‘’TUKAR JIWA’’

Langit menunjukkan pesona redupnya. Di depan rumah, wak salim masih melakukan pembelaan terhadap dirinya yang sering menjadi pusat obrolan oleh Ibu Nani.
Agung dan Wastari hanya menyimak serta mendengarkan perkataan yang dilontarkan dari dua
sisi yang berbeda.
Wak Salim mengatakan bahwa pelaku dari orang yang melakukan terror hingga merasuki tubuh Didi dengan sosok ghaib adalah Ibu Nani. Sedangkan Ibu Nani mengatakan sebaliknya. Justru, orang yang sudah membuat Didi menderita adalah Wak Salim.
Kini, agung dan Wastari hanya bisa merasakan sensasi perbedaannya.
Mereka berdua benar-benar merasakan dua sisi yang berbeda dan pandangan yang bersebrangan terkait tanggapan dari Wak Salim dan juga Ibu Nani terkait pelaku yang telah membuat Didi menjadi anak yang tidak lagi normal.
‘’Dengarkan, agung. Kematian dari kedua orang tua Wastari berlangsung ketika kalian berdua nikah. Itu tidak lama waktunya.’’ Jelas Wak Salim
Wastari hanya menunduk lesu. Tatkala nama kedua orang tuanya disebut, ia tidak memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya. Seperti ada beban yang menumpuk pada bagian leher kepalanya hingga tidak
memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya serta menatap pandangan Agung.
‘’Ibumu itu memiliki ingon (Peliharaan), gung. Kau memangnya tidak tahu?’’ Tanya Wak Salim

‘’Ibuku bukan orang seperti itu, wak. Dia bahkan
orang yang meruqyah Didi.’’ Jelas Agung
‘’Itu bukan jadi tolak ukur yang pasti jika orang
tuamu tidak bersalah. Namun kebenarannya, apakah bisa tergambarkan? Belum tentu!’'
Perkataan yang menusuk dari mulut Wak Salim sempat membuat hati dan pikiran Agung berpikir dua kali. Ia seperti menyelami ke dalam samudera fakta yang seringkali terjadi pada orang-orang saat ini.
Sampul yang bagus bukan berarti memiliki isi yang mulus. Begitu pun sebaliknya. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah ada istilah sampul yang jelek sudah pasti memiliki isi yang kotor?
Perdebatan keduanya kembali berlangsung. Wastari yang sudah tidak tahan dengan pembelaan dari masing-masing orang terdekatnya. Ia pun lebih dulu memasuki mobil dan menutup kedua telinganya dengan menggunakan bantal.
Sesaat dimana dirinya sedang dalam keadaan hening dan tidak lagi mendengar segala ocehan dari Wak Salim dan juga suaminya, tiba-tiba, dia mendengar sesuatu dari belakang
‘’SLAMATKE ANAKMU. GANYIR KARO LOWO
BAKAL NGINCER KELUARGAMU.’’
(SELAMATKAN ANAKMU. GANYIR (MAYIT)
BERSAMA DENGAN LOWO (IRENG) AKAN
MENGINCAR KELUARGAMU)
Wastari langsung membuka kedua matanya. Ia segera melihat luaran mobil. Di luaran, terdapat seorang nenek tua yang sedang membelakangi tubuhnya. Lalu, kedua tangannya ditampakkan sembari memegangi sesuatu berwarna merah yang tampak sedang bergerak-gerak.
‘’Jan—tung?’’
Tidak berselang lama, nenek tua itu memakan jantung tersebut dengan lahapnya.
Ternyata, istilah katak yang dimakan oleh nenek
tersebut adalah jantung dari manusia. Bisa dibilang, tiap katak yang dimakan oleh sosok yang menyerupainya adalah tiap korban yang nantinya akan dijadikan tumbal.
Wastari berteriak kencang karena ketakutan. Agung dan Wak Salim segera menuju mobil dan menanyakan kepada Wastari terkait apa yang baru saja terjadi kepadanya.
‘’Kamu kenapa, dek?” Tanya Agung
Wastari masih terus berteriak. Ia bahkan tidak menginginkan jika Didi menjadi korban tumbal dari pesugihan yang entah sampai sekarang belum diketahui siapa pelakunya.
‘’Wak? Wastari kenapa?’’
Wak Salim hanya terdiam. Ia terus menutupi matanya dengan menggunakan bantal sembari menunjukkan jari telunjuknya ke arah depan.
‘’Si Ganyir ono nang kene.’'
(Si Ganyir ada di sini)
‘’Sosok ganyir mayit?’’ Tanya Agung
‘’Itu kiriman ibumu.’’
Wak Salim menatap Agung. Tatapannya benar-benar menandakan keseriusan dalam diri Wak Salim untuk membantunya.
‘’Bawa aku ke rumahmu. Kita selamatkan Didi.’’
Jika memang apa yang dikatakan oleh Wak Salim benar, itu berarti, orang di balik pembunuhan atas kedua orang tua Wastari adalah orang yang sama.
Yaitu Ibu Nani. Namun, apa motifnya? Apakah karena
ketidaksetujuan antaran kedua belah pihak? Atau memang ada sesuatu yang sedang diincar olehnya?
Setelah diputuskan, wak salim pun akhirnya diperbolehkan untuk menuju ke rumah Ibu Nani dan di tempat dimana Didi berada.
Mereka berangkat di saat kondisi Wastari benar-benar dalam keadaan membaik. Di saat mobil melewati rumah-rumah warga, wak salim sengaja membukakan kaca jendela mobil.
Di situ, para warga yang awalnya dalam keadaan gembira, senang dan sedang bercengkrama, tiba-tiba, mereka semua langsung terdiam tatkala Wak Salim memperlihatkan diri jika di dalam mobil tersebut terdapat dirinya.
Wastari dan Agung yang melihat fenomena tersebut merasa kebingungan. Mengapa Wak Salim seperti sosok yang ditakuti oleh para warga desa?
‘’Semua warga desa di sini pada umumnya
memiliki ketakutan yang sama, gung.’’ Ucap Wak Salim kepada Agung
‘’Ketakutan yang sama? Apa memangnya, wak?''
Tanya Agung

