SI DANYANG LEMBAH JENGGES (3)
(Trah Timur Artonegoro)

"Jengges (racun) mulai bertebaran di udara. Banyak warga yang tidak berani keluar rumah. Seorang pria memakan ayam hidup-hidup lalu mengatakan kalau dirinya dari timur."

#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek
Bagian V
‘’RAHASIA DAN PANTAUAN’’
Tidak ada yang tahu, mengapa mereka (sosok kiriman dari timur) mulai berdatangan dan melakukan terror kepadaku dan juga Mas Rahardian. Sama seperti Mas Rahardian, pesan yang mereka sampaikan pun membahas tentang ‘’Danyang’’
Akan tetapi, menurut Bapak, kali ini ada hal lain yang mereka incar. Mereka menuntut kepada Mas Rahardian untuk bergabung dengannya (Trah timur) yang notabene melakukan gebrakan besar terhadap pembangkitan Danyang di sana.
Aku hanya melihat wajah Mas Rahardian yang penuh ketakutan. Wajahnya sedari tadi hanya menunduk. Jari jemarinya bergetar hebat. Tampaknya, yang mendatangi Mas Rahardian bukanlah sosok-sosok kiriman biasa.
Atas kejadian hal ini, bapak pun segera mempercepat untuk melakukan sebuah ritual khusus untuk memperkuat dasar dari jati diri trah yang harus dilakukan olehku dan juga Mas Rahardian.
Ritual ini memakan waktu kurang lebih 7 hari lamanya. Dimana orang-orang yang melakukan ritual ini harus melakukan tebusan terhadap para pendampingnya masing-masing dengan cara melakukan kesepakatan di antara keduanya.
‘’Mulai besok, kalian harus melakukan ritual ini. Ritual ini hanya dilakukan tepat setelah sorop bergulir hingga tengah malam lamanya.’’ Jelas Bapak dengan nada yang penuh ketakutan
Ibu adalah satu-satunya orang yang tidak menyukai ritual ini. Ia tidak mau anak-anaknya terikat dalam perjanjian lama yang pernah dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
‘’Pak … Apa tidak ada jalan lain untuk bisa membebaskan mereka berdua? Mereka berdua masih sangat muda? Bukankah orang-orang dulu mewariskan hal ini di saat waktu yang tepat?’’ Tanya Ibu
‘’Tapi, bu. Jika mereka tidak melakukan ini, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya? Bukankah Raden Suropto dan juga Mas Krishna sudah menyebutkan bahwa orang-orang dari timur akan berdatangan untuk membalaskan dendam atas kematian Raden Angkoro?’’
Ibu hanya terdiam sembari menatapku dan juga Mas Rahardian. Ia begitu tidak tega tatkala mendapati takdir anak-anaknya yang harus mengemban beban seperti orang tuanya dulu.
‘’Kenapa ibu ragu?’’ Tanyaku dengan polosnya
Ibu yang merupakan salah satu turunan dari keluarga ningrat sangat ragu dengan hal itu. Keraguan yang dimunculkannya seperti membuka kenangan buruk di masa lalu orang tuanya, raden argoyo pripto.
‘’Kakekmu pernah melakukan hal ini, nak. Dia adalah satu-satunya orang yang melakukan hal ini untuk dirinya sendiri. Namun, pendampingnya menuntut lebih dan dalam kehidupannya, ia sering mendapatkan gangguan-gangguan aneh.’’
Dalam penuturan Ibu, raden argoyo pripto pernah melakukan hal ini. Mungkin, melakukan dasar jati diri tidak dilakukan oleh semua orang dan hanya orang-orang tertentu bagi mereka yang memiliki pendamping.
Sempat disinggung lebih dulu jika Ibu melarang hal demikian karena dirinya tidak ingin hal yang sama terjadi kepadaku dan juga Mas Rahardian.
Resiko yang akan didapatkannya lebih besar dari apa yang mereka inginkan seperti terhindar dari gangguan aneh dan hal lainnya.
‘’Kakekmu dulu melakukan hal ini karena menolak pemberian upeti dari seseorang yang berasal dari pemerintahan.
Akan tetapi, orang yang dimaksud memiliki ingon-ingon (Peliharaan) yang banyak. Alhasil, ia melakukan dasar jati diri untuk melindunginya. Namun, petaka malah menyeretnya kepada kematian.’’
Bapak baru mengetahui cerita itu. Cerita kelam dari mertuanya ini baru saja dibuka dan diungkapkan secara lebar oleh Ibu hanya untuk menekankan larangan dalam melakukan ritual dasar jati diri.
‘’Berarti? Kematian dari Raden Argoyo bukan karena sakit atau semacamnya?” Tanya Bapak kepada Ibu
‘’Itu hanya untuk menutupi aib kami sebagai keluarga ningrat. Kami biasa memanipulasi hal-hal itu untuk menjaga marwah keluarga.’’
Ternyata, kematian dari Raden Argoyo yang dirumorkan karena sakit adalah kebohongan yang sengaja ditutup-tutupi oleh seluruh anggota keluarga ningrat termasuk Ibu.
Aku baru tahu fakta tersebut. Ibu memang tidak pernah menjelaskan secara rinci terkait keluarganya sendiri. Namun, lambat laun semua akan terungkap. Dan yang akan terjadi kali ini adalah

