Ternyata yang menepuk bahuku adalah mas Hadi dan memberitahukan bahwa material sudah datang dan dari tadi ujang memanggilku namun tidak ku gubris sama sekali.
Jujur seketika pikiranku sempat kosong saat melihat lemari tersebut padahal tidak berisikan apa-apa tapi yasudahlah mungkin hanya perasaanku saja.
Aku dan Ujang pun segera merapikan material sembari Mas Adi mengecek material yang datang apakah sesuai dengan kebutuhan kami.
Tak terasa hari pun sudah mulai gelap dan kamar pun sudah cukup bersih untuk kita tempati aku pun mulai merapikan barang-barang bawaan ku. Setelah berkemas aku berencana mencari makan sekalian beli rokok.
Kebetulan Ujang dan ratno ingin ikut keluar sedangkan yang lain masih ingin beristirahat sembari menelpon keluarganya.
Kami pun membeli makanan di warung makan sunda yang lokasi lumayan jauh dari tempat kami renovasi. Terlihat seorang nenek yang ditemani anak perempuanya.
Setelah makan kami pun mulai merokok sambil menunggu titipan makanan mas Hadi dan Dedi yang sedang di bungkus lalu sang nenek pun menghampiri kami....
Dan menanyakan apakah kami pendatang baru atau hanya sekedar singgah ke tempat saudara kami di daerah sini.
Dan saat kami beritahu bahwa kami akan merenovasi rumah tua yang kosong cukup lama itu tiba-tiba saja raut muka nenek ini berubah seperti terlihat cemas dan ketakutan sambil bertatapan ke arah anaknya yang sedang menyiapkan makanan yang hendak kami bungkus!
Entah kenapa kata-kata yang terucap darinya ialah sebuah pesan agar kami untuk berhati-hati dan jangan tinggal sholat serta perbanyak membaca Al-Quran.
Kami bertiga pun terheran akan ucapan nenek tersebut.
Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu yaa?
Saat kami ingin bertanya, apakah memang ada hal-hal aneh yang terjadi di rumah tersebut?
Tiba-tiba anak nenek ini pun memotong pembicaraan kami dan memberikan pesanan kami seakan-akan dia tidak ingin kami menggali lebih dalam tentang misteri di rumah tersebut. Kami pun hanya bisa saling tatap-tatapan dan terlihat sepertinya nenek tersebut ingin berbicara sesuatu...
Namun karena di potong oleh anaknya jadi nenek itu hanya bisa menunduk saja. Setelah makanan kami selesai dibungkus aku dan rekan-rekan lainya langsung bergegas balik.
Bersambung...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sesampainya di rumah, Ratno dan Ujang langsung ngeriung di ruang tamu bersama yang lainya akupun langsung ambil wudhu dan langsung sholat Isya soalnya bila langsung ikut ngobrol sama yang lain di ruang tamu pasti bakal panjang, akhirnya jadi malas sholat karena sudah mengantuk.
Aku menyalakan lampu dan mulai mengambil wudhu, Baru saja membaca doa dan mencuci tangan tengkuk leherku kembali dingin dan sekujur tubuhku terasa merinding. Namun pada saat itu, aku mencoba untuk nggak menghiraukan.
Keesokan harinya setelah pamit, aku pun langsung bergegas ke Jakarta. Sampai di stasiun Senen, aku langsung di jemput oleh Ratno. Betapa bahagianya aku bertemu kawan lamaku ini dan aku cukup terkejut ketika melihat ratno yang agak kurusan.
Usut punya usut ternyata ratno juga baru cerai dengan istrinya beberapa bulan yg lalu. Jujur aku lumayan kaget saat mendengar Ratno sudah bercerai dan akupun segera mengalihkan pembicaraan karena tidak ada gunanya juga bila aku menanyakan kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Perkenalkan namaku Parjo seorang pekerja borongan yang biasa melakukan renovasi gedung maupun rumah. Sudah 5 Bulan lamanya aku menganggur karena pandemi covid yang melanda Indonesia yang menyebabkan aku dan istriku memutuskan untuk tinggal di kampungku di daerah Surabaya.
Karena sangat sulit hidup di jakarta tanpa adanya pekerjaan. Tiba-tiba dering telepon membangunkan tidur siangku dan saat kulihat ternyata yang menelfon sahabat lama ku Ratno. Ratno adalah temanku dari SMA dan kami sama-sama bekerja menjadi pekerja borongan di jakarta.