‘’Jika kamu memiliki sebidang tanah yang ditumbuhi padi, mungkin harapanmu tidak ingin, kan? Jika padimu hangus terbakar atau rusak karena terkena hama?’’ Tanya Wak Salim
Agung hanya mengangguk. Kini ia mengerti apa yang dimaksud oleh Wak Salim terkait istilah yang baru saja dikatakannya.
‘’Tapi, aku belum menemukan orang yang
dimaksud oleh Wak Salim.’’
Wak Salim kembali terdiam. Suasana menjadi hening. Yang mereka dengar kali ini adalah suara bising dari kendaraan yang padat di jalanan pantai utara.
Semestinya, yang baru saja dikatakan oleh Wak Salim adalah sebuah kunci untuk menemukan siapa pelaku sebenarnya.
Setelah hampir 5 jam perjalanan, mobil memasuki tempat dimana rumah Ibu Nani berada. Ini mungkin pertama kalinya bagi Wak Salim memasuki sebuah tempat yang tampak sejuk. Akan tetapi, tatapan Wak Salim hanya tertuju kepada luaran.
Ia seperti sedang mengingat sesuatu yang menjadi masa kelam baginya sendiri. Setibanya di sebuah rumah, mobil terhenti. Agung segera mematikan mesin mobil. Wastari tampak lebih baik dari sebelumnya.
Mereka pun bersiap-siap untuk keluar mobil. Akan tetapi, segerombolan orang segera menyerbu mobil agung dan memintanya untuk segera dibuka,
‘’Pak! Buka! Buka!”
‘’Ada apa ini?’’ Tanya Agung sembari membuka kaca jendela mobil.

Agung, wastari dan juga Wak Salim tampak kebingungan dengan kehadiran segerombolan orang yang tiba-tiba saja memintanya untuk segera keluar dari mobil.
Mereka pun akhirnya turun dari mobil. Wastari merasakan firasat yang tidak enak dengan pandangan dari orang-orang sekitaran rumah Ibu Nani yang menampakkan wajah penuh dengan ketakutan
‘’Apakah anak Bapak yang bernama Didi?’’
‘’Benar. Dia anak saya. Ada apa memangnya?’’
‘’Begini, pak. Kita ngobrolnya di rumah saya
aja.’’ Jelas salah seorang warga
‘’A—pa maksudmu? Anak saya ada di rumah
bersama dengan Ibu saya. Apa yang terjadi kepada mereka berdua?” Tanya Agung dengan nada yang penuh amarah
Orang itu menghela nafas panjang. Ia sama sekali tidak membayangkan apa yang nantinya akan dirasakan oleh Agung tatkala mendengar pemberitaan yang menyakitkan ini.
‘’Anakmu ditemukan tidak sadarkan diri di perkebunan milik Ibumu. Dia sepertinya dikubur oleh seseorang namun hanya bagian kepalanya saja yang tidak tenggelam dalam tanah.’’