‘’APAKAH KEMATIANNYA BENAR-BENAR KARENA DAMPAK RITUAL DASAR JATI DIRI ATAU KARENA HAL LAIN?”
Sore itu aku berangkat ke tempat Kyai Sukri bersama dengan Mas Rahardian. Kali ini, kami berdua juga memiliki pertanyaan yang sama kepada Kyai Sukri terkait dengan hal-hal yang baru saja terjadi akhir-akhir ini.
Sesampainya di rumah Kyai Sukri, kami berdua pun segera masuk ke surau (musholla) tempat kami biasa mengaji di sana.
Tampak dari kejauhan seorang pria dengan mengenakan pakaian putih dan sarung yang bercorak seperti guratan awan dengan warna di sekelilingnya berwarna biru dan cokelat sedang terduduk sembari membuka kitab suci Al-qur’an.
‘’Assalamu’alaikum, kyai.’’ Ucapku
‘’Wa’alaikum salam, aisyah, rahardian.’’
Kami berdua menyalami tangan Kyai Sukri. Lalu, kami membuka Al-qur’an masing-masing untuk mengaji dengan langsung terhadap Kyai Sukri.
Akan tetapi, kyai sukri meminta kepadaku dan juga Mas Rahardian untuk tidak membuka Al-qur’an. Kyai Sukri justru meminta kepada kami berdua untuk diam dan tetap tenang.
‘’Bapakmu memintaku untuk mengajarkan sebuah dasar penting dalam kehidupan. Dasar ini bernama pondasi hidup manusia.’’ Jelas Kyai Sukri dengan nada yang sedikit berat
‘’Pondasi hidup manusia harus segera dibangun semenjak dia kecil sampai nanti dia menjalankan kehidupan yang penuh dengan macam-macam polusinya. Apalagi, kalian berdua terlahir dari keturunan yang memiliki garis keturunan yang istimewa.’’
Kyai Sukri pun meminta kepadaku dan juga Mas Rahardian untuk menutup mata sejenak.
‘’Tutup kedua mata kalian.’’
Aku dan Mas Rahardian menutup kedua mata seperti yang diperintahkan oleh Kyai Sukri. Aku baru tahu jika pemberitaan tentang dasar jati diri telah diberitahu dahulu oleh Kyai Sukri lewat Bapak.
Tidak heran jika mereka berdua memiliki kedekatan yang istimewa. Hal-hal yang menyangkut kepada kebaikanku dan juga Mas Rahardian benar-benar diberikan seadil-adilnya untuk bisa menjaga keakraban mereka berdua.
‘’Nyai Aisyah Artonegoro dan Raden Mas Rahardian Artonegoro. Kalian berdua harus menjalankan puasa mutih. Puasa untuk mensucikan tubuh kalian dan juga membuat pondasi dalam kehidupan kalian.’’
Saat dimana kami berdua sedang terpenjam, tiba-tiba, masing-masing pundak kami disentuh oleh sesuatu dari belakang tubuh kami.
Sentuhannya benar-benar memberikan kehangatan bagi hati dan pikiran kami. Kyai Sukri sudah tahu akan hal itu. Ia kemudian mengucapkan salam hangat kepada sesuatu yang berada di belakang tubuh kami berdua.
‘’Kalian berdua memang anak-anak yang beruntung. Pendamping kalian bukanlah pendamping yang melanggar titah leluhur terdahulu.’’
Tidak berselang lama, tangan yang memegangi pundak kami melepaskan diri. Bersamaan dengan suara hentakan kencang dari arah luaran rumah, kyai sukri langsung terbangun dan menutupi kedua mata kami dengan tangannya sendiri.
‘’Tapi, kalian juga menjadi incaran dari orang-orang jahat yang memiliki ambisi untuk menyempurnakan kejahatan dalam hatinya. Aku akan melindungi kalian dari orang-orang yang menguasai para danyang dari lembah jengges!’’
Aku dan Mas Rahardian sedikit panik. Tubuh kami seketika merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang seperti membakar tubuh kami.
‘’Kyai, ada apa ini? Kenapa tubuh kami panas?’’
