netrakala Profile picture
Feb 11 60 tweets 9 min read
Bising suara anak kecil terdengar ramai, terlihat tawa mereka yang begitu sumringah dengan permainan yang mereka lakukan. Suasana sore hari, ditaman Rusunawana itu memang sering digunakan sebagai tempat berkumpul bagi ibu-ibu muda maupun yang sudah paruh baya.
Selain mengawasi anak-anak, taman itu juga mereka dijadikan sebagai ruang untuk bergosip ria. Tidak terkecuali dengan Ani yang baru menempati rusun tersebut selama satu bulan. Dia dan suaminya mendapatkan unit di lantai 4.
Lelah memang ketika dia harus naik turun jika sedang ada keperluan, karena di Rusunawa tersebut tidak disediakan lift. maklum tempat itu memang ditujukan untuk keluarga yang kurang mampu.
Rusunawa tersebut berada di pinggiran kota, jalan masuknya pun terbilang cukup jauh dari jalan raya, sekitar 300 meter. Namun bagi Ani dan suaminya hal itu tidak menjadi masalah karena harga sewa Rusunawa yang terjangkau,
dan jauh lebih murah dibandingkan jika mereka harus mengontrak rumah atau kost untuk tempat tinggal.
Suami Ani sendiri seorang buruh pabrik yang memiliki penghasilan pas-pasan sehingga gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebulan menjalani kehidupan ditempat itu tidak jauh beda dengan tempat tinggalnya dulu, bahkan karena unit yang saling berdekatan kadang malah dia sering merasa risih ketika mendengar ada tetangganya yang sedang bertengkar.
Tapi Ani tidak ambil pusing dengan itu semua, “urusan mereka” itu yang sering diucapkan oleh suaminya agar dia tidak terlalu ikut campur.
Hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya, namun ada satu berita yang tidak menyenangkan.
Saat itu suaminya pulang dengan wajah yang terlihat gusar, seperti sedang banyak yang dipikirkan. Awalnya memang Ani berniat untuk menanyakan perihal tersebut, tapi ia urungkan karena dia tau itu hanya akan membuat suaminya marah-marah.
“Ini mas kopinya, diminum dulu selagi masih hangat” ucap Ani “iya dek, ada yang mau mas bicarakan” sahutnya, dengan penuh perhatian Ani menunggu apa yang ingin dibicarakan sampai suaminya begitu terlihat cemas.
“mas minta maaf dek, pabrik memutuskan untuk mengurangi karyawan dan mas salah satu yang dirumahkan” ucap Bayu.
Benar dugaan Ani, tidak mungkin jika tidak ada masalah serius sampai suaminya begitu kalut.
“Kita punya tabungan mas, tapi mungkin hanya cukup untuk sekitar 2 minggu, terlebih susu untuk Nawang juga sudah mau habis” jawab Ani. “Mas segera cari pekerjaan ya, kamu tidak perlu kawatir” balas Bayu sambil menggenggam tangan Ani.
Sebulan telah berlalu sejak suami Ani dipecat dari pabrik, awalnya mereka saling memberikan support satu sama lain. Namun seperti halnya ketika keluarga yang sedang diterpa badai keuangan, pertengkaran-pertengkaran kecil mulai terjadi.
Apalagi keluarga kecil itu mulai memiliki hutang untuk menutup kehidupan sehari-hari mereka. Jangankan untuk modal usaha, makan saja kadang mereka harus mulai berhemat.
“Mas sudah dapat pandangan pekerjaan?” kata Ani “belum, kamu itu tiap hari tanya kapan dapat pekerjaan, kapan dapat pekerjaan, cuma itu yang bisa kamu lakukan Ha!” jawab Bayu dengan nada tinggi.
Hati Ani terasa sakit mendengar jawaban dari suaminya, namun sebisa mungkin dia mencoba tetap tenang dan mengerti dengan keadaan suami dan keluarganya.