‘’HAHHH?? DIDI DIKUBUR?? OLEH SIAPA??’’
Wak Salim segera menepuk pundak Agung. Tampaknya, akan lebih baik jika pembahasan ini dilakukan di sebuah ruangan khusus agar nantinya bisa memberikan sebuah solusi yang baik bagi semuanya.
Sementara itu, saat Agung dan Wastari menuju ke sebuah rumah, wak salim hanya tertuju kepada rumah dari Ibu Nani.
Ia merasa jika pelaku dari penguburan Didi yang ditemukan oleh para warga adalah Ibu Nani sendiri.
‘’Sampai kapan dendammu akan terbalaskan?’’
Lanjut pagi, ya🙏
Di salah seorang rumah warga, agung dan wastari diberitahu terkait dengan kondisi Didi saat ini. Mereka tidak menyangka jika Didi ditemukan dalam keadaan pingsan di perkebunan milik orang tuanya.
Bukan hanya itu saja, seluruh tubuh Didi terkubur dan hanya menyisakan bagian kepalanya saja. Agung hanya bisa menangis tatkala mengetahui kondisi anaknya yang sudah lemah lunglai tak berdaya.
Berbeda dengan Wastari, ia justru menanyakan sesuatu yang memang sangat penting untuk dibahas terkait kejadian yang baru saja menimpa anaknya sendiri.
‘’Tapi, apakah Bapak-bapak di sini tahu? Dimana Ibu Nani sekarang?” Tanya Wastari
Pertanyaan dari Wastari membuat para warga saling menatap satu sama lain. Mereka tampak saling melempar pertanyaan tersebut ke satu sama lain karena tidak ingin terkena tulah dari apa yang nantinya keluar dari mulut mereka masing-masing.
‘’Kok kalian semua diam? Ada apa memangnya?’’ Tanya Wastari lagi
Karena Wastari terus menerus memberikan pertanyaan yang sama, akhirnya, salah seorang dari mereka menjawab pertanyaan sulit dari Wastari.
‘’Sebenarnya, kami tidak ingin mengungkapkan hal ini. Namun, saat kami menemukan Didi, kami juga sempat ke rumah Ibu Nani. Akan tetapi, kami menemukan sesuatu yang mengejutkan.’’ Jelasnya
‘’Apa itu?’’
‘’Ma—yat anak kecil yang sudah menjadi kerangka. Dan posisinya, persis seperti apa yang telah terjadi kepada Didi. Mayat tersebut dibiarkan terpendam di dalam tanah hingga keseluruhan tubuhnya berubah menjadi tulang.’’
Di saat obrolan semakin memanas, tiba-tiba, pintu dibuka oleh seseorang.
‘’Bruk!”
Sembari menatap yang lainnya, orang tersebut hanya tersenyum kepada Wastari dan juga para warga yang lainnya.
‘’Wak Salim? Ada apa?’’
‘’Jadi, kalian sudah tahu, kan? Siapa pelakunya?”
‘’A—PA MAKSUDNYA WAK?” Tanya Wastari dengan nada yang tidak stabil
‘’Mertuamu melakukan pendem mayit! Dia juga yang mengirim sosok Ganyir itu ke desa kita! Belum lagi, dia telah memfitnahku dengan penilaian yang salah!’’
Agung yang kebetulan sedang berada di kamar, tiba-tiba keluar. Ia kemudian mengusap kedua matanya yang telah berurai air mata.
‘’Mas … ‘’ Ucap Wastari
‘’Jadi, apakah Ibuku pelakunya, wak?’’ Tanya Agung kepada Wak Salim
Wak Salim hanya mengangguk. Ia kemudian meminta kepada Agung dan juga Wastari untuk tinggal di rumah warga tersebut.
Pasalnya, setelah Wak Salim mengecek seluruh bagian rumah Ibu Nani, ia tidak mendapati Ibu Nani berada di rumah tersebut. Melainkan, yang ia temukan adalah kerangka-keranga manusia yang sudah dipendam di dalam satu liang lahat.