Entah apa yang saat itu dilakukan oleh Kyai Sukri kepada kami. Mas Rahardian merasa seperti tidak nyaman. Ia memberontak dengan cara memegangi tangan Kyai Sukri dengan kencang.
‘’Dadi, awakmu pingin njuput cah ganteng niki?”
(Jadi, dirimu ingin mengambil anak ganteng ini?)
Tidak berselang lama, mas rahardian pun membuka matanya. Ia kemudian berteriak dengan sangat kencang seperti sedang melihat sesuatu di hadapannya.
Aku yang mendengar teriakan itu langsung memegangi tangan Kyai Sukri yang masih menutupi kedua mataku.
‘’Jangan melawan! Kakakmu sedang dalam bahaya! Dia sedang dalam incaran!”
Aku hanya bisa mematuhi perkataan dari Kyai Sukri. Suara teriakan dari Mas Rahardian terhenti dengan sendirinya di saat tangan kanan Kyai Sukri memukul lantai dengan kencang.
‘’Bruk!’’
Perlahan, kyai sukri melepaskan tangannya dan membiarkanku untuk melihat Mas Rahardian yang sudah terbujur kaku di lantai.
‘’Mas! Kyai, mas rahardian kenapa?’’
‘’Nanti aku ceritakan.’’
Kyai Sukri merebahkan Mas Rahardian di tengah-tengah surau miliknya. Lalu, ia menekan tengkuk Mas Rahardian.
‘’Kenapa, kyai?’’
‘’Kakakmu sudah di awasi oleh sesuatu. Dia bersembunyi di bagian tengkuk leher. Jika tidak dikeluarkan, maka, dia akan terus dipantau.’’
Pantas saja Kyai Sukri berbicara dengan menggunakan bahasa jawa. Ini menunjukkan, ada sesuatu yang memang sedang bersembunyi dan bersemayam di tubuh Mas Rahardian.
Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa sosok itu tidak terdeteksi oleh Bapak?
Setelah kejadian itu, kyai sukri meminta kepadaku dan juga Mas Rahardian untuk melakukan puasa mutih. Hal ini ditujukan untuk memperkuat dasar yang berada di dalam diriku dan juga Mas Rahardian.
Malam harinya, aku menyampaikan hal ini kepada Bapak dan juga Ibu terkait kejadian yang baru saja terjadi di surau milik Kyai Sukri.
‘’Bu, pak … tadi pas kami berdua ke surau Kyai Sukri, lagi-lagi, kyai sukri tidak menyuruhku untuk mengaji. Melainkan …. ‘’
‘’Memperkuat spiritual kalian.’’
‘’Maksud bapak?’’
‘’Bapak sudah bicarakan hal ini kepada Kyai Sukri. Dan untuk nantinya, kyai sukri akan menjadi guru spiritual kalian juga. Jadi, bukan dalam syari’at saja kalian bisa menerapkan ilmu yang diberikan Kyai Sukri.
Melainkan, ada ilmu spiritual atau kebathinan untuk bisa mengetahui tentang kehidupan seutuhnya.’’
Aku mengangguk paham. Mungkin, ilmu spiritual yang dimaksudkan oleh Bapak adalah dengan mempelajari hal-hal lain di luar ilmu syari’at.
Bapak memang sudah mengetahui itu semenjak adanya pendamping dalam diri anak-anak mereka. Yang uniknya, pendamping itu memiliki garis trah (keturunan) yang berbeda.
Dimana pendampingku berasal dari utara dan barat, sedangkan pendamping dari Mas Rahardian berasal dari timur dan selatan. Pantas saja, mas Krishna dan raden suropto sangat menjaga kami berdua melihat dua pendamping ini sangat berbeda dari yang lain.
Obrolan malam itu cukup ringan. Lagi-lagi, bapak masih membahas soal anak kecil yang berada di desa ini yang mendapatkan serangan ghaib aneh.
Sudah beberapa hari semenjak serangan itu berlangsung, keberadaan serangan yang mengarah kepada warga masih saja menjadi momok menakutkan bagi Bapak dan juga Kyai Sukri.
Pasalnya, mereka berdua belum mengetahui siapa pelaku dari hal ini. Jika memang demikian, berarti, serangan demi serangan ghaib akan selalu menyerang warga sebelum pusat dari serangan itu dihentikan.
Bagian VI
‘’PEMBUNUH RADEN ARGOYO’’