“Kalo mas ijinkan, boleh Ani ikut kerja dengan Mbak Nana? Dia orang lantai 2, punya usaha bikin kue dan Ani ditawari untuk membantunya, memang jam kerjanya malam mas selepas magrib dan sampai tengah malam,
tapi setidaknya bisa sedikit membantu memenuhi kebutuhan kita” ujar Ani dengan nada sedikit takut.
Sejenak suaminya, Bayu diam berfikir “ Tapi setelah aku dapat pekerjaan, kamu tidak boleh bekerja lagi, aku malu sebagai seorang laki-laki kalo seorang istri malah menafkahi suaminya” ucap Bayu.
Karena sudah mendapatkan restu dari Mas Bayu, Ani segera menghubungi Mbak Nana mengabarkan kalau dia mau bekerja dengannya. Malam itu Ani langsung diminta untuk datang ke tempat Mba Nana,
sebetulnya kerjaannya tidak banyak menguras tenaga namun karena harus duduk berjam-jam dia merasa pegal terutama dibagian pinggangg.
“Besok langsung kesini aja ya An, terima kasih, ini upah mu hari ini” ucap Mbak Nana sambil menyodorkan uang 30 ribu. Meskipun upah yang dia terima tidak begitu besar tapi setidaknya dia dan keluarganya tidak perlu berhutang lagi untuk kebutuhan harian.
Huhuhuh….. Sejenak Ani berhenti, dia mendengar ada suara anak kecil menangis, tapi anak siapa? jam sudah menunjukan pukul 11 malam, dan sepertinya juga tidak ada unit yang terbuka pintunya. Merinding…
Ani bergegas untuk segera naik menuju lantai 4 agar bisa mandi dan beristirahat. Huhuuhu…. Sekali lagi Ani mendengar suara tangisan. Celingukan mencari sumber suara tapi tidak ada satu orang pun anak yang dia lihat.
Tok tok tok… “Assalamualaikum” salam Ani, ternyata malam itu suaminya belum tidur bahkan pintu unitnya tidak sepenuhnya ditutup. “Kamu bersih-bersih sebelum masuk kamar, sudah kubuatkan teh panas” suruh Bayu.
Tanpa diminta 2 kali Ani segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Mas tadi sewaktu aku pulang dari Mba Nana, aku denger ada anak kecil yang menagis, tapi anehnya setelah kucari tidak ada siapapun” cerita Ani kepada bayu, sambil merengkuh suaminya,
“ Ah, mungkin kamu salah dengar dek, atau mungkin salah seorang anak yang tinggal didekat situ” jawab Bayu sambil membelai rambut Ani. Dia tau Mas Bayu tidak akan percaya dengan hal-hal seperti itu, walau dia orang yang rajin beribadah, tapi baginya hantu itu tidak ada.
Kembali kerutinitas pekerjaan yang Ani geluti, dia sudah mulai mahir untuk mencetak kue, bahkan dia menikmati pekerjaannya itu. Sedang Bayu suaminya sudah mendapatkan pekerjaan baru disalah satu toko dikotanya.
Awalnya Bayu bersikukuh tidak mengijinkan Ani untuk bekerja namun karena ia bisa meyakinkan suaminya, walau dia bekerja tapi tetap akan memprioritaskan keluarga, terlebih memang keuangan mereka belum sepenuhnya stabil.
*****
“An, kamu tau engga kalo katanya disini itu ada salah satu unit yang tidak terpakai?” ucap Mba Nana yang sedang mengaduk adonan kue. “Ga tau mbak, emang yang mana?” Jawab Ani “Itu dilantai 3, yang persis berhadapan dengan tangga”
Sejenak Ani terdiam dia tiba tiba teringat sesuatu, kejadian saat dia mendengar suara anak kecil yang sedang menangis. “emang kenapa mbak engga dihuni? Kan posisisnya bagus, banyak yang mau loh dapat unit deket tangga, biar ga jalan dilorong” ujar Ana.