Karena tidak ingin menimbulkan keributan, akhirnya, wak salim meminta kepada para warga untuk mengubur kerangka-kerangka tersebut di tempat pemakaman umum.
Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali menempati rumah Ibu Nani untuk membongkar semua praktik ilmu hitam yang dilakukan oleh Ibu Nani.
Malam penuh terror
Malam harinya, wak salim menceritakan perihal praktik ilmu hitam yang dilakukan oleh Ibu Nani kepada Didi dan juga kepada kedua orang tua Wastari.
‘’Ibu Nani itu adalah orang yang tidak menyetujui pernikahan kalian berdua. Hal ini disebabkan, kedua orang tua dari Wastari adalah musuh dari Bapakmu, gung.’’ Jelas Wak Salim
Mengetahui hal tersebut, agung dan wastari langsung mengingat perihal apa yang pernah disampaikan oleh Ibu Nani dulu. Ibu Nani pernah mengatakan kepada Agung dan juga Wastari bahwa dirinya memiliki musuh yang berada di daerah Jawa Tengah.
Mengetahui hal tersebut, agung dan wastari langsung mengingat perihal apa yang pernah disampaikan oleh Ibu Nani dulu. Ibu Nani pernah mengatakan kepada Agung dan juga Wastari bahwa dirinya memiliki musuh yang berada di daerah Jawa Tengah.
Pikir Agung dan Wastari adalah musuh yang dimaksud oleh Ibu Nani adalah orang terdahulu yang mungkin memiliki masa lalu tertentu dalam kehidupannya.
Ternyata, ikatan mereka menyambung terhadap masa kehidupan yang selanjutnya. Mereka juga tidak menyangka bahwa kedua orang tua Wastari adalah musuh dari orang tua Agung.
Karena itulah, saat pernikahan digelar, wak salim memilih untuk tidak ikut serta dalam acara sakral tersebut.
Ia lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dan menjaga rumah di banding harus berurusan dengan kedua orang tua Agung yang disinyalir masih memiliki pegangan kuat terhadap ingon-ingon (peliharaan)
‘’Si Ganyir adalah Ingon (peliharaan) dari kedua orang tua Agung. Karena itulah, mereka membunuh kedua orang tua Wastari untuk selanjutnya bisa menghancurkan keluarga kalian. Namun, karena kalian ditakdirkan untuk berjodoh, apapun halangan dan rintangannya, semua tidak berarti.’’
Atas penjelasan detail dari Wak Salim, agung pun semakin paham. Ia semakin paham kenapa dirinya dilarang untuk menikahi Wastari kala itu. Alasan utama dari apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya adalah karena bedanya adat mereka.
Akan tetapi, kala itu Agung tidak berpikiran bahwa adat adalah salah satu hal yang menjadi pusat ketidaksetujuan pernikahan itu dilangsungkan.
Ternyata, masa lalu antara kedua orang tua mereka saling mengikat. Dimana kedua orang tua dari Agung tidak ingin menikahinya dengan Wastari karena kedua orang tua Wastari juga memiliki pegangan tertentu dan hal itu membuat bentrokan di antara keduanya.
‘’Memang tidak munafik jika kedua orang tua Wastari adalah dua orang yang terpandang di desa. Hal ini di karenakan, kedua orang tua Wastari dulunya adalah mantan seorang dukun desa yang telah membuat ketakutan banyak orang.
Tidak heran, hal ini menjadi ancaman bagi keluarga darimu, gung.’’ Jelas Wak Salim

