?)
“Nggih pak,kito derek mawon”
(Iya pak,kita ngikut saja)
Hari itu juga,warga mulai bergotong royong sesuai rencana.Para pria mengerjakan pekerjaan berat,sedangkan para wanita menyiapkan makanan dan minuman.
Hari pun menjelang sore,kerjaan yang mereka kerjakan dari pagi sudah selesai,tinggal para wanita menyiapkan makan malam bersama.
Setelah makan dan beribadah,ibu-ibu serta anak kecil mulai masuk ke ruangan yang sudah disekat.Dengan beralaskan tikar dan selimut yang mereka bawa dari rumah,mereka mulai bersiap untuk tidur.Sedangkan bapak-bapak mulai untuk berjaga dan mengaji.
Lantunan ayat suci terus menerus dibacakan bersama dengan maksud memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Saat malam mulai larut,tiba-tiba terdengar seperti suara ledakan tepat diatas aula tempat mereka menginap.
Teror pun dimulai dengan suara ledakan dan diikuti dengan suara-suara yang menyeramkan serta bau busuk yang menyengat.

Duuaaarrr!!
“Astagfirullah!!”
Tak sampai disitu,aula tempat mereka menginap seperti dilempari kerikil-kerikil hingga menimbulkan bunyi yang tak beraturan.
Warga mulai mengintip keluar,terlihat puluhan wedon mengepung tempat mereka berkumpul.
“Pripun niki pak Wir?Iso-iso sing neng jero kene mati kabeh mergo keweden pak”
(Gimana ini pak Wir?Bisa-bisa yang didalem sini mati semua karena ketakutan pak)
“Urip mati wes eneng sing nentokne,yen awake kudu mati nengkene wes takdire sing kuoso.Yen durung kehendake,ora mungkin ajal marani awake.Percoyo mbi Gusti,yen tetulungan kui iso teko seko ngendi wae.”
(Hidup mati sudah ada yang menentukan,kalo kita harus mati disini udah takdir dari Yang Kuasa.Jika belum kehendakNya,tidak mungkin ajal mendatangi kita.Percaya sama Gusti,jika pertolongan itu bisa datang dari mana saja.)
Perlahan makhluk-makhluk itu mulai mendekat,warga yang sudah putus asa pun mulai pasrah.

Namun tiba-tiba dari kejauhan terlihat bola-bola api yang datang menyerang sosok wedon itu.
“Do minggat koe seko kene!bali karo ndoromu!yen ora,tak pateni koe kabeh!”
(Pergi kalian dari sini!Kembali sama majikanmu!kalo tidak,akan kubunuh kalian semua!)
“Mbah Sud?suorone mbah sud!”
(Mbah Sud?Suaranya mbah sud!)
Warga yang penasaran mulai mengintip kembali.Dan benar saja,terlihat mbah sud bersama 4 orang sedang berusaha membunuh para sosok itu.
Sosok itu mulai menyerang balik dengan cara meludahi mbah sud beserta 4 orang temannya.
Pertarungan sengit berlangsung semalam suntuk.Sosok wedon itu mulai berkurang jumlahnya.Ada yang kabur dan ada yang masih melawan.