“yah, memang strategis, tapi tiap kali ada yang tinggal disitu selalu ada yang kesurupan” Kata Mbak Nana, “Ah iya po mbak” ucap Ani masih tidak percaya dengan ucapan Mbak Nana, toh selama dia tinggal disini belum pernah ada kejadian seperti itu, “ya sudah kalau kamu ga percaya”.
Setelah percakapan itu mereka kembali menggeluti adonan masing-masing sampai akhirnya tidak terasa sudah waktunya Ani pulang. Hari itu pesanan lumayan banyak hingga dia mesti pulang sampai jam 12 lebih, yah lumayan ada sedikit tambahan uang.
Kembali Ani berjalan menyusuri lorong antar Unit, masih terdengar sayup-sayup percakapan dari pos satpam yang ada dilantai 1, tidak ada rasa takut dalam diri Ani, semua itu terlupakan dengan kepuasan akan pekerjaannya.
“ndug yah mene seko ngendi?” ( Nak, jam segini dari mana ) tersentak dari lamunan Ani menoleh ke sumber suara, karena Ani sedang melamun jadi dia tidak sadar jika dia melewati orang tersebut tanpa mengucapkan salam.
“oh niki mbah, saking Mba Nana” ( oh ini mbah, dari tempat Mbak Nana ) jawab Ani. “yowes kono, ndang muleh, ra apik bengi bengi ijeh neng jobo” ( yauda sana, buruan pulang, ga bagus malam-malam masih diluar) ujar nenek tersebut.
Tanpa menjawab Ani hanya menganggukan kepala dan segera pergi menuju unitnya. “ Ah ga mungkin, setau mas itu disini tidak ada nenek-nenek yang tinggal, kalaupun ada ya mungkin itu orang tua yang sewa disini” ujar Bayu keesokan paginya setelah Ani menceritakan kejadian semalam.
“ Benar juga selama dia tinggal disini tidak ada lansia yang menetap, benar kata Mas Bayu mungkin itu orang tua dari pemilik unit.” batin Ani.
Kembali lagi Ani melakukan aktivitasnya sehari-hari, kali ini Mbak Nana bilang kalau sedang ada pesanan kue yang cukup banyak,
jadi kemungkinan harus pulang lebih larut. Ani yang mendengar hal tersebut tidak complain, baginya sekecil apapun pekerjaan harus secara tekun dilalui.
“Mbak Na, kemarin pas pulang dari sini aku ditegur sama nenek-nenek dilantai 3” Ani memulai perbincangan. “nenek-nenek siapa An, kamu itu ngawur, disini mana ada nenek-nenek” sahutnya masih sibuk dengan adonan roti.
“Iya mbak, aku ditegur katanya malam-malam dari mana, kok masih diluar” jawab Ani. Penasaran,… mungkin itu yang dia rasakan, karena memang aneh, ngapain juga nenek-nenek tengah malam duduk di beranda depan unit.
Apalagi Unit belakangnya terlihat sudah dimatikan lampunya. “emang kamu litany dimana An?” lanjut Mbak Nana, “itu didepan Unit 31”
Sejenak Mbak Nana diam, “serius kamu? disana kan kosong ga ada yang huni, kan kemarin sudah aku ceritain ada unit yang kalau pakai, penghuninya sering kesurupan, malah ada beberapa yang pernah melakukan ritual disana untuk mencari togel”
“Ah serius mbak? orang jelas banget itu manusia kok” kilahnya “ah ya sudah An kalau kamu tidak percaya, mending nanti kamu minta suami mu untuk jemput kamu, kita bisa kerja sampai larut ini” kata Mbak Nana sedikit sebal karena Ani tidak percaya dengan ceritanya.
Disisi lain Ani sedikit galau, mana mungkin Mas Bayu dia minta untuk menjemput kesini, toh juga deket, terlebih tidak mungkin dia membiarkan anaknya sendirian, justru itu malah lebih bahaya. Jam demi jam berlalu, sampai akhirnya mereka selesai pada pukul 1 malam,