Fakta demi fakta telah diungkapkan oleh Wak Salim. Jalan satu-satunya untuk sekarang adalah menyelamatkan Didi yang mungkin saja menjadi incaran dari sosok yang disebut-sebut sebagai Ganyir.
Malam itu, mereka berdua memutuskan untuk beristirahat. Didi berada di pelukan Wastari dan Agung. Wak Salim tidur di kamar sebelahnya yang dulunya sebagai kamar khusus tamu yang datang ke rumah.
Di tengah malam, suara bising mulai terdengar. Dimulai dari suara benda-benda yang berjatuhan ke atap rumah. Lalu, ada suara cakaran dari luaran rumah. Suara orang yang sedang mencangkul tanah hingga suara familiar yang membuat mereka semua terbangun …
Suara itu berbunyi …
‘’TEK!’’
‘’TEK!’’
‘’TEK!’’
‘’TEK!’’
Suara itu merupakan pertanda akan munculnya sosok yang disebut sebagai ‘’GANYIR’’.
Saat mereka terbangun, lampu rumah tiba-tiba padam. Agung dan Wastari langsung terbangun. Mereka sempat kebingungan terkait keadaan lampu yang tiba-tiba padam. Namun di luar itu, mereka menjadi panic tatkala Didi sudah menghilang dari pelukannya.
‘’Mas? Didi kemana?’’
‘’Aku gak tahu, dek. Tadi kan kita peluk bareng-bareng.’’
Mereka berdua semakin panik. Wastari segera keluar dari kamar. Agung menyusul Wastari yang menerobos kegelapan rumah seorang diri.
‘’Didi! Di! Kamu dimana, nak?’’
Saat Wastari melewati kamar Wak Salim, ia mendengar suara aneh dari dalam kamar Wak Salim. Suaranya seperti suara orang tua yang sudah serak.
‘’Wak? Wak Salim?’’
Agung segera menghampiri Wastari yang berdiri tepat di hadapan kamar Wak Salim. Ia juga mendengar suara yang sama seperti apa yang didengar oleh Wastari.
‘’I—itu suara apa?’’ Tanya Agung
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Wastari dan Agung melihat seorang anak kecil sedang mengangkat tubuh pria tua dengan satu tangan hingga membuat kedua mata pria tua itu memutih seluruhnya.
‘’Didi! Lepasin! Itu Wak Salim!”
Didi pun menengok ke arah Wastari dan juga Agung. Ia kemudian tersenyum. Namun, kedua bola matanya memutih. Bisa disimpulkan, didi sedang dirasuki oleh sosok yang disebut Ganyir.
Tiba saat dimana Agung memaksa untuk memasuki kamar, tiba-tiba, didi melepaskan cekikannya. Tubuh Wak Salim terjatuh ke lantai. Tubuhnya langsung melemas. Kedua tangannya hanya memegangi leher yang sudah digenggam kuat selama beberapa menit terakhir.
Sementara Didi, Ia langsung jatuh pingsan. Lampu kembali menyala seperti semula. Sosok yang merasuki tubuh Didi keluar dengan sendirinya.
Malam itu, wastari dan Agung segera merawat Didi dan juga Wak Salim. Mereka berdua benar-benar kecolongan tatkala sosok Ganyir itu merasuki kembali tubuh Didi dan hampir membunuh Wak Salim.
Jika telat, mungkin saja Wak Salim akan meninggal dunia karenanya. Tubuh Wak Salim yang sudah tua renta, mana mungkin bisa menahan cekikan hingga selama itu.
Namun yang menjadi hal yang tidak terduga adalah tatkala Didi mengangkat tubuh Wak Salim dengan satu tangan lalu tersenyum ke arah Wastari dan juga Agung.
Keduanya benar-benar merasakan kengerian tatkala sosok yang merasuki Didi benar-benar mengetahui apa yang akan diperbuatnya saat itu.
Pagi harinya, didi dan wak salim masih beristirahat di rumah. Kini, agung mencari salah seorang kyai atau semacamnya untuk bisa menuntaskan masalah ini. Ia tidak mau jika keluarganya terus menerus mendapatkan terror yang sama bahkan lebih membahayakan.
Di desa sebelah, agung menemukan seorang kyai yang sudah tahu betul akan kasusnya. Kyai itu bernama Mbah Ahmad. Menurut Mbah Ahmad, kasus Didi bukanlah kasus yang pertama. Sebelumnya, desanya juga mendapati kasus yang sama. Hanya saja, pelakunya belum ditemukan.
Dan saat dimana Agung menceritakan hal tersebut kepada Mbah Ahmad, mbah ahmad kemudian menyimpulkan bahwa kasus yang sudah terjadi sejak dulu adalah kasus yang sama.
Itu berarti, pelaku dari kengerian di masa lalu saat banyak anak-anak kecil yang ditemukan meninggal dunia dalam keadaan terpendam di dalam tanah adalah oleh sebab ulah dari Ibu Nani.