Keesokan harinya, aku dan Mas Rahardian sudah menjalankan perintah yang diberikan oleh Kyai Sukri mengenai pemberlakuan puasa mutih yang harus kami jalani.
Memang terasa berat. Apalagi sembari menjalankan aktivitas lainnya. Akan tetapi, hari pertama aku dan Mas Rahardian menjalankan puasa mutih, hal-hal yang di luar nalar selalu terjadi di sekolah.
Saat itu, aku bersama dengan Alya (Teman sebangkuku) ingin pergi ke lantai tiga di gedung sekolah kami. Kebetulan, di lantai 3 ini dikenal oleh para murid-murid sebagai lantai yang penuh dengan misteri.
Pernah suatu ketika tatkala ada seorang guru yang mendapati sosok wanita bergaun putih berjalan ke sebuah ruangan kosong yang ada di lantai tersebut.
Saat guru tersebut mendekati ruangan itu, ia tidak menemukan sosok wanita bergaun putih. Usut punya usut, sekolah ini dulunya adalah bekas pembantaian orang-orang belanda terhadap para pribumi yang dikuburkan dalam satu liang lahat.
Lalu, tanah tersebut akhirnya dibeli oleh salah satu yayasan yang nantinya akan diubah menjadi sekolah.
Sejak pertama sekolah ini dibangun, banyak sekali gangguan-gangguan aneh seperti sering terjadinya kesurupan, kecelakaan lainnya seperti seorang murid yang terjatuh dari lantai 2 hingga menyebabkan pendarahan di bagian kepalanya dan masih banyak lagi.
Sudah beberapa kali juga pihak sekolah mendatangi seorang kyai dan ustadz setempat dan salah satunya adalah Kyai Sukri.
Namun, dari semua kyai atau ustadz yang berhasil membuat perjanjian, hanya kyai sukri saja yang mampu membuat para penunggu di sekolah tersebut tunduk asalkan dengan satu syarat.
Pihak sekolah harus memberikan satu tempat khusus yang berada di lantai 3. Selain itu juga, di tempat tesebut harus disediakan setidaknya makanan pasar dan nasi putih dengan lauk tusuk bumbu seperti cabai, bawang putih dan dilapisi dengan menggunakan daun pisang.
Dan kebetulan, alya mengajakku untuk menuju ke lantai 3. Katanya, di lantai 3 banyak hal-hal menarik yang tidak semua murid mengetahuinya.
Untuk bisa mencapai lantai 3, kami harus melewati banyak hal seperti pertanyaan para murid yang berada di dekat perbatasan lantai 2 dan 3. Mereka juga menghimbau kepada kami untuk tidak naik ke lantai 3 karena sudah menjadi larangan khusus dari pihak sekolah.
Akan tetapi, alya tidak memperdulikan hal itu. Ia menarik tanganku dan menerobos masuk hingga menuju ke lantai 3.
‘’Syah, kamu tahu, kan? Lantai ini dikenal angker. Katanya, selain ada sosok wanita, ada juga satu sosok yang dikenal karena keinginannya yang banyak.’’
‘’Maksudnya?’’
‘’Sosok itu dikenal karena sering memilih dan memilah sesajen atau makanan yang diberikan pihak sekolah beri. Pernah ada satu murid yang melihat sosok tersebut melemparkan buah apel karena dia tidak menyukainya. Dia cuman suka makanan pasar.’’
‘’Kok ada setan yang pilih-pilih makanan?’’
‘’Kan manusia sama setan sama aja. Sama-sama makan, sama-sama punya ego dan sama-sama punya pilihan. Bedanya, kalo mereka udah suka sama manusia, dia bakal ngikutin terus.