sungguh biasanya tidak sampai selarut itu, namun Ani cukup puas dengan hasil kerjanya dia makin mahir membuat kue kue. “aku pulang dulu ya mbak, makasih ya” ucap Ani “sama-sama An, besok kita libur ya, aku mau istirahat dulu” kata Mbak Nana sambil menutup pintu unitnya.
Malam itu terasa sangat sepi, bahkan tidak terdengar sayup-sayup orang sedang ngobrol dilantai bawahnya. Celingukan melihat kanan kiri justru malah Ani merinding dengan apa yang dilihatnya, meski lampu-lampu lorong menyala tapi ada kesan mistis disana.
Perlahan Ani berjalan menuju tangga, tapi ketika dia sampai di bordes dia melihat ada satu anak kecil yang duduk meringkuk sedang mengangis. Tidak ada kecurigaan sama sekali yang dilihatnya nyata itu adalah anak manusia.
Karena iba dengan anak tersebut Ani berniat untuk menanyainya, mungkin dia takut untuk pulang karena sedang dimarahi oleh orang tuanya.
“Dek, ngapain disini sendirian malem-malem, kamu tinggal di lantai berapa” ucap Ani setelah berdiri didepan anak tersebut. Tidak ada sahutan sama sekali, anak itu masih menangis tersedu-sedu.
“Dek… uda ayok pulang, mbak anterin” ucap Ani karena benar-benar iba, mungkin ketika nanti bertemu orang tua si bocah ini dia akan ngomel-ngomel karena membiarkan anaknya masih diluar selarut ini.
Bocah itu perlahan berhenti menangis, namun saat mengangkat mukanya, Ani terkejut karena muka dari si bocah itu seperti nenek-nenek yang dia temui beberapa malam lalu….
“wes tak omongi to ndug, ojo keluyuran bengi-bengi” ( sudah ku beritahu kan nak, jangan keluar malam-malam ) ucapnya dengan nada serak. Sontak Ani langsung teriak dan berlari menuju unitnya, dia tidak berani menengok kebelakang, tapi rasanya jauh sekali
sampai-sampai keringat Ani bercucuran. “mau jare meh ngeterke aku mulih ndug, ayo terke aku” ( tadi katanya mau nganterin aku pulang nak, ayo anterin aku ) ucap suara serak di samping Ani dan saat itu juga ia jatuh pingsan.
Sementara itu warga banyak yang keluar untuk melihat keadaan, karena mereka mendengar suara wanita berteriak. Saat Ani ditolong warga dia sedang menangis tersedu-sedu meminta untuk diantarkan pulang. Karena sudah tau Ani tinggal di unit lantai 4, mereka segera mengantarkan Ani.
Namun Ani memberontak dan bilang kalau itu bukan rumahnya, “Ora neng kene, iki ora omah ku, omahku neng kono, bocah iki mau nawani meh ngeterke aku bali” ( bukan disini, ini bukan rumahku, rumahku disana, anak ini tadi nawari mau nganter aku pulang ) ucap Ani dengan nada serak
seperti nenek-nenek. Warga tau itu bukan Ani, sedang mas Bayu shock dengan kondisi Ani. Akhirnya dipanggillah ustad yang berada di kampung dekat Rusun itu. Setelah didoakan sosok tersebut keluar dari tubuh Ani.
Dia tidak ingat dengan apa yang dilakukannya, yang dia tau ia sedang berlari, tapi lengan kananya di pegangi oleh sosok anak kecil berwajah nenek-nenek.
Setelah kejadian itu, Ani memilih untuk berhenti bekerja, terlebih suaminya juga melarangnya. Tetapi dengan kejadian yang dialami oleh Ani, justru malah banyak warga yang diganggu. Entah itu mendengar suara anak-anak kecil berlarian atau pintu unit mereka diketuk tengah malam.
Karena hal itu, akhirnya diadakan selametan disana berharap gangguan akan hilang nantinya.
_Sekian_