Untuk memecahkan kasus ini, mbah ahmad pun menyuruh kepada Didi untuk menemukan sebuah gundukan tanah yang berada di dekat rumahnya. Ia kemudian meminta kepada Agung untuk menggali gundukan tanah tersebut untuk nantinya dikumpulkan tulang-belulang yang ia maksud.
Mbah Ahmad tidak menceritakan secara detail terkait kegunaan bahkan siapa pemilik dari tulang belulang tersebut.
Ia hanya menyebutkan bahwa, dengan cara melakukan hal ini, sosok yang disebut sebagai si Ganyir akan menghilang. Begitu juga dengan yang lainnya.
Namun, kerisauan hati Agung mulai memuncak tatkala dirinya ingin menanyakan perihal keadaan Ibunya yang sudah beberap hari ini menghilang.
Mbah Ahmad hanya terdiam. Ia bahkan tidak ingin membahas hal itu karena takut menyinggung perasaan Agung.
Agung yang sudah mengetahui resiko dan apa yang nantinya akan terjadi merasa sudah siap kalau pernyataan Mbah Ahmad membuatnya kecewa, menderita bahkan merasakan sakit yang tiada tara.
Menurutnya, kejujuran yang seharusnya dijunjung tinggi harus bisa dirasakan karena itu benar-benar membuatnya bahagia
‘’Jadi, dimana ibuku, mbah?’’
‘’Ibumu sudah bertukar jiwa dengan Ganyir. Dia berniat untuk mengincar anakmu, didi. Namun, beruntung kau juga dibantu oleh Salim. Dia orang yang tepat.’’
Agung hanya termenung saat mendengar jawaban yang menyakitkan itu. Baginya, kesalahan yang terjadi pada masa lalu adalah sebuah pelajaran yang besar untuk nantinya kembali dipelajari di masa yang sekarang atau akan datang.
Setelah semua apa yang dikatakan oleh Mbah Ahmad telah selesai, agung pun segera mencari petunjuk yang diinginkan oleh Mbah Ahmad kepadanya.
Ia kemudian mencari gundukan tanah di dekat rumahnya. Dan ternyata, dia menemukan sebuah gundukan tanah yang sudah lama.
Agung segera menggali gundukan tanah itu sampai dirinya menemukan tulang belulang. Tulang itu dikumpulkan menjadi satu dan diberikan kepada Mbah Ahmad.
Malam harinya, mbah ahmad mendatangi rumah Agung. Ia kemudian meminta kepada Agung untuk menyaksikan hal yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
‘’Ibumu itu sedang terpasung di sebuah tempat yang tidak bisa dijangkau. Aku tidak bisa menjamin dia akan selamat. Namun, insya allah bisa ditemukan.’’
‘’Maksudnya, mbah?’’
Mbah Ahmad hanya terdiam. Ia kemudian membakar tulang belulang itu di atas bara api yang menyala. Dan tidak berselang lama, agung dan Mbah Ahmad langsung tertuju kepada suatu titik.
Mereka tertuju kepada sebuah sosok hitam yang sedang memeluk seorang wanita yang menggunakan kain adat jawa.
Wanita itu tampak menangis karena berada di dalam pelukan sosok ganyir itu. Agung hanya terdiam tatkala mengetahui jika si wanita tersebut adalah tumbal dari si ganyir.
Ternyata, usust demi usut, ibu nani sengaja melakukan hal ini demi mendapatkan apa yang dia mau. Dia juga berkeinginan ada penukaran jiwa antara dirinya dengan orang lain.
Karena itulah, ibu nani sengaja menyuruh Agung dan Wastari untuk menuju ke rumah Wak Salim. Hal ini dikarenakan, agar Ibu Nani bisa menggantikan tubuhnya secara utuh dan menjadikan tubuh yang lain sebagai tebusan dari itu sendiri.
Setelah semuanya usai, mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Namun, pagi harinya, rumah mereka kembali digedor-gedor oleh para warga.
Agung dan Wastari pun keluar dari kamar dan berusaha menemui mereka semua. Tatkala dimana mereka semua keluar dari rumah, mereka medengar kabar yang mengerikan.
‘’Pak! Ada Ibu Nani!’’
‘Dimana?’’
‘’Dia ditemukan di sebuah makam. Seluruh tubuhnya terpendam kecuali bagian kepalanya saja.’’
Mendengar hal tersebut, agung dan wastari segera ke TKP. Saat mereka tiba di sana, mereka melihat kondisi Ibu Nani yang sudah mengagetkan.
Saat tubuh Ibu Nani di angkat, mereka sudah merasakan hal yang berbeda. Tubuh Ibu Nani benar memiliki bau yang sangat busuk. Selain itu, bagian tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan.
Atas kejadian tersebut, didi dan Wak Salim menjadi sembuh. Ternyata, pelaku dari semua apa yang sudah terjadi adalah Ibu Nani.
Ibu Nani berkeinginan untuk menumbalkan Didi namun tidak bisa. Ia pun akhirnya diketahui meninggal dunia tatkala Didi dan juga Wak Salim menjadi sembuh seperti sedia kala.