Kami terhenti di sebuah ruangan yang dimaksud oleh Alya sebagai keberadaan dari sosok tersebut.
Ruangan itu sangat tertutup gelap dan memiliki bebauan yang aneh seperti dupa dan semacamnya. Pantas saja pihak sekolah melarang para muridnya untuk menaiki lantai ini, ternyata, di ruangan ini juga tersebar macam-macam sesajen aneh di dalamnya.
Aku meminta kepada Alya untuk segera turun karena waktu istirahat akan segera habis. Akan tetapi, alya malah memintaku untuk melihat-lihat bagian dalam ruangan tersebut.
‘’Coba kamu lihat dulu. Siapa tahu, mataku dan matamu berbeda.’’ Jelas Alya
Aku pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Alya. Ia menempelkan wajahnya tepat di kaca jendela sembari memperhatikan sesuatu yang ada di dalam ruangan tersebut.
Saat dimana aku melihat sekeliling ruangan tersebut, mataku mengarah kepada satu sosok hitam dengan tubuh yang kurus kering sedang memakan sesuatu di pojokan ruangan.
‘’Lya? Kamu lihat gak? Di pojokan itu … ‘’
‘’Hah? Apaan?’’
‘’Itu ada orang Kurus banget. Dia lagi makanin sesuatu. Itu apa?’’
Alya berusaha untuk mencari sosok yang aku maksud. Tetapi, dia tidak bisa mendapati apa yang aku lihat.
Tidak berselang lama, sosok tersebut membalikkan badannya dan melihat ke arahku sembari tersenyum. Ia kemudian merangkak dengan menggunakan kedua tangannya yang sangat kurus seperti ranting pohon kering yang siap patah.
Aku panik karenanya. Tubuhku tidak bisa bergerak. Alya memintaku untuk segera pergi dari tempat tersebut karena bel masuk sudah berbunyi. Namun, mengapa tubuhku membeku?
Di saat yang bersamaan, sosok tersebut sudah mendekatkan dirinya ke jendela dan menempelkan kedua tangannya ke bagian kaca.
Serasa nyata, aku seperti menyentuh kedua tangan sosok tersebut yang sangat kasar seperti bebatuan keras. Wajahnya yang penuh dengan bulu dengan sorot matanya yang memerah, menatapku dengan tatapan yang tajam.
Tidak berselang lama, pundakku ditepuk oleh sesuatu yang tampak familiar rasanya. Tepukannya seperti tepukan saat aku dan juga Mas Rahardian berada di surau milik Kyai Sukri kemarin hari,
Tiba-tiba, dia berucap sesuatu dengan ucapan yang menggunakan bahasa jawa,
‘’Ojo ganggu putuku, korongso!’’
(Jangan ganggu cucuku, korongso!)
Sontak saja, sosok tersebut langsung menghindar dan bersembunyi di balik lemari yang ada di ruangan tersebut. Tubuhku langsung melemas. Alya yang melihatku seperti terpental langsung menanyakan sesuatu,
‘’Syah? Kamu kenapa?’’
Aku hanya terdiam. Tubuhku seperti dikendalikan oleh sesuatu yang ada di dalam diriku. Mungkin, sosok korongso itu melihat wujud asli dari pendampingku hingga membuatnya lari terbirit-birit.
Sejak kejadian itu, aku dan Alya tidak kembali lagi ke ruangan di lantai 3. Aku juga menegaskan kepada Alya untuk berhenti mengajakku ke tempat-tempat semacam itu.
Namun, bagi Alya sendiri, dia merasa tidak puas. Ia merasa jika pihak sekolah telah menyalahkan sesuatu terkait apa yang memang sudah dilakukan oleh Kyai Sukri.