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with netrakala

netrakala Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @netrasandekala

Feb 12
Honeymoon

@karyakarsa_id

@IDN_Horor

@P_C_HORROR

@bacahorror_id

Makannya Nurut Sama Istri..... Image
Pernikahan Siska dan Alfin sudah terlaksana sebulan yang lalu. Tapi karena memang ada tuntutan pekerjaan dari kantor Afin, terpaksa mereka tidak bisa langsung melakukan perjalanan Honeymoon.
Tidak ada complain dari Siska, karena sebelum menggelar pernikahan memang sudah dibicarakan, dan kompensasi yang diberikan, Alfin bisa libur 2 minggu setelah proyek dari kantornya terselesaikan.
Read 71 tweets
Feb 10
Part 9 : Rumah Eyang
cc
@karyakarsa_id

@IDN_Horor

@P_C_HORROR

@bacahorror_id

Kadang nyata hanyalah ilusi 😇 Image
Beberapa hari setelah kejadian yang tidak terduga, akhirnya Dimas memutuskan mengajak Ranan untuk bertemu dengan kakeknya.
“Nan, gimana kalo, hari ini kita pulang ke rumah kakek?” ajak Dimas “sekarang, emang kakek mau ketemu sama aku Mas?” Sahut Ranan dengan muka menerawang.
“ya kalo gamau ketemu ya pulang, repot banget.” Dimas ketawa sambil pergi meninggalkan kamar Ranan. Semenjak kejadian itu, perubahan sifat Ranan ke Dimas mulai berbeda, lebih seperti anak kecil yang rewel.
Read 55 tweets
Feb 9
Senja
Dibalik Eksotisnya Rumah Kakek

@karyakarsa_id
@IDN_Horor
@P_C_HORROR
@bacahorror_id

Senja tak selamanya bersama kopi hitam....

#threadhorror #horor #ceritaseram
Waktu menjelang sore itu begitu panas, sahut-sahutan suara serangga benar-benar membuat kantuk datang 2x lebih cepat. Suasana seperti ini yang membuatnya rindu kampung halaman, meski tanahnya gersang dan banyak pohon jati,
tapi justru itu yang membuatnya ingin pulang dan menikmati es teh di gazebo depan rumahnya . Namun dia sadar bahwa segudang tanggung jawab pekerjaan harus segera diselesaikan.
Read 75 tweets
Feb 8
Kenalan

Ijin Taq
@IDN_Horor

@P_C_HORROR

@bacahorror_id

Sepenggal kisah
Sebagai seorang mahasiswa yang berasal dari luar kota, menyewa tempat tinggal entah itu kontrakan atau kost menjadi hal yang lumrah. Tapi bagaimana jika tempat singgah sementara itu malah memberikan pengalaman mistis bagi penyewanya.
Mungkin sudah banyak cerita misteri yang mengulas tentang rumah kost dan mungkin juga cerita yang ku ketik malam ini tidak seseram cerita mereka. Namun ini merupakan pengalaman ku.
Read 56 tweets
Feb 6
Nasi Bungkus

Ijin Taq
@IDN_Horor @P_C_HORROR @bacahorror_id

Kok ga dimakan.....
Malam itu hujan turun dengan deras, suasana Jalan Pahlawan masih terlihat cukup ramai dengan hilir mudik kendaraan yang membawa pengendaranya untuk pulang selepas seharian beraktifitas di pusat bisnis di kota itu.
“ayo dong reda… sial kenapa aku sampai lupa membawa mantol” gerutu Rini, sembari mengangkat tangan kanannya melihat angka di jam yang ia pakai. Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.
Read 60 tweets
Feb 4
JILUMPET
Siji...Loro...Telu... Mumpettt....

@karyakarsa_id @IDN_Horor @P_C_HORROR @bacahorror_id

Yuk main yukkkkkkk......
Malam itu kampungku begitu ramai dengan anak-anak, remaja hingga orang dewasa yang tengah bercengkrama satu sama lain. Para remaja yang didominasi umur 12-18 tahun kadang masih suka berkumpul bersama dan memainkan permainan tradisional, ntah itu kasti, petak umpet -
- atau permainan yang lain. “bosen, main apa yuk” kata salah satu temanku, “opo? Wegah nek ps terus” ( apa? Gak mau kalau main PS terus) ujar nanang yang memang paling tua dari remaja yang ada disitu.
Read 51 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(