TAMAT
Terima kasih sudah menunggu serta mendukung wira baik dengan cara support, do'a atau membeli e-book di karyakarsa. Sehat selalu untuk kalian semua. Semoga Allah Swt selalu melindungi kalian. Aamiin
Selanjutnya, akan ada cerita baru. Ini cerita yang menarik karena masih dalam ruang lingkup pantai utara jawa. Rumornya, ada juga yang melakukan kegiatan seperti ini hingga menyebabkan kecelakaan bagi orang-orang di sekitarannya.
Judulnya:
''Pesugihan Pengantin''
Diambil dari kisah nyata seorang keluarga yang bekerja sebagai tukang mandi jenazah. Namun, sudah 8 jenazah yang meninggal dalam satu korban dan semuanya adalah pengantin wanita.
Sampaik akhirnya, teror mulai berdatangan saat proses memandikan jenazah berlangsung. Apakah teror-terornya?

Upload tanggal 2 Februari 2023.
Bagi yang mau baca duluan, part-1 bener-bener bikin merinding ketika proses pemandian jenazah berlangsung

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Bagi yang mau sekedar support dan menyawer, bisa lewat saweria juga, ya
saweria.co/RestuWira090720

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Jan 29
"Ibu datang setiap waktu maghrib tiba"

A thread
Cirebon, 2007

Sebut saja namanya andi. Dia orang yang pendiam dan tidak banyak bicara. Semenjak kematian ibunya, andi menjadi seorang yang pemurung.
Walau pun begitu, aku dan teman-temanku terus mengajak andi untuk bermain walau hanya di sekitaran rumahnya.
Read 15 tweets
Jan 28
Cerita baru titip di karyakarsa dulu, ya.
Yang mau baca duluan, bisa langsung klik link di bawah ini. Semoga bisa bikin malming kalian merinding.

Update pada malam jum'at nanti setelah upload pendem mayit dan si danyang lembah jengges ya!

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
PROLOG:
Sudah 7 orang wanita meninggal dunia dalam satu bulan. Rata-rata, orang yang meninggal tersebut adalah orang yang baru saja menikah.
Entah mengapa, kejanggalan ini membuat Pak Sumardi selaku orang yang biasa memandikan jenazah mencari tahu terkait kematian aneh yang terjadi kepada setiap orang yang baru menikah.
Read 5 tweets
Jan 25
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (3)
(Trah Timur Artonegoro)

"Jengges (racun) mulai bertebaran di udara. Banyak warga yang tidak berani keluar rumah. Seorang pria memakan ayam hidup-hidup lalu mengatakan kalau dirinya dari timur."

#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek
Read 119 tweets
Jan 15
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (2)
(Trah Timur Artonegoro)

"Jika orang-orang dari Nyai Esa memiliki kelebihan dalam melakukan ngipri, maka, orang-orang dari artonegoro memiliki senjata mematikan yang bernama Jengges!"

#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Read 110 tweets
Jan 14
Sorry ya agak lama upload nya.
Malam ini kita upload part-2 nya.
Bagi yang mau baca part-1, ini link-nya

‘’CALON TUMBAL’’

Tangisan Didi masih terdengar jelas. Agung dan Wastari masih bertanya-tanya terkait apa yang baru saja dilihat oleh Didi.
Sementara itu, wak salim meminta kepada Agung dan Wastari untuk tinggal sementara di rumahnya sampai keadaan benar-benar aman.
Read 103 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(