‘’Kamu pernah dengar sesuatu tentang sekolah ini gak, syah?’’
‘’Tentang apa?’’
‘’Sekolah tumbal.’’
Dunia memang tidak akan berubah. Dalam hidup ini tergambarkan beberapa keseimbangan yang sering ditemui. Bahkan langit yang cerah bukan berarti menunjukkan kecantikan dalam dirinya. Bisa saja dia menampakkan wajah gelapnya tatkala mendung tiba.
Sama seperti halnya manusia, tidak semua yang tergambarkan oleh mata selalu baik dan benar. Bisa saja, di waktu tertentu, perubahan akan menyambangi keduanya.
Aku awalnya tidak mempercayai apa yang memang dikatakan oleh Alya. Bisa saja, apa yang dikatakan olehnya karena rumor-rumor yang sering beredar di desa.
Rumor yang membawa orang-orang tidak lagi memikirkan bagaimana cara menilai dengan memberikan penghakiman sendiri.
‘’Kamu bisa tahu darimana, lya?’’
Alya hanya terdiam. Ia bahkan tidak memberitahu hal tersebut kepadaku. Entah karena ada sesuatu yang disembunyikan atau ada hal lain yang membuat Alya sendiri tidak mau mengungkapkannya.
Sepulang sekolah, tubuhku terasa lemas. Seperti biasa, aku harus menanti Mas Rahardian di dekat gang masuk rumah. Karena sekolah kita berbeda, aku dan Mas Rahardian biasa saling menunggu untuk pulang ke rumah secara bersamaan.
Berkisar 10 menit lamanya, mas rahardian melambaikan kedua tangannya. Ia kemudian menanyakan sesuatu kepadaku,
‘’Gimana di sekolah? Ada cerita apa?’’
‘’Aku dan Alya mengunjungi lantai 3 di sekolah. Katanya, ada salah satu ruangan yang dihuni oleh makhluk yang bernama Korongso. Tapi anehnya, saat aku dan Alya melihat ruangan tersebut, hanya aku saja yang dapat melihatnya.’’
‘’Kamu lihat sosok korongso?’’
‘’Iya. Bentukannya kurus kering tapi berbulu. Tapi, gak lama kemudian, terdengar suara wanita dengan menggunakan bahasa jawa.’’
Mas Rahardian hanya terdiam saat mendengarkan ceritaku. Ia tidak banyak bicara saat aku menceritakan detail tentang sosok korongso yang baru saja aku temui di salah satu ruangan tepat di lantai 3.
Tidak terasa, oobrolanku dengan Mas Rahardian sampai tiba di depan rumah. Bapak dan Ibu sudah menanti di depan rumah sembari memberikan pelukan hangat kepada kami berdua.
‘’Gimana hari pertama kalian puasa mutih?’’ Tanya Ibu kepada kami berdua
‘’Kami aman-aman aja, bu.’’ Jelasku
‘’Tapi tidak bagi Aisyah, bu. Dia didatangi lagi sama sosok pendamping wanita berkebaya itu.’’ Ucap Mas Rahardian
Aku terkejut saat Mas Rahardian membeberkan obrolan tadi kepada Ibu dan juga Bapak.
‘’Kamu didatangin lagi, nak?’’ Tanya Bapak
‘’Itu karena aku bertemu dengan sosok korongso, pak. Dia muncul tatkala sosok korongso itu mendekatiku.’’ Jelasku
‘’Dia bilang apa?’’
‘’Ojo ganggu putuku, korongso!’’
(Jangan ganggu cucuku, korongso!)
Bapak dan Ibu saling menatap. Keduanya memang tidak kaget jika mendengar ucapan yang keluar dari sosok pendampingku. Hanya saja, bapak dan Ibu semakin khawatir jika nantinya akan terjadi sesuatu lagi di sekolah.
