Sesampainya di rumah, Ratno dan Ujang langsung ngeriung di ruang tamu bersama yang lainya akupun langsung ambil wudhu dan langsung sholat Isya soalnya bila langsung ikut ngobrol sama yang lain di ruang tamu pasti bakal panjang, akhirnya jadi malas sholat karena sudah mengantuk.
Aku menyalakan lampu dan mulai mengambil wudhu, Baru saja membaca doa dan mencuci tangan tengkuk leherku kembali dingin dan sekujur tubuhku terasa merinding. Namun pada saat itu, aku mencoba untuk nggak menghiraukan.
Sampai ketika aku ingin membasuh kaki ku aku melihat seperti ada kaki dibelakangku dan sontak aku langsung membalik badan dan mengucapkan istigfar tapi tidak ada siapa-siapa dibelakangku hanya ada sebuah kaca besar saja yang ada di belakangku.
Mungkin hanya perasaanku saja jadi aku mengambil wudhu kembali dan segera bergegas sholat. Selesai sholat aku pun ikut bergabung dengan rekan-rekan sekalian di ruang tamu.
Terlihat Mas Hadi sedang video call dengan seseorang, ratno, ujang dan dedi sedang merokok sambil main hp
Ujang membuka bicaraan tentang maksud dari apa yang nenek di warung sunda katakan dan membuat rekan-rekan lain jadi penasaran. Aku pun menjelaskan kembali apa yang diceritakan nenek tersebut ke rekan-rekan sekalian.
TIBA - TIBA..
Mas Hadi memotong penjelasanku dan mengatakan untuk menghiraukan omongan nenek tersebut karena dapat berpengaruh ke pekerjaan kami.
Namun tidak lama setelah mas hadi berbicara tiba-tiba saja lampu di ruangan kami mati sesaat sekitar 5-7 detik.
Sekelebat aku melihat bayangan seseorang dari balik tirai ruang tamu seperti terbang dari sisi kanan ke kiri dan ketika menyala aku dan mas hadi hanya bisa saling bertatap-tatapan karena memang posisi kami berada di depan tirai tersebut sedangkan yang lain membelakangi tirai.
Aku tau mas hadi melihat apa yang kulihat, tapi agar membuat situasi tidak panik Mas hadi tidak menceritakan ke yang lain.
Tanpa ingin memperpanjang obrolan ini mas hadi langsung bergegas ingin ke kamar istirahat dan kami semua pun memutuskan untuk tidur.
Keesokan harinya material tambahan pun dikirimkan kami pun merapikan material dan mulai melakukan pekerjaan, aku dan Ratno bertugas merenovasi Ruang tidur utama.
Ratno mulai menggeser barang-barang dan akupun membongkar lemari untuk di pindahkan.
Ketika aku mencoba membongkar lemari bagian tengah di bagian bawah lemari terlihat bagian yang cukup mencurigakan, dimana seperti ada papan yang dapat diangkat dan ketika ku angkat papan tersebut betapa terkejutnya dengan apa yang kutemukan.
Bersambung...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Aku melihat seperti buku catatan, boneka kayu (seperti jelangkung) yang dibalut selendang merah. Dan akupun langsung memanggil Ratno,
“No sini sebentar coba lihat apa ini”
Aku menunjukan barang yang aku temukan dan Ratno pun bereaksi sama denganku saat melihat benda yang kutemukan, dia pun mulai membaca buku catatan tersebut.
“Jo sebaiknya barang ini biar ku simpan saja jangan kasih tau yang lain takutnya malah menimbulkan kepanikan”,-
Ternyata yang menepuk bahuku adalah mas Hadi dan memberitahukan bahwa material sudah datang dan dari tadi ujang memanggilku namun tidak ku gubris sama sekali.
Jujur seketika pikiranku sempat kosong saat melihat lemari tersebut padahal tidak berisikan apa-apa tapi yasudahlah mungkin hanya perasaanku saja.
Aku dan Ujang pun segera merapikan material sembari Mas Adi mengecek material yang datang apakah sesuai dengan kebutuhan kami.
Keesokan harinya setelah pamit, aku pun langsung bergegas ke Jakarta. Sampai di stasiun Senen, aku langsung di jemput oleh Ratno. Betapa bahagianya aku bertemu kawan lamaku ini dan aku cukup terkejut ketika melihat ratno yang agak kurusan.
Usut punya usut ternyata ratno juga baru cerai dengan istrinya beberapa bulan yg lalu. Jujur aku lumayan kaget saat mendengar Ratno sudah bercerai dan akupun segera mengalihkan pembicaraan karena tidak ada gunanya juga bila aku menanyakan kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Perkenalkan namaku Parjo seorang pekerja borongan yang biasa melakukan renovasi gedung maupun rumah. Sudah 5 Bulan lamanya aku menganggur karena pandemi covid yang melanda Indonesia yang menyebabkan aku dan istriku memutuskan untuk tinggal di kampungku di daerah Surabaya.
Karena sangat sulit hidup di jakarta tanpa adanya pekerjaan. Tiba-tiba dering telepon membangunkan tidur siangku dan saat kulihat ternyata yang menelfon sahabat lama ku Ratno. Ratno adalah temanku dari SMA dan kami sama-sama bekerja menjadi pekerja borongan di jakarta.