Hingga tersisa satu makhluk,mbah sud berusaha untuk menangkapnya.
“Cekel!Ojo ngasi mlayu!” Perintah dari seorang kawan mbah sud
(Tangkap!Jangan sampe lari!)
Dengan sisa tenaga dan susah payah,akhirnya sosok wedon itu berhasil ditangkap dengan menggunakan sejenis kain bertuliskan aksara jawa.
“Sopo sing ngirim koe?Yen koe gelem ngaku,bakal tak culne.Nanging yen ra gelem ngaku,tak sekso neng jero kendi!)
(Siapa yang ngirim kamu?Kalo kamu mau mengakui,akan aku lepaskan.Tapi jika kamu gak mau mengakui,aku siksa kamu didalam kendi!)
“Ampun ki,ampun.Aku ojo ditekak.”
(Ampun ki,ampun.Saya jangan dicekik)
“Ngaku koe saiki!Sopo sing ngirim koe!”
(Ngaku kamu sekarang!Siapa yang ngirim kamu!)
“Enggih ki,kulo ngaku.Mbah Dir sing ngirim kulo.”
(Iya ki,saya ngaku.Mbah Dir yang ngirim saya.)
“Bajingan Dirman!Opo karepe ganggu wargo kene!”
(Bajingan Dirman!Apa maunya mengganggu warga sini!)
“Baskoro!Baskoro sing jaluk moro ngomah mbah Dir.”
(Baskoro!Baskoro yang minta datang kerumah mbah Dir.)
“Tujuanne meh opo?”
(Tujuannya mau apa?)
“Ben wargo kene do keweden,lemahe ben didol.ben baskoro iso nuku rego murah nggo gawe kebonan lan sawahe ameh ditanduri.”
(Biar warga sini pada ketakuan,tanahnya biar dijual.Agar baskoro bisa beli dengan harga murah untuk membuat perkebunan dan sawahnya akan ditanami.)
Dengan penuh amarah,kawan dari mbah sud mulai merapal sesuatu hingga membuat sosok itu terbakar.
“Panaaaaass….aaarrrrrgggg…Bajingan!Sundel koe ki!Cangkemu raiso digugu!Aaaaarrrkkk!!”
(Panaaaaass….aaarrrrgggg…Bajingan!Sundal kau ki!Mulutmu gak bisa dipercaya!Aaaaarrrkkk!!)
Teriakan itu terdengar hingga kedalam aula yang dihuni warga.
Api itu terus membakar wedon tsb hingga menjadi abu.
Setelah semua terbongkar,warga yang dipenuhi amarah langsung menuju kerumah Baskoro.
Saat sampai disana,warga langsung mendobrak pintu dan memaksa masuk.Namun saat sampai diruang tamu rumah tsb,terlihat baskoro sudah terbaring dengan kondisi yang mengenaskan.
Tubuhnya berubah menjadi hitam,kulitnya terlihat dipenuhi dengan nanah,matanya melotot seperti sedang menahan kesakitan,dan dari tubuhnya mengeluarkan aroma seperti bangkai.
Sumpah serapah pun keluar dari mulut warga yang kesal akan perbuatannya.Keluarga baskoro yang menangis melihat kondisinya meminta pertolongan warga.Namun hanya umpatan kebencian yang keluar dari mulut mereka.
Hingga akhirnya,baskoro pun tewas mengenaskan dengan mata melotot dan lidah yang terjulur.
Banyak warga yang tak mau membantu untuk memakamkan jasad dari baskoro.Hanya pak Wir dengan beberapa orang yang membantu.Tapi,karena jenazah dari baskoro yang mengeluarkan bau busuk dan cairan menjijikkan,jenazah itu tidak dimandikan,namun langsung dibungkus dengan kain seadanya.
Jenazahnya pun hanya dikebumikan dipelataran rumahnya,karena warga bersikeras menolak untuk dikebumikan ditempat yang seharusnya.Dengan berat hati,keluarga baskoro pun hanya bisa menerima perlakuan warga tsb.
Sejak kejadian itu,keluarga baskoro yang malu memutuskan untuk pergi dari desa tsb,dan memulai hidup baru ditempat lain dengan sisa harta yang ditinggalkan oleh baskoro.Sebelum meninggalkan desa itu,istri dari baskoro menemui pak Wir.
Dia berpesan,bahwa ternak yang ada diujung desa,akan dihibahkan ke desa untuk tabungan dan sebagai permintaan maaf atas perbuatan suaminya itu.
Setelahnya,aktivitas warga didesa mulai normal kembali seperti hari-hari yang lalu sebelum teror menghantui desa tsb.
Aula yang sebelumnya dijadikan tempat menginap,sudah dibersihkan dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
Baru merasakan kedamaian beberapa minggu saja,desa itu kembali didatangi teror.
Yaa,arwah baskoro datang untuk membalas dendam!
~SELESAI~
Akan saya ceritakan dikisah selanjutnya tentang balas dendam.
Oh iya,sedikit sharing ketika menulis kisah ini ada sedikit gangguan yang saya alami.Mulai dari suara-suara aneh,bau-bauan bunga dan dupa.Agak merinding juga sih pas nulisnya malem-malem.Makanya agak lama juga nulis ni cerita.Mohon maaf kalo masih berantakan penulisannya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with BangWas

BangWas Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(