Siti pangaliran, keberadaan Raden Suropto.
Mas Krishna dan Raden Suropto menempati sebuah tempat yang bernama Siti Pangaliran.
Mereka berdua tampak gelisah mengetahui pergerakan dari Trah Timur yang sedang mengincar keluarga Artonegoro.
‘’Kang Mas Suropto … Apa benar Raden Argoyo dibunuh?’’ Tanya Mas Krishna
Raden Suropto menghela nafas panjangnya. Ia kemudian menunjukkan sebuah foto yang ia simpan bersamaan dengan Keluarga Brotoseno yang lain.
‘’Ini adalah salah satu foto keluarga dari Keluarga Brotoseno tatkala dirinya menemui orang-orang pemerintahan dari Trah Timur.’’
Mas Krishna mengamati satu persatu wajah dari banyaknya foto tersebut. Ia tidak banyak mengenal wajah-wajah tersebut. Yang ia kenal hanyalah Raden Angkoro seorang.
‘’Raden Angkoro memperluas relasinya hingga ke timur dan bekerja sama dengan pemerintahan di sana?” Tanya Mas Krishna
‘’Lebih tepatnya Keluarga Brotoseno yang bekerja sama dengan orang-orang dari timur.’’
Mas Krishna tampak curiga dengan orang-orang yang berada di foto tersebut. Ia juga seperti mengenal salah seorang yang terkenal di foto tersebut karena pernah menjabat di kursi terpenting di negeri ini.
‘’Bukankah dia yang menyebabkan tragedi di sebuah kampung di wilayah timur?’’
‘’Benar. Orang ini adalah pelaku dari pembunuhan Raden Argoyo. Dia yang telah membuat tragedy besar hingga menutupi beberapa perkampungan dengan tanah.’’
Ternyata, orang yang dimaksud oleh Raden Suropto adalah orang besar yang pernah menjabat di bangku pemerintahan terpenting di negeri ini dan membuat tragedi besar karena kegagalan saat melakukan penambangan di sebuah perkampungan terkenal yang ada di daerah timur.
Akan tetapi, mengapa orang tersebut bisa terlibat? Apakah itu artinya orang-orang dari trah timur ikut serta membantu dalam memperlancar maksud dan tujuannya untuk bisa menjadikannya sebagai orang terkemuka?
Lalu, apa motif yang dilakukan orang besar dari salah satu anggota par*** tersebut hingga membunuh Raden Argoyo?
‘’Kau tahu? Orang ini adalah ancaman besar bagi keluargamu. Namun, ada satu fakta menarik lainnya … ‘’
‘’Apa itu?’’
‘’Pak Lingga memiliki seorang wakil. Setelah kematiannya, wakil tersebut naik jabatan. Dan sekarang, dia sedang mencari orang yang membunuh Raden Angkoro dan juga Pak Lingga dalam tragedi 15 tahun yang lalu!’’ Jelas Raden Suropto.
Part-4 akan membahas terkait dengan terror Jengges yang sudah menyebar serta akibatnya. Upload minggu depan, ya. Bagi yang mau baca duluan, bisa klik link karyakarsa di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Part-5, mas rahardian memiliki sebuah kelebihan. Apa itu kelebihannya? Lalu, di part ini juga, tiga orang dari trah timur sudah mendatangi salah seorang warga untuk menanyakan keberadaan Raden Artonegoro.
Baca selengkapnya di link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Jan 15
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (2)
(Trah Timur Artonegoro)

"Jika orang-orang dari Nyai Esa memiliki kelebihan dalam melakukan ngipri, maka, orang-orang dari artonegoro memiliki senjata mematikan yang bernama Jengges!"

#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Read 110 tweets
Jan 14
Sorry ya agak lama upload nya.
Malam ini kita upload part-2 nya.
Bagi yang mau baca part-1, ini link-nya

‘’CALON TUMBAL’’

Tangisan Didi masih terdengar jelas. Agung dan Wastari masih bertanya-tanya terkait apa yang baru saja dilihat oleh Didi.
Sementara itu, wak salim meminta kepada Agung dan Wastari untuk tinggal sementara di rumahnya sampai keadaan benar-benar aman.
Read 103 tweets
Jan 12
Cerita-cerita Full Chapter di Karyakarsa
1. Lingkar Tumbal Keluarga Guntoro
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

Mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Mitha yang mengunjungi salah satu desa di Jawa Timur namun hal yang tidak terduga terjadi. Keluarganya merupakan pelaku pesugihan.
2. Pesugihan Keluarga Ningrat - Ngipri Ketek

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

Ini kisah trah utara yang berambisi untuk mendapatkan kekayaan dengan ngipri ketek. Beberapa oknum peme****** dan po**** ikut serta dalam menciptakan banyak tragedi
3. Santet Malam Satu Suro
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

Berkisah tentang percintaan antara Sapto dan juga Citra yang harus terputus karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Sapto terhadap seorang wanita pilihannya. Namun, perjodohannya menimbulkan petaka besar.
Read 6 tweets
Jan 9
SI DANYANG LEMBAH JENGGES
(Trah Timur Artonegoro)

"Jika orang-orang dari Nyai Esa memiliki kelebihan dalam melakukan ngipri, maka, orang-orang dari artonegoro memiliki senjata mematikan yang bernama Jengges!"

#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Kalo mau baca duluan part 1 dan 2 bisa langsung ke karyakarsa, ya

Part 1
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Read 133 tweets
Jan 2
BABAK TERAKHIR
Part-35 (Tamat)
"NGIPRI KETHEK KELUARGA NINGRAT"

"Tiga orang pembesar bersatu untuk memperebutkan ambisinya masing-masing lewat ngipri kethek."

@bacahorror_id #ceritaserem
BAGIAN 35
‘’SURAT DAN RENCANA MBAK NENENG’’
Malam itu, hujan turun dengan lebatnya. Kematian para anggota keluarga ningrat oleh karena ritual buhul mayit yang dilakukan oleh Kang Waris menimbulkan dampak yang besar.
Kang Waris yang berada di dalam ruangan itu hanya tergeletak tak berdaya. Tangan kanannya masih menggenggam kuat belasan tali pocong. Dari mulutnya keluar darah segar yang kemungkinan besar akibat dari pertukaran tubuhnya dengan kematian 5 orang sekaligus.
Read 169 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(